Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN


JIWA : ISOLASI SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Kesehatan
Jiwa 1

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Abdur Rosidi (170103002)


1. Dinda Puput Oktavia (170103022)
2. Fitriani Nissa Rahayu (170103034)
3. Lutfi Afifah (170103048)
4. Putri Lutfiatul Ulum (170103070)
5. Syubban Afif Kuntoro(170103089)

S1 Keperawatan 4A

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA


2019

KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa 1 dengan judul “ Konsep
Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Gangguan Jiwa : Isolasi Sosial ”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
lebih baik lagi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kami
dalam menulis makalah ini.Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Purwokerto, 11 Juni 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

Latar Belakang..................................................................................................................4

Rumusan Masalah.............................................................................................................4

Tujuan...............................................................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN...................................................................................................................... 6

Definisi Isolasi Sosial..................................................................................................... 6

Penyebab Isolasi Sosial................................................................................................... 6

Tanda Dan Gejala Isolasi Sosial..................................................................................... 6

Proses Terjadinya Isolasi Sosial...................................................................................... 6

Komplikasi Isolasi Sosial................................................................................................ 7

Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial................................................................................ 7

BAB III

PENUTUP................................................................................................................................12

Kesimpulan.....................................................................................................................12

Saran...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan
lingkungan disekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering
melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien
melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku,
pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasidiri), termasuk juga kehidupan
emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang
dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain.
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yang adaptif
sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari isolasi sosial?
2. Apa penyebab dari isolasi sosial?
3. Apasaja tanda dan gejala isolasi sosial?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah?
5. Apa saja komplikasi isolasi sosial?
6. Bagaimana asuhan keperawatan isolasi sosial?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari isolasi sosial.
2. Untuk mengetahui penyebab dari isolasi sosial.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial.
4. Untuk mengetahui proses terjadinya masalah.
5. Untuk mengetahui komplikasi isolasi sosial.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan isolasi sosial.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Isolasi Sosial


Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain.
Menurut Townsend, isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi
dirinya. Kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu
berpartisipasi dalam suatu kuantitas yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas
interaksi sosial tidak efektif.
Menurut Depkes RI penarikan diri atau with drawal merupakan suatu tindakan
melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

B. Penyebab Isolasi Sosial


Pada setiap tahap tumbuh kembang individu terdapat tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tidak terjadi gangguan hubungan sosial, setiap individu harus melewati
masa bayi yang sangat tergantung dengan orang yang terpercaya, masa sekolah anak
dimulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya sekolah, masa remaja dimana
dekat dengan temannya tapi remaja mengembangkan keininan orang tua dan teman–
temannya, masa dewasa muda adalah independent dengan teman atau orang tua individu
belajar menerima dan sudah matang dan mempunyai rasa percaya diri, sehingga sudah
menjalani hubungan dengan orang lain, masa dewasa tua masa dimana individu akan
merasa terbuka karena kehilangan dan mulai menyembunyikan perasaan terkait dengan
budaya. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial
maladaptif.
Faktor perkembangan biologi dan sosio kultural merupakan faktor predisposisi
terjadi perilaku menarik diri, kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, tidak mampu merumuskan kegiatan dan merasa
tertekan. Keadaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang

5
lain, menghindar dari orang lain, menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari–hari
hampir terabaikan.
Faktor sosio kultural dan psikologis merupakan faktor presipitasi pada umunya
mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu yang berhubungan dengan orang lain menyebabkan ansietas.
Faktor sosiokultural dapat ditimbilkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya merupakan ansietas. Misalnya,
karena dirawat di RS.
Faktor psikologis dapat menimbulkan ansietas tinggi karena tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan.

C. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial


Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) &Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi
sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan.
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektif :
a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tampak sedih, afek datar
e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan
usianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

D. Proses terjadinya masalah


Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien
dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan,
kecemasan.
Perasaan tidak berharga dapat menyebabkan individu makin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi mundur,
mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan
keberhasilan diri. Sehingga individu semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah
laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain tingkah laku yang tidak sesuai

6
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi. Halusinasi
melatarbelakangi adanya komplikasi.

E. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada klien dengan isolasi sosial antara lain:
a. Defisit perawatan diri
b. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan
kemampuan koping yang dimiliki klien.
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang. Yang paling sering
adalah adanya gangguan dalam mencapai tugas perkembangan sehingga
individu tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat.
a) Masa bayi: bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat
sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya. Karena bayi sangat
tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan
psikologisnya. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan rasa tidak percaya
pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri.
b) Toodler: mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri.
c) PraSekolah: anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah
dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam hal
ini, anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga khusus nya
pemberian positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Kegagalan anak
dalam berhubungan mengakibatkan anak tidak mampu mengontrol diri,
tergantung, ragu, menarik diri dari lingkungan, pesimis.
d) Anak sekolah: pada usia ini anak mulai mengenal bekerjasama, kompetisi,
kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua. Teman dan orang
dewasa merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak. Kegagalan
dalam tahap ini mengakibatkan anak menjadi frustasi, putusasa, merasa
tidak mampu, dan menarik diri dari lingkungan.
e) Pra-remaja: pada usia ini, anak mengembangkan hubungan intim dengan
teman sebaya dan teman sejenis maupun lawan jenis. Kegagalan membina

