Disusun Oleh :
Renaldi Bahtiar Rhomadhon ( 1440121040)
Puji syukur kami pamjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah
Isolasi Sosial (Menarik Diri)
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan masih
mempunyai banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan ini
dapat diterima dan nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II KONSEP TEORI.................................................................................................5
A. MASALAH UTAMA.............................................................................................5
B. PROSES TERJADINYA MASALAH...................................................................5
1. Definisi...................................................................................................................5
2. Penyebab.................................................................................................................5
3. Rentang Respon......................................................................................................6
4. Proses terjadinya masalah.......................................................................................8
5. Tanda dan gejala.................................................................................................9
6. Akibat................................................................................................................10
7. Mekanisme koping............................................................................................10
8. Penatalaksanaan................................................................................................11
10. Diagnosa keperawatan..................................................................................12
11. Rencana asuhan keperawatan........................................................................13
BAB III............................................................................................................................19
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)..........................19
BAB IV............................................................................................................................31
PENUTUP.......................................................................................................................31
A. Kesimpulan...........................................................................................................31
B. Saran.....................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam.
Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien dalam
mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien mengungkapkan
perasaan klien dengan kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan respon
destruktif individu terhadap stressor.(Sukaesti & Soeharto Heerdjan Jakarta,
2018)
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima,
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta penyakit
kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak yang ditandai dengan pikiran
kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh. Skizofrenia merupakan
sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi berbagai area fungsi individu,
termasuk berpikir, berkomunikasi, mau untuk menerima, menginterpretasikan
realitas, merasakan dan menunjukkan emosi. Pasien skizofrenia sering mendapat
stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat sekitarnya
dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya. Penderita
skizofrenia biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, dan berusia 11-12
tahun menderita skizofrenia.(Lombu, 2020)
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang isolasi social serta
strategi pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan pasien Isolasi Sosial.
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi isolasi sosial .
4
- Mahasiswa mampu memberikan diagnose keperawatan dengan benar
pada pasien isolasi sosial .
- Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan untuk pasien isolasi
sosial.
- Mahasiswa mampu melakukan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan.
5
BAB II
KONSEP TEORI
A. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial ( Menarik Diri )
2. Penyebab
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman
bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi,
kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya
diri dan dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam
masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
6
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi
adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang
anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur
otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak serta
perubahan struktur limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau
dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang
lain. (Damaiyanti, 2012: 79).
3. Rentang Respon
7
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.
8
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
1) Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing
dari lingkungannya, merasa takut dan cemas.
2) Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain.
3) Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang
lain.
4) Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
5) Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
6) Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus
menerus, sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain
tidak mendukungnya. (Trimelia, 2011: 9).
9
mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial
maladaptif. (Damaiyanti, 2012).
2. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal
ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif
seperti lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal
yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
b. Stressor presipitasi
1. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah
sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo,
2014: 111).
10
a. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3) Klien merasa bosan.
4) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan .
5) Klien merasa tidak berguna.
b. Gejala objektif
1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan
2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4) Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
5) Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
6) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7) Ekspresi wajah tidak berseri
8) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia,
2011: 15)
6. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa
dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.(Prabowo, 2014: 112).
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
11
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi
(Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk 2009).
7. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi.
(Damaiyanti, 2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1) Perilaku curiga : regresi, represi
2) Perilaku dependen: regresi
3) Perilaku manipulatif: regresi, represi
4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014:113).
8. Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit
skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa
dilakukan adalah:
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak
dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal
kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand
mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon
12
bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan
biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan
jujur kepada pasien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud
untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang.
(Prabowo, 2014: 113).
9. Pohon masalah
13
10. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan sensori persepsi halusinasi b/d menarik diri
b. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah (Prabowo, 2014: 114).
Tujuan Intervensi
14
(g) Mau mengungkapkan perasaannya pembicaraan pasien
(k) Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
15
manfaat dan keuntungan berhubungan
Pasien dapat menyebutkan dengan dengan orang lain serta
keuntungan berhubungan dengan kerugiannya bila tidak berhubungan
orang lain dan kerugian bila tidak dengan orang lain
berhubungan dengan orang lain (b) Beri kesempatan pada pasien untuk
(1) Kriteria hasil Setelah ...x mengungkapkan perasaannya tentang
pertemuan, pasien dapat berhubungan dengan orang lain
menyebutkan keuntungan (c) Beri kesempatan pada pasien untuk
berhubungan dengan orang lain, mengungkapkan perasaannya tentang
misal: kerugian bila tidak berhubungan
(a) Banyak teman dengan orang lain
(b) Tidak kesepian (d) Diskusikan bersama tentang
(c) Bisa diskusi keuntungan berhubungan dengan orang
(d) Saling menolong lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
(e) Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain
16
lain- masyarakat
(c) Beri reinforcement positif atas
keberhasilan yang telah dicapai
(d) Bantu pasien untuk mengevaluasi
manfaat berhubungan dengan orang
lain
(e) Beri motivasi dan libatkan pasien
dalam terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
(f) Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan bersama pasien dalam
mengisi waktu luang
(g) Memotivasi pasien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat
(h) Beri reinforcement atas kegiatan pasien
dalam memperluas pergaulan melalui
aktivitas yang dilaksanakan
17
(a) Diri sendiri
(b) Orang lain
(c) Kelompok
18
minimal satu kali seminggu
(i) Beri reinforcement atas hal-hal
yang telah dicapai keluarga
19
BAB III
20
3) Mendiskusikan dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
4) Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang.
