Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

MENARIK DIRI
Dosen Pengampu: Yuli Setyaningrum,S.Kep.,Ns M.Si.Med

Di Susun Oleh Kelompok 2 :


1. Deni Marliani
2. Halwa Dewi Salamah R.S.
3. Inneke Winata Yudha
4. M. Fahrul Umam
5. M. Sulton Nasir
6. Putri Aisyah
7. Retno Endah P.
8. Rika Deinda R.
9. Siti Naslukah

D3 KEPERAWATAN 3B
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS TH 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Menarik Diri” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam menyusun makalah ini, penyusun banyak mengalami hambatan dan
kesulitan.Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat di dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna,
oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya untuk lebih baiknya makalah
ini.Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian.

Kudus, 13 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ....................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Dan Rentang Respon Menarik Diri...................................
2. Faktor Presdiposisi Menarik Diri......................................................
3. Faktor Presipitasi Menarik Diri ................ .......................................
4. Tanda Dan Gejala Menarik Diri .......................................................
5. Pohon Masalah Menarik Diri ...........................................................
6. Strategi Pelaksanaan Pasien Menarik Diri ........................................
7. Strategi Pelaksanaan Keluarga..........................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................

Daftar Pustaka ........................................................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makluk sosial yang mempunyai potensi untuk terlibat dalam

hubugan sosial pada berbagai tingkat hubungan, baik hubungan intim sampai dengan

hubungan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai

kebutuhan setiap hari.Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya

tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu

membina hubungan interpersonal yang memuaskan.

Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu sebagai makluk sosial terlibat aktif

dalam proses berhubugan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan serta respon

lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan

timbale balik yang sinkron. Peran serta dalam proses hubungan dapat berfluktuasi

sepanjang rentang tergantung dan mandiri, artinya suaru saat individu tergantung pada

orang lain dan suatu saat orang lain tergantung pada individu.

Perilaku yang teramati pada respon sosial maladaptif mewakili upaya individu untuk

mengatasi kecemasan berhubungan dengan rasa kesepian, rasa takut, kemarahan,

malu dan rasa bersalah. Salah satu respon sosial yang terjadi adalah menarik diri.

Masalah utama menarik diri dalam kasus keperawatan jiwa mempunyai tingkatan

rentang yang berbeda, dengan perilaku yang ditunjukkan klien yang berbeda pula.

Berdasarkan rentang perilaku ini maka memerlukan tindakan keperawatan yang

memiliki rentang bantuan berbeda sesuai dengan kemampuan dan kondisi klien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan rentang respon menarik diri ?
2. Apa faktor presdiposisi menarik diri ?
3. Apa faktor presipitasi menarik diri ?
4. Apa tanda dan gejala menarik diri ?
5. Bagaimana pohon masalah menarik diri ?
6. Bagaimana strategi pelaksanaan pasien menarik diri ?
7. Bagaimana strategi pelaksanaan keluarga?

C. TUJUAN MASALAH
1. Menjelaskan pengertian dan rentang respon menarik diri
2. Menjelaskan faktor presdiposisi menarik diri
3. Menjelaskan faktor presipitasi menarik diri
4. Menjelaskan tanda dan gejala menarik diri
5. Menjelaskan pohon masalah menarik diri
6. Menjelaskan strategi pelaksanaan pasien menarik diri
7. Menjelaskan strategi pelaksanaan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN RENTANG RESPON


Menarik diri adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial, kita dapat menggunkan tehnik wawancara dan
observasi pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah sebagai
berikut :
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
e. Pasien tidak mampu berkoentrasi dan membuat keputusan.
f. Pasien merasa tidak berguna.
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkn hidup.

RENTANG RESPON
1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal
dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung
antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa percaya
diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat
membina
hubungan sosial secara mendalam.
8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang
lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cembru,
iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan humor yang
kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa
emosi.

B. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial yaitu:
1. Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama
proses
tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya
stimulasi,
kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua/pengasuh akan
memberikan
rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.
2. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur
otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak
serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak
produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).
C. FAKTOR PRESIPITASI
1. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil, yang dirawat
di rumah sakit.
2. Stressor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan (menarik diri).

D. TANDA DAN GEJALA


1. Tidak memiliki teman dekat
2. Tidak komunikatif
3. Tindakan berulang dan tidak bermakna
4. Asyik dengan pikirannya sendiri
5. Tidak ada kontak mata
6. Tampak sedih atau afek tumpul

E. POHON MASALAH

F. STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN


1. Membina hubungan saling percaya
Untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien menarik diri kadang
membutuhkan waktu yang lama dan interaksi yang singkat serta sering karena
tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Oleh karena itu, perawat
harus konsisten bersikap terapiutik terhadap pasien. Selalu menepati menepati
janji adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan pendekatan yang konsisten
akan membuahkan hasil jika pasien sudah percaya dengan perawat program
asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan. Membina hubungan saling
percaya dapat dilakukan dengan cara:
a. Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b. Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan
perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama panggilanpasien
c. Tanyakanperasaandankeluhanpasiensaatini
d. Buatkontrakasuhan : apa yang perawatakanlakukanbersamapasien, berapa
lama akandikerjakan , dan tempat pelaksanaan kegiatan
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
kepentingan terapi
f. Tunjukan sikap empat iterhadap pasien setiap saat
g. Penuhi kebtuhan dasar pasien jika mungkin.
2. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi social dengan cara:
a. Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
b. Tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
3. Bantu pasien untuk megenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara
mendiskusikan manfaat jika pasien memiliki banyak teman
4. Membantu pasien mengenal kelebihan tidak berhubungan dengan cara sebagai
berikut:
a. diskusikan kerugian jika pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
b. Jelaskan pengaruh isolasi social terhadap kesehatan fisik pasien
5. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

Perawat tidak mungkin secara drastic mengubah kebiasaan pasien dalam


berinteraksi dengan orang lain karena kebiassan tersebut telah terbentuk dalam jangka
waktu yang lama untuk itu perawat dapa tmelatih pasien berinteraksi secara bertahap
mugkin pada awal nya ,pasien hanya akan akrab dengan perawat, tetapi setelah itu
perawat harus membiasakan pasien untuk dapat berinteraksi secara bertahap dengan
orang orang sekitarnya. Perawat dapat melatih pasien berinteraksi dengan cara
berikut.

1. Membiarkan kesempatan pasien mempraktikan cara berinteraksi dengan orang lain


yang dilakukan dihadapan anda.
2. Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang
(pasien,perawat,ataukeluarga)
3. Jika pasien sudah menunjukan kemajuan tingkatkan jumlah interaksi dengan 2,3,4
orang dan seterusnya
4. Berilah pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
5. Dengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain
mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Berilah
dorongan terus menerus agar pasien tatap semangat meningkatkan interaksinya

G. STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA


Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu
pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini karena keluargalah yang selalu bersama
sama dengan pasien sepanjang hari. Tindakan keperawatan agar keluarga dapat
merawat pasien dengan menarik diri dirumah meliputi hal-hal berikut:
1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Jelaskan tentang
a. Maslah isolasi sosial dan dampaknya bagi pasien.
b. Penyebab isolasi sosial.
c. Cara-cara merawat pasien dengan menarik diri yaitu :
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan
tak ingkar janji.
2) Berikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk dapat melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi
pasien dan memberika pujian yang wajar.
3) Tidak membiarkan pasien sendiri dirumah.
4) Buat rencan atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
3. Peragakan cara merawat pasien menarik diri.
4. Bantu keluarga memperatikkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan
masalah yang dihadapi.
5. Susun perencanaan pulang bersama keluarga.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Isolasi Sosial Menarik diri merupakan suatu sikap di mana individu
menghidari diri dari interaksi dengan orang lain.individu merasa bahwa ia kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran,
prestasi, atau kegagalan. ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain.

B. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu saya juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga saya bisa berorientasi
lebih baik pada makalah saya selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 2004, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.
Keliat, Anna Budi. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat, Anna Budi. 2007. Model Praktik Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai