Anda di halaman 1dari 14

ARTRITIS REMATOID

Kelompok 1
Maulana Arivan 1711011051
Fatiha Zaimatus 1711011052
Ainun Hidayah 1711011063
Mohammad Wahyu Akbar 1711011067
Bella Puspita Hayuning T 1711011076
Definisi
Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ.
Artritis Reumatoid adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membrane synovial dari persendian dan umumnya
ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas,
dan keletihan.
Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik
yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi)
terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan
menyebar ke struktur sendi disekitarnya seperti tulang rawan,
kapsul fibrosa sendi, legamen dan tendon.
Etiologi
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum
diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari
faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem
reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor
infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus.
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai
penyebab artritis reumatoid, yaitu:

1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non


hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,


kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan
yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk panus, atau penutup yang menutupi kartilago. Panus
masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka
terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi
pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen
sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan
sendi yang akan mengalami perubahan generative dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Manifestasi Klinis
Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada
klien artritis rheumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus
pada saat yang bersamaan. Oleh karenanya penyakit ini memiliki
manifestasi klinis yang sangat bervariasi.
• Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat
badan menurun dan demam. Terkadabf dapat terjadi kelelahan
yang hebat.
• Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-
sendi ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal. Hamper semua sendi diartrodial dapat
terserang.
• Kelakuan dipagi hari selama lebih dari satu jam, dapar bersifar
generalisata tetapi trauma menyerang sendi-sendi pada
osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa
menit dan selalu kurang dari satu jam.
• Artritis erosive, merupakan ciri khas artritis rheumatoid pada
gambaran radiologic. Peradangan sendi yang kronik
mengakibatkan erosi ditepi tulang dan dapar dilihat pada
radiogram.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan antibodi citruline
Pada umumnya tes darah dijalankan untuk membantu membuat diagnosis
rheumatoid arthritis.
2. Pemeriksaan Darah
Tes darah lainnya yang dapat dilakukan dapat membantu dokter
menentukan sejauh mana peradangan pada sendi dan ditempatlai dalam
tubuh.
3. Rontgen dengan sinar-X
Tes lain yang digunakan untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis adalah
pemeriksaan rontgen dengan sinar-X.
4. Arthrocentesis
Sebuah prosedur aspirasi sendi (arthrocentesis) dapat dilakukan untuk
mendapatkan cairan sendi untuk diuji di laboratorium

Dari pemeriksaan laboratorium rheumatoid arthritis ini, dokter dapat


mengetahui tanda infeksi dari jumlah sel darah putih pada cairan sendi yang
tinggi, serta dapat menentukan jenis mikroorganisme penyebab infeksi.
Penatalaksanaan Medis
Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis
rheumatoid adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit
kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan klien.
Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi
penyakit, penyebab dan prognosis penyakit, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan
untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif tentang
penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Istirahat adalah penting karena artritis rheumatoid biasanya diserai rasa
lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat timbul setiap hari, tetapi ada
masa-masa dimana klien merasa keadannya lebih baik atau lebih berat. Kekauan dan
rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat. Hal ini memungkinkan klien
dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari kerena nyeri. Disamping itu
latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan
sebaiknya dilakukan sedikitnya dua kali sehari. Obat-obatan penghilang nyeri
mungkin perlu diberikan sebelum latihan, dan mandi paraffin dengan suhu yang
dapat diatur antara suhu panas dan dingin dapat dilakukan. Alat-alat pembantu dan
adaptif mungkin diperlukan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Latihan
yang diberikan sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah mendapatkan
pelatihan sebelumnya, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja karena latihan yang
berlebihan dapat merusak struktur-struktur penunjang sendi yang memang sudah
lemah oleh adanya penyakit.
Diagnosa Keperawatan

1. nyeri akut berhubungan dengan distensi, proses


inflamasi, destruksi sendi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
deformitas skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energy, ketidakseimbangan
mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri
pada waktu bergerak, depresi.
Intervensi

1. nyeri akut berhubungan dengan distensi, reaksi


peradangan, destruksi sendi
– Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
– Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
– Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
– Kurangi faktor presipitasi nyeri
– Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
2. Ganguan mobilitas fisik berhubungan adhesi
pada permukaan sendi, kekakuan sendi.
• Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan
dan lihat respon pasien saat latihan
• Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
• Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap cidera
• Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
• Kaji kemampuan pasien dalam mobilitas
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energy, ketidakseimbangan mobilitas.
• Kaji secara verbal dan nonverbal respons klien terhadap
tubuhnya.
• Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
• Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
prognosis.
• Dorong klien mengungkapkan perasaannya
4. Deficit perawatan diri berhubungan dengan
kerusakan jaringan musculoskeletal
• Monitor kemampuan klien untuk perawatan
diri yang mandiri.
• Monitor kebutuhan klien bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting
dan makan.
• Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
untuh untuk melakukan self-care
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai