Anda di halaman 1dari 18

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

PASIEN ISOLASI SOSIAL


Dosen Pengampu : Faisal Amir S.Kep., Ns., M.Si

Disusun oleh :

KELOMPOK 2
1. Amelia Febriyanti.I (21142010004)
2. Elma Neneng Aisya (21142010008)
3. Nur Aini Oktavia (21142010031)
4. Ilham Noerman. F (21142010014)
5. Fani Abdillah (21142010023)
6. Irfan Maulana (21142010033)
7. Moh. Agung (21142010038)

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA


TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Asuhan
Keperawatan jiwa pada pasien isolasi sosial dan penjelasan mengenai isolasi
sosial bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis .mengucapkan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang


telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkalan,20 september 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
2.1 Pengertian Isolasi Sosial.....................................................................................5
2.2 Etiologi Dan Faktor Predisposisi Isolasi Sosial.....................................................5
2.3 Rentang Respon Hubungan Social......................................................................8
2.4 Perkembangan Hubungan Sosial........................................................................8
2.5 Tanda Dan Gejala Isolasi Sosial.........................................................................11
2.6 Karakteristik Isolasi Sosial.................................................................................11
2.7 Akibat Hubungan Sosial....................................................................................11
2.8 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Isolasi Sosial.............................................11
BAB III...............................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan
yang mengancam. Ancaman yang dirasakan dapat menimbulkan respons,
Respon kognitif pasien isolasi sosial dapat berupa merasa ditolak oleh orang
lain, merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna, merasa
putus asa tidak mampu membuat tujuan hidup serta tidak mampu konsentrasi
dan membuat keputusan. (Suerni1 & PH, 2019).
Sedangkan menarik diri adalah gangguan perawatan diri, gangguan
penampilan diri dan potensial terjadinya halusinasi bahkan keinginan untuk
bunuh diri. Mengingat dampak yang timbul seperti menarik diri maka
diperlukan tindakan asuhan keperawatan yang komprehensif dan intensif
khususnya untuk menarik diri.(Suerni1 & PH, 2019)
Salah satu gejala negatif dari skizofrenia adalah menarik diri dari
lingkungan (isolasi sosial). Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami penurunan atau sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya (Yosep, 2011). Menurut penelitian Maramis
(2009) mengatakan sebanyak 75% pasien mengalami isolasi sosial dari kasus
skizofrenia dan 64% mengalami penurunan kemampuan memelihara diri
(makan, mandi dan berpakaian). Menurut penelitian Surtiningrum (2011)
sebanyak 72% pasien isolasi sosial sebagai akibat dari kerusakan kognitif dan
afektif.
Isolasi sosial disebabkan oleh perasaan tidah berharga yang bisa dialami
pasien. Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien semakin sulit dalam
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien mengalami penurunan
dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan
diri sehingga timbulnya defisit perawatan diri. Pasien semakin tenggelam
dalam tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan
kenyataan atau realita, sehingga berakibat lanjut timbulnya halusinasi dan
resiko perilaku kekerasan (Prabowo, 2014)
1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian isolasi sosial ?


2. Bagaimana etiologi dan faktor predisposisi isolasi sosial ?
3. Bagaimana rentang respon hubungan sosial ?
4. Bagaimana perkembanga hubungan sosial ?
5. Apa tanda dan gejala isolasi sosial ?

4
6. Bagaimana krakteristik isolasi sosial ?
7. Apa akibat dari isolasi sosial ?
8. Asuhan keperawtan klien dengan isolasi sosial

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian isolasi sosial


2. Mengetahui etiologi dan factor predisposisi isolasi sosial
3. Mengetahui rentang respon hubungan isolasi sosial
4. Mengetahui perkembangan hubungan isolasi sosial
5. Mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial
6. Mengetahui karakteristik isolasi sosial
7. Mengetahui akibat dari isolasi sosial
8. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan isolasi sosial

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isolasi Sosial


Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi
dengan orang lain (Keliat, 1998).
isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes
RI, 2000).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang
lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami
kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup berbagi pengalaman.
Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu merasa di tolak ,tidak
di terima , kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain
Karena hubungan yang sehat dapat di gambarkan dengan adanya
komonikasi yang terbuka mau menerima orang lain dan adanya rasa empti ,
pemutusan hubungan interpersonal berkaitan erat dengan ketidak puasan
individu dalam proses hubungan yang di sebabkan oleh kurang nya dalam
proses hubungan yang di sebabkan oleh kurang nya terlibat nya dalam proses
hubungan dan respon lingkungan negatif , hal tersebut akan memicu rasa
tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar dari orang lain.

2.2 Etiologi Dan Faktor Predisposisi Isolasi Sosial


Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut
Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik
tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.
Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
A. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor Perkembangan

6
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun ling-
kungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa di serta perubahan struktur
limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia
2) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor intern maupun eksternal, meliputi:
(a) Stresor Sosial Budaya Stresor sosial budaya dapat memicu
kesulitan dalam berhubungan terjadinya penurunan stabilitas
keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai,
kehilangan pasangan pada usia tua, kese- pian karena ditinggal
jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat
menimbulkan isolasi sosial.
perlakukan sebagai objek.
Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dan norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat
terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang
berbeda dan kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis
terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini.
4) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung untuk terjadinya gangguan dalam berhubungan sosial.
Dalam teori ini termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas yaitu
suatu keadaan di mana seseorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi
yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan
dengan lingkungan di luar keluarga.
B. Stessor Presipitasi

7
Stressor presipitasi pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stres seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stressor
presipitasi dapat dikelompokkan dalam kategori:
1. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan
faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
dirawat di rumah sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhu- bungan (isolasi sosial).

C. Perilaku
Adapun perilaku yang biasa muncul pada isolasi sosial berupa: kurang
spontan, apatis (kurang acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang
berseri (ekspresi sedih), afek tumpul. Tidak merawat dan memperhatikan
kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak
bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat, mengisolasi diri
(menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dan orang lain, tidak atau
kurang sadar terhadap lingkungan sekitar. Pemasukan makanan dan minuman
terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun, kurang energi tenaga),
harga diri rendah, posisi janin saat tidur, menolak hubungan dengan orang
lain, Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap
D. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif termasuk
keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun teman,
merg gunakan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti
kesenian, musik atau tulisan.
E. Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, dan isolasi.
1) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak
dapaditerima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran..
3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atatu pertentangan antara sikap dan perilaku.

8
2.3 Rentang Respon Hubungan Social
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga
harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan

Respon adaptif Respon malaadaptif

Menyendiri,Otonomi,
Manipulasi ,impulsi ,
kebersamaan,Interdep Kesepian , dependen
enden narkisme

a.Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah
melakukan kegiatan.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide
ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
C. Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal di mana
individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Kesepian
Merupakan kondisi di mana individu merasa sendiri dan teransing dari
lingkungannya.Isolasi Sosial Merupakan suatu keadaan di mana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang
lain.
g. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dir atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan hubungan
sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada
masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientas pada
diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
h. Manipulasi

9
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
i. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
j. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik, pencem
buru, marah jika orang lain tidak mendukung.

2.4Perkembangan Hubungan Sosial


1. Bayi (0-18 Bulan)
Bayi mengomunikasikan kebutuhan menggunakan cara yang
paling sederhana yaitu menangis. Respons lingkungan terhadap
tangisan bayi mempunyai pengaruh yang sangat penting untuk
kehidupan bayi di masa datang. Menurut Ericson, respons lingkungan
yang sesuai akan mengembangkan rasa percaya diri bayi akan
perilakunya dan rasa percaya bayi pada orang lain. Kegagalan
pemenuhan kebutuhan pada masa ini akan mengakibatkan rasa tidak
percaya pada diri sendiri dan orang lain serta perilaku menarik diri.

2. Prasekolah (18 Bulan-5 Tahun)


Anak prasekolah mulai membina hubungan dengan lingkungan di
luar keluarganya. Anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari
keluarga dalam hal pemberian pengakuan yang positif terhadap
perilaku anak yang adaptif sehingga anak dapat mengembangkan
kemampuan berhubungan yang dimilikinya. Hal tersebut merupakan
dasar rasa otonomi anak yang nantinya akan berkembang menjadi
kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan anak dalam
berhubungan dengan lingkungan dan disertai respons keluarga yang
negatif akan mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol
diri, tidak mandiri, ragu, menarik diri, kurang percaya diri, pesimis,
dan takut perilakunya salah.

