Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN


KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Agung wicaksono 11. Ni Komang Tri Mega Y


2. Ainun jariah 12. Nor Aida Fitriani
3. Devi Cahyana 13. Normaliyanti
4. Dona Kristina 14. Raihana
5. Eka Shandika Ade P 15. Rohandi Yusuf
6. Hamidah 16. Sinta Dewi Febriani
7. Hifzhi padlianoor 17. Sri Suryaningsih
8. Made Adhitya A 18. Utari Ermawati
9. Merry Lidya 19. Yahayu
10. M Jamaludin

Dosen Pengajar : Dr. Tanwiriah, S.Kep, M.kes

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA................................................................................1

A. Definisi Ketidakberdayaan..........................................................................1

B. Faktor predisposisi.....................................................................................1

C. Faktor presipitasi........................................................................................2

D. Respon Terhadap Stres.............................................................................4

E. Sumber Koping..........................................................................................5

F. Mekanisme Koping.....................................................................................5

G. Tanda dan Gejala.......................................................................................6

H. Pohon Masalah..........................................................................................7

I. Diagnosa Keperawatan..............................................................................7

J. Intervensi...................................................................................................7

BAB II TINJAUAN KASUS....................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

ii
iii
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan adalah suatu hal yang dapat diklasifikasikan dalam


persepsi subjektif dan dapat diamati secara objektif yang menunjukan
merasa kurang dapat mengontrol keadaan atau perasaan bahwa sesuatu
yang dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (Dryer, 2007). Carpenito&
Moyet (2009) menyebutkan bahwa ketidakberdayaan merupakan keadaan
kehilangan kontrol personal terhadap kejadian atau situasi yang
mempengaruhi tujuan dan gaya hidup. Sedangkan, menurut Doenges (2008)
ketidakberdayaan dapat diartikan sebagai persepsi yang menyatakan bahwa
apa yang dilakukan tidak memiliki efek signifikan terhadap hasil atau
keadaan kehilangan kontrol terhadap situasi atau kejadian yang terjadi.
Ketidakberdayaan juga dapat diartikan pengalaman yang menyebabkan
kehilangan kontrol terhadap situasi termasuk persepsi bahwa aksi yang
dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (NANDA International, 2015). Jadi
dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan persepsi individu
yang memandang bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu yang
signifikan atau tidak dapat merubah terhadap suatu keadaan.

B. Faktor predisposisi

Menurut Struart dan Laraia (2015) faktor predisposisi merupakan


faktor yang beresiko yang menjadi sumber terjadinya stres dan
mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik
secara biologis, psikososial dan sosiokultural. Faktor predisposisi tersebut
antara lain :
a. Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap
optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi proses kehilangan.

1
b. Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan.
Seseorang yang mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan
mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk mengatasi perasaan
kehilangan, pada masa dewasa individu menjadi tidak berdaya dan akan
sulit mencapai fase menerima.
c. Teori Kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi akibat gangguan
perkembangan terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi
gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang
dirinya tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup
sebagai tidak ada harapan. Menurut Norris (2012) peran pengetahuan
dapat mengubah sikap penderita diebetes menjadi lebih baik.
d. Teori Model Belajar Ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi
karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu
menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul
keyakinan individu akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan
sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif.
Menurut Funnel, Anderson, (2014) mengatakan keberhasilan perubahan
sikap dari penderita merupakan salah satu keberhasilan perawatan yang
mandiri

C. Faktor presipitasi

Faktor ppresipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi


ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan masyarakat
kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait
dengan perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi
kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih
berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan
mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi
ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan yang
dialami oleh klien. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor
presiptasi timbulnya ketidakberdayaan adalah sebagai berikut:

2
a. Biologis
1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan
rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi
pada lobus frontal, temporal dan limbic
4) Terdapat gangguan sistem endokrin
5) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan
gender
8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan

b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas
sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan
pekerjaan.
4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggungjawab peran.
5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan
orang lain.

c. Sosial budaya
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang.

3
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial
atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat.

D. Respon Terhadap Stres

Respon adaftif Respon Maladatif

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak berdaya Putus asa

a. Harapan

Harapan akan mempengaruhi respons psikologis terhadap penyakit


fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan
penggunaan mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa
kasus, koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan
jiwa.

b. Ketidakpastian

Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu


memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempen garuhi
kemmapuan individu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang

4
akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasa
pesimis dan putus asa.

c. Putus asa

Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan


harapan hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh
diri.

5
E. Sumber Koping

a) Personal ability

1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan


(ketidakberdayaan).

2) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan


(ketidakberdayaan).

3) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan


(ketidakberdayaan).

4) Kemampuan dalam memecahkan masalah.

b) Sosial support

1) Caregiver utama dalam keluarga.

2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.

3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.

c) Material asset

1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki


(tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama
proses gangguan fisiologis.

2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.

3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi

d) Positive belief

6
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan:
tidak ada.

2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.

