Anda di halaman 1dari 5

Hubungan kepercayaan dengan transfusi darah

Abstract

Blood transfusion is necessary in specific circumstances such as an emergency due to lack of


blood. However, there is some confidence that refusing a blood transfusion. Even to death.
This is done in order to maintain the purity of the blood in the body.

Keyword

Blood transfusion, confidence refuse blood transfusion

Abstrak

Transfusi darah merupakan hal yang dibutuhkan ketika dalam keadaan tertentu seperti gawat
darurat karena kekurangan darah. Namun, ada beberapa keyakinan yang menolak melakukan
transfusi darah. Bahkan sampai meninggal dunia. Hal ini dilakukan demi mempertahankan
kemurnian darah dalam tubuh.

Kata Kunci

Transfusi darah, keyakinan yang menolak transfusi darah

Pendahuluan

Pada perkembangannya, keyakinan suatu agama mulai merambat dalam dunia kesehatan.
Beberapa keyakinan mempercayai bahwa suatu tindakan medis dapat membahayakan
keyakinan tertentu. Akibatnya, penolakan atas tindakan medis pun terjadi.

Situasi seperti ini menjadikan dilema tersendiri bagi para medis. Dimana menyeimbangkan
keyakinan pasien dengan konsekuensi yang akan dihadapi pasien tersebut. Dengan
pandangan ini, maka saya melakukan tinjauan pustaka untuk mencari tau apa saja latar
belakang keyakinan kaum tertentu dalam melakukan transfusi darah.

Transfusi Darah

Darah merupakan bagian yang penting dalam tubuh. Darah adalah cairan penghubung cair
yang terdiri dari air, berbagai zat terlarut, dan struktur tertentu (seperti sel darah merah). 1
Bila tubuh kekurangan darah maka tubuh akan mati.2 Oleh sebab itu diperlukan transfusi
darah.
Transfusi darah adalah pemberian darah atau komponen darah melalui vena sesuai dengan
program pengobatan (Potter dkk.2005).3 Selain itu juga dapat diartikan sebagai penginjeksian
darah dari seseorang (yang disebut donor) kedalam sistem peredaran darah seseorang yang
lain (yang disebut resipien). Transfusi darah tidak pernah terjadi kecuali setelah ditemukan
adanya sirkulasi darah yang tidak pernah berhenti dalam tubuh.3

Transfusi darah dilakukan karena kehilangan darah dan kekurangan unsur-unsur penting
dalam darah.3 Tujuan transfusi darah adalah untuk memperbaiki volume sirkulasi darah,
memperbaiki hemoglobin, dan memperbaiki kadar protein serum.4

Hegemoni

Secara umum, hegemoni (hegemony) didefenisikan sebagai pengaruh, kekuasaan, atau


dominiasi dari sebuah kelompok sosial terhadap yang lain.5 Menurut Gramsci, hegemoni
yaitu kekuatan dan konsensus.6

Gramsci berpendapat bahwa supremasi kelompok atau kelas sosial tampil dalam dua cara
yaitu dominasi atau penindasan (coercion) serta kepemimpinan intelektual dan moral. Tipe
kepemimpinan terakhir inilah yang disebut hegemoni. Sebab dasar hegemoni adalah
mempengaruhi secara internal dengan membentuk keyakinan-keyakinan kedalam norma yang
berlaku.6

Adapun pemikiran Gramsci mengenai hegemoni berdasarkan ide Marx mengenai kesadaran
palsu (false consciousness), keadaan dimana individu tidak sadar mengenai dominasi yang
terjadi didalam kehidupan. Gramsci merasa kelompok-kelompok dominan di dalam
masyarakat berhasil mengarahkan orang untuk menjadi tidak waspada. Persetujuan dijadikan
komponen utama dari hegemoni, sebab persetujuan itu akan diberi oleh populasi jika mereka
diberi hal-hal yang berkecukupan (misalnya benda material, kebebasan, dll). Maka dari itu,
orang akan memilih untuk tinggal didalam masyarakat yang memiliki hak-hak dan
memberi persetujuan pada ideologi dari budaya yang dominan.5,7

Secara sederhana, hegemoni dapat dipandang sebagai upaya Pemerintah dalam mendominasi
publik atau masyarakat dengan cara jinak.7

Latar Belakang Keyakinan


Keyakinan dari tiap budaya dan agama memiliki perbedaan bahkan kesamaan masing-
masing. Namun, dalam kaitannya dengan transfusi darah, terdapat beberapa keyakinan yang
menolak transfusi darah. Diantaranya adalah kalangan Fukaha dan saksi Jehovah (Yehuwa).

Menurut pandangan Mufti Syahfi (kalangan Fukaha) , darah merupakan bagian tubuh
manusia yang tidak dapat ditransfusikan karena dapat merubah takdir manusia, sehingga
dilarang. Menurut Mufti, transfusi darah merupakan sesuatu yang haram karena merupakan
bagian yang tak terpisah dari tubuh manusia dan darah merupakan benda najis. Namun, Mufti
Syafi memberi kelonggaran dan kemudahan dengan syarat pada kondisi yang mengancam
nyawa dan bagi upaya pengobatan maka transfusi darah diperbolehkan. Tetapi lebih
disarankan untuk tidak selalu mengiyakan melakukan transfusi darah. 8

Sedangkan berdasarkan keyakinan agama, saksi jehuwa (Jehovah witnesses) menolak dan
tidak memperbolehkan transfusi darah. Christian scientist percaya bahwa penyembuhan
adalah fungsi religius dan menentang obat, transfusi darah dan pemeriksaan fisik yang
ekstensif. 9 Selain itu juga tidak boleh memakan apapun yang mengandung darah, bila ada
yang mengandung darah harus dikeringkan, menentang penggunaan albumin, globulin,
penggantian faktor darah (hemofilia), vaksin, sel darah merah, trombosit, dan plasma segar
atau beku termasuk menyimpan darah sendiri. Kadang-kadang, saksi-saksi jehuwa dapat
dibujuk pada kasus-kasus darurat.10

Alasan lain dalam menolak transfusi darah adalah, darah sama dengan kehidupan atau nyawa,
yang sangat suci dan berharga. Ini dapat dikaitkan pula dengan alasan saksi yehuwa menolak
dinas militer, karena dianggap mengizinkan pertumpahan darah dan pembunuhan (Sebetulnya
peraturan SY yang melarang transfusi darah secara tidak langsung membuat mereka menjadi
pembunuh, karena mengakibatkan banyak penganut ajaran SY meninggal, padahal
mestinya masih bisa ditolong).11

Asumsi

Pro

Dalam melakukan proses pelayanan kesehatan, tenaga medis tidak boleh melakukan
diskriminasi terhadap pasien. Prinsip ini guna mewujudkan keprofesionalan tenaga medis.
Namun, disisi lain, kewajiban untuk menolong pasien dan menghargai hak pasien, termasuk
hak dalam keyakinan agama. Maka, ada dua hal yang dapat dipahami oleh tenaga medis.
Pertama, penerapan teori kebutuhan dalam pertolongan kesehatan, yaitu tindakan terbaik
untuk kepentigan pasien bukan berdasarkan pandangan dokter, melainkan kepentingan dan
pandangan pasien. Kedua, setiap tenaga kesehatan (khususnya dokter) memiliki kewajiban
menghargai hak pasien untuk memegang teguh ajaran agamanya. 12

Kontra

Dalam melakukan aspek-aspek kesehatan dalam agama, ada dua hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, ajaran agama secara normative dan kedua, ada perilaku yang rill dilakukan oleh
masyarakat. Namun, tidak sepantasnya agama dikaitkan dengan kesehatan.12

Ada beberapa cara untuk menanggapi anggapan dan masalah ini:

Memberikan pengertian kepada pasien dengan informasi yang akurat.


Berkonsultasi dengan pemimpin spiritual pasien
Mendukung keputusan pasien
Ubah pembagian tugas agar pasien yang dirawat oleh perawat yang memiliki keyakinan
yang sama.
Melakukan diskusi antara anggota tim layanan kesehatan guna bertukar pikiran dan
menyelesaikan masalah tersebut.
Melakukan terapi alternatif (para dokter khusus untuk melakukan pembedahan tanpa
transfusi darah)12

Kesimpulan

Darah merupakan bagian yang penting bagi tubuh. Bila tubuh kekurangan darah dapat
menyebabkan kematian. Oleh sebab itu dilakukan transfusi darah dimana pendonor
menberikan darahnya kepada resipien. Namun pada beberapa keyakinan menolak untuk
dilakukan transfusi darah.

Menurut kalangan Fukaha ( Mufti Syafi) transfusi darah merupakan sesuatu yang haram
karena merupakan bagian yang tak terpisah dari tubuh manusia dan darah merupakan benda
najis, sedangkan menurut saksi Yehuwa (Jehovah witnesses) darah merupakan kehidupan
atau nyawa, yang sangat suci dan berharga sehingga menolak dilakukan transfusi darah dan
berkontak dengan apapun yang mengandung darah.

Daftar Pustaka

1. Subahar TSS. Sistem peredaran darah. Biologi SMA kelas XI. Bogor: Quadra; 2009: h.
40.
2. Dorling Kindersley. Darah. Tubuh manusia. Jakarta: PT. Balai Pustaka; 2000: h.32.
3. Ebrahim AFM. Realitas transfusi darah. Fikih kesehatan. Kloning, eutanasia, transfusi
darah, transplantasi organ,dan eksperimen pada hewan. Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta; 2001; h. 55-57.
4. Asmadi. Pemberian transfusi darah. Teknik prosedur keperawatan. Konsep dan aplikasi
kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika; 2008: h. 65.
5. West R, Turner LH. Hegemoni: pengaruh terhadap massa. Pengantar teori komunikasi
analisis dan komunikasi buku 2. Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika; 2004: h. 67-68
6. Handayani CS, Novianto A. Wanita Jawa. Kuasa wanita Jawa. Edisi 2008Yogyakarta:
LKiS; 2008: h. 214.

7. Antonio Gramsci dan Posisi Pemikirannya terhadap Karl Marx. Diunduh dari :
http://www.academia.edu/7263673/Antonio_Gramsci_dan_Posisi_Pemikirannya_terhada
p_Karl_Marx , 7 November 2014.

8. Ebrahim AFM. Ketentuan-ketentuan fikih. Fikih kesehatan. Kloning, eutanasia, transfusi


darah, transplantasi organ,dan eksperimen pada hewan. Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta; 2001; h. 60-63.

9. Engel J. Pengkajian keluarga. Seri pedoman praktis pengkajian pediatrik . Edisi 4.


Jakarta : EGC; 2009: h.37.

10. Wong DL, Eaton MH, Winkelstein ML, Schwartz P. Makna budaya dan religi bagi
perawat. Wong buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC; 2009:
h.94.

11. Abraham RA. Berbagai larangan dan pantangan. Saksi Yehova. Diunduh dari:
http://www.apb.or.id/2009/08/226/, 7 November 2014.

12. Carpenito LJ. Behubungan degan konflik antara agama dan keyakinan dan spiritual dan
program kesehatan yang diberikan. Diagnosis keperawatan. Aplikasi pada praktik klinis.
Edisi 9. Jakarta: EGC; 2009: h.1069.

Anda mungkin juga menyukai