Anda di halaman 1dari 20

Wewenang Perawat

Dalam pelaksanaan tugas, seorang perawat memerlukan wewenang agar dapat


melaksanakan tugas dengan aman dan klien menerima asuhan yang aman.

1. Pengertian

Wewenang adalah hak untuk melakukan atau memerintahkan kegiatan kepada orang
lain, terdapat pada pekerjaan dan diperlukan perawat untuk melaksanakan praktik.
Tanpa wewenang perawat tidak dapat berfungsi memenuhi kebutuhan klien.
Wewenang memiliki tingkatan – tingkatan dan diperlukan dalam pelaksanaan tugas.

Wewenang adalah otoritas yang datang bersama dengan pekerjaan yang dilakukan
oleh perawat dalam melakukan kegiatan praktiknya di area keperawatan. Kewenangan
menggambarkan kewenangan klinik (clinical privilege) yang diberikan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan tempat perawat tersebut bekerja dan diakui oleh klien, teman
sejawat perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain serta memperoleh izin secara
hukum. Kewenangan berbeda untuk setiap perawat sesuai kualifikasi dan area
praktiknya.

2. Deskripsi wewenang

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat yang bekerja memiliki kewenangan antara lain
:

a. Wewenang sebagai pemberi asuhan keperawatan

Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan untuk
pencapaian derajat kesehatan klien yang optimal.

Dalam melaksanakan tugas pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan


perorangan, perawat berwenang:

1) Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik

2) Menetapkan diagnosis keperawatan

3) Merencanakan tindakan keperawatan

4) Melaksanakan tindakan keperawatan

5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan


6) Melakukan rujukan

7) Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat

8) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling

9) Penatalaksanaan pemberian obat kepada klien (sesuai resep tenaga/ obat bebas/
obat bebas terbatas)

Dalam melaksanakan tugas pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan


masyarakat, perawat berwenang:

1) Melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan


kelompok masyarakat;

2) Menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;

3) Membantu penemuan kasus penyakit;

4) Merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;

5) Melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;

6) Melakukan rujukan kasus;

7) Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;

8) Melakukan pemberdayaan masyarakat;

9) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;

10) Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;

11) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;

12) Mengelola kasus; dan

13) Melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif

b. Wewenang sebagai penyuluh dan konselor


Tugas perawat dalam membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien, menanamkan kebiasaan
perilaku hidup sehat, membantu mengatasi masalah psikososial klien, serta
memberikan dukungan emosional dan intelektual sesuai kondisi klien.

Dalam melaksanakan tugas penyuluh dan konselor, perawat berwenang:

1) Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik pada individu dan keluarga serta
di tingkat kelompok masyarakat;

2) Melakukan pemberdayaan masyarakat;

3) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;

4) Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan

5) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

c. Wewenang sebagai pengelola pelayanan keperawatan

Tugas perawat dalam pengelolaan pelayanan keperawatan terdiri dari pengelolaan


langsung klien individu dan atau kelompok, unit ruang rawat dan pengelolaan di tingkat
institusi pelayanan kesehatan. Adapun perawat sebagai pengelola pelayanan
keperawatan berwenang (rincian daftar wewenang terlampir):

1) Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan pengelolaan pelayanan


keperawatan

2) Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan keperawatan

3) Mengelola kasus

d. Wewenang sebagai peneliti keperawatan

Tugas Perawat dalam penelitian keperawatan bertujuan mencari fakta/ bukti baru
secara empiris, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
keperawatan untuk diaplikasikan dalam praktik keperawatan sehingga pelayanan
keperawatan dapat dilaksanakan secara efektif – efisien sesuai pengetahuan dan
teknologi terkini.

Dalam menyelenggarakan tugasnya sebagai peneliti keperawatan, perawat berwenang


(rincian daftar wewenang terlampir):
1) Melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika

2) Menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atas izin pimpinan

3) Menggunakan klien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan
ketentuan peraturan perundang-undangan

e. Wewenang sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang

Tugas berdasarkan pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan secara tertulis oleh
tenaga medis kepada perawat dengan cara :

1) Tenaga medis menulis tugas pelimpahan wewenang pada setiap saat diperlukan
(situasional)

2) Tenaga medis (komite medik) bersama perawat (komite keperawatan) menyusun


daftar tugas pelimpahan wewenang disetujui oleh pimpinan institusi pelayanan
kesehatan.

Terdapat 2 (dua) cara pelimpahan wewenang yaitu delegatif dan mandat.

1) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medis


diberikan oleh tenaga medis kepada perawat dengan disertai pelimpahan tanggung
jawab. Pelimpahan wewenang secara delegatif hanya diberikan kepada perawat profesi
atau vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas
limpah.

2) Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis kepada perawat
untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan.

Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, perawat berwenang


(rincian daftar wewenang terlampir) :

1) Melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas pelimpahan


wewenang delegatif tenaga medis

2) Melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan wewenang


mandat

3) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program Pemerintah

f. Wewenang sebagai Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu


Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu merupakan penugasan
Pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau
tenaga kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat bertugas.

Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu, Perawat berwenang:

1) Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis;

2) Merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan

3) Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga
kefarmasian

https://yenibeth.wordpress.com/2008/06/01/diagnosis-keperawatan-4/
PENGERTIAN

Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang

masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara

akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,

membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).

Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian

keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang

nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang

perawat.

KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :

1. Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat

diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.

Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.

Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito,

Gordon, dll), supaya :

a. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum


b. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah medis
d. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan intervensi
keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

2. Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang

memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara

perilaku dan lingkungan.

Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :

a. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan /
mendukung masalah.
b. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)
c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan institusi atau rumah sakit,
sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d. Maturasional :
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok

Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua

Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.

3. Sign & symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang

diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.

Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.

PERSYARATAN PENYUSUNAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi

2. Spesifi dan akurat (pasti)

3. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab

4. Memberikan arahan pada asuhan keperawatan

5. Dapat dilaksanakan oleh perawat

6. Mencerminan keadaan kesehatan klien.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENENTUKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat

2. Bersifat aktual atau potensial

3. Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan

4. Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta faktor-faktor penyebab timbulnya

masalah tersebut.
ALASAN PENULISAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif

2. Memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan

3. Meningkatkan komunikasi antar sejawat dan profesi kesehatan lainnya

4. Membantu merumuskan hasil yang diharapkan / tujuan yang tepat dalam menjamin mutu asuhan keperawatan,

sehingga pemilihan intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi

5. Menciptakan standar praktik keperawatan

6. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

PROSES PENYUSUNAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Klasifikasi & Analisis Data

Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami

permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat

disusun berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982);

Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :

a. Pertukaran
b. Komunikasi
c. Berhubungan
d. Nilai-nilai
e. Pilihan
f. Bergerak
g. Penafsiran
h. Pengetahuan
i. Perasaan

Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982) :

a. Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan


b. Nutrisi : pola metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Aktivitas : pola latihan
e. Tidur : pola istirahat
f. Kognitif : pola perseptual
g. Persepsi diri : pola konsep diri
h. Peran : pola hubungan
i. Seksualitas : pola reproduktif
j. Koping : pola toleransi stress
k. Nilai : pola keyakinan

2. Mengindentifikasi masalah klien

Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan untuk mempertahankan atau

meningkatkan status kesehatannya, atau meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai dengan

kemampuan dan wewenang yang dimilikinya

Identifikasi masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang kemungkinan mempunyai masalah,

pasien yang mempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan besar mempunyai masalah dan pasien yang

mempunyai masalah aktual.

a. Menentukan kelebihan klien

Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki

kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu

memecahkan masalah yang klien hadapi.

a. Menentukan masalah klien

Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya

dan memerlukan pertolongan.

a. Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien

Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya ditemukan adanya tanda-tanda infeksi

pada luka klien, tetapi dari hasil test laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori,
maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu

melawan infeksi.

a. Penentuan keputusan

– Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan) : tidak ada indikasi respon

keperawatan, meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan, serta danya inisiatif promosi kesehatan untuk

memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.

– Masalah kemungkinan (possible problem) : pola mengumpulkan data yang lengkap untuk memastikan ada

atau tidaknya masalah yang diduga


– Masalah aktual, resiko, atau sindrom : tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan pengobatan,

mulai untuk mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan

masalah.

– Masalah kolaboratif : konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang ompeten dan bekerja secara

kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari

patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk

mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat.

3. Memvalidasi diagnosis keperawatan

Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk kepada kelengkapan dan

ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya,

sehingga mendapatkan data yang tepat.

Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan bersama klien/keluarga dan/atau

masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada

klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan

validasi.

4. Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya

Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat

pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko,

sindrom, kemungkinan dan wellness.

Menyusun diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan menurut kebutuhan yang berlandaskabn hirarki Maslow

(kecuali untuk kasus kegawat daruratan — menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”) :

a. Berdasarkan Hirarki Maslow : fisiologis, aman-nyaman-keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri
dan aktualisasi diri
b. Griffith-Kenney Christensen : ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana yang tersedia,
peran serta klien, dan prinsip ilmiah dan praktik keperawatan.

KATEGORI DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Diagnosis Keperawatan Aktual


Diagnosis keperawatan aktual (NANDA) adalah diagnosis yang menyajikan keadaan klinis yang
telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnosis
keperawatan mempunyai empat komponen : label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang
berhubungan.

Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnosis dan batasan karakteristik. Definisi
menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa. Batasan karakteristik adalah
karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Batasan ini juga
mengacu pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu pada diagnosis keperawatan, yang
teridiri dari batasan mayor dan minor. Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor
penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor yang
berhubungan terdiri dari empat komponen : patofisiologi, tindakan yang berhubungan,
situasional, dan maturasional.

Contoh diagnosis keperawatan aktual : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan


transport oksigen, sekunder terhadap tirah baring lama, ditandai dengan nafas pendek, frekuensi
nafas 30 x/mnt, nadi 62/mnt-lemah, pucat, sianosis.

2. Diagnosis Keperawatan Resiko

Diagnosis keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas
yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi
yang sama atau hampir sama.

Validasi untuk menunjang diagnosis resiko adalah faktor resiko yang memperlihatkan keadaan
dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan
karakteristik. Penulisan rumusan diagnosis ini adalag : PE (problem & etiologi).

Contoh : Resiko penularan TB paru berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko
penularan TB Paru, ditandai dengan keluarga klien sering menanyakan penyakit klien itu apa dan
tidak ada upaya dari keluarga untuk menghindari resiko penularan (membiarkan klien batuk
dihadapannya tanpa menutup mulut dan hidung).

3. Diagnosis Keperawatan Kemungkinan

Merupakan pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan
harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor
resiko.
Contoh : Kemungkinan gangguan konsep diri : gambaran diri berhubungan dengan tindakan
mastektomi.

4. Diagnosis Keperawatan Sejahtera

Diagnosis keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik.
Cara pembuatan diagnsosis ini adalah dengan menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam
masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan. Dalam
menentukan diagnosis keperawatan sejahtera, menunjukkan terjadinya peningkatan fungsi
kesehatan menjadi fungsi yang positif.

Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orangtua telah melaprkan fungsi positif
dalam peran pola hubungan. Perawat dapat memakai informasi dan lahirnya bayi baru sebagai
tambahan dalam unit keluarga, untuk membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang
efektif.

Contoh : perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
peran sebagai orangtua baru.

5. Diagnosis Keperawatan Sindrom

Diagnosis keperawatan sindrom merupakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok
diagnosis keperawatan aktual atau resiko, yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.

Contoh : sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

MASALAH KOLABORATIF

Masalah kolaboratif adalah masalah yang nyata atau resiko yang mungkin terjadi akibat
komplikasi dari penyakit atau dari pemeriksaan atau akibat pengobatan, yang mana masalah
tersebut hanya bisa dicegah, diatasi, atau dikurangi dengan tindakan keperawatan yang bersifat
kolaboratif. Label yang digunakan adalah : Potensial Komplikasi (PK).

MENCEGAH KESALAHAN DALAM MEMBUAT DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Tidak menggunakan istilah medis. Jika harus, hanya sebatas memperjelas, dengan diberi
pernyataan `sekunder terhadap`.

Ex : mastektomi b.d kanker

2. Tidak merumuskan diagnosis keperawatan sebagai suatu diagnosa medis

Ex : Resiko pneumonia

3. Jangan merumuskan diagnosis keperawatan sebagai suatu intervensi keperawatan

Ex : Menggunakan pispot sesering mungkin b.d dorongan ingin berkemih

4. Jangan menggunakan istilah yang tidak jelas. Gunakan istilah / pernyataan yang lebih
spesifik.

Ex : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d kesulitan bernafas

5. Jangan menulis diagnosis keperawatan yang mengulangi instruksi dokter

Ex : Instruksi untuk puasa

6. Jangan merumuskan dua masalah pada saat yang sama

Ex : Nyeri dan takut b.d prosedur operasi

7. Jangan menghubungkan masalah dengan situasi yang tidak dapat diubah

Ex : Resiko cedera b.d kebutaan

8. Jangan menuliskan etiologi atau tanda/gejala untuk masalah

Ex : Kongesti paru b.d tirah baring lama

9. Jangan membuat asumsi

Ex : Resiko perubahan peran b.d tidak berpengalaman menjadi ibu baru.

