DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
FAKULTAS KESEHATAN
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
A. Definisi Ketidakberdayaan..........................................................................1
B. Faktor predisposisi.....................................................................................1
C. Faktor presipitasi........................................................................................2
E. Sumber Koping..........................................................................................5
F. Mekanisme Koping.....................................................................................5
H. Pohon Masalah..........................................................................................7
I. Diagnosa Keperawatan..............................................................................7
J. Intervensi...................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
ii
iii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Ketidakberdayaan
B. Faktor predisposisi
1
b. Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan.
Seseorang yang mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan
mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk mengatasi perasaan
kehilangan, pada masa dewasa individu menjadi tidak berdaya dan akan
sulit mencapai fase menerima.
c. Teori Kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi akibat gangguan
perkembangan terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi
gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang
dirinya tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup
sebagai tidak ada harapan. Menurut Norris (2012) peran pengetahuan
dapat mengubah sikap penderita diebetes menjadi lebih baik.
d. Teori Model Belajar Ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi
karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu
menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul
keyakinan individu akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan
sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif.
Menurut Funnel, Anderson, (2014) mengatakan keberhasilan perubahan
sikap dari penderita merupakan salah satu keberhasilan perawatan yang
mandiri
C. Faktor presipitasi
2
a. Biologis
1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan
rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi
pada lobus frontal, temporal dan limbic
4) Terdapat gangguan sistem endokrin
5) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan
gender
8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas
sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan
pekerjaan.
4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggungjawab peran.
5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan
orang lain.
c. Sosial budaya
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang.
3
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial
atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat.
a. Harapan
b. Ketidakpastian
4
akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasa
pesimis dan putus asa.
c. Putus asa
5
E. Sumber Koping
a) Personal ability
b) Sosial support
c) Material asset
d) Positive belief
6
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan:
tidak ada.
F. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
b. Destruktif
7
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
8
H. Pohon Masalah
Efek :
Core Problem:
Ketidakberdayaan
Causa:
9
10
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no rekam medic,
diagnosa medis dan genogram.
2. Keluhan utama
Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau
memengaruhi situasi :
a. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
b. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
c. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat
kesempatan diberikan.
d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
e. Apatis, pasif.
f. Ekspresi muka murung.
g. Bicara dengan lambat.
h. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
i. Tidur berlebihan.
j. Menghindari orang lain.
3. Faktor predisposisi
a. Biologis
1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
2) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa)
Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak Bedaya Putus
Asa Respon adaftif Respon Maladaftif
11
4) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai
kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic.
6) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal
atau AIDS
b. Psikologis
1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
Tinggal
2) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau
kondisi
dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya
yang sekarang
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
12
c. Sosial budaya
1) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
2) Pendidikan rendah
3) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status
finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)
4) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol
(misalnya kontrol lokus internal)
5) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang
lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan
secara aktif, enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang
lain
6) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
7) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
secara pasif.
4. Faktor presipitasi
13
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosial budaya
14
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan
atau kehidupannya yang sekarang.
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
bulan terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat.
5. Respon Emosional
Mayor (harus ada):
Memperlihatkan atau menutupi (marah, apatis) ekspresi ketidakpuasan
atas ketidakmampuan mengontrol situasi (mis., pekerjaan, penyakit,
prognosis, perawatan, tingkat penyembuhan) yang mengganggu
pandangan, tujuan, dan gaya hidup.
6. Respon Kognitif
1) Lapang pandang menjadi sempit
2) Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
3) Waspada dengan gejala fisiologis.
15
4) Bingung.
5) Takut akan konsenkuensi yang abstrak.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Berfokus pada diri sendiri.
8) Kurang kosentrasi.
9) Gangguan perhatian.
10) Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam
fungsi tubuh yang mengalami gangguan.
11) Mengungkap keluhan karena perubahan pada kejadian
kehidupan.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Mengatakan takut kehilangan control.
7. Afektif
1) Gelisah
2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
3) Menangis.
4) Mengalami penyesalan.
5) Merasa tidak berdaya.
6) Berfokus pada diri sendiri.
7) Merasa bingung.
8) Ragu dan tidak percaya diri.
9) Merasa khawatir.
10) Cenderung menyalahkan diri sendiri
11) Apatis.
12) Pesimis.
13) Mudah marah.
16
B. Diagnosa, NOC & NIC
17
8. Motivasi keluarga untuk berperan
aktif dalam membantu
pasien menurunkan perasaan
tidak berdaya.
9. Libatkan keluarga untuk
mendukung respons emosional
adaptif pasien.
3. Defisit perawatan Self care : aktifitas sehari- Self Care Assistane : ADLS
diri hari
1. Monitor kemempuan klien untuk
Kriteria hasil: perawatan diri yang mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien untuk
1. Klien terbebas dari
alat-alat bantu untuk kebersihan
bau badan
diri, berpakaian, berhias, toileting
2. Menyatakan
danmakan.
kenyamanan terhadap
3. Sediakan bantuan sampai klien
kemampuan untuk
mampu secara utuh untuk
melakukan ADLS
melakukan self-care.
3. Dapat melakukan
4. Dorong klien untuk melakukan
ADLS dengan bantuan
aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari-
harisesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
18
sehari-hari.
19
C. IMPLEMENTASI
20
4. Melakukan konseling kepada pasien : Untuk memecahkan
masalah.
5. Melakukan pengurangan kecemasan : dengan cara teknik
relaksasi dan distraksi
6. Melakukan pencegahan bunuh diri : memberikan
semangat kepada pasien dengan melibatkan orang
terdekat dan keluarga.
7. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka,
eksplorasi, klarifikasi : Agar pasien terbuka dalam
mengungkapkan masalahnya dan merasa nyaman.
8. Memotivasi keluarga untuk berperan aktif dalam
membantu
pasien menurunkan perasaan tidak berdaya
9. Melibatkan keluarga untuk mendukung respons emosional
adaptif pasien.
3 3 1. Memonitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
mandiri.
2. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alatbantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
3. Menyediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
untuk melakukanself-care.
4. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Mendorong untuk melakukan secaramandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
6. Mengajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
7. Memberikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
21
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir pada proses keperawatan yang dapat dinilai
dari keberhasilan asuhan keperawata yang diberikan berdasarkan pada
kriteria hasil masing-masing masalah yang akan dilakukan tindakan
keperawatan. Pada kasus keperawatan jiwa evaluasi hasil melakukan
diskusi dengan klien dan observasi langsung untuk melihat sejauh mana
masalah dapat teratasi dan melihat kemajuan kesehatan klien setelah
diberikan asuhan keperawatan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9.
Jakarta: EGC.
Mamnu’ah. 2017. Panduan Praktikum Keperawatan Jiwa II. Yogyakarta: UNISA
Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC
23