Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH MANFAAT TERAPI KOMPLEMENTER

TANAMAN KUMIS KUCING, TAPAK DARA, DAN JAHE


TERHADAP DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH:

NAVILLATA BIRRA AMIRAH SITI ARDIANTI


HENNI PERTIWI JUMIA ELDA RIANTI
RIZKI FITRIANA RESTI JASRA
AYU SINTIA RAHMI LIZA ERFINA
DASMA FITRIANI HAFIZUL IKRAM
BONITA RAHAYU

DOSEN PEMBIMBING: YESI HASNELI. SKP, MNS

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan Tugas Makalah Manfaat Terapi Komplementer Tanaman Kumis
Kucing, Tapak Dara, Dan Jahe Terhadap Diabetes Melitus.

Sebagai manusia, apapun yang ada dan tertera pada makalah ini tentunya
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari teman-teman semua agar kedepannya penulis
bisa lebih baik lagi dan meningkatkan pengetahuan serta pengalaman dalam
menyelesaikan makalah selanjutnya.

Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih. Semoga ilmu
yang tertuang dalam makalah ini bisa mendatangkan manfaat bagi saya terutama
sebagai penulis dan bagi teman-teman semua yang membacanya.

Bangkinang, 24 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Diabetes Melitus …………………………………................................ 6

2.2 Tanaman Kumis Kucing……………………………………………….. 11

2.3 Tanaman Tapak Dara…………………………………………………... 16

2.4 Tanaman Jahe…………………………………………………………… 24

BAB III PELAKSANAAN PENGELOLAHAN LAHAN TANAMAN KUMIS


KUCING, TAPAK DARA, DAN JAHE

3.1 Pelaksanaan Pengelolahan Lahan Kumis Kucing………………… ....... 27

3.2 Pelaksanaan Pengelolahan Lahan Tapak Dara ……………………....... 29

3.3 Pelaksanaan Pengelolahan Lahan Jahe ………………………………... 30

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 34


4.2 Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. ............................................................................................................. 3

Tabel 2. ............................................................................................................ 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. ........................................................................................................ 11

Gambar 2. ....................................................................................................... 16

Gambar 3. ...................................................................................................... 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional
ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks
dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga
ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan
banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting
dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder &
Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna
terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional
(Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna
terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun
1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya
tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi
alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi
akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat
untuk berperan memberikan terapi komplementer.
Obat-obat komplementer yang dipergunakan adalah obat bersifat natural
yaitu mengambil bahan dari alam. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam
pengobatan komplementer sebelumnya harus dikaji dan diteliti keefektivitasannya

1
dan keamanannya. Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari
sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar
tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.
Salah satu penyakit yang dapat disembuhkan dengan terapi komplementer
ini adalah penyakit diabetes melitus. Diabetes Mellitus adalah sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus
tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung insulin dan yang kedua
Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung
insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun
dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan
pada kasus diabetes mellitus tipe II sering ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun
dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas 80%
dan non obesitas 20% (Smeltzer C. Suzanne, 2001). Menurut riset, penderita
diabetes mellitus di Indonesia mencapai 12 juta jiwa atau 5% dari seluruh
penduduk. Sekitar 30% dari penderita mengalami kebutaan akibat komplikasi
retinopati dan 10% harus menjalani amputasi.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam
jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja,
terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di
Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar
mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur.
Bedasarkan data hasil Riskesdas Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2013, prevalensi DM di Riau meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter dan/atau
gejala. Namun, mulai umur 65 tahun ke atas cenderung menurun. Prevalensi DM

2
cenderung lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki, Prevalensi DM
cenderung lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan. Prevalensi
DM cenderung lebih tinggi pada kelompok berpendidikan lebih rendah dengan
kuintil indeks kepemilikan menengah bawah hingga teratas, baik berdasarkan
wawancara yang terdiagnosis dokter maupun terdiagnosis dokter dan/atau gejala.

Tabel 1.Prevalensi Diabetes menurut


kabupaten di Riau Tahun 2013

Diabetes*
Kabupaten/Kota

D** D/G

Kuantan Singingi 1,6 2,9

Indragiri Hulu 1,0 1,1

Indragiri Hilir 0,7 0,7

Pelalawan 0,6 0,6

Siak 1,0 1,1

Kampar 1,0 1,2

Rokan Hulu 0,3 0,3

Bengkalis 1,6 2,0

Rokan Hilir 1,2 2,0

Kepulauan Meranti 0,6 0,7

Kota Pekanbaru 0,8 0,9

Kota Dumai 1,7 1,7

RIAU 1,0 1,2

D** = berdasarkan diagnosis dokter


D/G = berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

3
Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor
keturunan memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang
tua menderita penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya
menderita diabetes mellitus lebih besar.
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta
yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta
dapat menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup,
orang yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat,
kegememukan dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin
yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.
Faktor resiko diabetes melitus adalah:
 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun).
 Obesitas.
 Riwayat keluarga.
 Ras (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?
2. Apa penyebab diabetes tersebut?
3. Apa saja tipe-tipe diabetes melitus?
4. Bagaimana penangan diabets melitus?
5. Apa yang dimaksud dengan tanaman kumis kucing, tapak dara dan jahe?
6. Kandungan apa saja yang terdapat pada kumis kucing, tapak dara dan
jahe?
7. Apa manfaat tanaman kumis kucing, tapak dara dan jahe tersebut?
8. Bagaimana pengelolaan lahan untuk tanaman kumis kucing, tapak dara
dan jahe tersebut?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui manfaat dari tanaman kumis kucing, tapak dara,
dan jahe terhadap penderita diabetes mellitus dan untuk mengetahui cara
pengelolahan tanaman tersebut.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui defenisi dari diabetes mellitus
2. Untuk mengetahui penyebab dari diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui penangan penderita diabetes mellitus
5. Untuk mengetahui apa itu tanaman kumis kucing, tapak dara dan
jahe
6. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat di dalam tanaman
kumis kucing, tapak dara dan jahe
7. Untuk mengetahui manfaat dari tanaman kumis kucing, tapak dara
dan jahe
8. Untuk mengetahui bagaimana pengelolahan lahan untuk tanaman
kumis kucing, tapak dara dan jahe

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Diabetes Melitus
2.1.1. Defenisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang
ditandai oleh kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).
Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang
terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah
melebihi normal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin,
kelainan kerja insulin atau kedua-duanya (Depkes RI, 2005).
Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat
defisiensi insulin yang absolut atau relatif gangguan fungsi insulin (WHO,
2005).