3. Anak Sekolah (6-12 Tahun)


Anak sekolah mulai meningkatkan hubungannya pada lingkungan
sekolah. Di usia ini anak akan mengenal kerja sama, kompetisi, dan
kompromi. Pergaulan dengan orang dewasa di luar keluarga
mempunyai arti penting karena dapat menjadi sumber pendukung bagi
anak. Hal itu dibutuhkan karena konflik sering kali terjadi akibat
adanya pembatasan dan dukungan yang kurang konsisten dari
keluarga. Kegagalan membina hubungan dengan teman sekolah,
dukungan luar yang tidak adekuat, serta inkonsistensi dari orang tua

10
akan menimbulkan rasa frustasi terhadap kemampuannya, merasa
tidak mampu, putus asa, dan menarik diri dari lingkungannya.

4. Remaja (12-20 Tahun)


Usia remaja anak mulai mengembangkan hubungan intim dengan
teman sejenis atau lawan jenis dan teman seusia, sehingga anak
remaja biasanya mempunyai teman karib. Hubungan dengan teman
akan sangat dependen sedangkan hubungan dengan orang tua mulai
independen. Kegagalan membina hubungan dengan teman sebaya dan
kurangnya dukungan orang tua akan mengakibatkan keraguan
identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi karier di masa
mendatang, serta tumbuhnya rasa kurang percaya diri

5. dewasa Muda (18-25 Tahun)


Individu pada usia ini akan mempertahankan hubungan
interdependen dengan orang tua dan teman sebaya. Individu akan
belajar mengambil keputusan dengan tetap memperhatikan saran dan
pendapat orang lain (pekerjaan, karier, pasangan hidup). Selain itu,
individu mampu mengekspresikan perasaannnya, menerima perasaan
orang lain, dan meningkatnya kepekaan terhadap kebutuhan orang
lain. Oleh karenanya, akan berkembang suatu hubungan mutualisme.
Kegagalan individu pada fase ini akan mengakibatkan suatu sikap
menghindari hubungan intim dan menjauhi orang lain.

6. Dewasa Tengah (25-65 Tahun)


Pada umumnya pada usia ini individu telah berpisah tempat tinggal
dengan orang tua. Individu akan mengembangkan kemampuan
hubungan interdependen yang dimilikinya. Bila berhasil akan
diperoleh hubungan dan dukungan yang baru. Kegagalan pada tahap
ini akan mengakibatkan individu hanya memperhatikan diri sendiri,
produktivitas dan kretivitas berkurang, serta perhatian pada orang lain
berkurang.

7. Dewasa Lanjut (Lebih dari 65 Tahun)


kemandirian akan menurun dan individu menjadi sangat
bergantung kepada orang lain. Individu yang berkembang baik akan
dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan di
masa ini, individu akan mengalami banyak kehilangan, misalnya
fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup, dan anggota keluarga,
sehingga akan timbul perasaan tidak berguna. Selain itu. mengakui
bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam menghadapi
kehilangan yang dialaminya. Kegagalan individu pada masa ini akan
mengakibatkan individu berperilaku menolak dukungan yang ada dan
akan berkembang menjadi perilaku menarik diri

11
2.4 Tanda Dan Gejala Isolasi Sosial
1.Tanda Dan Gejala Subjektif:
a) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
b) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
c) Respons verbal kurang dan sangat singkat.
d) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
e) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
f) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
g) Klien merasa tidak berguna.
h) klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
i) Klien merasa ditolak.

2.Tanda dan Gejala Objektif:


a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara. Tidak mengikuti kegiatan.
b. Banyak berdiam diri di kamar.
c. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
d. Kontak mata kurang.
e. Kurang spontan.
f. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
g. Ekspresi wajah kurang berseri.
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Mengisolasi diri Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
sekitarnya
j. Masukan makanan dan minuman terganggu
k. Retensi urin dan feses.
l. Aktivitas menurun
m. Kurang energi (tenaga)
n. Rendah diri
o. Postur tubuh berubah

2.5 Karakteristik Isolasi Sosial


batasan Karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-1, (2012),
dibagi menjadi dua, yaitu Objektif dan Subjektif:
A. Objektif
a) Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting,
b) Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan,
c) Afek tumpul,
d) Bukti Kecacatan,
e) Ada di dalam subkultur,
f) Sakit,
g) Tindakan tidak berarti,
h) Tidak ada kontak mata,

12
i) Dipenuhi dengan pikiran sendiri,
j) Menujukkan permusuhan,
k) Tindakan berulang,
l) Afek sedih,
m) Ingin sendirian,
n) Tidak komunikatif,
o) Menarik diri.

b. Subjektif
a) Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan.
b) Mengalami perasaan berbeda dari orang lain.
c) Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain.
d) Tidak pecaya diri saat berhadapan dengan publik.
e) Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain.
f) Mengungkapkan perasaan penolakan.
g) Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat.
h) Mengungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok
kultural yang dominan
2.7Akibat Isolasi Sosial
Akibat dari isolasi sosial adalah :
a. terjadinya resiko perubahan sensorik persepsi (halusinasi)
b. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri orang lain , lingkungan dan
vebal )
c. Defisit perawatan diri
2.8Asuhan Keperawatan Klien Dengan Isolasi Sosial
Masalah keperawatan :
a. Resiko gangguan persepsi sensori (halusinasi)
b. Isolasi social
c. Harga diri rendah kronik
Pohon masalah

Resiko gangguan persepsi sensori


halusinasi
effec

Isolasi sosial
Care problem

Harga diri rendah kronik

13
causa

Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang dapat di ngkat adalah
1. Isolasi social
2. Harga diri rendah kronik
3. Resiko gangguan persepsi sensori (halusinasi)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain
Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu merasa di
tolak ,tidak di terima , kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain
Karena hubungan yang sehat dapat di gambarkan dengan adanya
komonikasi yang terbuka mau menerima orang lain dan adanya rasa
empti , pemutusan hubungan interpersonal berkaitan erat dengan ketidak
puasan individu dalam proses hubungan yang di sebabkan oleh kurang nya
dalam proses hubungan yang di sebabkan oleh kurang nya terlibat nya
dalam proses hubungan dan respon lingkungan negatif , hal tersebut akan
memicu rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar dari
orang lain
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah: Faktor
Perkembangan ,Faktor Presipitasi, Faktor Sosial, Budaya Isolasi sosial
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan

14
Perkembangan Hubungan Sosial i bagi menjadi 7 yaitu , Bayi (0-18
Bulan), Prasekolah (18 Bulan-5 Tahun),Anak Sekolah (6-12 Tahun),
Remaja (12-20 Tahun), dewasa Muda (18-25 Tahun), Dewasa Tengah (25-
65 Tahun), Dewasa Lanjut (Lebih dari 65 Tahun) dan adapun beberapa
gejala has dan karakteristik pasien isolasi sosial
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat
memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah SWT.
yang tak luput dari salah, khilaf, Alfa, dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Santun Setiawati, Rohimah, Ermawati, Mamah Sumartini, Wartonah, Suratun,


Santa Manurung, Paula Krisanty. 2013. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta: CV. Trans Info Media.

15
Role play isolasi social

Di ruang perawatan terdapat pasien gangguan jiwa bernama Tn. M. Pasien masuk
rumah sakit jiwa Menur dikarenakan pasien selalu asik dengan pikirannya sendiri, tidak
memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak sedih, afek tumpul serta
melakukan tindakan berulang yang tidak memiliki makna sama sekali. Pasien merasa
ditolak oleh keluarganya sendiri, sehingga membuatnya kesepian.

SP 1
Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenali penyebab isolasi
sosial, membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan.
Fase Orientasi
Perawat1 : Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya ners amelia, biasa dipanggil ners
amel, saya perawat yang akan merawat bapak dan juga ada teman saya
Perawat 2 perkenalkan pak saya ners elma , kalua boleh tau nama bapak siapa
Pasien : Mutajir.
Perawat 1 : Bagaimana perasaan nya pak ? ada keluhan?
Pasien : Baik.
Perawat 1 : Masih ingatkah , kejadian apa sampai bapak dibawa kerumah sakit ini?
Pasien : Saya ngga tau.
Perawat 2 : Baik, saya perhatikan pak Tajir kok suka duduk menyendiri, bapak sudah
mengobraol dengan teman temen bapak tidak ?
Pasien : Iya..belum kenal.
Perawat 2 : Bagaimana kalau kita berbincang tentang keluarga dan teman-teman bapak ?
Pasien : iya,, sy mau!!!
Perawat 2 : mau berapa lama bapak, Bagaimana kalau 15 menit.”
Pasien : iya, segitu ..
Perawat 1 : Bagai mana kalua duduk duduk di sini , apakah bapak mau ?

16
Pasien : ya, ditsini saja!

Fase kerja
Perawat 1 : kalua boleh tau yang tingga di rumah dengan bapak siapa ?
Pasien : saya tinggal dengan orang tua saya..
Perawat 1 siapa yang paling dekat dengan bapak ?
Pasien ibu saya
Perawat 1 kalua boleh tau kenapa bapak jarang berbicara dengan orang lain ?
Pasien ibu saya sakit, jadi gaada temen nya
Perawat 1 : Apa yang pak tajir rasakan selama dirawat disini?
Pasien : Saya merasa kesepian.
Perawat 1 siapa saja yang sudah bapak kenal
Pasien belum ada
Perawat 2 kenapa bapak tidak mau bergabung dan berteman dengan yang lain pak ?
Pasien tidak tau
Perawat 1 : Mungkin pak tajir selalu menyendiri ya... Apakah pak tajir tahu keuntungan
kalau kita mempunyai banyak teman?
Pasien : Iya saya jadi tidak kesepian, banyak yang ngajak ngobrol, banyak yang
membantu.
Perawat 1 : Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman pak tajir tahu tidak?
Pasien : Tau bu, tidak ada yang mengajak mengobrol, kesepian, tidak ada yang
membantu,.
Perawat 1 : Jadi banyak juga ruginya kalua tidak punya banyak teman. Kalau begitu apakah
bapak mau berkenalan dan bergaul dengan orang lain?
Pasien : iya mau bu
Perawat 2 : Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain.
Pasien : Iya bu.
Perawat 2 : pertama kita mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus bilang
perkenalkan nama lengkap, terus nama panggilan yang disukai, asal kita dan
hobby kita. Contohnya seperti ini assalamualaikum, perkenalkan nama
saya Mutajir, saya lebih senang dipanggil Tajir, asal saya dari Bogor dan hobby
nya membaca. Selanjutnya pak tajir menanyakan nama lengkap orang yang diajak
kenalan, nama panggilan yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya.
Contohnya seperti ini nama ibu siapa? Senang dipanggil apa? asalnya dari mana
dan hobbynya apa?
Pasien : iya buk
Perawat 2 : Sekarang ayo pak Tajir coba!
Paien assalamualikum…perkenalkan nama saya mutajir, bisa di panggil tajir asal saya
dari bogor,hobby membaca, nama ibu siapa, bisa di pnggil siapa , asal nya dari
mana , hobby nya apa

Fase Terminasi

17
Perawat 1 :Bagaimana perasaan pak tajir setelah berbincang-bincang
Pasien : Saya senang bu.
Perawat 1 : Sekarang coba pak tajir sebutkan kembali keuntungan dan kerugianya apa saja?
Pasien mempunyai teman bicara, bisa membantu, dan tidak kesepian
Perawat 1 Kemudian coba sebutkan cara berkenalan dengan orang lain,
Pasien assalamualikum..perkenalkan nama saya mutajir, bisa di panggil tajir asal saya
dari bogor,hobby membaca, nama ibu siapa, bisa di pnggil siapa , asal nya dari
mana , hobby nya apa
Perawat 1 ya bagus
Perawat 2 : Baik pak sudah selesai, bagaimana kalau 2 jam lagi sekitar jam 11 saya akan
datang kesini lagi untuk melatih pak tajir berkenalan dengan perawat lain yaitu
teman saya perawat Rusti.
Pasien : baik bu.
Perawat : Tempatnya mau dimana?
Pasien : disini saja.
Perawat : Selanjutnya pak tajir dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi. Sehingga
pak tajir lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. ….. Baik pak tajir jangan
lupa dilatih terus ya bu sesuai jadwal latihanya dan pak tajir bisa berkenalan
dengan teman-teman yang ada di ruangan ini.

18

Anda mungkin juga menyukai