DI SUSUN OLEH :
Kelompok 10 :
Kelompok 10
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan .........................................................................................
BAB II KONSEP DASAR TEORI.....................................................
A. Konsep Penyakit/gangguan.........................................................
B. Asuhan Keperawatan Lansia.......................................................
1. Pengkajian.............................................................................
2. Diagnose................................................................................
3. Intervensi...............................................................................
C. Terapi Yang Di Berikan (Terapi Percakapan).............................
1. Pengertian Terapi Percakapan...............................................
2. Tujuan Terapi Percakapan.....................................................
3. Persiapan Alat Dan Bahan.....................................................
4. SOP........................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk
juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien
Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi,
yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain.
Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada orang-orang usia
lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus yang
mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.
Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh
individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek
biologis, tetapi juga psikologis dan sosial. Menurut Laksamana
(1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai
perubahan `senesens` dan perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’
adalah perubahan- perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut.
Perubalian ’senilitas’ adalah perubahan¬-perubahan patologik
permanent dan disertai dengan makin memburuknya kondisi badan
pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada
amumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan problema
bidang sosio ekonomi. Oleh karma itu lansia adalah kelompok dengan
resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.
Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindarkan. Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin
tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan padan gilirannya makin
tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut. Demikian pula di
Indonesia.
Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia
sangat perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik,
psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari
satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lansia
yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.
Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan
kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental
dalam menghadapi usia senja. Lansia sebagai tahap akhir dari siklus
kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak
sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang
mengalami gangguan mental seperti menarik diri, Ada beberapa faktor
yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor- faktor
tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang
dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka
adalah sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan perubahan psikososial?
2. Apa saja penyebab dan tanda gejala terjadinya perubahan psikososial?
3. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Lansia dengan Perubahan
Psikososial?
4. Apa yang di maksud dengan terapi Percakapan dan tujuannya?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang Asuhan
Keperawatan pada Lansia Dengan Perubahan Psikososial.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar penyakit (yaitu pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
dan penatalaksanaan medis).
b. Mampu menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan (meliputi
pengkajian, diagnose, intervensi).
c. Mampu menyimpulkan pengkajian keperawatan pada lansia
dengan perubahan psikososial.
d. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan
perubahan psikososial.
e. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada lansia dengan
perubahan psikososial
BAB II
ASPEK PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan
perasaan berharga .Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri
sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga
ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang
lain,serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya
(Hidayat,2006).
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam(Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan,
pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah
merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai
dampak adanya kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi
suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya
komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.
2. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga
dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352).
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa
tertekan.
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam
perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor
penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif
melalui riwayat keluarga atau keturunan.
2. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi
karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
3. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu
dengan benda atau yang sangat berarti.
4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang
negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap sesuatu
5. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif
yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang,
dunia seseorang, dan masa depan seseorang.
4. Faktor Presifitasi
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari
lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).
B. Tanda dan Gejala
a. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri
dari orang lain.
c. Komunikasi kurang atau tidak ada.
d. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah klien kurang mobilitasnya
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,
agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah
klien dan alamat klien.
2. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas
keluarga dan fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses
interaksi dalam keluarga.
3. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan
(sistem rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan
kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan
dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit,
kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.
4. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang
lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri
dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen.
5. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi ,
kecelakaan dicerai suami ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang
terjadi ( korban perkosaan ,dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
6. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
7. Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
1. Konsep diri
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
2. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti
dalam masyarakat.
3. kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
• Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
merasa tidak
nyaman dengan
situasi soial dan
sulit
mengungkapkan
perasaan
DO : kurang
responsif atau
tertarik pada
orang
lain,perilaku
tidak sesuai usia
TD :
RR :
N:
S:
2 DS : pasien Perubahan Harga diri rendah
mengatakan pada citra situasional
merasa malu tubuh
dan melebih Perubahan
peran sosial
lebihkan
penilaian
negatif tentang
diri sendiri
DO : menolak
berinteraksi dengan
orang lain,berjalan
menunduk,lesu dan
tidak bergairah
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
NO Diagnosa (SDKI) Tujuan & kriteria Intervensi (SIKI)
hasil (SLKI)
1 Gangguan interaksi Tujuan (L.13115) Promosi sosialisasi
sosial ( D.0118) Setelah dilakukan (I.13498)
perawatan selama 3 x a.observasi
24 jam maka tujuan Identifikasi
yang diharapkan kemampuan
Ekspektasi meningkat melakukan
dengan kriteria hasil : interaksi dengan
Perasaan nyaman orang lain
dengan situasi Identifkasi
sosial hambatan
meningkat (5) melakuan
Perasaan mudah interaksi dengan
menerima atau orang lain
mengkomunikas b. trapeutik
ikan perasaan Motivasi
meningkat ( 5) meningkatkan
Responsif pada keterlibatan
orang lain dalam suatu
meningkat (5) hubungan
Perilaku sesuai Motivasi
usia meningkat kesabaran dalam
(5) mengembangkan
suatu hubungan
Motivasi
berpartisipasi
dalam aktivitas
baru dan
kegiatan
kelompok
c. Edukasi
Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
Anjurkan ikut
serta kegiata
sosialisai
kemasyarakatan
Anjurkan berbagi
pengalaman
kepada oramg
lain
A. Kesimpulan
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan perasaan
berharga .Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri
maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh
perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan
yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.
B. Saran
1. Mengingat kondisi psikososial lansia yang tidak berbeda di antara
lokasi pemukiman, maka lansia dapat tinggal di mana saja asalkan tetap
mendapatkan perhatian atau dukungan, baik dari keluarga, masyarakat
maupun pemerintah.
2. Dapat dibentuk wadah tempat lansia bersosialisasi bersama peer
groupnya. Untuk meningkatkan aktifitas fisik dan perilaku kesehatan,
hendaknya difasilitasi dengan memberi kesejahteraan berupa dukungan
moril dan sprituil kepada kelompok lansia berupa perbaikan ekonomi,
kesehatan, transportasi, dan perumahan serta memberikan gizi yang baik
dan obat-obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa
mempercepat proses penuaa.
3. Menghindari sikap menarik diri sebagai lansia.
4. Mengembangkan perspektif yang lebih jelas mengenai hidup lansia.
5. Menggantikan kepuasan-kepuasan yang hilang.
6. Mengembangkan hubungan yang bermakna.
Daftar Pustaka