Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN DISKEL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Koordinator Mata Kuliah : Khrisna, S.kep., Ners., M.kep.

Dosen Tutorial : Rahmi Imelisa S.kep., Ners., M.kep., Ns.Sp.Kep.J.

Disusun Oleh :

Kelompok H

Ketua : Salma Arrum 213118035

Scriber 1 : Putri Meisa 213118037


Scriber 2 : Mela Putri Aprilia 213118101

Hilmi Nurjihan (213118014) Astri Tri Mulyani (213118107)


Ditta Octaviani (213118016) Indri Maharani (213118117)
Siti Laela Saida W (213118096) Gabilla putri kasmaran (213118121)
Rila Indiarwati (213118054) Aldira (213118135)
Putri Avriani A (213118075) Risca Aprilian (213118149)

Retna Ningsih (213118077) Mahmud Maulana S (213118151)


Via rismaya (213118052) Bayu Dwijo Susilo (213118161)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
alhamdulillah tepat pada waktunya. Dalam penulisan laporan diskel ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan hasil laporan diskel
ini, khususnya kepada :

1. Rahmi Imelisa S.kep.,Ners.,M.kep.,Ns.Sp.Kep.J. yang telah memberikan tugas dan


petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Kedua orang tua kita yang telah memberi dukungan dan do’a.
3. Rekan-rekan Ilmu Keperawatan (S-1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad
Yani Cimahi.

Dalam penulisan laporan Diskusi Kelompok ini penulis menyadari kekurangan baik
secara teknis penulisan maupun materi, mengingatkan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan pembuatan laporan diskel
ini. Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka
yang telah memberikan bantuan dan semoga apa yang telah kami sampaikan dalam laporan
diskel ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi kami yang masih dalam tahap belajar dan
umumnya bagi semua pembaca.

Cimahi, November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Batasan Masalah..........................................................................................................2
C. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Skenario Kasus............................................................................................................3
B. Step 1 : Klasifikasi Istilah............................................................................................3
C. Step 2 : Identifikasi Masalah.......................................................................................3
D. Step 3 : Analisa Masalah.............................................................................................3
1. Diagnosa Gangguan Isolasi Sosial...........................................................................3
2. Faktor presipitasi Isolasi Sosial.......................................................................................5
3. Faktor predisposisi Isolasi Sosial................................................................................6
4. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial...............................................................................8
5. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial.......................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Simpulan....................................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan
lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri
sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, di mana
pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan
berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri),
termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin
banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan
emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina hubungan
sosial, individu berada dalam rentang respon yang adaptif sampai dengan maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat di terima oleh norma – norma sosial
dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan rspon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma – norma dan sosial budaya.
Respon sosial dan emosioanal yang maladaptif sering sekali terjadi dalam
kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga
melalui pendekatan proses keperawatan yang komperhensif berusaha memberikan
asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin kepada pasien dengan masalah
keperawatan utama gangguan jiwa Isolasi Sosial. Menurut pengajar Departemen
Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Surjo Darmono, penelitian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di berbagai Negara menunjukkan, sebesar 20-30
persen pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala
gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi.
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal
yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya Isolasi Sosial
akan menjadi masalah besar dalam fenomena kehidupan, yaitu terganggunya
komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan
dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya (Carpenito, 1997).
B. Batasan Masalah

1
Laporan diskusi kelompok ini hanya membahas tentang Klasifikasi, Identifikasi,
dan Analisa Masalah.
1. Step 1 : Klasifikasi Masalah
2. Step 2 : Identifikasi Masalah

3. Step 3 : Analisa Masalah


C. Rumusan Masalah
1. Apakah Faktor Presipitasi pada diagnosis Isolasi Sosial.
2. Apakah faktor predisposisi pada diagnosis isolasi sosial.
3. Jelaskan tanda dan gejala pada diagnosa Isolasi Sosial.
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada diagnosa Isolasi Sosial.
D. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami faktor presipitasi pada diagnosa Isolasi Sosial.
2. Mahasiswa mampu memahami faktor predisposisi pada diagnosa Isolasi Sosial.
3. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala pada diagnosa Isolasi Sosial.
4. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan diagnosa Isolasi Sosial.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Skenario Kasus
Seorang laki-laki berusia 28 tahun di bawa bapaknya ke IGD RSJ, dengan
keluhan pasien selama di rumah sudah 2 bulan yang lalu sering melamun, tidak mau
bergaul dengan teman-temannya dan tidak mau kuliah. Sejak 2 minggu yang lalu
pasien tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan kadang-kadang menangis tanpa
sebab. Bapaknya merasa kasihan dengan kondisi tersebut sehingga pasien dibawa ke
RSJ. Pada saat dikaji, pasien terlihat menyendiri dan sering melamun. Klien
mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena klien sulit memulai pembicaraan
dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam. Kontak mata klien kurang, klien
jika ditanya menjawab seperlunya.
B. Step 1 : Klasifikasi Istilah
C. Step 2 : Identifikasi Masalah
1. Apakah diagnosis utama pada klien?
2. Apakah Faktor Presipitasi pada diagnosis di atas?

2
3. Apakah faktor predisposisi pada kasus di atas?
4. Jelaskan tanda dan gejala pada kasus di atas?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus diatas?
D. Step 3 : Analisa Masalah
1. Diagnosa Gangguan Isolasi Sosial

Data Masalah Diagnosa


Do: Isolasi sosial : Isolasi sosial: Menarik
- Klien tampak menarik diri diri berhubungan
melamun dengan harga diri
- Klien tampak rendah
menyendiri
Ds:
- Klien mengatakan
malas bergaul dengan
orang lain karena
klien sulit memulai
pembicaraan dengan
lain sehingga lebih
senang diam

Diagnosa Keperawatan :

Isolasi sosial: Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah


Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y (2010)
adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain
menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi
atau kegagalannya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013).
Jadi isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu
berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain di
sekitarnya

3
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2012).
Isolasi sosial adalah suatu upaya menghindar komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk berbagai rasa pikiran, dan kegagalan (Yosep, 2009).
Isolasi sosial adalah merupakan percobaan untuk menghindar interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain
(Fajariyah, 2012).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu
kebutuhan atau mengharapkan untuk melibatkan orang lain, akan tetapi tidak
dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).
Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi
dengan lingkungan sosial atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan dengan
orang lain dan tidak bisa berbagi pikirannya dan perasaannya (Rawlins,1993).
Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan
berinteraksi secara spontan dengan orang lain. Individu yang demikian berusaha
untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut,
kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai respon.
Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif (Stuart
and Sudeen, alih bahasa Hamid,1998)
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu isolasi sosial merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mencoba menghindar dari berinteraksi dan atau berhubungan
dengan orang lain / lingkungan sekitar. ( Putri Meisa, Ditta O, Aldira ).
2. Faktor presipitasi Isolasi Sosial
1. Faktor eksternal
Contohnya stress sosiokultural, yaitu stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitas
unit keluarga seperti perceraian, berpisah dari orang yang berarti, kehilangan pasangan pada usia
tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat
menimbulkan isolasi sosial.
2. Faktor internal

4
Contohnya stress Psikologis, yaitu stress yang diakibatkan oleh ansietas berat yang
berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
3. Stres intelektual
a. Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai pikiran dan
perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain sehingga
mereka akan sulit untuk berkomunikasi.
b. Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan persepsi
yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lain.
4. Stressor fisik
a. Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari orang
lain.
b. Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain. (Rawlins, Heacock,1993). ( Siti Laela,
Risca Apriliana, Mela Putri ).
3. Faktor predisposisi Isolasi Sosial
a. Faktor tumbuh kembang
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat

dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.


Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan dariibu/pengasuh pada
pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan
dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting
dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap
bermusuhan/hostilitas,sikap mengancam, merendahkan dan
5
menjelekjelekkan anak, selalu mengkritik,menyalahkan, dan anak tidak
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, kurang
kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan padapembicaraan anak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegursapa,
komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah
tidakdiselesaikan secara terbuka dengan musyawarah, ekspresi emosi yang
tinggi,double bind, dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yangmembuat bingung dan kecemasannya meningkat.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal
ini akibat dari transiensi norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit
ironis, isolasi bisa terjadi karena mengadopsi horma, perilaku dan sistem
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang
tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan
dengan gangguan ini.

d. Faktor sosial budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan
olehkarena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti
anggotatidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
e. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.
Penurunan aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan
mood dan gangguan kecemasan. Menurut Townsend (2003, hlm.59)
neurotransmitter yang mempengaruhi pasien dengan isolasi sosial adalah
sebagai berikut:
 Dopamin
Fungsi dopamin sebagai pengaturan mood dan motivasi,
sehingga apabila dopamin menurun pasien akan mengalami
penurunan mood dan motivasi.