10. Jangan menulis pernyataan yang tidak bijaksana secara hukum

Ex : Kerusakan integritas kulit b.d posisi klien tidak diubah setiap 2 jam.
DOKUMENTASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah resiko

2. Catat diagnosis keperawtaan resiko ke dalam format diagnosis keperawatan

3. Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang ada dalam NANDA ( terbaru : 2007 – 2008 )

4. Mulai pernyataan diagnosis keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data


untuk diagnosis keperawatan

5. Masukkan pernyataan diagnosis keperawatan ke dalam daftar masalah

6. Hubungkan setiap diagnosis keperawatan ketika menemuan masalah perawatan

7. Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan,


intervensi dan evaluasi.

Tujuan Dokumentasi Diagnosis Keperawatan :

1. Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan

2. Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam identifikasi masalah klien

3. Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi keperawatan.

Diagnosis keperawatan saat ini dapat mengacu ke NANDA 2007-2008 dengan beberapa revisi
diagnosis, contohnya:

“Gangguan pola tidur” (2005-2006) menjadi “Insomnia” (2007-2008).

Selain itu terdapat juga diagnosis keperawatan yang baru, diantaranya untuk peningkatan gula
darah.
SOP Mengukur Tekanan Darah
Ana Nurkhasanah Friday, January 13, 2017 Kumpulan SOP Keperawatan

Definisi

Mengukur tekanan darah adalah tindakan untuk memeriksa tekanan darah pasien dengan
menggunakan alat tensimeter.

Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan tindakan mengukur tekanan


darah.

Persiapan Alat

 Tensimeter
 Stetoskop
 Buku catatan

Persiapan Pasien
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Atur posisi pasien duduk atau terlentang

Persiapan Petugas

 Menggunakan APD yang terdiri dari :


 Sarung tangan k/p

Pelaksanaan Tindakan

 Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga serta menjelaskan mengenai
prosedur yang akan dilakukan
 Perawat meminta persetujuan tindakan secara lisan kepada pasien/keluarganya
 Perawat menjaga privacy pasien dengan cara memasang tirai
 Perawat melakukan identifikasi pasien sesuai dengan prosedur
 Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai dengan prosedur
 Perawat mengenakan APD sesuai dengan prosedur
 Perawat menempatkan pasien pada posisi yang nyaman
 Perawat menentukan lokasi yang terbaik untuk pengukuran tekanan darah
 Perawat menghindari pemasangan manset jika ada : infuse, shunt arteriovena, post
mastektomi, tertutup gips atau balutan
 Perawat memberi posisi pada pasien senyaman mungkin
 Perawat membuka pakaian di bagian lengan atas dan posisi telapak tangan menghadap
ke atas
 Perawat melakukan palpasi arteri brachialis
 Perawat memasang 2,5 cm diatas arteri brachialis dan meletakkan pipa manset pada
area diatas arteri brachialis
 Perawat memposisikan manometer harus vertical dan sejajar dengan garis mata jika
menggunakan manometer air raksa
 Perawat memasang earpieces stetoskop di telinga dan memastikan suaranya jelas
 Perawat menentukan arteri brachialis dan meletakkan bell atau diafragma stetoskop
pada arteri brachialis
 Perawat mengunci katub balon manset
 Perawat melakukan palpasi arteri radialis dengan tangan yang non dominan sementara
tangan yang lain memompa manset sampai arteri radialis tidak teraba kemudian tambahkan 20-
30 mmHg kemudian pindahkan tangan non dominan ke bell/diafragma stetoskop
 Perawat membuka kunci katub manset perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg
per detik
 Perawat memperhatikan menurunnya air raksa dan mendengarkan dengarkan bunyi
denyutan pertama dan terakhir.
 Perawat mengkempiskan manset secara cepat dan sempurna kemudian buka manset,
kecuali jika pengukuran akan diulang kembali, tunggu selama 30 detik
 Perawat membantu posisi pasien kembali pada posiisi yang nyaman
 Perawat merapikan alat yang telah diberikan dan membuang sampah sesuai dengan
prosedur
 Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga bahwa tindakan selesai dilakukan dan
mohon undur diri
 Perawat melepas APD sesuai dengan prosedur
 Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
 Perawat melakukan pencatatan hasil tekanan darah di buku catatan
 Perawat mendokumentasikan hasil tekanan darah pada lembar grafik
Prosedur Tindakan Penyuntikan.

1. Instruksi penyuntikan oleh Dokter, yang tertulis lengkap dan jelas dalam rekam medik,
bila kurang jelas/kurang mengerti segera tanyakan kepada Dokter yang memberi instruksi
2. Persiapkan meja suntik dengan tersedia diatasnya:

 Kapas alkohol 70% dalam wadah tertutup.


 Obat-obatan antihistamin atau setingkatnya, seperti adrenalin, Dexamethason,
Dypenhydramin.
 Persiapkan resusitasi cairan seperti, IV catheter, Blood set, Larutan infuse RL/Asering.

3. Persiapkan pasien.

 Cek ulang kesesuaian identitas pasien dengan instruksi penyuntikan.


 Beritahukan kepada pasien dan keluarga bahwa akan disuntik, dan tenangkan pasien.
 Cek ulang riwayat alergi

4. Persiapkan obat.

 Cek ulang kesesuaian jenis obat, dosis obat, cara pemberian dengan instruksi penyuntikan.
 Cek ulang tanggal kadaluwarsa.
 Cek ulang jumlah obat

5. Lakukan tindakan aseptik antiseptik


6. Lakukan penyuntikan
7. Cara penyuntikan secara intravena langsung

 Tentukan vena mana yang akan disuntik.


 Lakukan tindakan aseptik/antiseptic.
 Ligasi bagian vena yang akan disuntik/ditusuk.
 Tegangkan kulit pasien dengan tangan kiri.
 Pastikan tidak ada udara dalam syringe.
 Tusukkan jarum dengan arah jarum sejajar vena, lubang jarum mengarah keatas dan garis
ukur syringe terlihat.
 Isap sedikit untuk melihat apakah jarum benar masuk vena, bila berhasil masuk, darah dari
vena akan masuk kedalam syringe.
 Masukkan obat secara perlahan dan perhatikan area penyuntikan.
 Tindihkan kapas alkohol pada tempat penyuntikan lalu cabut jarum, pertahankan kapas
alkohol dengan plester.
 Syringe dibuat pada tempat sampah medis.

8. Cara penyuntikan secara intravena melalui selang infuse.

 Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.


 Pastikan tidak ada gelombang udara pada syringe.
 Tusukkan jarum pada bagian karet pada selang infuse.
 Isap sedikit untuk memastikan jarum benar masuk ke dalam selang infuse.
 Tutup aliran cairan infuse.
 Suntikkan obat secara perlahan.
 Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan jarum dan cabut jarum.
 Buka aliran cairan infuse
 Syringe dibuang pada tempat sampah medis

9. Cara penyuntikan secara drip intravena

 Lakukan tindakan aseptic.


 Pada sediaan larutan infuse tertututp karet obat bisa langsung disuntikkan dengan
menusukkan jarum pada karet untuk selanjutnya larutan infuse dikocok sekali dua kali untuk
memastikan meratanya obat larut.
 Pada sediaan larutan infuse tanpa tutup karet, maka selang infuse harus dipisahkan dulu
dari botol cairan infuse. Jarum ditusukkan pada mulut botol infuse sama dengan lokasi
tusukan selang infuse.
 Tetesan cairan infuse sesuai instruksi dokter.

10. Cara penyuntikan secara intra muskuler

 Tentukan lokasi penyuntikan, pada 1/3 lateral garis SIAS coccygis pada bokong, pada paha
atau pangkal lengan/deltoid.
 Lakukan tindakan aseptic antiseptic.
 Untuk pasien kurus maka tangan kiri mengangkat otot pada lokasi suntikan dengan cubitan
ringan. Untuk pasien gemuk dengan lapisan lemak subkutis tebal tidak diperlukan
 Tusukkan jarum pada lokasi suntikan hingga pada kira-kira ¾ panjang jarum, arah tegak
lurus.
 Isap sedikit, bila masuk darah, maka jarum ditarik sedikit. Isap ulang untuk memastikan tidak
ada darah terisap, menandakan jarum tidak masuk pembuluh darah.
 Suntikkan obat secara perlahan..
 Tindihkan kapas alkohol pada lokasi suntikan, cabut jarum, massage lokasi suntikan dengan
kapas tadi.
 Syringe dibuang pada tempat sampah medis.

MENUTUP JARUM SUNTIK


Tujuan :

Untuk melindungi petugas pelayanan kesehatan dari cedera yang diakibatkan ketika akan menutup
jarum suntik

Indikasi :

Pelayanan kesehatan yang menggunakan jarum suntik

Prosedur:
1. Tempatkan penutup jarum pada permukaan rata dan kokoh, kemudian angkat tangan anda
2. Dengan satu tangan memegang semprit, gunakan jarum untuk “menyekop” tutup tersebut
3. Dengan penutup di ujung jarum putar semprit tegak lurus sehingga jarum dan semprit
mengarah ke atas
4. Akhirnya, dengan sumbat yang sekarang ini menutup ujung jarum sepenuhnya, peganglah
semprit ke arah atas dengan pangkal dekat pusat. (Dimana jarum itu bersatu dengan semprit
dengan satu tangan, dan gunakan tangan lainnya untuk menyegel tutup itu dengan baik

Anda mungkin juga menyukai