F. Mekanisme Koping

a. Konstruktif

1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.

2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status


kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal.

3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan


perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami.

4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami


perubahan kondisi kesehatan.

b. Destruktif

1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau


meminta bantuan.

2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.

3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami


ketegangan peran, konflik peran).

4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.

5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum,


kebersihan diri, istirahat dan tidur dan berdandan

6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang


lain).

7
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

G. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala (batasan karakteristik) (Townsend, 2015):


a. Ekspresi verbal dari tidak adanya kontrol atau pengaruh atau situasi,
hasil atau perawatan diri.  
b. Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan keputusan
saat kesempatan diberikan
c. Mengekspresikan keragu-raguan yang berkenaan dengan
pelaksanaan  peran.
d. Segan mengekspresikan perasaan sebenarnya, takut diasingkan dari
pengasuh.
e. Apatis dan pasif
f. Ketergantungan pada orang lain yang dapat menghasilkan lekas
tersinggung, kebencian, marah, dan rasa bersalah.

8
H. Pohon Masalah

Efek :

Harga diri rendah

Core Problem:
Ketidakberdayaan

Causa:

 Disfungi proses berduka.


 Kurangnya umpan balik
positif.
 Umpan balik negatif yang
konsisten.

9
10
BAB II

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no rekam medic,
diagnosa medis dan genogram.
2. Keluhan utama
Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau
memengaruhi situasi :
a. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
b. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
c. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat
kesempatan diberikan.
d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
e. Apatis, pasif.
f. Ekspresi muka murung.
g. Bicara dengan lambat.
h. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
i. Tidur berlebihan.
j. Menghindari orang lain.

3. Faktor predisposisi
a. Biologis
1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
2) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa)
Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak Bedaya Putus
Asa Respon adaftif Respon Maladaftif

11
4) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai
kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic.
6) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal
atau AIDS

b. Psikologis
1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
Tinggal
2) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau
kondisi
dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya
yang sekarang
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.

12
c. Sosial budaya
1) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
2) Pendidikan rendah
3) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status
finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)
4) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol
(misalnya kontrol lokus internal)
5) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang
lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan
secara aktif, enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang
lain
6) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
7) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
secara pasif.

4. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi


ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan
masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang
sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi
stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat
bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah
stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut
dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi
ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.

Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi


timbulnya ketidakberdayaan adalah sebagai berikut :

13
a. Biologis

1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,


Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan
rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi
pada lobus frontal, temporal dan limbic
4) Terdapat gangguan sistem endokrin
5) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik
dan gender
8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan

b. Psikologis

1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis


2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri,
kehilangan pekerjaan.
4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena
ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran.
5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan
orang lain.

c. Sosial budaya

14
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan
atau kehidupannya yang sekarang.
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
bulan terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat.

5. Respon Emosional
Mayor (harus ada):
Memperlihatkan atau menutupi (marah, apatis) ekspresi ketidakpuasan
atas ketidakmampuan mengontrol situasi (mis., pekerjaan, penyakit,
prognosis, perawatan, tingkat penyembuhan) yang mengganggu
pandangan, tujuan, dan gaya hidup.

Minor (mungkin ada)

1) Apatis dan pasif.


2) Ansietas dan depresi.
3) Marah dan perilaku kekerasan.
4) Perilaku buruk dan kebergantungan yang tidak memuaskan orang
lain.
5) Gelisah dan cenderung menarik diri.

6. Respon Kognitif
1) Lapang pandang menjadi sempit
2) Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
3) Waspada dengan gejala fisiologis.

15
4) Bingung.
5) Takut akan konsenkuensi yang abstrak.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Berfokus pada diri sendiri.
8) Kurang kosentrasi.
9) Gangguan perhatian.
10) Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam
fungsi tubuh yang mengalami gangguan.
11) Mengungkap keluhan karena perubahan pada kejadian
kehidupan.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Mengatakan takut kehilangan control.

7. Afektif
1) Gelisah
2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
3) Menangis.
4) Mengalami penyesalan.
5) Merasa tidak berdaya.
6) Berfokus pada diri sendiri.
7) Merasa bingung.
8) Ragu dan tidak percaya diri.
9) Merasa khawatir.
10) Cenderung menyalahkan diri sendiri
11) Apatis.
12) Pesimis.
13) Mudah marah.

16
B. Diagnosa, NOC & NIC

No Diagnosa NOC NIC

1. Ketidakberdayaan Kepercayaan mengenai Peningkatan efikasi diri


kesehatan: Kemampuan
Aktivitasnya:
melakukan

1. Manajemen alam perasaan


Indikator:
2. Dorong Restrukturisasi Kognitif
1. Mendemonstrasikan 3. Dorong untuk Fasilitasi tanggung
pengendalian diri jawab diri
terhadap depresi 4. Dukungan emosional
2. Menunjukkan 5. Bantuan sumber finansial
partisipasi dalam 6. Perlindungan hak pasien
pengambilan 7. Peningkatan harga diri
keputusan tentang
perawatan kesehatan

2. Harga diri rendah Kesadaran diri Peningkatan harga diri

Indikator : 1. Identifikasi pemikiran yang


negatif dan bantu untuk
1. Pasien mampu
menurunkannya
menerima status
2. Bantu pasien untuk
kesehatannya
meningkatkan pemikiran yang
2. Pasien mampu
positif
meningkatkan kualitas
3. Diskusikan tentang masalah yang
hidup
dihadapi pasien
3. Pasien mampu
4. Lakukan konseling
menurunkan tingkat
5. Lakukan pengurangan
kecemasan sosial
kecemasan
6. Lakukan pencegahan bunuh diri
7. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik terbuka, eksplorasi,
klarifikasi.

17
8. Motivasi keluarga untuk berperan
aktif dalam membantu
pasien menurunkan perasaan
tidak berdaya.
9. Libatkan keluarga untuk
mendukung respons emosional
adaptif pasien.

3. Defisit perawatan Self care : aktifitas sehari- Self Care Assistane : ADLS
diri hari
1. Monitor kemempuan klien untuk
Kriteria hasil: perawatan diri yang mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien untuk
1. Klien terbebas dari
alat-alat bantu untuk kebersihan
bau badan
diri, berpakaian, berhias, toileting
2. Menyatakan
danmakan.
kenyamanan terhadap
3. Sediakan bantuan sampai klien
kemampuan untuk
mampu secara utuh untuk
melakukan ADLS
melakukan self-care.
3. Dapat melakukan
4. Dorong klien untuk melakukan
ADLS dengan bantuan
aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari-
harisesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas

18
sehari-hari.

19
C. IMPLEMENTASI

No Hari/Tan pukul No Implementasi


ggal Dx
1 1
1. Memanjemen alam peresaan : dengan memberikan
keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan
pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik
depresi maupun peningkatan alam perasaan
2. Mendorong Restrukturisasi Kognitif pasien : untuk
mengubah distorsi pola pikir dan memandang diri sendiri
serta dunia secara lebih realistis
3. Mendukung emosional: dengan memberikan penenangan,
penerimaan, dan dorongan selama periode stress
4. Membantu sumber finasial individu/keluarga : untuk
mengamankan dan mengelola keuangan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan kesehatan
5. Melindungi hak perawatan kesehatan pasien : terutama
pasien dari kelompok minoritas, pasien tidak memiliki
kapasitas, atau tidak kompeten untuk mengambil
keputusan
6. Meningkatkan harga diri: dengan membantu pasien untuk
penilaian diri terhadap harga dirinya
7. Memfasilitasi tanggung jawab diri : dengan mendorong
pasien untuk lebih bertanggung jawab terhadap
perilakunya sendiri

2 2 1. Mengidentifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk


menurunkannya : dengan cara membimbing pasien untuk
tidak berpikir negatif.
2. Membantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang
positif : dengan cara membimbing pasien untuk berpikir
kearah positif
3. Mendiskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien :
tanpa memintanya untuk menyimpulkan.

20
4. Melakukan konseling kepada pasien : Untuk memecahkan
masalah.
5. Melakukan pengurangan kecemasan : dengan cara teknik
relaksasi dan distraksi
6. Melakukan pencegahan bunuh diri : memberikan
semangat kepada pasien dengan melibatkan orang
terdekat dan keluarga.
7. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka,
eksplorasi, klarifikasi : Agar pasien terbuka dalam
mengungkapkan masalahnya dan merasa nyaman.
8. Memotivasi keluarga untuk berperan aktif dalam
membantu
pasien menurunkan perasaan tidak berdaya
9. Melibatkan keluarga untuk mendukung respons emosional
adaptif pasien.
3 3 1. Memonitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
mandiri.
2. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alatbantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
3. Menyediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
untuk melakukanself-care.
4. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Mendorong untuk melakukan secaramandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
6. Mengajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
7. Memberikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

21
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir pada proses keperawatan yang dapat dinilai
dari keberhasilan asuhan keperawata yang diberikan berdasarkan pada
kriteria hasil masing-masing masalah yang akan dilakukan tindakan
keperawatan. Pada kasus keperawatan jiwa evaluasi hasil melakukan
diskusi dengan klien dan observasi langsung untuk melihat sejauh mana
masalah dapat teratasi dan melihat kemajuan kesehatan klien setelah
diberikan asuhan keperawatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Asep Hidayat. 2014. Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan Pada


Tn. H. Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 Di Ruang
Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. FK.UI.Jakarta. diakses 27
Maret 2017

Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9.
Jakarta: EGC.
Mamnu’ah. 2017. Panduan Praktikum Keperawatan Jiwa II. Yogyakarta: UNISA

NANDA International. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC

Townsend, M.C (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana


Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku
Kedokteran EGC

23

Anda mungkin juga menyukai