6
 Norepineprin
Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan
memori, menarik diri dari masyarakat dan depresi.
 Serotonin
Pasien dengan menarik diri/ isolasi sosial, serotonin cenderung
menurun sehingga biasanya dijumpai tanda tanda seperti lemah,
lesu dan malas melakukan aktivitas.
 Asetokolin
Apabila terjadi penurunan asetokolin pada pasien dengan
isolasi social cenderung untuk menunjukkan tanda-tanda seperti
malas, lemah dan lesu.( Retna Ningsih, Putri Avriani, Gabila
Putri ).

4. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial


Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) tanda dan gejala
isolasi sosial disajikan dalam ( Tabel 1 dan 2 ) Tanda dan Gejala Mayor Isolasi
Sosial :

Tabel 1
Gejala dan Tanda Mayor Isolasi Sosial
Subyektif Objektif

Merasa ingin sendirian Menarik diri


Merasa tidak aman di tempat umum Tidak berminat/menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan

Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

Tabel 2

7
Gejala dan Tanda Minor Isolasi Sosial
Subyektif Objektif

Merasa berbeda dengan orang lain Afek datar


Merasa asyik dengan pikiran sendiri Afek sedih

Merasa tidak mempunyai tujuan yang Riwayat ditolak


jelas Menunjukkan permusuhan
Tidak mampu memenuhi harapan orang
lain
Kondisi difabel
Tindakan tidak berarti
Tidak ada kontak mata
Perkembangan terlambat
Tidak bergairah/lesu

Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

Batasan karakteristik Menurut (Nanda, 2018)

a. Tidak ada sistem pendukungan


b. Kesendirian yang disebabkan oleh orang lain
c. Ketidaksesuaian budaya
d. Ingin sendirian
e. Kondisi difabel
f. Perasaan beda dari orang lain
g. Afek datar
h. Riwayat ditolak
i. Bermusuhan
j. Penyakit
k. Menunjukkan permusuhan
l. Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
m. Merasa tidak aman di tempat umum
n. Tindakan tidak berarti
o. Anggota subkultur tertentu

8
p. Tidak ada kontak mata
q. Preokupasi dengan pikiran sendiri
r. Tidak mempunyai tujuan
s. Tindakan berulang
t. Afek sedih
u. Nilai tidak sesuai dengan norma
v. budaya
w. Menarik diri

Tanda dan Gejala Menurut Townsend, M.C, 1998 (dalam Muhith, A. 2015),
tanda dan gejala isolasi sosial meliputi :Kurang spontan.

a) Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan).


b) Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih).
c) Afek tumpul
d) Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
e) Tidak ada atau kurang terhadap komunikasi verbal.
f) Menolak berhubungan dengan orang lain.
g) Mengisolasi diri (menyendiri)
h) Kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.
i) Asupan makan dan minuman terganggu.
j) Aktivitas menurun.
k) Rendah diri.

perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilaidirinya rendah,


sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan sensori:
halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya.
Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi
aktivitas yang akhirnya bisa mempengaruhi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan perawatan secara mandiri. ( Indri Maharani , Astri Tri, Hilmi
Nur ).

9
5. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
1. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan (Rila, Via, Mahmud, bayu )

No Data Etiologi Masalah


1. DDS: Gangguan Interaksi Isolasi sosial :
- Klien mengatakan malas Sosial menarik diri
berhubungan
bergaul dengan orang lain
dengan harga diri
karena sulit memulai Gangguan konsep rendah.
diri : Harga diri
pembicaraan
rendah.
DDO: :
- Klien tidak mau bergaul Mekanisme koping
tidak efektif.
dengan teman-temannya dan
tidak mau kuliah Isolasi Sosial
- Klien terlihat menyendiri dan
sering melamun
- Kontak mata klien kurang
- Jika ditanya, klien menjawab
seperlunya

2. Diagnosa Keperawatan :

Isolasi Sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Rencana Keperawatan

ISOLASI SOSIAL
TUJUAN PRINSIP STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN
Klien mampu : - Membina SP 1 : Membina hubungan saling percaya,
1. Pasien membantu pasien mengenal penyebab
hubungan
isolasi soisal, membantu pasien mengenal
dapat
saling percaya. manfaat berhubungan dan kerugian tidak
membina berhubungan dengan orang lain, dan
- Membantu
mengajarkan pasien berkenalan.
hubungan
pasien
saling 1. Bina hubungan saling percaya.
mengenal
percaya. 2. Identifikasi penyebab
penyebab
2. Pasien  siapa
isolasi sosial.
dapat yang satu rumah dengan pasien
- Bantu pasien

10
menyadari untuk  siapa
penyebab mengenal yang dekat dengan pasien
isolasi manfaat  siapa
sosial. berhubungan yang tidak dekat dengan pasien
3. Pasien dengan orang 3. tanyakan keuntungan dan kerugian
dapat lain. berkenalan dengan orang lain.
berinteraks - Membantu a. Tanyakn pendapat pasien tentang
i dengan pasien kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain. mengenal orang lain.
kerugian tidak b. Tanyakan apa yang menyebabkan
berhubungan pasien tidak ingin berinteraksi
- Membantu dengan orang lain
pasien untuk c. Diskusikan keuntungan bila
berinteraksi pasien memiliki banyak teman
dengan orang dan bergaul akrab dengan teman
lain secara d. Diskusikan kerugian bila pasien
bertahap. hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial
terhdapa kesehatan fisik pasien
4. Latih berkenalan
a. Jelaskan kepada pasien cara
berinteraksi dengan orang lain
b. Berikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain
c. Beri kesempatan pasien
mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan
di hadapan perawat
d. Mulailah bantu pasien
berinteraksi dengan satu orang
teman / anggota keluarga
e. Bila pasien menunjukkan

11
kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2,3,4 orang dan
seterusnya
f. Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang telah
dilakukan pasien
5. Melakukan jadwal kegiatan pasien

SP 2 : mengajarkan pasien berinteraksi


secara bertahap ( berkenalan dengan
orang pertama (perawat) )
1. Evaluasi SP1
2. Latih berhubungan sosial secara
bertahap
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien

SP3 : Melatih pasien berinteraksi secara


bertahap (berkenalan dengan orang
kedua) )
1. Evaluasi SP1 Dan SP2
2. Latih cara berkenalan dengan 2 orang
atau lebih
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
Keluarga 1. Diskusikan SP 1 : Memberikan pendidikan kesehatan
mampu : kepada keluarga mengenai masalah
masalah yang
1. Merawat isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan
dirasakan cara merawat pasien isolasi sosial.
pasien
1. Identifikasi masalah yang dihadapi
keluarga dalam
isolasi
keluarga dalam merawat pasien
merawat pasien.
sosial
2. Penjelasan isolasi sosial
2. Jelaskan tentang :
3. Cara merawat pasien isolasi sosial
a. Masalah
4. Latih (simulasi)
isolasi sosial
5. Rencana Tindak Lanjut / jadwal
dan
keluarga untuk merawat pasien
dampaknya
SP 2 : melatih keluarga mempraktikkan
pada pasien
cara merawat pasien isolasi sosiala

12
b. Penyebab langsung di hadapan pasien
1. Evaluasi SP 1
isolasi sosial
2. Latih ( langsung ke pasien )
c. Cara-cara
3. Rencana Tindak Lanjut / jadwal
merawat
keluarga untuk merawat pasien
pasien dengan
SP 3 : membuat perencanaan pulang
isolasi sosial
bersama keluarga
3. Peragakan cara 1. Evaluasi SP 1 dan SP 2
merawat pasien 2. Evaluasi kemampuan keluarga
dengan isolasi 3. Evaluasi kemampuan pasien
sosial 4. Rencana tindak lanjut keluarga
4. Bantu keluarga a. Follow up
mempraktikkan b. Rujukan
cara merawat
yang telah
dipelajari,
mendiskusikan
masalah yang
dihadapi
5. Susun
perencanaan
pulang bersama
keluarga

13
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien mungkin merasa di tolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri
atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang di alami
klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewaan, kecemasan.
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada klien dengan isolasi sosial antara
lain :
a) Defisit perawatan diri
b) Risiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi
B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap
melakukan kontrol ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara Dokter, Perawat dan tim medis
lainnya guna memperlancar proses keperawatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. & Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. (Ed. 11). Jakarta : EGC

Suciati, NMA. 2019. “BAB II Tinjauan Pustaka, tanda dan gejala”. Artikelpdf. Diakses dari :
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2369/3/Bab%202_1.pdf. Pada tanggal 16
november 2020.

Uus Husni M & Vina Viskayuli. (2018). Keperawatan Jiwa. Majalengka : LovRinz
Publishing.

S.N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Townsend,C.M. (2003). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing. (3the


dition).Philadelphia: W.B. Saunders Co.

Hartono, dkk. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Purba, dkk, ( 2008 ). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan jiwa. Medan : USU Press.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

Andi, Nur. 2017. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial. Artikel pdf Diakses dari :
https://www.academia.edu/7317167/ISOLASI_SOSIAL Pada tanggal 16 November 2020

15

Anda mungkin juga menyukai