Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

DENGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 10 :

1. ENDI WIJAYA (19230009)


2. FEBRA ELDY (19230010)

Dosen Pengampuh : Ns. Tita Septi Handayani, S.Kep, MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Limpahan karunianyalah kelompok kami dapat menyelesaikan


makalah kami yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan pada
Lansia tentang Perubahan Psikososial’’ tepat pada waktunya untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Memang dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak
menghadapi berbagai masalah, halangan serta rintangan namun itu tidak
menjadi penghalang semangat kelompok kami untuk menyelesaikan
tugas ini tepat pada waktunya.
Mungkin dalam makalah ini masih sangat banyak kekurangan
oleh sebab itu,saran dan kritik dari teman-teman dan dosen pembimbing
sangat kami perlukan guna memperbaiki kesalahan sehingga dapat
menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah yang telah kami
selesaikan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik itu kelompok
kami sendiri maupun teman-teman sekalian.

Bengkulu, 30 November 2022

Kelompok 10
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan .........................................................................................
BAB II KONSEP DASAR TEORI.....................................................
A. Konsep Penyakit/gangguan.........................................................
B. Asuhan Keperawatan Lansia.......................................................
1. Pengkajian.............................................................................
2. Diagnose................................................................................
3. Intervensi...............................................................................
C. Terapi Yang Di Berikan (Terapi Percakapan).............................
1. Pengertian Terapi Percakapan...............................................
2. Tujuan Terapi Percakapan.....................................................
3. Persiapan Alat Dan Bahan.....................................................
4. SOP........................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk
juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien
Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi,
yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain.
Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada orang-orang usia
lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus yang
mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.
Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh
individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek
biologis, tetapi juga psikologis dan sosial. Menurut Laksamana
(1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai
perubahan `senesens` dan perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’
adalah perubahan- perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut.
Perubalian ’senilitas’ adalah perubahan¬-perubahan patologik
permanent dan disertai dengan makin memburuknya kondisi badan
pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada
amumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan problema
bidang sosio ekonomi. Oleh karma itu lansia adalah kelompok dengan
resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.
Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindarkan. Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin
tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan padan gilirannya makin
tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut. Demikian pula di
Indonesia.
Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia
sangat perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik,
psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari
satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lansia
yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.
Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan
kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental
dalam menghadapi usia senja. Lansia sebagai tahap akhir dari siklus
kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak
sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang
mengalami gangguan mental seperti menarik diri, Ada beberapa faktor
yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor- faktor
tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang
dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka
adalah sebagai berikut:

a. Penurunan kondisi fisik


b. Penurunan fungsi dan potensi seksual
c. Perubahan aspek psikososial
d. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
e. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan perubahan psikososial?
2. Apa saja penyebab dan tanda gejala terjadinya perubahan psikososial?
3. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Lansia dengan Perubahan
Psikososial?
4. Apa yang di maksud dengan terapi Percakapan dan tujuannya?
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang Asuhan
Keperawatan pada Lansia Dengan Perubahan Psikososial.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar penyakit (yaitu pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
dan penatalaksanaan medis).
b. Mampu menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan (meliputi
pengkajian, diagnose, intervensi).
c. Mampu menyimpulkan pengkajian keperawatan pada lansia
dengan perubahan psikososial.
d. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan
perubahan psikososial.
e. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada lansia dengan
perubahan psikososial
BAB II
ASPEK PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan
perasaan berharga .Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri
sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga
ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang
lain,serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya
(Hidayat,2006).
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam(Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan,
pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah
merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai
dampak adanya kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi
suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya
komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.

2. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga
dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352).
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa
tertekan.
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam
perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor
penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif
melalui riwayat keluarga atau keturunan.
2. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi
karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
3. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu
dengan benda atau yang sangat berarti.
4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang
negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap sesuatu
5. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif
yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang,
dunia seseorang, dan masa depan seseorang.
4. Faktor Presifitasi
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari
lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).
B. Tanda dan Gejala
a. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri
dari orang lain.
c. Komunikasi kurang atau tidak ada.
d. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah klien kurang mobilitasnya

e. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan


atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

f. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan


rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
C. Rentang Respon
1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan
suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide- ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan
rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada
individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan
tanda-tanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai
dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya
yang dingin dan tanpa emosi.
D.Permasalahan
Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian
kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut:
1. Permasalahan Umum
a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung
terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih
mengarah pada bentuk kelurga kecil.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan
yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan
berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak
langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus
bagi lanjut usia dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan
kesejahteraan lanjut usia.
e. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan
lanjut usia.
2. Permasalahan Khusus
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai
permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia
adalah sebagai berikut:
a. Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang
menyebabkan penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih
tergantung kepada pihak lain.
b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan
Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis
mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan
sekitarnyaBerkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan
kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial
psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat
lingkungan sekitarnya.
c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda
dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak
dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.
d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas
dan kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat
lingkungan sekitarnya.
e. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda
dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak
dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.
f. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup.
g. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat
individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka
tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar. Di samping itu
terjadi pergeseran nilai budaya tradisional, dimana norma yang dianut bahwa
orang tua merupakan bagian dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan
dan didasarkan kepada suatu ikatan kekerabatan yang kuat, dimana orang tua
dihormati serta dihargai, sehingga seseorang anak mempunyai kewajiban untuk
mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian generasi muda
beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam urusan hidup
sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para lanjut usia dengan
masyrakatlingkungannya, sehingga dapat terjadi kesenjangan antara-generasi tua
dan muda. Dengan demikian, sulit untuk mempertahankan dan melestarikan
budaya bangsa ini secara terus-menerus dari generasi ke generasi selanjutnya.

h. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan


kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh
masyarakat lingkungan sekitarnya.
i. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga
kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah,
menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan
terpaksa menganggur.
j. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga
diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta
mempunyai penghasilan cukup.

k. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan


kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh
masyarakat lingkungan sekitarnya.
l. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga
kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah,
menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan
terpaksa menganggur.
m. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan
kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh
masyarakat lingkungan sekitarnya.
n. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga
kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah,
menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan
terpaksa menganggur.
o. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga
diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta
mempunyai penghasilan cukup.
p. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan
kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh
masyarakat lingkungan sekitarnya.
q. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga
kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah,
menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan
terpaksa menganggur.
r. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan
kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh
masyarakat lingkungan sekitarnya.
s. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga
kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah,
menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan
terpaksa menganggur.
t. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga
diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta
mempunyai penghasilan cukup.
u. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan
dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa
menjadi terlantar. Di samping itu terjadi pergeseran nilai budaya
tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua merupakan bagian
dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan didasarkan
kepada suatu ikatan kekerabatan yang kuat, dimana orang tua dihormati
serta dihargai, sehingga seseorang anak mempunyai kewajiban untuk
mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian generasi
muda beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam
urusan hidup sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para
lanjut usia dengan masyrakatlingkungannya, sehingga dapat terjadi
kesenjangan antara-generasi tua dan muda. Dengan demikian, sulit untuk
mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa ini secara terus-
menerus dari generasi ke generasi selanjutnya.
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak
lingkungan, polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik
lanjut usia. Terkosentrasinya dan penyebaran pembangunan yang belum
merata menimbulkan ketimpangan antara penduduk lanjut usia di kota dan
di desa.
B. Asuhan keperawatan lansia dengan perubahan psikososial
1. Pengkajian

1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,
agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah
klien dan alamat klien.
2. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas
keluarga dan fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses
interaksi dalam keluarga.
3. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan
(sistem rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan
kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan
dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit,
kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.
4. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang
lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri
dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen.
5. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi ,
kecelakaan dicerai suami ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang
terjadi ( korban perkosaan ,dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
6. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
7. Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
1. Konsep diri
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
2. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti
dalam masyarakat.
3. kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
• Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat


disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut :
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko perubahan sensori persepsi
4. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada
orang lain
5. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
6. Intoleransi aktifitas.
7. Kekerasan resiko tinggi.
NO Data Etiologi Masalah
1  DS : Pasien  Defisiensi Gangguan

mengatakan berbicara interaksi sosial

merasa tidak
nyaman dengan
situasi soial dan
sulit
mengungkapkan
perasaan
 DO : kurang
responsif atau
tertarik pada
orang
lain,perilaku
tidak sesuai usia
TD :
RR :
N:
S:
2  DS : pasien  Perubahan Harga diri rendah
mengatakan pada citra situasional
merasa malu tubuh
dan melebih  Perubahan
peran sosial
lebihkan
penilaian
negatif tentang
diri sendiri
 DO : menolak
berinteraksi dengan
orang lain,berjalan
menunduk,lesu dan
tidak bergairah