2.1.2. Etiologi
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Melitus tipe II.

Faktor resiko diabetes melitus adalah:


 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas
65 tahun).
 Obesitas.
 Riwayat keluarga.
 Ras (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

6
2.1.3. Tipe-Tipe Diabetes
A. Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes mellitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat
ketiadaan absolute insulin. Penyakit ini disebut diabetes mellitus dependen
insulin (DMDI). Pengidap penyakit ini harus mendapatkan insulin
pengganti. Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk
berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan laki-laki sedikit lebih
banyak daripada wanita. Karena insidens diabetes tipe I memuncak pada
usia remaja dini, maka dahulu bentuk ini disebu sebagai diabetes juvenile.
Namun, diabetes tipe I dapat timbul pada segala usia.
B. Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat
insensitivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun
atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh
sel-sel beta pancreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai
noninsulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). Diabetes mellitus tipe II
biasanya timbul pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun, dan dahulu
disebut sebagai diabetes awitan dewasa. Pasien wanita lebih banyak
daripada pria.
2.1.4. Patofisiologi

Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah


yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya
insulin untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

7
disekresi. Namun pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
akibat sekresi insulin berlebihan, dan kadar glukosa akan di pertahankan
dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian bila sel-sel
beta tidak mampu megimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II
(Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Gejala awal diabetes adalah penderita merasa lemas, tidak bertenaga,
ingin makanan yang manis, sering buang air kecil, dan mudah sekali
merasa haus. Dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat
memicu berbagai komplikasi kronis, seperti:

- Gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan


- Gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal
- Gangguan pada jardiovaskula, disertai lesi membrane basalis yang
dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop
elektron
- Gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi autonom, foot ulcer,
amputasi, charcit joint, dan disfungsi seksual.

Dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria, dan


hiperosmolar nonketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma. Kata
diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut
glikosuria, atau kencing manis, yang terjadi jika tidak segera mendapatkan
perawatan.

2.1.6 Komplikasi
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetik, adalah gangguan metabolik yang terjadi
akibat defisiensi insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia
eksterm (lebih 300 mg/ dl). Pasien sakit berat dan memerlukan

8
intervensi untuk mengurangi kadar glukosa darah dan
memperbaiki asidosis berat, elektrolit, ketidakseimbangan cairan.
Adapun faktor pencetus Ketoasidosis Diabetik: obat-obatan,
steroid, diuretik, alkohol, gagal diet, kurang cairan, kegagalan
pemasukan insulin, stress, emosional, dan riwayat penyakit ginjal.
2) Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima
jumlah insulin yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya
untuk mempertahankan kadar glukosa normal. Gejala-gejala
hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat,
gemetar, sakit kepala dan palpitasi), juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang
tumpul dan koma).
b. Komplikasi jangka panjang
1) Mikroangiopati Diabetik merupakan lesi spesifik Diabetes
Melitus yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati
diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot-otot dan
kulit.
2) Makroangiopati Diabetik mempunyai gambaran histopatologis
berupa aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang
disebabkan karena insufisiensi insulin yang menjadi penyebab
jenis penyakit vaskuler. Gangguan–gangguan ini berupa
penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler, hiperproteinemia dan
kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya makroangiopati
diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika
yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka dapat
mengakibatkan angina dan infark miokardium (Price, S. A. &
Wilson L.M, 2006).

2.1.7 Penatalaksanaan Medis

Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu


perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik, dan penyuluhan.

9
1. Perencanaan makan (meal planning)
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), telah
ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%).
Lemak (20-25%). Apabila diperlukan santapan dengan komposisi
karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama
untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk
mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/ hari.
Jumlah kandungan serat ± 25 g/ hari, diutamakan jenis serat larut.
Konsumsi garam dibatasai bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ±
0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIEPE ( continous, rhytmical, interval,
progressive, endurance training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan
adalah jalan kaki, jogging, renang, bersepeda, dan mendayung.
3. Obat berkhasiat hipoglikemik
a. Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi
insulin sebagai aklibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
b. Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30) sebagai
obat tunggal.

10
c. Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.
2.2 Tanaman Kumis Kucing
2.2.1 Defenisi
Orthosiphon aristatus (Blume) Miq, atau dikenal dengan nama kumis
kucing termasuk tanaman dari famili Lamiaceae/Labiatae. Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia yang mempunyai manfaat
dan kegunaan yang cukup banyak dalam menanggulangi berbagai penyakit.

Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang


basah yang tegak. Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis,
kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Tanaman kumis kucing
dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris),
giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan
songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika
tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia.

Gambar 1. Tanaman Kumis Kucing

11
Ciri-ciri umum dari Tanaman Kumis Kucing yang bias dikenali:

 Akar tanaman berakar tunggang dengan bentuk bulat, berkayu


serta bercabang-cabang dimana bagian ujungnnya semakin
mengecil. Panjang akar bisa mencapai 25 cm. warna putih
 Batang membentuk persegi empat agak teratur, warna hijau
keunguan, memiliki diameter sektar 1.5 cm, tumbuh bercabang,
pada bagian ruas-ruas batang bagian bawah keluar akar.
 Daun berwarna hijau dengan bentuk bulat telur, lonjong
dengan panjang kurang dari 10 cm dan lebar antara 3-5 cm.
Tangkai daun bulat dengan warna ungu kehijauan atau hijau,
ini tergantung dari varietas tanaman. Daun umumnya tumbuh
berhadapan dan selang-seling, tulang daun bercabang-cabang.
 Bunga kumis kucing terbagi menjadi dua yaitu bunga tunggal
dan bunga majemuk. Bunga tunggal berbentuk bibir, mahkota
berwarna putih keunguan atau putih. Bagian atas ditutupi
rambut pendek berwarna putih keunguan.setiap ujung heli
bunga berbentuk bundar dan tumpul. Bagian benang sari pada
bunga keluar nampak seperti kumis kucing. Bunga majemuk
muncul dari bagian ujung percabangan dengan panjang sekitar
7-29 cm, berwarna putih atau putih keunguan. Bagian ini
ditutupi oleh rambut dengan panjang sekitar 1-6 mm, kelopak
bunga berurat, bagian pangkalnya memiliki rambut pendek dan
jarang, bagian atasnya gundul.
 Biji kumis kucing berwana putih kehitaman ketika masih muda
dan berubah menjadi coklat kehitaman apabila sudah tua. Biji
berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kurang lebih 1 mm.

2.2.2 Kandungan Tanaman Kumis Kucing


Tanaman kumis kucing mengandung minyak atsiri 0,02-0,06% terdiri
dari 60 macam sesquiterpens dan senyawa fenolik. 0,2% flavonoid lipofil

12
dengan kandungan utama sinensetin, eupatorin, skutellarein, tetrametil eter,
salvigenin, rhamnazin; glikosida flavonol, turunan asam kafeat (terutama
asam rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat ), metilripariokromen A 6-
(7,8-dimetoksi-2,2-dimetil [2H,1-benzopiran]-il), saponin serta garam
kalsium (3%) dan myoinositol.4,9,13). Hasil ekstraksi daun dan bunga
Orthosiphon aristatus ditemukan metilripariokromen A atau 6-(7,8-
dimetoksietanon).

Juga ditemukan senyawa golongan flavonoid.

 Sinensetin ( 5,6,7,3′,4′- pentametoksi flavon )


 Tetrametilskutellarein (5,6,7,4′-tetra metoksi flavon)
 5-hidroks i 6,7,3′,4′ tetrametoksi flavone.
 Salvigenin (5-hidroksi-6,7,4′-trimetoksi flavon)
 Kirsimaritin (5,6-dihidroksi-7,4′-dimetoksi flavon)
 Pilloin (5,3’-dihidroksi-7,4’-dimetoksi flavon)
 Rhamnazin (3,5,4′-trihidroksi-7,3′-dimetoksi flavon).

Dan juga ditemukan 9 macam golongan senyawa flavon dalam bentuk


aglikon, 2 macam glikosida flavonol, 1 macam senyawa kumarin, asam kafeat
dan 7 macam senyawa depsida turunan asam kafeat, skutellarein, 6-
hidroksiluteolin, sinensetin.

Tanaman Kumis kucing ini memiliki sifat senyawa Manis, sedikit


pahit, sejuk, dan efek farmtologis sebagai anti-inflammatory (anti radang),
peluruh air seni (diuretik), menghancurkan batu saluran kencing, dan
antibakteri.

2.2.3 Teknik Budidaya Tanaman Kumis Kucing

Dalam 1 g biji berserat mengandung 2.500 biji, sedang yang tanpa


serat mengandung 3000 biji. Daya kecambah biji cepat menurun, oleh karena
itu akan lebih baik bila digunakan biji-biji yang baru (paling lama disimpan 1

13
bulan). Perbenihan perlu penyemaian agar tidak terlalu banyak yang mati
karena kekeringan, rusak oleh terik matahari, terlalu basah atau lembab.
Permukaan tanah persemaian dihaluskan dan sebaiknya dilapisi pasir setebal
2-3 cm, kemudian ditutup dengan lembaran plastik dan diberi atap pelindung.
Jumlah benih yang diperlukan adalah 10 g tiap m persegi. 4-5 hari setelah
benih disebar merata akan tumbuh.

Setelah benih berumur 1 minggu, mulai diperjarang dan dicabut untuk


dipindahkan ke lubang sebesar pensil yang dibuat di permukaan bumbungan-
bumbungan (tinggi 5 cm dan berdiameter 3 cm) tanah yang telah dicampur
dengan pupuk kandang yang dibungkus dengan daun. Tiap bumbungan diisi 1
bibit. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman pagi dan sore,
memperjarang bibit dan memusnahkan bagian bibit yang mulai terserang
penyakit. Setelah berumur 2 bulan, bibit dalam bumbungan sudah cukup
besar dan kuat untuk ditanam di kebun; dua minggu sebelum ditanam bibit
dalam bumbungan dipindahkan ke tempat yang lebih terang untuk melatih
tanaman terhadap terik sinar matahari.

Ukuran bibit pada waktu dipindahkan di kebun mencapai tinggi 3-5


cm, berdaun 4-5 helai, panjang daun 5-10 cm, lebar 2-3 cm. Ditanam pada
tanah yang kering atau tegalan pada musim hujan. Penanaman pada musim
kemarau akan berhasil bila dilakukan pada tanah yang memungkinkan untuk
diairi (sawah). Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul 2 kali atau
menggarpu 1 kali, meratakan tanah dan membuat saluran air di sekeliling
petakan. Pda keadaan tanah yang kurang baik tata airnya dicangkul lebih
dalam, lalu dibuat bedengan atau guludan dibuat lubang-lubang dengan jarak
tanam 40-60 cm untuk ditanam bibit.

