Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

(Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Kritis)

OLEH :

KELOMPOK I

1. ANANTA. LEUNARIJ 12114201180105


2. ALPIONITA. HUWAE 12114201180173
3. ANGEL .F. MADUBUN 12114201170009
4. APRILYA F. WAHELATOAN 12114201200021
5. ALLEXANDER . SOLUHUWEY 12114201180016
6. BRINDA .FANNA. LIKUMAHWA
7. CAMELYA .MARLISSA 12114201180117
8. CLESEAY SIANRESSY 12114201180209
9. CALUDYA. NOYA
10. DESY RISTA SOLLY 12114201180184

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
keperawatan kritis dengan judul Proses keperawatan pada area keperawata kritis
dengan baik.
Kami kelompok 1 berterima kasih kepada Dosen mata kuliah keperawatan
kritis (Ibu ) yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengatuan dan wawasan dari kami mahasiswa.
Kami kelompok 1 menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini oleh karena itu sangat diperlukan kritik dan saran dari semua pihak yang
membaca demi kesempurnaan makalah tersebut.

Penulis
Kelompok 1
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. Defenisi keperawatan kritis
b. Tujuan keperawatan kritis
c. Peran dan fungsi perawat kritis
d. Tanggung jawab peran perawat
e. Standar asuhan keperawatan intensive
f. Standar minimum pelayanan instalasi perawatan intensive
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republic Indonesia nomor 10


tahun 2015 tentang standar pelayanan keperawatan rumah sakit Pasal 2
disebutkan bahwa Pengaturan Standar Pelayanan Keperawatan di
Rumah Sakit Khusus bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan di rumah sakit khusus dan rumah sakit umum yang memiliki
pelayanan keperawatan kekhususan yang disusun berdasarkan kompetensi
dan kewenangan perawat dengan memperhatikan keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan
datang.
Dalam meningkatkan mutu layanan rumah sakit tidak bisa dijauhkan
dari ketersediaan tenaga kesehatan. Sesuai dengan peraturan yang
menyatakan bahwa setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit
harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak
pasien dan mengutamakan keselamatan pasien (pasal 13 ayat, UU RS, tahun
2009). Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan perlu memberikan
pelayanan asuhan keperawatan dengan memperhatikan mengikuti peraturan
dan standar yang berlaku di rumah sakit.
Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah pelayanan intensif,
dimana pelayanan intensif yang dimaksud adalah pelayanan keperawatan
yang diberikan pada pasien dalam kondisi kritis yang membutuhkan
penanganan dan pemantauan intensif di ruang intensive care unit (ICU).
Intensive care unit (icu) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang

1
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit akut, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam
nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia
yang:diharapkan masih reversibel. ICU menyediakan kemampuan dan
sarana prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi- fungsi
vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan, keadaan-keadaan tersebut.
Penting bagi perawat di ruang kritis untuk melaksanakan proses
asuhan keperawatan secara komprehensif sehingga layanan yang diberikan
dan penatalaksanakan intensif lainnya dapat termonitoring, terobservasi dan
angka kematian dapat ditekan, kwalitas dan kwantitas perawatan meningkat,
pelayanan keperawatan kritis dapat lebih efektif.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
mendiskusiikan dan membahas Proses keperawatan pada area keperawatan
kritis

2
BAB II

KAJIAN TEORI
A. DEFENIS KEPERAWATAN KRITIS

Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesain atau jalan keluar.
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang
secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam
hidup. Seorang peran kritis adalah perawat profesional yang bertangung jawab
untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya mendapatkan
pelayanan perawatan yang optimal.

Proses Keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi


dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons
unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan
yang dialami, baik actual maupun potensial (Deswani, 2011 ).

Menurut Setiadi (2011), pada dasarnya proses keperawatan adalah suatu


metode ilmiah yang sistematis dan terorganisir untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk
pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan
asuhan keperawatan ( Potter & Perry, 2005 )
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu
kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesain atau jalan keluar. Keperawatan
kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara
khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup.
Seorang peran kritis adalah perawat profesional yang bertangung jawab untuk
menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya mendapatkan pelayanan
perawatan yang optimal.

3
B. TUJUAN PROSES KEPERAWATAN

Potter & Perry (2005) menjelaskan tujuan dari proses keperawatan


adalah mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien,
menentukan prioritas, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan
keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien yang diharapkan.
Muhlisin ( 2011 ) menjelaskan bahwa penerapan proses keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Sebagai standar pemberian asuhan keperawatan.
2. Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek
keperawatan.
3. Memperoleh metode yang baku, sistematis, dan rasional.
4. Memperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai
macam situasi.
5. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan kualitas tinggi.

C. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KRITIS


- Perawat critical care mempunyai berbagai peran formal, yaitu :
1. Bedsite nurse : peran dasar dari keperawatan kritis. Hanya merekaa yg
selalu bersama pasien 24 jam, dalam 7 hari seminggu

2. Pendidik critical care : mengedukasi pasien

3. Case manager : mempromosikan perawat yg sesuai dan tepat waktu

4. Manager unit atau departemen (kepala bagian) : menjadi pengarah

5. Perawat klinis spesialis: dapat membantu membuat rencana askep

6. Perawat praktisi : mengelola terapi dan pengobatan.

4
- Pada akhirnya perawat critical care mengkoordinkasikan dgn tim
mengimplementasikanrencana askep, memodif rencana sesuai kebutuhan dan
respon pasien. Adapun kompetensi perawat kritis adalah:
1. Pengkajian klinis : mengumpulkan data tentang pasien, evaluasi praktik
2. Pembuatan keputusan klinis: menilai/membuat keputusan berdasarkan data
dan tanda gejala
3. Perawatan: memberi askep pada pasien
4. Advokasi: melindungi hak pasien dan keluarga
5. Memikirkan sistem: mengarahkan sistem pelayanan yg bermanfaat bagi
pasien
6. Fasilitator pembelajaran: sbg educator
7. Berespons thd keberagaman: terima pasien dgn budaya yg berbeda
8. Kolaborasi: kerjasama dgn profesi lain
- AACN juga menjelaskan bahwa peran perawat kritis adalah peran advokat
AACNmendefinisikan advokat adalah menghormati dan mendukung nilai-
nilai dasar, hak-hak, dan keyakinan pasien sakit kritis. Dalam peran ini,
perawat kritis melakukan hal:
1. Menghormati dan mendukung hak pasien atau pengganti pasien yg ditunjuk
utk pengambilan keputusan otonom
2. Campur tangan ketika kepentingan terbaik pasien yg bersangkutan
3. Membantu ps mendapatkan perawatan yg dibutuhkan
4. Menghormati nilai – nilai, keyakinan – keyakinan, dan hak - hak pasien
5. Menyediakan pendidikan dan dukungan utk membantu pasien atau pengganti
pasien ygditunjuk membuat keputusan.
6. Mewakili pasien sesuai dgn pilihan pasien
7. Mendukung keputusan dari pasien atau pengganti yg ditunjuk, atau perawatan
transfer pasien kritis sama2 berkualitas
8. Berdoa bagi pasien yg tidak dapat berbicara utk mereka sendiri
9. Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien

5
D. TANGGUNG JAWAB PERAN PERAWAT
1. Mendukung dan menghargai otonomi pasien, serta pengambilan keputusan
yangdiinformasikan

2. Menjadi penengah apabila ada keraguan kepentingan siapa yang dilayani

3. Membantu pasien untuk memperoleh perawatan yang diperlukan

4. Menghormati nilai, keyakinan, dan hak pasien

5. Memberikan edukasi kepada pasien/yang mewakilkan dalam pengambilan


keputusan

6. Menerangkan hak pasien untuk memilih

7. Mendukung keputusan pasien/yang mewakilkan atau memindahtangankan


perawatankepada perawat keperawatan kritis dengan kualifikasi yang setara

8. Menjadi perantara basi pasien yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri
dan juga

9. pasien yang memerlukan intervensi darurat

10. Memonitor dan menjamin kualitas pelayanan

11. Berlaku sebagai penghubung antara pasien/keluarga pasien dan anggota tim
kesehatan lain.

E. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN INTENSIF


Standar asuhan keperawatan intensif adalah acuan minimal asuhan
keperawatan yang harus diberikan oleh perawat di unit/intalasi perawatan
intensif. Asuhan keperawatan intensif adalah kegiatan praktek keperawatan
intensif yang diberikan pada pasien/keluarga. Asuhan keperawatan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
merupakan metode ilmiah dan panduan dalam memeberikan asuhan

6
keperawatan yang berkualitas guna mengatasi masalah pasien.
Langkahlangkah yang harus dilakukan meliputi pengkajian,
masalah/diagnose keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi (kemenkes,
2006).

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada pasien kritis merupakan tahap awal


yang sangat penting untuk menentukan rencana keperawatan berikutnya
mengingat kondisi pasien yang belum stabil. Ada beberapa model
pengkajian yang telah dikembangkan, antara lain model pengkajian dari
the Nort Coast Area Health Service yang mengelompokkan menurut sistim
tubuh, Functional Health Pattern yang dikembangkan oleh Lewis (2000),
Pengkajian kritis yang dikembangkan oleh Bemis (2001) dan model
pengkajian lainnya.
Pengakajian awal di dalam keperawatan intensif sama dengan
pengkajian umumnya yaitu dengan pendekatan sistem yang meliputi aspek
bio-psiko-sosio kultural-spiritual, namun ketika klien yang dirawat telah
menggunakan alat-alat bantu mekanik seperti alat bantu napas,
hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni
terkait dengan terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut.
(Kemenkes, 2006)
Pengkajian di ICCU meliputi pengkajian sebelum pasien datang,
segera setelah datang, segera setelah pasien datang, pengkajian lengkap
dan pengkajian berkelanjutan. (modul pelatihan intensif, 2015)
1. Pengkajian sebelum pasien datang (pre arrival)
a. Sebelum pasien akan dikirim, dilakukan pengkajian meliputi
identitas pasien, diagnose, tanda vital, alat bantu infasive yang
dipakai, modus ventilasi mekanik yang sedang dipakai bila
pasien mengunakan ventilator.
b. Tujuan pengkajian :

7
1) Untuk persiapan penerimaan pasien saat datang di
ICCU.
2) Agar saat pasien datang di icu, semua peralatan yang
dibutuhkan tersedia dan siap digunakan.
3) Persiapan dokter spesialis terkait yang harus dihubungi.
4) Untuk dokumentasi dan data rumah sakit.

2. Pengkajian ICCU
a. Pengkajian segera (quick assessment)
1) Pengkajian segera setelah pasien tiba di ICCU meliputi
ABCDE yaitu Airway, breathing, circulation, drugs
(obatobatan yang saat ini dipakai termasuk apakah alergi
terhadap obat atau makanan tertentu) dan equipment (adakah
alat yang terpasang pada pasien.
2) Perawat penerima pasien segera menilai dan melakukan kajian
kondisi pasien saat itu kemudian perawat melakukan serah
terima, hal-hal yang terkait dengan pasien dan mencatat pada
lembar observasi.
3) Ada beberapa model pengkajian keperawatan yang dapat
digunakan untuk mengkaji pasien. Barrett, Gretton dan Quinn
(2006) menjelaskan pengkajian primer pada pasien penyakit
jantung secara umum adalah sebagai berikut:
a) Airway
1) Apakah jalan nafas paten?
2) Apakah pasien diam, apakah suara nafas pasien bersih
atau tidak jernih?
3) Apakah ada darah atau muntahan di sekitar mulut yang
berpotensi terjadi sumbatan jalan nafas?
4) Apakah ada injuri pada hidung, mulut atau tenggorokan
yang berdampak pada cidera jalan nafas?

8
5) Apakah wajah atau tenggorokan pasien kemerahan dan
bengkak yang mengindikasikan adanya infeksi atau
peradangan jalan nafas? Jika tanda-tanda tersbut positif
maka harus segera dilakukan upaya proteksi jalan
nafas.
6) Apakah mulut dapat dibukan dengan aman? Jika ya
apakah ada sumbatan benda asing dan apakah dapat
dikeluarkan?
7) Jika ada cairan pada jalan nafas apakah bisa disuction?
8) Jika tidak apakah pasien dapat dimiringkan untuk
membantu mengeluarkan cairan pada mulut dan
hidung?
9) Apakah jalan nafas dapat dibuka dengan manuver
headtilt, chin-lift atau jaw thrust?
10) Saat terbuka apakah jalan nafas dapat diamankan
dengan oropharyngeal atau nasopharyngeal airway atau
laryngeal mask airway?
b. Breathing
1) Dengan Look, Listen dan Feel selama 10 detik, apakah
pasien bernafas? Jika tidak bernafas segera cari bantuan
dan mulai RJP
2) Jika pasien bernafas, bagaimana rata-rata kecepatannya
disbanding sebelumnya?
3) Jika anda tidak tahu, apakah pasien takipnea ekstrim (≥

40 kali / menit) atau bradipnea ≤ 6 kali / menit?


(4) Apakah suara nafas pasien gemuruh atau kasar?
(5) Apakah kulit pasien pucat?
(6) Apakah oksigen aliran tinggi perlu segera diberikan?
c) Circulation (C)

9
(1) Apakah nadi teraba dengan palpasi nandi karotis 10
detik?
(2) Jika teraba bagaimana karakternya?
(3) Jika anda tidak tahu, apakan pasien takikasre ekstrim
(≥140 kali / menit atau bradikardia (≤40 kali / menit).
Apakah nadi teratur?
(4) Apakah tekanan darah pasien turun dengan signifkan?
(5) Jika tekanan darah tidak terukur apakah pasien punya
tanda yang

b. Pengkajian lengkap (comprehensive assessment)


Pengkajian riwayat kesehatan lalu, riwayat social, riwayat
psikososial dan spiritual serta pengkajian fisik dari sistem tubuh
(sistem neurologi, respirasi, kardiovaskuler, renal, gartrointestinal,
endokrin, hematologic dan immunologi serta integument) dan
pengkajian resiko jatuh menggunakan humty dumty pada anak,
skala morse pada dewasa dan geriatric pada lansia. Pengkajian
nyeri juga dapat dilakukan pada area kritis. Hasil penelitian
Prawesti, Ibrahim, Nursiswati (2016) menyebutkan bahwa

Behavioural pain scales (BPS) dan Critical pain observation tools


(CPOT) adalah alat penilaian nyeri yang dapat digunakan dalam
menilai rasa sakit dan meningkatkan manajemen nyeri pada pasien
kritis. CPOT lebih mudah digunakan dan aplikatif karena memiliki
defnisi operasional yang jelas

c. Pengkajian berkelanjutan (on going assessment)


Kontinuitas monitoring kondisi pasien setiap 1-2 jam pada
saat kritis, selanjutnya sesuai kondisi pasien. Hal-hal yang dikaji
meliputi hemodinamik, balance cairan dan alat-alat yang dipakai
pada saat masuk icu .

3. Penetapan masalah/diagnose keperawatan

10
Setelah melakukan pengkajian data dikumpulkan dan
diintrepretasikan kemudian dinanalisa lalu ditetapkan
masalah/diagnose keperawatan berdasarkan data yang menyimpang
dari keadaan fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai
tujuan dari tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan
pada kebutuhan klien yang dapat diukur dan realistis (craven &
himle, 2000).
Contoh diagnose keperawatan yang sering muncul pada intensif care
adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (RC : Sepsis)
b. Gangguan pertukaran gas : Airway-Obstruction (RC : Acidosis

(metabolic Respiratory)
c. Pola nafas tidak efektif (RC : Hypoxemia)
d. Gangguan perfusi jaringan (RC : Hypoxemia)
e. Nyeri Akut (RC : Syok Neurogenik)
f. gangguan intergritas kulit/jaringan (RC : Sepsis)
g. Resiko jatuh

4. Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnose telah
diproritaskan. Langkah awal adalah :
a. Merumuskan tujuan :
1) berfokus pada pasien
2) jelas dan singkat
3) dapat diukur dan diobservasi
4) realistis
5) ada target waktu
6) melibatkan peran serta masyarakat
b. rencana tindakan :
1) tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan

11
2) mengarah pada tujuan yang akan dicapai
3) realistis
4) disusun berurutan da nada rasionalnya
c. kriteria hasil :
1) menggunakan kata kerja yang tepat
2) dapat dimodifikasi
3) spesifik
5. Implementasi Keperawatan
Semua kegiatan yang dilakukan dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini
penting untuk mendukung pencapaian tujuan. Tindakan keperawatan
dapat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur tertentu, tindakan
kolaboratif dan pendidikan kesehatan dala tindakan perlu ada
pengawasan terus menerus terhadap kondisi klien termasuk evaluasi
perilaku.

6. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan
merupakan dasar pertimbangan yang sistematis untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan dan sekaligus merupakan alat
untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya melakukan
modifikasi/revisi diagnose dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan
setiap akhir tindakan peberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi
proses dan evaluasi hasil yang dilakukan untuk menilai keadaan
kesehatan klien selama dan pada akhir perawatan. Evaluasi dicatat
pada catatan perkembangan klien.

F. STANDAR MINIMUN PELAYANAN INSTALASI


PERAWATAN INTENSIVE
- Resusitasi Jantung Paru (BHD)

- Air Way Management

12
- Terapi Oksigen: Ventilator

- Monitoring EKG, Pulse Oximetri

- Pemeriksaan Lab

- Terapi Titrasi

- Tehnik khusus sesuai pasien

KLASIFIKASI ICU
1. ICU Primer : Tingkat 1 (RS Tipe D/Kecil)

- Memantau dan mencegah penyulit pasien dan bedah yang berisiko

- Ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama


beberapa jam

- Ruangan dekat dengan kamar bedah

- Kebijakan / criteria pasien masuk, keluar dan rujukan

- Kepala : dokter spesialis anestesi

- Dokter jaga 24 jam, mampu RJP

- Konsultan dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat

- Jumlah perawat cukup dan sebagian besar terlatih

- Pemeriksaan Laborat : Hb, Hct, Elektrolit,GD, Trombosit

- Kemudahan Rontgen dan Fisioterapi

2. ICU Sekunder : Tingkat 2

- Memberikan pelayanan ICU umum: bedah, trauma, bedah syaraf,


vaskuler dsb

13
- Tunjangan ventilasi mekanik lebih lama.

- Ruangan khusus dekat kamar bedah

- Kebijakan dan kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan

- Kepala intensivis, bila tidak ada SpAn.

- Dokter jaga 24 jam mampu RJP ( A,B,C,D,E,F )

- Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator,RT dan


2 : 1 untuk pasienlainnya.

- 50% perawat bersertifikat ICU dan pengalaman kerja minimal 3 tahun


di ICU Mampumelakukan pemantauan invasife Lab, Ro, fisioterapi
selama 24 jam

3. ICU Tersier : Tingkat III (RS Tipe A/B)

- Tempat khusus tersendiri di Rumah Sakit

- Memiliki kriteria klien masuk, keluar dan rujukan

- Memilki dokter sepesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap
saat.

- Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensif care atau


ahli yang lain, yang bertanggung jawab secara keseluruhan.

- Ada dokter jaga 24 jam dan mampu melakukan CPR (BHD dan BHL).

- Ratio pasien : perawat = 1:1 untuk pasien dengan ventilator, dan 2 : 1


untuk pasienlainnya.

- 75% perawat bersertifikat ICU atau minimal pengalaman kerja di ICU


3 tahun

- Mampu melakukan pemantauan / terapi non invasive maupun invasive.

14
- Laborat, Ro, Fisioterapi selama 24 jam

- Mempunyai pendidikan medik dan perawat

- Memiliki prosedur pelaporan resmi dan pengkajian, Memiliki staf


administrasi, rekammedik dan tenaga lain.

15
- FASTHUG
Intervensi FASTHUG merupakan tindakan yang diberikan pada
pasien kritis meliputi feeding, analgesia, sedasi, thromboembolic
profilaksis, head elevasi, ulcus stresser danglukosa control. Intervensi
FASTHUG diharapkan dapat memperbaiki kondisi klinis termasuk
disfungsi organ yang terjadi pada pasienkritis selama perawatan di
ICU.Hasil intervensi FASTHUG selama ini dilakukan dengan penilaian
APACHE II. FASTHUG digunakan di unit perawatan intensif (ICU) untuk
membantu team medis dalam persiapan untuk evaluasi kondisi pasien,
membantu mengidentifikasi dan mencegah kesalahan pengobatan,
meningkatkan keselamatan pasien, dan memaksimalkan intervensi
terapeutik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asuhan keperawatan intensif adalah kegiatan prkatek keperawatan


intensif yang diberikan pada pasien/keluarga. Asuhan keperawatan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
merupakan metode ilmiah dan panduan dalam memeberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas guna mengatasi masalah pasien.
Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi pengkajian,
masalah/diagnose keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi
(kemenkes, 2006)
2. Pengkajian di icu meliputi pengkajian sebelum pasien datang, segera
setelah datang, segera setelah pasien datang, pengkajian lengkap dan
pengkajian berkelanjutan

B Saran
1. Perawat harus memahami bagaimana konsep proses asuhan
keperawatan di area kritis
2. Perawat harus memiliki kemampuan untuk melakukan layanan asuhan
keperawatan di area kritis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Depkes Ri. 2006. Standar pelayanan keperawatan di icu. Direktorat keperawatan


dan keteknisian medic dirjen pelayanan medik. Jakarta

Deswani (2011). Hubungan antara Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan


dengan Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Melati RS Margono
Soekarjo. diakses http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/18/jhptump-
adhianwahyu879-1-babi.pdf tanggal 3 desember 2018

Kemenkes. 2015. Modul pelatihan icu dasar. Jakarta

Permenkes RI. 2015. Standar peayanan keperawatan di rumah sakit khusus.


Jakarta

Herdian, Fitra. 2016. Proses Keperawatan Pasien Kritis. Fakultas unpad. Diakses
pada https://www.researchgate.net/publication tanggal 5 Agustus 2019

13

Anda mungkin juga menyukai