Anda di halaman 1dari 15

APLIKASI KEPERAWATAN

TRANSKULTURAL

KELOMPOK 3
PENGERTIAN TRANSTUKTUAL NURSING
 TransculturalNursing adalah sebuah
teori yang berpusat pada keragaman
budaya dan juga keyakinan tiap manusia.
Dari pengertian diatas dapat diartikan
bahwa semua interaksi di dalam
Transcultural mengandung makna dan
perbedaan dalam nilai-nilai dan
keyakinan dari tiap kelompok dalam
masyarakat.
TUJUAN TRANSKULTURAL NURSING
 Tujuanutama dari Transcultural
Nursing yaitu untuk melihat dari
budaya maupun etnis dalam
mempengaruhi komunikasi dan juga
diagnosa keperawatan serta
pengambilan keputusan dalam
pengobatan yang dilakukan
(Roman et al., 2013).
PRINSIP ASUHAN KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL

 Dalam buku (Leininger & Mc Farland, 2002),


terdapat beberapa konsep Transcultural yang
terdiri dari:
1. Budaya atau culture
2. Nilai kebudayaan
3. Perbedaan budaya dalam keperawatan
4. Kesatuan keperawatan cultural
5. Etnosentris
6. Etnis
7. Ras
8. Culture care
APLIKASI TRANSKULTURAL PADA BEBERAPA
MASALAH KESEHATAN

1. Aplikasi Transkultural Pada Masalah Penyakit


Kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul
bukan secara tiba-tiba, melainkan akumulasi dari
sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan
penyakit itu sendiri. Contoh penyakit kronis
adalah diabetes, penyakit jantung, asma,
hipertensi dan masih banyak lainnya.
 pengobatan tradisional juga merupakan sub
unsur kebudayaan. Pengobatan inilah yang
menjadi aplikasi dari transtruktural dalam
mengobati penyakit kronik. Berikut contoh
pengobatan tradisional yang diwariskan turun
temurun
a. Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan
ramuan dukun untuk menyembuhkan penyakit TBC,
yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
b. Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan
dengan kutu kepala (Jawa: tuma) tiga kali sehari untuk
pengobatan penyakit kuning.
c. Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria
dapat disembuhkan dengan cara minta ampun kepada
penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
2. APLIKASI TRANSKULTURAL PADA
GANGGUAN NYERI

 definisi nyeri menurut keperawatan adalah


apapun yang menyakitkan tubuh yang
dikatakan individu yang mengalaminya, yang
ada kapanpun individu mengatakannya.
Peraturan utama dalam merawat pasien nyeri
adalah bahwa semua nyeri adalah nyata,
meskipun penyebabnya belum diketahui.
 Aplikasi transtruktural pada pasien nyeri
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau
perawat setelah melakukan pengkajian latar
belakang dan budaya pasien sebagai berikut:
a. Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang
pasien yang mengalami nyeri diharuskan untuk
tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak
dapat memperparah dan menyebabkan nyeri
berlangsung lama. Menurut pandangan umat islam
untuk meredakan nyeri disunnahkan untuk tidur
dengan miring ke kanan, dengan posisi demikian
diharapkan dapat meredakan nyeri karena
peredaran darah lancar akibat jantung tidak
tertindih beban tubuh sehingga bekerja maksimal,
b. Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa
orang mempercayai bahwa ada beberapa obat
tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan
lebih manjur dari obat yang diberikan oleh dokter.
Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat
Batak.
c. Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan
orang mempercayai dengan dipijat atau
semacamnya dapat meredakan nyeri dengan
waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat
akan menyebabkan bertambah nyeri atau hal-
hal lain yang merugikan penderita. Dalam
budaya Jawa ada yang disebut dukun pijat
yang sering didatangi orang banyak apabila
mengalami keluhan nyeri misalnya kaki
terkilir.
3. APLIKASI TRANSKULTURAL PADA
GANGGUAN KESEHATAN MENTAL

 Berbagai tingkah laku luar biasa yang oleh psikiater


barat disebut penyakit jiwa pada masyarakat non-
barat maupun barat memiliki variasi sindroama dan
nama-nama untuk menyebutkannya. Berikut
beberapa contoh:
 SUSTO: penyakit yang disebabkan oleh ketakutan,
tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan
angan-angan. Seseorang mungkin menjadi takut
karena bertemu dengan hantu, roh, setan, atau
karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air
sehingga takut akan mati tenggelam. Apabila agen-
nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut
sering merupakan suatu kebetulan atau kecelakaan
belaka bukan karena tindakan yang disengaja.
 SHAMAN adalah seorang yang tidak stabil dan
sering mengalami delusi, dan mungkin ia adalah
seorang wadam atau homoseksual.namun
apabila ketidakstabilan jiwanya secara budaya
diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif,
maka individu tersebut dibedakan dari orang-
orang lain yang mungkin menunjukkan
tingkahlaku serupa, namun digolongkan sebagai
abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara
penyembuhan.
 para penganut paham kebudayaan relativisme
yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme
sebagai hambatan utama dalam arguentasi
mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan
di atas menimbulkan pemikiran-pemikiran
untuk melakukan berbagai pengobatan jika
sudah terkena agen. Kebanyakan pengobatan
yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun
atau tabib-tabib yang sudah dipercaya penuh.
Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan
mental, hampir seluruh masyarakat desa
mendatangi dukun-dukun karena mereka
percaya bahwa masalah gangguan jiwa/mental
disebabkan oleh gangguan ruh jahat.
 Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe
gangguan jiwa secara lintas-budaya umumnya
tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh
kesulitan-kesulitan pada tahapan penelitian
untuk membongkar apa yang diperkirakan
sebagai gejala primer dari gejala sekunder
KASUS TRANSKULTURAL TERHADAP DIABETES

 Masalah yang ditemukan pada kasus


diantaranya,
1. Laki-laki usia 50 tahun,
2. Pingsan saat rapat di kantornya
3. Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
4. Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes
Mellitus tipe II
5. Kegemukan, dan
6. Kesulitan mengatur makanannya karena
kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.
PERAN PERAWAT
1. Memberi interferensi berupa konsultasi,
penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan
dalam menjaga pola makan dan melakukan
implementasi independent dari dokter berupa
pemberian obat dan aturan pemakaian.
2. Memberikan pelayanan kesehatan selama
medikasi di rumah sakit dan menjaga kondisi
kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan
meningkatkan kondisi kesehatannya.
PERAN PERAWAT DARI SEGI TRANSKULTURAL

1. Memberi pendidikan kesehatan komunitas


menyangkut deskripsi DM, diet dan bahayanya
2. Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi
komunitas tersebut
3. Menghimbau pola makan yang sesuai untuk
diet DM dan juga dapat diterima pada budaya
pasien→dapat berupa mengganti gula yang
ditolerir oleh penderita DM atau mengurangi
konsumsi gula yang biasa digunakan.

Anda mungkin juga menyukai