3  DS : pasien  Perubahan Isolasi sosial


mengatakan dia penampilan
ingin sendirian dan fisik
merasa tidak  Perubahan
nyaman ditempat status mental
umum,merasa
asyik dengan diri
sendiri
 DO : menarik
diri,menolak
berinteraksi
dengan orang
lain,tidak
bergairah atau lesu

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan interaksi sosial (D.0118)


b. Harga diri rendah situasional (D.0087)
c. Isolasi sosial (D.0121)

3. Intervensi
NO Diagnosa (SDKI) Tujuan & kriteria Intervensi (SIKI)
hasil (SLKI)
1 Gangguan interaksi Tujuan (L.13115) Promosi sosialisasi
sosial ( D.0118) Setelah dilakukan (I.13498)
perawatan selama 3 x a.observasi
24 jam maka tujuan  Identifikasi
yang diharapkan kemampuan
Ekspektasi meningkat melakukan
dengan kriteria hasil : interaksi dengan
 Perasaan nyaman orang lain
dengan situasi  Identifkasi
sosial hambatan
meningkat (5) melakuan
 Perasaan mudah interaksi dengan
menerima atau orang lain
mengkomunikas b. trapeutik
ikan perasaan  Motivasi
meningkat ( 5) meningkatkan
 Responsif pada keterlibatan
orang lain dalam suatu
meningkat (5) hubungan
 Perilaku sesuai  Motivasi
usia meningkat kesabaran dalam
(5) mengembangkan
suatu hubungan
 Motivasi
berpartisipasi
dalam aktivitas
baru dan
kegiatan
kelompok
c. Edukasi
 Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
 Anjurkan ikut
serta kegiata
sosialisai
kemasyarakatan
 Anjurkan berbagi
pengalaman
kepada oramg
lain

2 Harga diri Tujuan (L.09069) Manajemen prilaku


rendah Setelah dilakukan ( I.12463)
situasional
perawatan selama 3 x a. Observasi
(D.0087)
24 jam maka tujuan  Identifikasi
yang diharapakan harapan untuk
ekspektasi meningkat mengendalikan
dengan kriteria hasil : perilaku
 Penilaian diri b. Terapeutik
positif  Diskusikan
meningkat (5) tangguang jawab
 Minat mncoba terahadap
hal baru perilaku
meningkat (5)  Jadwalkan kgiatan
 Berjalan terstruktur
menampakan  Ciptakan dan
wajah pertahankan
meningkat (5) lingkungan dan
 Perasaan malu kegiatan
menurun (5) perawatan
konsisten setiap
dinas
 Cegah perilaku
pasif dan agresif
 Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
c. Edukasi
 Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar
pembentukan
kognitif

3 Isolasi sosial Tujuan ( L.13115) Promosi sosialisasi


(D.0121) Setelah dilakukan
perawatan selama 3 x ( I.13498 )
24 jam maka tujuan  Observasi
yang diharapkan  Identifikasi
Ekspektasi meningkat kemampuan
dengan kriteria hasil : melakukan
 Minat interaksi interaksi dengan
meningkat (5) orang lain
 Minat terhadap  Identifkasi
aktivitas hambatan
meningkat (5) melakukan
 Perilaku menarik interaksi dengan
diri menurun (5) orang lain
 Perilaku sesuai  Trapeutik
degan harapan  Motivasi
orang lain berpartisipasi
membaik (5) dalam aktivitas
 Tugas sesuai baru dengan
perkembangan kegiatan
usia membaik kelompok
(5)  Diskusikan
perencanaan
kegiatan dimasa
depan
 Edukasi
 Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
 Anjurkan ikut
serta kegiata
sosialisai
kemasyarakatan
 Anjurkan berbagi
pengalaman
kepada oramg
lain