5) Menjelaskan cara minum obat dengan benar.
6) Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbicancang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
2. Strategi komunikasi dan pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu...... perkenalkan nama saya L, biasa
dipanggil L. Saya mahasiswa STIKES Rustida yang akan dinas di ruangan
Dewa Ruci ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00
sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat ibu selama di rumah sakit ini.
Nama ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan Bu...... hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak
berguna.
c. Kontrak.
Topik
Waktu
21
Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja
ya?
Tempat
2. Fase kerja.
- Dengan siapa ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu?
apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
- Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu? apa yang
membuat ibu tidak dekat dengan orang lain?
- apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana
dengan teman-teman yang lain?
- Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain? Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman? cakap dengan
orang lain?
- Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap. Apa lagi ibu?
(sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugian kita tidak
mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai menyebutkan beberapa) jadi
banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
- Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain? Nah untuk
memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu.
Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita
sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya L, senang dipanggil L.
22
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
nama Bapak siapa? senangnya dipanggil apa? Ayo bu coba dipraktekkan!
Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba ibu berkenalan dengan saya.
Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!! Setelah
berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang
menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan
sebagainya, Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap
dengan teman ibu. (dampingi pasien bercakap-cakap).
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
“ibu tadi sudah mempraktikan cara bereknalan dengan baik sekali” “ “
Selanjutnya, ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada. Sehingga bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang
lain.ibu mau mempraktikan dengan orang lain? Mau jam berapa
mencobanya bu? Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan harian ibu ya?”
b. RTL
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap- cakap
dengan teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini
ada jadwal kegiatan, kita isi pada jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah
bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara
mandiri maka ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak
melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi?
Naah bagus ibu.
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
23
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah ibu bersedia?
Waktu:
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu?? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok
ibu. saya permisi Assalamualaikum Wr.Wb.
24
2) Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
3) Mendiskusikan dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
4) Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang.
5) Menjelaskan cara minum obat dengan benar.
6) Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbicancang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
1. Strategi komunikasi dan pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian, bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap. dengan teman?
Apakah ibu sudah mulai berkenalan dengan orang lain? Bagai mana
perasaan ibu setelah mulai berkenalan?
c. Kontrak
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai
mana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu
semakin banyak teman. Apakah ibu bersedia?
Waktu
Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit
saja ya?
Tempat
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.
2. Fase Kerja
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas
di ruangan Dewa Ruci, ibu bisa memulai berkenalan.. apakah ibu masih
25
ingat bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat, jika
pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan) nah silahkan
ibu mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah
bagus sekali ibu, selain nama, alamat, hobby apakah ada yang ingin ibu
ketahui tetang perawat C dan D? (bantu pasien mengembangkkan topik
pembicaraan) wah bagus sekali, Nah ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan
pada jam ini? Bagai mana kalau kita menemani teman ibu yang sedang
menyiapkan makan siang di ruang makan sambil menolong teman ibu bisa
bercakap-cakap dengan teman yang lain. Mari bu.. (dampingi pasien ke
ruang makan) apa yang ingin ibu bincangkan dengan teman ibu. ooh tentang
cara menyusun piring diatas meja silahkan ibu( jika pasien diam dapat
dibantu oleh perawat) coba ibu tanyakan bagaimana cara menyusun piring di
atas meja kepada teman ibu? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu,
apalagi yang ingin bu bincangkan.. silahkan.
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C
dan bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di
ruang makan? Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya
berkenalan?
b. RTL
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal
kegiatan bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan
makan siang. Mau jam berapa ibu latihan? Oo ketika makan pagi dan
makan siang.
c. Kontrak yang akan datang
Topik
26
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu
berkenalan dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian lain, apakah ibu bersedia?
Waktu:
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00? Baiklah ibu besok
saya akan kesini jam 10:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi
Assalamualaikum
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu?
27
5) Klien dapat minum obat dengan benar.
d. Tindakan keperawatan
1) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
2) Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
3) Mendiskusikan dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
4) Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang.
5) Menjelaskan cara minum obat dengan benar.
6) Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbicancang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
2. Strategi komunikasi dan pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi:
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Apakah ibu sudah bersemangat bercakap- cakap dengan otrang
lain? Apa kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana
dengan jadwal berkenalan dan bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan?
Bagus ibu.
c. Kontrak
Topik:
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi
bu berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang. masak, serta bercakap-
cakap dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Apakah ibu
bersedia?
Waktu
Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit
saja ya?
28
Tempat
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.
2. Fase kerja
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para jur masak
sedang memasak dan jurumasak disana berjumlah lima orang disana. Bagaimana
jika kita berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap bergabubg dengan banyak
orang? Nah ibu sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan
memperkenalakan diri seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja
dan yakin bahwa orang-orang disana senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu
kita berangkat sekarang ya bu. (selanjutnya perawat mendampingi pasien di
kegiatan kelompok,sampai dengan kembali kerumah).Nah bu, sekarang kita
latihan ngobrol bareng teman sambil melakukan aktivitas sehari-hari, kegiatan
apa yang ingin dilakukan? Ooh merapikan kamar ok kamu ingin bersama siapa?
Dengan ms. Apa? baik Bu kegiatannya membereskan tempat tidur dan menyapu
kamar ya bu (perawat mempersilakan pasien E untuk menemani pasien
membereskan tempat tidur dan menyapu kamar, kemudian memotivasi pasien
dan teman sekamar untuk berbicara.
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di
dapur? kalau setelah merapikan kamar bagaimana ibu? apa pengalaman ibu
yang menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita
bergabung dengan orang banyak?
b. RTL
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau ibu
bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-
teman ibu. jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur
kita cantumkan dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu akan berlatih?
Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.
29
d. Kontrak yang akan datang
Topik:
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam
melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry.
apakah ibu bersedia?
Waktu:
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah B besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok B.
saya permisi Assalamualaikum.
30
d. Tindakan keperawatan
1) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
2) Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
3) Mendiskusikan dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
4) Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang.
5) Menjelaskan cara minum obat dengan benar.
6) Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbicancang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
2. Strategi komunikasi dan pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan
saya ?
b. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepia, rasa
enggan berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan hariannya
sudah dilakukan?dilakukan sambil bercakap-cakap kan ibu? sudah berapa
orang baru yang ibu kenal? Dengan teman kamar yang lain bagaimana?
Apakah sudah bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan ibu setelah
melakukan. semua kegiatan? Waah ibu memang luar biasa.
c. Kontrak :
Topik:
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi ibu
dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat melakukan
kegiatan sosial. Apakah ibu bersedia?
Waktu:
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat :
31
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu ?
2. Fase kerja
Baiklak, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil? (sebaiknya
sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat ke ruangan laundry.
(komunikasi saat di ruangan laundry).Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu
ucapkan salam untuk ibu siti, setelah itu ibu bertanya kepada ibu Siti apakah
pakaian untuk ruangan melati sudah ada? Jika ada pertanyaan dari ibu siti ibu jawab
ya.. setelah selesai, minta ibu siti menghitung total pakaian dan kemudian ibu
ucapkan terimakasih pada Ibu siti.. Nah sekarang coba ibu mulai ( perawat
mendampingi pasien).
3. Terminasi
a. Subjektif dan objektif
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke
ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan bu?
b. RTL :
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal dan
melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c. Kontrak yang akan datang
Topik
Baik lah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
kebersihan diri. apakah ibu bersedia?
Waktu
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok
bu. saya permisi Assalamualaikum. (Kusumawati, 2012)
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian Makalah yang kami buat . kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat sebagai penjunjang proses belajar mahasiswa dan mahasiswi. Kami
juga sebagai penulis berharap adanya kritik dan saran pada makalah kami .
oleh karena itu kritikan dari para pembaca akan sangat bermanfaat untuk
sempurnanya makalah kami ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.
Kusumawati. (2012). Sptk Pada Pasien Dengan Isolasi Sosial. Sptk Pada Pasien
Dengan Isolasi Sosial.
Lombu, D. H. (2020). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny . M Dengan
Masalah Isolasi Sosial Di Desa Dahana Kec . Gunungsitoli Idanoi Kota
Gunungsitoli.
Sukaesti, D., & Soeharto Heerdjan Jakarta, R. (2018). Sosial Skill Training Pada Klien
Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(1), 19–24.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/4418/4063
Yuliyati, D. L. (2016). Asuhan keperawatan pada Tn.A dengan masalah utaman Isolasi
sosial. 87.
34