Penanaman sebaiknya dilakukan setelah lewat tengah hari, agar tidak


cepat layu (dianjurkan diberi naungan berupa daun atau batang pelepah
pisang, terutama bagi bibt yang kurang terlatih terhadap terik sinar matahari
selama di bumbungan; naungan sementara ini dilakukan selama 1-2 minggu).

14
Pemeliharaan terdiri dari penyiraman atau pengairan bila 2 hari tidak turun
hujan, penyiangan dilakukan 3-5 kali, pemupukan dilakukan pada umur 3
minggu dan bila perlu pada umur 8 minggu setelah tanam (34 kg nitrogen tiap
hektar, peningkatan hasil 14%), dan dilakukan pemangkasan batang bunga
agar daun dapat tumbuh lebih banyak.

2.2.4 Khasiat Tanaman Kumis Kucing

Beberapa manfaat atau khasiat Orthoshipon aristatus yaitu :

1. Memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik)


2. Rematik, Rematik gout disebabkan oleh asam urat yang berlebih
dalam tubuh. Kandungan ortosifonin dan garam kalium (terutama
pada daunnya) merupakan komponen utama yang membantu larutnya
asam urat sehingga Kumis kucing dapat mencegah dan mengobati
rematik gout.
3. Batuk
4. Encok (Gout arthritis)
5. Demam
6. Sembelit
7. Sakit Pinggang
8. Radang ginjal
9. Batu ginjal, Kalium pada Tanaman Obat Kumis kucing berkhasiat
diuretik (memperlancar buang air kecil) sehingga dapat mencegah dan
membantu melarutkan batu ginjal.
10. Diabetes

Dalam manfaat Khasiat Daun Kumis Kucing Untuk Diabetes,


kandungan dari kumis kucing ini dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
Selain dapat menurunkan kadar gula dalam darah, kumis kucing juga bisa
mengendalikan kadar gula dalam darah yang naik tinggi.

15
Cara kerja dari kumis kucing ini sangat mirip dengan cara kerja zat
insulin pada manusia, maka tubuh penderita diabetes pun dapat dikendalikan
kadar gula dalam darahnya. Jika zat insulin pada penderita diabetes berkurang,
maka ada masalah pada pankreas yang merupakan organ tubuh penghasil
insulin.

Kandungan dari senyawa tanaman kumis kucing ini bisa memperbaiki


sel beta pankreas sampai pankreas pulih sepenuhnya, dengan demikian
pankreas pun jadi bisa menghasilkan zat insulin seperti dalam keadaan
normal.

2.3 Tanaman Tapak Dara


2.3.1 Defenisi

Gambar 2. Tanaman Tapak Dara

Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus L.) adalah salah satu


tanamanyang tersebar luas di daerah tropis. Tanaman ini pada mulanya

berasal dari Madagaskar sehingga dikenal juga dengan namaMadagascar

periwinkle. Pada saat sekarang tanaman ini sudah menyebar hampir di

seluruh daerah tropis seperti di China, India, Indonesia, Australia, Amerika

Utara dan Selatan. DiIndonesia umumnya tanaman ini sering dijumpai

sebagai tanaman hias yang di tanam dihalaman depan rumah. Tanaman ini

16
berupa perdu menahun dengan tinggi tanaman kurangdari 1m. Tanaman

Tapak dara memiliki warna bunga yang indah seperti ungu muda, merah

muda atau putih. Penyebaran tanaman tapak dara yang luas diberbagai

daerah, menyebabkan tanaman ini banyak memiliki nama lokal. Tanaman ini

ditanam didalam pot sebagai hiasan yang memiliki keindahan yang dapat

menyejukan mata bagi siapa saja yang memandangnya dan vinca ini juga

ditanam sebagai unsur soft material taman.

Tanaman tapak dara dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran

tinggi denganketinggian 800 m dari permukaan laut (dpl.). Tanaman ini

menyukai tempat yang terbuka,namun juga dapat tumbuh pada tempat yang

ternaungi. Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji, setek batang, atau

akar

Di Indonesia tanaman tapak dara belum banyak dibudidayakan,

walaupun telah lamadiketahui dapat digunakan sebagai tanaman hias dan obat

herbal. Kandungan vincristine dan vinblastine yangakhir-akhir ini telah

diketahui sebagai obat kanker sangatlah membuka peluang bagi petaniuntuk

membudidayakan tanaman tapak dara ini.

Salah satu penyebab kurangbaiknya pertumbuhan tanaman tapak dara

adalah kurangnya pengetahuan masyarakat akan syarat tumbuh untuk

pertumbuhan tanaman tapak dara yang baik. Kualitas tanaman yang baik

ditandai oleh pertumbuhanbunga yang baik, tahan terhadap hama dan

penyakit. Upaya untuk membudidayakan tapak dara dengan pertumbuhan

yang baik adalah dengan memenuhi syarat tumbuh yang diinginkan, salah

satunya adalah ketinggian tempat yang paling baik untuk pertumbuhan

tanaman ini.

17
Faktor ketinggian tempat akan menunjukan adanya perbedaan iklim

pada dataran tertentu yang akan berpengaruh kepada tanaman sepertisuhu.

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman

ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam

tajuk tanaman.Pengaruh suhu terhadap tanaman ditunjukan dengan 3

tingkatan suhu yaitu 1. Pengaruh suhu minimum terhadap tanaman 2.

Pengaruh suhu optimum terhadap tanaman 3. Pengaruh suhu maksimm

terhadap tanaman. Setiap tanaman menginginkan suhu optimum yang

berbeda-beda untuk pertumbuhan dan perkembanganya, yang dimaksud

dengan suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk tanaman.

Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Memiliki batang yang

berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil,berkayu, beruas, dan

bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau,

tersusun menyirip berselingan dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Panjang

daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek.

Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil,

berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet dengan permukaan

berbulu halus, ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atau

ungu tergantung kultivarnya.

2.3.2 Bagian-Bagian Tanaman Tapak Dara

Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Memiliki batang yang

berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil,berkayu, beruas, dan

bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau,

tersusun menyirip berselingan dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Panjang

daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek.

18
Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil,

berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet dengan permukaan

berbulu halus, ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atau

ungu tergantung kultivarnya. Buahnya berbentuk silinder, ujung lancip,

berambut, panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki banyak biji

1. Akar

Memiliki sisterm perakaran serabut (radix adventicia) berwarna

kecoklatan.

2. Batang

Batang berbentuk bulat (teres) bagian pangkalny berkayu. Permukaan

batang rata (laevis), arah tumbuh batang condong (ascendens), pola

percabangan sympodial.

3. Daun

Merupakan daun tunggal terdiri atas tankai daun (petiolus) dan helaian

daun (lamina). Panjang daun sekitar 2-6 cm dan lebar 1-3 cm , bangun

daunnya jorong (ovalis), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun

meruncing (acuminatus), tepi daun rata (integer), tulang daun menyirp

(penninervis), duduk daun berhadapan (folia decusata). Permukaan

daun mengkilap dan berambut.

4. Bunga

Termasuk bung majemuk bisexualis terdapat perhiasan bunga berupa

corolla 5 petal lepas berwarna merah muda tau putih, calyx terdiri dari

5 sepal lepas, dengan simetris bunga actinomorph. Alat kelamin terdiri

dari stamen terdapat 5 buah dan letak anther doorsifix. Pistillum

berjumlah 1 buah letak ovarium superum memiliki 2 loculus, 2

carpellum, letak ovulum axilaris.

19
2.3.3 Ciri-Ciri Tanaman Tapak Dara

Tapak dara merupakan tanaman herba/semak yang tegak, hidup lama,

tinggi 0,2-0,8 m dan mengandung getah. Batangnya mengandung getah

berwarna putih susu, berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil,

berkayu, beruas, bercabang, dan berambut sangat lebat. Daun bersusun

berhadapan, bertangkai pendek, memanjang bulat telur dengan pangkal

serupa baji dan ujung tumpul panjang 2 – 6 cm, lebar 1 – 3 cm, dan tangkai

daunnya sangat pendek. Bunganya muncul dari ketiak daun. Kelopak bunga

kecil, berbentuk paku.

Mahkota bunga berbentuk terompet, dan ujungnya melebar. Tepi

bunga datar, terdiri dari taju bunga berbentuk bulat telur, dan ujungnya

runcing menutup ke kiri. berbunga sepanjang tahun, berbentuk tubular,

panjang 1,5-4 cm, lebar 5 cm memiliki 5 mahkota kecil. Bunga berwarna

violet, merah rosa, putih (var. albus), putih dengan bintik merah (var.

ocellatus), ungu, kuning pucat. Buahnya berbentuk silindris, ujung lancip,

berbulu, panjang sekitar dengan panjang folikel 1-4 cm hijau dan berbiji

banyak tanpa rambut gombak. Bijinya mempunyai panjang 1-2mm berbentuk

persegi panjang, hitam, kotiledon datar, endosperm kecil. Panjang akar dapat

mencapai 70 cm.

2.3.4 Kandungan yang Terdapat Pada Tapak Dara

Herba mengandung lebih dari 70 macam alkaloid, termasuk 28

biindole alkaloid. Komponen antikanker, yaitu alkaloid seperti

vincaleukoblastine (vinblastin = VLB), leurosidin dan katarantin, Alkalod

yang berkhasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) antara lain

leurosin, katarantin, lochneri, tetrahidroalstonin, vindolin dan vindolinin.

20
Sedangkan akar tapak dara mengandung alkaloid, saponin, flafonoid dan

tanin.

Tapak dara mempunyai sekitar 100 senyawa dengan struktur indol

atau dihidroindol yang merupakan turunan senyawa asam amino triptofan.

Konstituen utama adalah vindolin yang mencapai 0,5 %; senyawa mayor

adalah serpentin, katarantine, ajmalisin (raubasin), akuammin, loknerin, dan

tetrahidroalastonin. Ajmalisin dan serpentin terdapat pada akar bahkan

katarantin dan vindolin terakumulasi pada bagian aerial. Bagian aerial

mengandung 0,2-1% alkaloid.

Minyaknya mengandung sitronellil asetat, senyawa alifatis b10 110-

12º, kadinene, substansi solid m.p. 220º, aldehid, substansi menyerupai jarum,

m.p. 195-210º, 2-heptanol, dan sejumlah konstituen berwarna. Banyak

senyawa ditemukan dari Catharanthus roseus. Berikut ini tabel senyawa pada

Catharanthus roseus.

2.3.5 Kegunaan Tanaman Tapak Dara

Daun ini dapat mengobati beberapa penyakit, antara lain :

1. Untuk mengobati tumor

Karena kandungan vinblastin-nya, sejenis alkaloid yang antineoplastik

(mampu menumpas sel-sel tumor).Vinblastin (vinca-leucoblastin) yang

disarikan dari daun pernah diolah menjadi obat paten yang diedarkan

sebagai Velban, Exal dan Velbe. Kini obat-obat itu sudah tidak dibuat

lagi karena selain kurang manjur juga berakibat samping menimbulkan

rasa nyeri. Selain vinblastin, sari daun tapakdara juga mengandung

vindolin, sejenis alkaloid lain berbentuk metilester dari asam

karboksilat aspidospermidin.

21
2. Untuk mengobati diabetes

Ambil segenggam daun tapakdara yang direbus dalam air 3 gelas.

Setelah mendidih dan dibiarkan begitu terus sampai air tinggal 2 gelas,

sarinya diminum.Jamu seperti ini perlu diminum 3 kali sehari Menurut

pengalaman orang-orang yang suka memanfaatkannya, dalam

seminggu saja rasa lemah badan dan sering capai gara-gara kencing

manis itu sudah hilang.

2.4 Tanaman Jahe

2.4.1 Defenisi
Jahe atau zingiber officinale merupakan salah satu tanaman berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat
populer dikalangan masyarakat baik sebagai bahan rempah dapur ataupun
bahan obat.
Jahe dipekirakan berasal dari asia pasifik yang penyebarannya mulai
dari India hingga wilayah cina. Dari India, jahe mulai dijadikan sebagai bahan
rempah untuk diperjualbelikan yang jangkauan pemasarannya hingga wilayh
asia tenggara, jepang, tiongkok, hingga wilayah timur tengah.

Gambar 3. Kunyit

22
2.4.2 Ciri-Ciri Umum

Ciri umum tanaman jahe adalah:

Tanaman yang bisa bertahan hidup di daerah tropis dan dikenal memiliki

rasa pedas dan hangat pada rimpangnya ini, memiliki beberapa ciri umum

yang mudah dikenali, yaitu :

 Tanaman sejenis herba, tumbuh tegak dengan ketinggian pohon antara

30-60 cm.

 Batang pohon semu, beralur dan memiliki warna hijau.

 Daun tunggal dan berwarna hijau tua, tangkai daun berbulu halus, helai

daun berbentuk lanset, bagian tepi rata dan bagian ujung runcing serta

pangkal daun tumpul. Panjang daun antara 20-40 cm dan lebar antara 2-

4 cm.

 Bunga berupa malai tumbuh dari dalam tanah berbentuk tongkat atau

bundar telur, panjang malai berkisar antara3,5-5 cm dengan lebar 1,5-

1,75 cm. Gagang bunga hampir tidak berbulu dengan panjang sekitar 25

cm, sisik pada bunga berjumlah 5-7 buah, berbentuk lanset. Letaknya

berdekatan, panjang sisik 3-5 cm. mahkota bunga berbentuk tabung 2 –

2,5 cm dengan helai agak sempit, memiliki bentuk tajam, warna kuning

kehijauan, panjang sekitar 1,5 – 2,5 mm dengan lebar 3 – 3,5 mm, bibir

berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan,

panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, dengan panjang 9 mm,

tangkai putik berjumlah 2.

 Buah berbentuk bulat hingga bulat panjang, berwarna coklat sedang biji

berbentuk bulat dengan warna hitam.

 Akar berbentuk serabut dengan warna putih kotor. Rimpang tebal dan

agak melebar, tumbuh bercabang-cabang. Warna rimpang kuning pucat.

23
Bagian dalam berserat agak kasar, warna kuning muda dengan bagian

ujung berwarna merah muda. Rimpang memiliki aroma khas dan rasa

pedas.Rimpang dapat dibedakan menjadi tiga bagian sesuai dengan

ukuran dan warna yang dimiliki yaitu : Jahe besar (jahe gajah/jahe

badak), jahe kecil (jahe emprit), dan jahe merah (jahe sunti)

2.4.3 Kandungan Kimia Jahe


Pemanfaatan jahe oleh manusia yaitu pada bagian rimpangnya.
Rimpang jahe mengandung minyak asitri dimana didalamnya terkandung
beberapa senyawa seperti Zingeron, seskuiterpen, oleoresin, zingiberen,
limonen, kamfena, sineol, zingiberal, sitral, felandren, dan borneol. Selain itu,
terdapat juga damar, pati, vitamin A, B, C, senyawa flavonoid dan polifenol,
serta asam organik seperti asam malat dan asam oksalat.
Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan komposisi unsur-
unsur didalam 100 g jahe :
Tabel 2. Kandungan zat pada jahe
Kandungan Jumlah
Protein 8.6%
Karbohidrat 66.5%
Lemak 6.4%
Serat 5.9%
Abu 5.7%
Kalsium 0.1%
Fosfor 0.15%
Zat besi 0.011%
Sodium 0.3%
Potasium 1.4%
Vitamin A 175 IU
Vitamin B1 0.05 mg
Vitamin B2 0.13 mg
Vitamin C 12 mg
Niasin 1.9%

24
2.4.4 Manfaat/ Khasiat Jahe
Sudah saatnya kita membebaskan diri dari zat-zat kimia yang dibawa
oleh makanan-makanan import, dan sudah saatnya pula kita merubah filosofi
makan kita. Kita kembalikan lagi ke tujuan awal bahwa kita makan intinya
adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran.
Berbagai jenis minuman nusantara yang dapat digolongkan sebagai
pangan fungsional antara lain wedang jahe, wedang secang, wedang jeruk,
beras kencur, kunyit asam, bir temulawak, bir plethok, ronde, sekoteng,
bandrek, serbat dan dadih. Khasiat minuman tradisional antara lain, dapat
menghangatkan tubuh, mencegah masuk angin, batuk, influenza, reumatik,
meningkatkan stamina tubuh, melancarkan pencernaan dan anti diare.
Namun dalam hal ini saya akan menitik beratkan pada Jahe, Kenapa
Jahe? Karena Pada Jahe banyak sekali khasiat untuk kesehatan dan kebugaran
tubuh. Adapun Khasiat Jahe antara lain:
a. Mampu meredakan nyeri lambung dan memulihkan radang sendi.
b. Jahe terbukti berkhasiat sebagai karminativum atau dapat
merangsang keluarnya gas dari perut sehingga mampu mengobati
masuk angin.
c. Sifatnya yang menghangatkan tubuh juga dipercaya mengurangi rasa
mual, batuk dan gejala flu ringan.
d. Penelitian lain menyebutkan, kandungan enzim protease dan lipase
yang terkandung dalam jahe berfungsi memecah protein dan lemak.
Enzim inilah yang membantu mencerna dan menyerap makanan
sehingga meningkatkan napsu makan.
e. Jahe juga melindungi sistem pencernaan dengan menurunkan
keasaman lambung. Senyawa aseton dan methanol pada jahe juga
mampu menghambat terjadinya iritasi pada saluran pencernaan.
Manfaatnya, nyeri lambung bisa dikurangi dengan mengkonsumsi
jahe. Peradangan pada arthritis/radang sendi juga bisa ditanggulangi
dengan banyak mengkonsumsi jahe karena jahe menghambat

25
produksi prostaglandin, hormon dalam tubuh yang dapat memicu
peradangan.
f. Merangsang pelepasan hormon adrenalin yang dapat memperlebar
pembuluh darah sehingga tubuh menjadi hangat, darah mengalir
lebih lancar dan tekanan darah menurun.
g. Mencegah kanker kolon, Karena jahe juga bisa memperlambat
pertumbuhan sel-sel kanker kolorektal.
h. Mencegah rasa sakit akibat diabetes, Sebuah studi yang dilakukan
pada tikus penderita diabetes menemukan, tikus yang diberikan jahe
mengalami penurunan kejadian rasa sakit akibat diabetes.

26
BAB III
PELAKSANAAN PENGOLAHAN LAHAN TANAMAN KUMIS KUCING,
TAPAK DARA, DAN JAHE

3.1 Pelaksanaan Pengelolahan Lahan Untuk Tanaman Kumis Kucing


 Pengolahan Tanah
1. Tanah dicangkul sedalam 30 – 40 cm hingga gembur.
2. Buatlah bedengan selebar 100 – 120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar
bedengan 40 – 50, dan panjangnya disesuaikan kondisi lahan.
3. Tebarkan pupuk kandang di atas bedengan tersebut.
 Persiapan Bibit
1. Umumnya tanaman Kumis Kucing diperbanyak dengan stek
batang/cabang.
2. Pilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua. Potong menjadi
stek-stek yang berukuran panjang 15 – 25 cm atau beruas sekitar
2 – 3 buku.
 Penanaman
1. Stek bibit ditanam langsung di kebun sedalam 5 cm. Padatkan
tanah disekitar pangkal stek.
2. Jarak tanam 30 cm x 30 cm, 40 cm x 40 cm, 40 cm x 50 cm, dan
60 cm x 60 cm.
 Budidaya dengan Bibit yang berupa Biji
Dalam 1 g biji berserat mengandung 2.500 biji, sedang yang tanpa
serat mengandung 3000 biji. Daya kecambah biji cepat menurun, oleh
karena itu akan lebih baik bila digunakan biji-biji yang baru (paling lama
disimpan 1 bulan). Perbenihan perlu penyemaian agar tidak terlalu banyak
yang mati karena kekeringan, rusak oleh terik matahari, terlalu basah atau
lembab. Permukaan tanah persemaian dihaluskan dan sebaiknya dilapisi
pasir setebal 2-3 cm, kemudian ditutup dengan lembaran plastik dan diberi
atap pelindung. Jumlah benih yang diperlukan adalah 10 g tiap m persegi.
4-5 hari setelah benih disebar merata akan tumbuh.

27
Setelah benih berumur 1 minggu, mulai diperjarang dan dicabut
untuk dipindahkan ke lubang sebesar pensil yang dibuat di permukaan
bumbungan-bumbungan (tinggi 5 cm dan berdiameter 3 cm) tanah yang
telah dicampur dengan pupuk kandang yang dibungkus dengan daun. Tiap
bumbungan diisi 1 bibit. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman pagi
dan sore, memperjarang bibit dan memusnahkan bagian bibit yang mulai
terserang penyakit.
Setelah berumur 2 bulan, bibit dalam bumbungan sudah cukup
besar dan kuat untuk ditanam di kebun; dua minggu sebelum ditanam bibit
dalam bumbungan dipindahkan ke tempat yang lebih terang untuk melatih
tanaman terhadap terik sinar matahari. Ukuran bibit pada waktu
dipindahkan di kebun mencapai tinggi 3-5 cm, berdaun 4-5 helai, panjang
daun 5-10 cm, lebar 2-3 cm. Ditanam pada tanah yang kering atau tegalan
pada musim hujan. Penanaman pada musim kemarau akan berhasil bila
dilakukan pada tanah yang memungkinkan untuk diairi (sawah).
Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul 2 kali atau menggarpu 1
kali, meratakan tanah dan membuat saluran air di sekeliling petakan.
Pada keadaan tanah yang kurang baik tata airnya dicangkul lebih
dalam, lalu dibuat bedengan atau guludan dibuat lubang-lubang dengan
jarak tanam 40-60 cm untuk ditanam bibit. Penanaman sebaiknya
dilakukan setelah lewat tengah hari, agar tidak cepat layu (dianjurkan
diberi naungan berupa daun atau batang pelepah pisang, terutama bagi bibt
yang kurang terlatih terhadap terik sinar matahari selama di bumbungan;
naungan sementara ini dilakukan selama 1-2 minggu). Pemeliharaan terdiri
dari penyiraman atau pengairan bila 2 hari tidak turun hujan, penyiangan
dilakukan 3-5 kali, pemupukan dilakukan pada umur 3 minggu dan bila
perlu pada umur 8 minggu setelah tanam (34 kg nitrogen tiap hektar,
peningkatan hasil 14%), dan dilakukan pemangkasan batang bunga agar
daun dapat tumbuh lebih banyak.

28
3.2 Pelaksanaan Pengelolahan Lahan Tanaman Tapak Dara
Bibit tanaman tapak dara (periwinkle) yang telah berumur lebih kurang 12
minggu telah siap untuk ditanam di lapangan. Sebelum penanaman lahan perlu
dipersiapkan terlebih dahulu sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman tapak dara akan tumbuh baik pada lahan yang mendapatkan sinar
matahari cukup/langsung, namun tanaman ini juga dapat tumbuh dibawah
naungan. Tanaman ini akan tumbuh baik jika mendapat sinar matahari pagi yang
cukup, namun mendapat naungan di siang hari. Apabila tanaman ini kena
langsung terik sinar matahari di siang hari, maka daunnya akan menggulung atau
layu.
 Persiapan Penanaman Bibit Tapak Dara
Pada persiapan penanaman diperlukan beberapa peralatan dan bahan yang
harus dipersiapkan. Alat dan bahan tersebut adalah:
1. Cangkul untuk menggemburkan tanah
2. Sekop kecil untuk membuat lubang
3. Selang untuk menyiram
4. Pita ukur untuk mengukur luas lahan
 Pembuatan Guludan untuk Penanaman Bibit Tapak Dara
Gulukan dipersiapkan terlebih dahulu sebelum bibit ditanam. Guludan
dibuat dengan
cara sebagai berikut:
1. Tanah dengan ukuran 1m x 3 meter digemburkan dengan menggunakan
cangkul untuk membuat guludan
2. Guludan dibuat beberapa buah sesuai dengan keperluan
3. Guludan dibatasi dengan parit dengan kedalaman sekitar 40 cm untuk
menghindarkan tanaman dari genangan air
4. Sebelum ditanami bibit guludan disiram secukupnya untuk menjaga
kelembaban tanah
 Penanaman dan Pemeliharaan Bibit Tapak Dara
1. Dengan menggunakan sekop kecil, lubang untuk menanam bibit di buat
dengan

29
1. kedalaman sekitar 20cm di dalam guludan
2. Guludan dengan ukuran tersebut diatas dipersiapkan untuk ditanami
dengan 12 bibit tanaman
3. Jarak antar tanaman/lubang adalah 50cm x 50cm
4. Pada setiap lubang ditanami dengan 1 bibit tanaman
5. Plastik polybag atau gelas pembibitan digunting untuk mendapatkan
bibit yang masih utuh dengan media pembibitannya
6. Bibit bersamaan dengan media langsung ditanam pada lubang yang
telah disiapkan
7. Dengan bantuan sekop kecil tanaman ditimbun dengan tanah sampai
menutupi
8. seluruh akar tanaman
9. Setelah seluruh tanaman di tanam, kemudian disiram dengan
menggunakan selang.
10. Pada permulaan penanaman ini tanaman disiram setiap hari, dan jika
hari terlalu
11. panas maka tanaman dapat disiram 2 kali sehari sehingga tanaman tetap
segar
11. Setelah tanaman tumbuh dan membesar tanaman disiram sesuai dengan
kebutuhan,
12. jangan sampai tanaman menjadi layu dan mati
12. Jika diperlukan, pemupukan dengan pupuk organik atau pupuk kimia
dapat dilakukan
13. setelah tanaman berumur 1 bulan
13. Tanaman ini dipelihara selama 3 bulan kemudian siap untuk di panen

3.3 Pelaksanaan Pengelolahan Lahan Tanaman Jahe


1. Pembibitan
a. Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu
genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu

30
fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama
dan penyakit.
b. Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit
jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan.
Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan
bedengan.
c. Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit
dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan
dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit
dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
2. Pengolahan Media Tanam
a. Persiapan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus
diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila
keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang
dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi
keasaman dengan kapur.
b. Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm
dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan
membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar
gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar
matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur,
maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum
tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang.
3. Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola Tanam
Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu
memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan

31
produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara
monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian.
Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1) Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
2) Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
3) Meningkatkan produktivitas lahan.
4) Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya
pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek di lapangan, ada Jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-
sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada
juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan
beberapa kacang-kacangan lainnya.
b. Pembuatan Lubang Tanah
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah
yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan.
Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam
bibit.
c. Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara
rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
d. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat
rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar
pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka
sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
2) Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu
kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman
pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya

32
tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya
mulai besar.
3) Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat
berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan
pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas
permukaan tanah.
Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di
sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat
diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan
sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan
kelebihan air.
Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk
rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3
kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan
banyaknya hujan.
4) Pemupukan
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi
pupuk susulan kedua. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik.
Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan.
5) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk
pertumbuhannya.

33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi
karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi
normal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau
kedua-duanya. Diabetes Melitus ini terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe 1 dan 2.
Apabila diabetes melitus ini lama diatasi, maka akan mengakibatkan komplikasi
berat seperti hipoglikemia. Diabetes Melitus ini dapat diobati dengan terapi herbal
menggunakan tanaman kumis kucing, tapak dara dan kunyit.
Kandungan dari kumis kucing, tapak dara dan kunyit ini dapat
menurunkan kadar gula dalam darah. Selain dapat menurunkan kadar gula dalam
darah, kumis kucing juga bisa mengendalikan kadar gula dalam darah yang naik
tinggi.

4.2 Saran
Apabila penderita diabetes melitus tidak ingin menggunakan obat-obatan
kimia, maka disarankan untuk menggunakan obat tradisional, dengan cara
meramu tanaman-tanaman yang ada khasiatnya seperti tanaman kumis kucing,
tapak dara, dan jahe. Karena obat tradisional efek kimianya tidak terlalu
berlebihan dan tidak akan menimbulkan over dosis.

34
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999).
Nurse’s handbook of alternative and complementary therapies.
Pennsylvania: Springhouse.
Arisandi, Yohana & Yovita Andriani.2008. Khasiat Berbagai Tanaman Obat
untuk Pengobatan cetakan ke-3.Jakarta : Eska Media.
J. Kloppenburgh – Versteegh. Tanaman Berkhasiat Indonesia Volume I. Alih
Bahasa dan Saduran : drh.J.Soegiri, Prof.Dr.drh.Nawangsari. IPB Press,
2006
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

35

Anda mungkin juga menyukai