7
hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orangtua akan
mengakibatkan keraguan akan identitas dan rasa percaya diri yang kurang.
f) Dewasa muda: individu belajar mengambil keputusan dengan
memperhatikan saran dan pendapat orang lain seperti memilih pekerjaan,
karir, melangsungkan pernikahan. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan
individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan
karir.
g) Dewasa tengah: individu pada usia dewasa tengah umumnya telah menikah.
Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada
dirinya sendiri, produktivitas dan kreatifitas berkurang, dan perhatian
terhadap orang lain berkurang.
h) Dewasa lanjut: individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan
dengan orang lain. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan perilaku
menarik diri.
2) FaktorBiologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptive.
Terjadinya penyakit jiwa pada individu juga dipengaruhi oleh keluarganya
dibanding dengan individu yang tidak mempunyai riwayat penyakit terkait.
3) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal
ini akibat dari transiensi: norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produkstif
seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas.
4) Faktor Dalam Keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya mengiformasikan hal–hal yang negative
akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan
yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan
anak menjadi traumatik dan enggan berkomunikasi dengan orang lain.

b. FaktorPresipitasi
1) Stresor Sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stresor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah

8
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
3) Manifestasi Klinis
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan ditemukan
data objektif meliputi apatis,ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar
dari orang lain, klien tampak memisah kan diri dari orang lain, komunikasi
kurang, klien tampak tidak bercakap–cakap dengan klien orang lain, tidak ada
kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam
diri dikamar klien. Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari–hari, meniru posisi janin pada saat tidur.
Sedangkan untuk data subjek tif sukar didapat jika klien menolak
komunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat, dengan
kata–kata “tidak”, “ya”, dan “tidak tahu”.
4) MekanismeKoping
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti sosial
antara lain: proyeksi, merendahkan orang lain.

9
5) SumberKoping
Sumber koping berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi:
keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c. Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
b. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
c. Tujuan Khusus (TUK) :
TUK1: Klien dapat membina hubungan sapV[~+rÆ+ÝâÙf‹ôŸø«KÐ_
‰¯`_Ãœén°¿ø)ßµ—ÄXÿ
]WQ^øÛ>55£‡10`§èt^öbZŸõÇéåÁFîâ·z10‚ЄninóãŠÅl ᄉ Ä}?»‡ᄉ«!‘é4ÿ¤3-
†’J"àóMmHp~äÎ#À!7êÒ»â^ùþÓ&¸`_ãn¡RËàж

10
€I ŠÅxêOý˜H”†åÍ
¤({¾ }Ö.”1ýu4;áôg<@б¾ª?dÃ[hsË2ú#F ᄉ^Qà¢*ª‹ñÉÇ ‹

D˜@8j-KSÞÛ¨aI4ZxÆ/OK/™ˆq%7)0Á@…TµÔ „-
ˆéYUеáÁ11Ár©{/ŠmòLr£a¥¢åù…¥,nñZÕ<³–ÁFp8p°{C¡ïƒôÿüu—
¶'ß÷ñïâ-;ûöÿ»·dDcx·…11Á0?_ä`+(qªaßáxJ)Ƭ„11"Eý6@z—¡²pØ ᄉ µZ`|Ôñœ)
‚ŒLÞ\rpÃ~-ᄂ·'11Æ
«¢‹êƒ*z:2þΔ£q’€(EææA†éÀ<àjNUŸ

11
Œ•©Ì+¬¨¶ÜOùì¥ð‘€.”yFËÏ ᄂ&/Hžû ᄉ
PTeF
â€Êν–Êp
paling dekat dengan klien dirumah atau diruang keperawatan, apa yang
membuat klien dekat dengan orang tersebut, orang yang tidak dekat dengan klien
dirumah atau diruang keperawatan, apa yang membuat klien tidak dekat dengan
orang lain, upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain, diskusikan
dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain,
beri pujian terhadap klien megungkapkan perasaannya.

TUK 3: Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosialdan


kerugian menarik diri. Rencana tindakan keperawatan: tanyakan pada klien
tentang manfaat hubungan sosial dan kerugian mernarik diri, diskusikan bersama
klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri, beri pujian
terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.

TUK 4: Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.


Rencana tindakan keperawatan: Observasi prilaku klien saat berhubungan
sosial, beri motifasi dan Bantu klien untuk berkenalkan atau berkomunikasi
dengan orang lain, libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok sosialisasi,
diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
klien untuk bersosialisasi, beri motifasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai
jadwal yang telah dibuat, beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan.

TUK 5: Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan sosial.


Rencana tindakan keperawatan: diskusikan dengan klien tentang perasaannya
setelah berinteraksi dengan orang lain, beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.

TUK 6: Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.


Rencana tindak keperawatan: diskusikan pentingnya peran serta keluarga
sebagai pendukung untuk mengatasi prilaku menarik diri, diskusikan potensi
keluarga untuk membantu klien mengatasi prilaku menarik diri, latih keluarga
dalam merawat klien menarik diri, tanyakan perasaan keluarga agar membantu
klien untuk bersosialisasi, beri pujian kepada keluarga atas keterlibatan merawat
klien di rumah sakit.

12
13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain.
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada klien dengan isolasi sosial antara lain:
Defisit perawatan diri dan resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi.

B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap melakukan
kontrol ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim
medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena
dapa membantu proses penyembuhan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 209. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : ECG

Dalami, Ernawati, Soliswati, Rochimah, Ketut, RA Suryati. 2009. Asuhan Keperawatan


Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: TN

Sahri, Khairul, Meiry Fanada, Dewi Riyati, Inni Novita,Danil Udwan Ady, Faisal. 2009.
Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa : Pendekatan Strategi Pelayanan
Tindakan Keperawatan. Palembang : Tim MPKP dan diklit RSFB Prof. Sumsel

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta : ECG

Yosep , Igus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

15

Anda mungkin juga menyukai