Anda di halaman 1dari 18

KEBUTUHAN SOSIALISASI DAN ISOLASI SOSIAL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa I

Dosen Pengampu: Ns. Komarudin, M.Kep

OLEH:

KELOMPOK 2

Muhammad Thoriq Al Imani 1711011046

Fatiha Zaimatus S 1711011052

Firdaning Ayu Kumala Ningrum 1711011055

Jihan Dwi Agatha Ali 1711011061

Nevi Lia Elvy A 1711011070

Dedy Irawan 1711011077

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

JEMBER, 2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala anugerah yang selalu di

limpahkan kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya penulis

dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I.

Makalah Keperawatan Jiwa I ini berjudul ”Kebutuhan Sosialisasi dan Isolasi

Sosial”, demikian sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, yang

tak lepas dari kesalahan dan kekurangan.

Akhir kata, semoga makalah ini banyak memberikan manfaat kepada diri penulis

sendiri khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Jember,10 Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 4

A. Definisi ISOS ....................................................................................................... 4

B. Etiologi ................................................................................................................. 5

C. Manifestasi ........................................................................................................... 12

D. Komplikasi ........................................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 14

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 14

B. Saran ..................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini banyak dari masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan.

Salah satu jenis gangguan jiwa berat yang banyak diderita oleh masyarakat

adalah Skizofrenia. (Townsend, 2005). Skizofrenia adalah sekelompok reaksi

psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi

berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas,

merasakan dan menunjukkan emosi dan berprilaku dalam kehidupan

bermasyarakatyang dapat diterima rasional.(Stuart dan Laraia, 2005).

Menurut data Riskesdas tahun 2007 mendapatkan bahwa masyarakat yang

mengalami Gangguan Jiwa ringan sebanyak 11,6%, sedangkan yang

mengalami Gangguan Jiwa berat sebanyak 0,46%. Sementara Riskesdas

tahun 2007 pada daerah Jawa Timur memperoleh data pasien dengan

Gangguan Jiwa ringan sebesar 12,3% dan untuk Gangguan Jiwa berat sebesar

3,1%.

Manusia membutuhkan individu lain untuk dapat menyelesaikan

tuntutan-tuntutan hidupnya, sehingga setiap individu mempunyai potensi

untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan, yaitu

dari hubungan intim sampai dengan hubungan saling ketergantungan.

Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapidan mengatasi

berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampumemenuhi

kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan denganlingkungan sosial. Oleh

1
karena itu individu perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan

(Stuart, 2007).

Salah satu gejala negative dari Skizofrenia sendiri adalah dapat

menyebabkan klien mengalami gangguan fungsi sosial dan Isolasi Sosial:

Menarik Diri . Menurut Rawlin, 1993 yang dikutip Keliat (2001) Menarik

Diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain dan

menghindari orang lain. Kasus pasien Gangguan Jiwa yang mengalami gejala

Isolasi Sosial: Menarik Diri sendiri tergolong tinggi yaitu (72%), Maramis

mengatakan bahwa klien yang mengalami Isolasi Sosial: Menarik Diri

sebesar 72% dari keseluruhan jumlah kasus Skizofrenia. Jadi dapat

disimpulkan bahwa gejala terbanyak dari pasien Skizofrenia adalah Isolasi

Sosial: Menarik Diri sebagai akibat kerusakan afektif kognitif klien. Menurut

data yang diambil dari RS Jiwa Menur Surabaya angka kejadian pasien yang

mengalami kasus Isolasi Sosial/ Menarik Diri pada 3 bulan terakhir mencapai

(XXX).

Klien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri dapat disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain yang terdiri dari faktor predisposisi dan faktor

presipitasi. Factor predisposisi yang dapat menyebabkan seseorang

mengalami Isolasi Sosial: Menarik Diri adalah adanya tahap pertumbuhan

dan perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan

komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah

yang dianut dalam keluarga serta factor biologis berupa gen yang diturunkan

dari keluarga yang menyebabkan klien menderita gangguan jiwa. Selain

factor predisposisi ada juga factor presipitasi yang menjadi penyebab adalah

2
antara lain adanya stressor social budaya serta stressor psikologis yang dapat

menyebabkan klien mengalami kecemasan.

Masalah kejiwaan pada pasien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri

jika tidak dapat diatasi dengan baik oleh perawat yang ditunjang dengan

ketidakadekuatan dukungan dan peran serta keluarga maka tidak menutup

kemungkinan akan dapat menyebabkan terjadinya masalah-masalah yang

diantaranya seperti Defisit Perawatan Diri, Resiko Halusinasi dan dapat juga

menyebabkan perilaku pengungkapan masalah yang tidak asertif yang dapat

menuju kearah Perilaku Kekerasan. Dan jika ini sudah terjadi maka akan

dapat berdampak pada lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar.

B. Tujuan
1. Dapat membantu wawasan pembaca mengenai masalah isolasi sosial dan

dapat menambah wawasan seputar isolasi sosial

2. Menjelaskan definisi tentang isolasi sosial

3. Menggetahui etiologi tentang isolasi sosial

4. Menggehtahui komplikasi penderita isolasi sosia

5. Menggetahui respons penderita isolasi sosial

6. Dan menggetahui mencegah upaya isolasi sosial

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi ISOS

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami

penurunan ataubahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain di sekitarnya. Pasienmungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian

dan tidak mampu membina hubunganyang berarti dengan orang lain. Isolasi

sosial merupakan upaya klien untuk menghindariinteraksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain maupunkomunikasi dengan orang

lain (Keliat et al, 2005). Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian dari

seorang individu dan diteriam sebagaiperlakuan dari orang lain serta kondisi

yang negatif atau mengancam (Judith MWilinson, 2007)

Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh

individu dan dirasakansebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan

sebagai suatu keadaan negatif yangmengancam. Dengan karakteristik :

tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuanuntuk berkomunikasi,

menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atauketidakmatangan

minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.Preokupasi

dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak

bermakna.Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang

ditimbulkan oleh orang lain.Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang

lain, merasa tidak aman ditengahorang banyak.

4
B. Etiologi

Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan isolasi sosial dibedakan

menjadi 2, yaitufaktor predisposisi dan faktor presipitasi.

1. Faktor predisposisi

a) Faktor tumbuh kembang

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui

individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak

dapat dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan

selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan

pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang

lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan

dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang

dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa

ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga

pada orang lain maupun lingkungan dikemudian hari. Oleh karena itu,

komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak

tidak merasa diperlakukan sebagai objek.

b) Faktor komunikasi dalam keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi

penting dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap

bermusuhan/hostilitas, sikap mengancam, merendahkan dan

menjelek-jelekkan anak, selalu mengkritik, menyalahkan, dan anak

tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, kurang

kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaraan

5
anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur

sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah

tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah, ekspresi emosi

yang tinggi, double bind, dua pesan yang bertentangan disampaikan

saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat

c) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan

faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga

disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh

satu keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan dari

lingkungan sosial.

d) Faktor biologis

Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.

Penurunan aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan

mood dan gangguan kecemasan. Menurut Townsend neurotransmitter

yang mempengaruhi pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai

berikut:

1) Dopamin

Fungsi dopamin sebagai pengaturan mood dan motivasi,

sehingga apabila dopamin menurun pasien akan mengalami

penurunan mood dan motivasi.

2) Norepineprin

Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan

memori, menarik diri dari masyarakat dan depresi.

6
3) Serotonin

Pasien dengan menarik diri/ isolasi sosial, serotonin

cenderung menurun sehingga biasanya dijumpai tanda tanda

seperti lemah, lesu dan malas melakukan aktivitas

4) Asetokolin

Apabila terjadi penurunan asetokolin pada pasien dengan

isolasi sosial cenderung untuk menunjukkan tanda-tanda seperti

malas, lemah dan lesu.

2. Faktor Presipitasi

a) Faktor Eksternal

Stress Sosiokultural

Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitas unit

keluarga seperti perceraian, berpisah dari orang yang berarti,

kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,

dan dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat

menimbulkan isolasi sosial.

b) Faktor internal

Stress Psikologis

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan

keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.Tuntutan untuk

berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk

memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas

tingkat tinggi.

7
c) Penilaian Terhadap Stressor

Penilaian terhadap stressor individu sangat penting dalam hal ini.

Rasa sedih karena suatu kehilangan atau beberapa kehilangan dapat

sangat besar sehingga individu tidak tidak mau menghadapi

kehilangan dimasa depan, bukan mengambil resiko mengalami lebih

banyak kesedihan. Respon ini lebih mungkin terjadi jika individu

mengalami kesulitan dalam tugas perkembangan yang berkaitan

dengan hubungan.

d) Sumber Koping

Menurut Stuart sumber koping yang berhubungan dengan respon

sosial maladaptif adalah sebagai berikut :

1) Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.

2) Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan

perhatian pada hewan peliharaan.

3) Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal

(misalnya: kesenian, musik, atau tulisan)

Menurut Stuart & Laraia terkadang ada beberapa orang yang

ketika ada masalah mereka mendapat dukungan dari keluarga dan

teman yang membantunya dalam mencari jalan keluar, tetapi ada juga

sebagian orang yang memiliki masalah, tetapi menghadapinya dengan

menyendiri dan tidak mau menceritakan kepada siapapun, termasuk

keluarga dan temannya

8
e) Mekanisme Koping

Menurut Stuart Individu yang mengalami respon sosial maladaptif

menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas.

Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan

yang spesifik yaitu sebagai berikut:

1) Proyeksi merupakan Keinginan yang tidak dapat ditoleransi,

mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.

2) Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri

dari lingkungan dan orang lain.

3) Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam

menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk.

f) Rentang Respon

Menurut Stuart tentang respons klien ditinjau dari interaksinya

dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang

antara respon adaptif dengan maladaptif sebagai berikut :

Menyendiri Menarik diri Manipulasi

Otonomi Dependensi Impulsif

Bekerjasama Curiga Narcissisme


Respon Adaptif Respons Maladaptif
Interdependen

Berdasarkan gambar rentang respon sosial di atas, menarik diri

termasuk dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif

sehingga individu cenderung berfikir kearah negatif.

9
1) Adaptif

Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial

dan kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam

batas normal.

(a) Menyendiri (Solitude)

Respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa

yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan

suatu cara mengevaluasi diri dan menentukan langkah

berikutnya

(b) Otonomi

Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan

ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial

(c) Bekerjasama (Mutuality)

Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu

tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima,

merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan

satu sama lain

(d) Interdependen

Kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain

dalam membina hubungan interpersonal

2) Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu

dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-

norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.

10
(a) Menarik diri

Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina

hubungan secara terbuka dengan orang lain, merupakan

gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk

tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari

ketenangan sementara waktu

(b) Ketergantungan (Dependen)

Terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya

diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses

sehinggan tergantung dengan orang lain

(c) Curiga

Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap

orang lain

(d) Manipulasi

Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek

individu, hubungan terpusat pada masalah pengendalian dan

berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan

berorientasi pada orang lain sehingga tidak dapat membina

hubungan sosial secara mendalam

(e) Impulsif

Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu

belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai

penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.

11
(f) Narcissisme

Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha

mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap

egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak

mendukung.

C. Manifestasi

1. Gejala Subjektif :

a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain

b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

c. Respon verbal kurang dan sangat singkat

d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

g. Klien merasa tidak berguna

h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya

i. Klien merasa ditolak

2. Gejala Objektif :

a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara

b. Kurang spontan

c. Apatis, ekspresi wajah sedih, afektif datar

d. Ekspresi wajah kurang berseri

e. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

f. Komunikasi verbal menurun/tidak ada

12
g. Tidak memiliki teman dekat

h. Mengisolasi diri

i. Aktivitas menurun

j. Kepribadian yang kurang sehat

k. Tidak ada kontak mata, sering menunduk

l. Asyik dengan pikirannya sendiri

m. Lebih senang menyendiri

n. Menyendiri/berdiam di kamar

o. Tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim

p. Tidak ada rasa percaya diri

q. Tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain

r. Mondar-mandir, melakukan gerakan berulang/sikap mematung

D. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada klien dengan isolasi sosial

yaitu :

1. Defisit perawatan diri

2. Risiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi

Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan

tingkah laku masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan

tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut

menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai didi sendiri,

orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas sehingga dapat

menyebabkan defisit perawatan diri.

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu

mengalami suatu kebutuhan atau mengharapkan untuk melihat orang lain,

akan tetapi tidak dapat membuat hubungan baik (Carpenito, 1995) dan

menurut kelompok mengenai isolasi sosial itu merupakan situasi atau

kondisi sesesorang yang kurang baik dan mengalami pola pikir sehingga

menarik diri sehingga menutup diri untuk tidak bergaul terhadap

lingkungan atau terhadap orang lain. Dikatakan demikian karena menurut

Towsend isolasi sosaial tersebut memliki tanda dan gejala yang dapat

diketahui antara lain : kurang spontan, apatis, ekspresi wajah tidak berseri,

tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal berkurang,

menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu, aktivitas

menurun, menolak berhubungan dengan orang lain, sedih dan afek datar.

Menurut kelompok, isolasi sosial ini sering terjadi karena kurangnya

hubungan yang baik didalam masyarakat tersebut sehingga terjadi

penarikan diri, gangguan pola pikir terhadap individu tersebut.

B. Saran

Dengan demikian diharapkan tenaga keperawatan dapat mengetahui dan

memahami lebih jauh kebutuhan sosialisasi dan isos, serta dapat memberikan

pelayanan asuhan keperawatan sesuai dengan ketentuan yang ada.

14
DAFTAR PUSTAKA

S, Trimelia.2011.Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial.Semarang.Trans Info Media

Darmawan Deden.2018.Modul Laboraturium Keperawatan Jiwa.Yogyakarta.Gosyen


Publishing

Badar.2016.Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien Dengan Masalah Utama


‘Isolasi Sosial’.Bogor.IN Media

Muhith Abdul.2015.Pendidikan Keperawatan Jiwa [Teori dan Aplikasi].Yogyakarta.CV


Andi Offset

Antonius Porat.2018.Siapakah aku diantara mereka? Vertikalitas Otak dan Peringkat


Humanitas Manusia.Jakarta.PT Gramedia Pustaka Utama

15

Anda mungkin juga menyukai