C.Terapi komplamenter/non farmakologis (terapi percakapan)


1.Pengertian
Perawatan psikologi/sosial atau terapi percakapan adalah cara yang
epektif untuk membantu mengobati penyakit mental. Terapi ini sangat berguna
untuk orang-orang dengan gangguan psikososial dan kecemasan dan dalam
kasus yang parah dapat digunakan bersamaan dengan obat-obatan.
Perawatan psikologi/sosial dapat membantu mengurangi efek gejal
bahkan gejala itu sendiri.perawatan ini membantu menguah pola berpikir dan
mengembangkan keterampilan mengatasi masalah untuk mengatasi tekanan
hidup dengan baik.
2.Tujuan
Adapun tujuan terapi berbicara adalah :
a) Meningkatkan fungsi psikologi dan sosial
b) Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin
c) Menyadari realistis keterbatasannya, agar dapat diterima
d) Bertujuan agar penyesuaian baik dengan masyarakat luar
e) Mengurangi tingkat stress
f) Meningkatkan dukungan keluarga

4. Persiapan dan alat


a) Kursi (jika diperlukan)
b) Buku kerja dan alat tulis ( jika di perlukan )
c) Lembar evaluasi dan dokumentasi
5. Sop
STANNDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TERAPI PERCAKAPAN
Pengertian Perawatan psikologi/sosial atau terapi percakapan adalah cara
yang epektif untuk membantu mengobati penyakit mental. Terapi
ini sangat berguna untuk orang-orang dengan gangguan
psikososial dan kecemasan dan dalam kasus yang parah dapat
digunakan bersamaan dengan obat-obatan.
Tujuan a) Meningkatkan fungsi psikologi dan sosial
b) Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak
mungkin
c) Menyadari realistis keterbatasannya, agar dapat diterima
d) Bertujuan agar penyesuaian baik dengan masyarakat luar
e) Mengurangi tingkat stress
f) Meningkatkan dukungan keluarga
Persiapan a) Kursi (jika diperlukan)
b) Buku kerja dan alat tulis ( jika di perlukan )
alat
c) Lembar evaluasi dan dokumentasi

Persiapan a) Kontrak topik, waktu dan tempat

responden b) Jelaskan tujuan terapi berbicara


c) Perhatikan juga lingkungan yang mendukung,seperti
lingkungan yang nyaman bagi pasien
d) Jaga privasi pasien
Fase a) Mengucapkan salam
interaksi b) Menjelaskan tujuan dilaksanakan terapi percakapan
c) Menjelaskan prosedur dan proses pelaksanaan trapi
percakapan
Fase kerja a) Jika dilakukan dalam posisi duduk di atas kursi maka
anjurkan pasien duduk rileks dan santai
b) Ajak pasien berbicara sesuai topik yang telah di tentukan
sebelumnya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan perasaan
berharga .Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri
maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh
perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan
yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.

B. Saran
1. Mengingat kondisi psikososial lansia yang tidak berbeda di antara
lokasi pemukiman, maka lansia dapat tinggal di mana saja asalkan tetap
mendapatkan perhatian atau dukungan, baik dari keluarga, masyarakat
maupun pemerintah.
2. Dapat dibentuk wadah tempat lansia bersosialisasi bersama peer
groupnya. Untuk meningkatkan aktifitas fisik dan perilaku kesehatan,
hendaknya difasilitasi dengan memberi kesejahteraan berupa dukungan
moril dan sprituil kepada kelompok lansia berupa perbaikan ekonomi,
kesehatan, transportasi, dan perumahan serta memberikan gizi yang baik
dan obat-obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa
mempercepat proses penuaa.
3. Menghindari sikap menarik diri sebagai lansia.
4. Mengembangkan perspektif yang lebih jelas mengenai hidup lansia.
5. Menggantikan kepuasan-kepuasan yang hilang.
6. Mengembangkan hubungan yang bermakna.
Daftar Pustaka

Setia budhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi:


Tinjauan dari Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
E.Doenges, Marilyon. dkk. 1919. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai