Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Mata Ajar : Suyamto, A.Kep.,MPH
HALAMAN JUDUL

Disusun oleh :
Kelompok 4

Dina Tri Utami 2820173155


Dita Putri Bhayangkari 2820173156
Dwi Rahayu 2820173157
Ivada Meta Vidiasari 2820173163
Luluk Umi Chasanah 2820173165
Muhammad Amirul Mukminin 2820173167
Sani Ichsan Saputra 2820173176
Septita Nurrohmah 2820173177
Kelas 2D

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah
rahmat, karuni serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang ‘Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Isolasi
Sosial’. Penulis juga berterimakasih kepada Bapak Suyamto, A.Kep.,MPH selaku
dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang telah memberikan tugas ini kepada
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam menyusun makalah ini, sehingga dapat
selesai dengan baik.Penulis sangat berharap makalah ini dapat menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Sebelumnya penulis memohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis menerima
segala kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Yogyakarta, April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 2
A. Latar Belakang ............................................................................................ 2
B. Tujuan ......................................................................................................... 3
1. Tujuan Umum ......................................................................................... 3
2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 3
BAB II KONSEP .................................................................................................... 4
A. Pengertian .................................................................................................... 4
B. Etiologi ........................................................................................................ 4
1. Faktor Predisposisi .................................................................................. 4
2. Faktor Presipitasi ..................................................................................... 5
C. Tanda dan Gejala......................................................................................... 6
D. Rentang Respon ......................................................................................... 7
E. Pohon Masalah ............................................................................................ 9
F. Pengkajian ................................................................................................... 9
1. Data Objektif ......................................................................................... 10
2. Data Subjektif........................................................................................ 10
G. Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 11
H. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................... 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17
A. Kesimpulan ............................................................................................... 17
B. Saran .......................................................................................................... 17
1. Bagi Perawat ......................................................................................... 17
2. Bagi Rumah Sakit ................................................................................. 17
3. Bagi Klien dan Keluarga ....................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia, termasuk di Indonesia.Gangguan jiwa adalah pola
psikologis yang diperlihatkan oleh individu berupa distress, gangguan fungsi
dan penurunan kualitas hidup (Stuart dan Sundeen, 2013).
Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15
tahun ke atas mencapai 9,8% dari jumlah penduduk di Indonesia. Sedangkan
pada provinsi DIY mencapai sekitar 10 % dari jumlah penduduk di wilayah
DIY.
Isolasi sosial merupakan kondisi dimana pasien selalu merasa sendiri
dengan merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman (Fortinash, 2011 dalam
Kirana, 2018). Penurunan produktifitas pada pasien menjadi dampak dari
isolasi sosial yang tidak dapat ditangani (Brelannd-Noble A.M et al,
2016).Oleh sebab itu tindakan keperawatan yang tepat sangat dibutuhkan agar
dampak yang ditimbulkan tidak berlarut-larut.
Stuart dan Sundeen (2013) juga menjelaskan bahwa dampak dari
perilaku klien isolasi sosial sering tidak dijadikan prioritas karena tidak
mengganggu secara nyata.Namun apabila isolasi sosial tidak ditangani, maka
akibat yang ditimbulkan dapat berupa risiko perubahan sensori persepsi
halusinasi sebagai bentuk gejala negatif yang tidak tertangani dan dapat
memicu terjadinya gejala positif (Stuart dan Sundeen, 2013).
Berdasarkan akibat tersebut setidaknya perawat memiliki peran penting
dalam memberikan intervensi keperawatan baik secara individu atau
keluarga.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang isolasi sosial pada pasien dengan
gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian isolasi sosial.
b. Mengetahui etiologi isolasi sosial.
c. Mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial.
d. Mengetahui rentang respon isolasi sosial.
e. Mengetahui pohon masalah isolasi sosial.
f. Mengetahui pengkajian isolasi sosial.
g. Mengetahui diagnosa keperawatan isolasi sosial.
h. Mengetahui rencana tindakan keperawatan isolasi sosial.

3
BAB II KONSEP

A. Pengertian
Isolasi sosial menurut Townsend (2009) dalam Kusumawati dan
Hartono (2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang
karena orang lain menyatakan negatif dan mengancam.
Sedangkan menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalanya
(Depkes, 2006 dalam Dermawan dan Rusdi, 2013).
Menurut Keliat (2011), isolasi sosial adalah keadaanseorang individu
yang mengalamipenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan oranglain di sekitarnya. Pasien merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidakmampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
disekitarnya(Keliat, 2011).
Jadi isolasi sosial menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang
dialamiseseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien
tidakmampu berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan
oranglain disekitarnya.

B. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.
1. Faktor Predisposisi
Menurut Fitria (2009), faktor predisposisi yang mempengaruhi
masalah isolasi sosial yaitu:
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang, terdapat tugas-tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka

4
akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat
menimbulkan suatu masalah.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Dalam teori
ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga
menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan
dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
c. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan
dapat menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga
yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi gangguan dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang
dapat mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah
otak.Misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi
otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Ade (2011), terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor
presipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.

5
b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi
akibat kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.

C. Tanda dan Gejala


Perilaku yang ditunjukkan oleh klien isolasi sosial lebih banyak
menarik diri, menjauh dari orang lain, jarang berkomunikasi, tidak ada kontak
mata, malas, tidak beraktifitas, menolak hubungan dengan orang lain
(Townsend, 2009 dalam Kirana, 2018).
Menurut Keliat (2010) dalam Kirana (2018), gejala yang muncul pada
klien isolasi sosial meliputi gejala kognitif antara lain:
1. Perasaan kesepian,
2. Merasa ditolak orang lain atau lingkungan,
3. Merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna,
4. Putus asa, tidak memiliki tujuan hidup,
5. Merasa tidak aman berada diantara orang lain,
6. Menghindar, tidak mampu konsentrasi dan membuat keputusan.
Sedangkan gejala afektif yang muncul menurut Keliat (2010) dalam
Kirana (2018) adalah lebih banyak memiliki gejala negatif seperti:
1. Sedih, tertekan,
2. Depresi, marah,
3. Kesepian, ditolak orang lain,
4. Apatis,
5. Malu (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Kirana, 2018).

6
D. Rentang Respon
Menurut Yusuf et al (2015), suatu hubungan antar manusia akan berada
pada rentang respons adaptif dan maladaptif. Hal tersebut dapat digambarkan
seperti :

Gambar 1.1 Rentang Respons Sosial (Yusuf et al, 2015)

1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan
cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat (Riyardi dan
Purwanto, 2013). Menurut Riyardi dan Purwanto (2013), respon ini
meliputi:
a. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan
apa yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri
dalam menentukan rencana-rencana.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial,
individu mampu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan
diri.
c. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian,
saling memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal.

7
d. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling
tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama
dan masyarakat (Riyardi dan Purwanto, 2013).
Menurut Riyardi dan Purwanto (2013), respon maladaptif tersebut
adalah :
a. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan
orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
mengendalikan orang lain dan individu cenderung berorientasi pada
diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan
terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk
berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu
sebagai subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak
mampu merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman
dan miskin penilaian.
c. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris,harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat
dukungan dari orang lain.
d. Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa

8
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.

E. Pohon Masalah

Gambar 1.2 Pohon Masalah Diagnosis Isolasi Sosial (Damaiyanti dan Iskandar, 2012)

F. Pengkajian
Menurut Nurhalimah (2016), pengkajian pada pasien isolasi sosial
dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada pasien dan
keluarga. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah :
1. Pasien banyak diam dan tidak mau bicara.
2. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
3. Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.

9
4. Kontak mata kurang.
Sedangkan, tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan
wawancara menurut Muhith (2015) adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain.
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
6. Pasien merasa tidak berguna.
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

Dalam mengkaji pasien, menurut Yusuf, et al (2015), ada dua data yang
didapatkan, yaitu :
1. Data Objektif
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri
dari orang lain.
c. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap
dengan orang lain.
d. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan
pembicaraan, atau pergi saat diajak bercakap-cakap.
g. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri
kurang, dan kegiatan rumah tangga tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur.
2. Data Subjektif
a. Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
b. Pasien tidak menjawab sama sekali.

10
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam isolasi sosial menurut Yusuf
et al (2015) adalah :
1. Risiko perubahan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan
menarik diri.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

11
H. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Pasien Keluarga


Isolasi Sosial SP 1 SP 1
1. Identifikasi penyebab. 1. Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga dalam
a. Siapa yang satu rumah dengan pasien? merawat pasien.
b. Siapa yang dekat dengan pasien? Apa 2. Penjelasan isolasi sosial.
sebabnya? 3. Cara merawat isolasi sosial.
c. Siapa yang tidak dekat dengan pasien? 4. Latih (stimulasi).
Apa sebabnya? 5. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
2. Keuntungan dan kerugian berinteraksi pasien.
dengan orang lain.
3. Latih berkenalan.
4. Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2 SP 2
1. Evaluasi SP 1. 1. Evaluasi SP 1.
2. Latihan berhubungan sosial secara bertahap 2. Latih (langsung ke pasien).
(pasien dan keluarga). 3. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
3. Masukkan jadwal kegiatan pasien. pasien.

12
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan SP 1, 2. 1. Evaluasi SP 1 dan 2.
2. Latih ADL (kegiatan sehari-hari), cara 2. Latih (langsung ke pasien).
bicara. 3. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
3. Masukkan jadwal kegiatan pasien. pasien.
SP 4 SP 4
1. Evaluasi SP 1, 2 dan 3. 1. Evaluasi kemampuan keluarga.
2. Latihan ADL (kegiatan sehari-hari), cara 2. Evaluasi kemampuan pasien.
bicara. 3. Rencana tindak lanjut keluarga :
3. Masukkan jadwal kegiatan pasien. a. Follow up
b. Rujukan

Tabel 1.1 Rencana Tindakan Keperawatan (Azizah, 2011)

13
Menurut Yusuf, et al (2015), rencana intervensi pada pasien dengan isolasi
sosial ada dua tindakan, yaitu
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien :
a. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu melakukan :
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Menyadari penyebab isolasi sosial.
3) Berinteraksi dengan orang lain.
b. Tindakan
1) Membina hubungan saling percaya.
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
b) Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalkan nama dan nama
panggilan yang Anda sukai, serta tanyakan nama dan nama
panggilan pasien.
c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
d) Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang Anda akan lakukan
bersama pasien,
e) berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana.
f) Jelaskan bahwa Anda akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi.
g) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
h) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
2) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial
a) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain.
b) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain.
c) Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka.
d) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain.

14
e) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
3) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
a) Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
b) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
c) Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan
orang lain yang dilakukan di hadapan Anda.
d) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang
teman/anggota keluarga.
e) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan dua, tiga, empat orang, dan seterusnya.
f) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan
oleh pasien.
g) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya.Beri dorongan terus-menerus
agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga :
a. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat pasien isolasi
sosial di rumah.
b. Tindakan
Melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial :
1) Menjelaskan tentang hal :
b) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
c) Penyebab isolasi sosial.
d) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi
sosialnya.
e) Pengobatan rujukan berkelanjutan dan mencegah putus obat.
f) Tempat rujukan bertanya dan fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi pasien.

15
2) Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien.
3) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
berkomunikasi dengan pasien.

16
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Isolasi sosial menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak
mampu berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain
disekitarnya.
Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
isolasi sosial, perlu dilakukan pendekatan secara terus-menerus, membina
hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana terpeutik dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan, klien perlu diajarkan
sosialisasi secara bertahap dan terapi aktifitias kelompok untuk meningkatkan
interaksi sosial klien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gangguan isolasi
sosial, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem
pendukung yang mengerti keadaan dan pemasalahan dirinya.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Hendaknya dalam merawat klien dengan isolasi sosial menarik diri,
dilakukan secara intensif dengan melakukan interaksi yang singkat tapi
sering sehingga masalah-masalah yang dialami klien menarik diri dapat
teratasi dengan baik.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan secara optimal kepada
klien gangguan jiwa dengan seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan jiwa.

17
3. Bagi Klien dan Keluarga
Hendaknya keluarga sering berlatih dan melaksanakan interaksi
sosial secara bertahap, serta perlunya pemahaman keluarga tentang
perawatan klien dengan isolasi sosial menarik diri di rumah secara tepat
agar klien selalu dapat berinteraksi dengan orang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa : Aplikasi Praktik Klinik.


Cetakan pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Balitbang Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Balitbang Kemenkes
RI. Jakarta.

Brelannd-Noble A.M et al. 2016.Handbook of Mental Health in African American


Youth.Springer.New York.

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan


pertama. Refika Aditama. Bandung.

Dermawan D dan Rusdi.2013.Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta.

Herman, Ade. 2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika.


Yogyakarta.

Keliat, Budi Anna, et al. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC.
Jakarta.

Kirana, Sukma Ayu Candra. 2018. “Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial


Pasien Isolasi Sosial Setelah Pemberian Social Skills Therapy di Rumah
Sakit Jiwa”. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 13(1) : hlm 85-91.

Kusumawati F dan Hartono Y. 2010.Buku Ajar Keperawatan


Jiwa.SalembaMedika. Jakarta.

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Kemenkes RI. Jakarta.

Riyardi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Graha Ilmu.


Yogyakarta

Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2013.Buku Saku Keperawatan Jiwa. 6th


edition.Mosby Year Book. St. Louis.

Syafrini, Retti Octi. 2015. “Efektivitas Implementasi Asuhan Keperawatan Isolasi


Sosial dalam MPKP Jiwa terhadap Kemampuan Klien”. Jurnal Ners.
10 (1): hlm 175-182.

19
Yusuf, Ah.et al. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Salemba Medika.
Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai