STROKE HEMORAGIK
Disusun Oleh:
Zelin Resiana Putri, S.Kep
11194692010059
Menyetujui,
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuro. Otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuro-neuro di
otak mati tidak mengalami regenerasi kemampuan adaptif atau plastititas.
Pada pola dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih
fungsi dari bagian-bagian yang rusak (Syaifuddin, 2016).
Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi 2, sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terbentuk oleh otak dan medulla
spinalis. Sistem saraf disisi luar disebut sistem saraf tepi. Fungsi dari sistem
saraf tepi adalah menghantarkan informasi bolak-balik antara sistem saraf
pusat dengan bagian tubuh lainnya. Otak merupakan bagian utama dari
sistem saraf dengan komponen bagian adalah (Syaifuddin, 2016).
1. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri serta tersusun dari korteks. Korteks
ditandai dengan sulkus/celah dan girrus.
Cerebrum dibagi menjadi bebelapa lobus, yaitu:
a. Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagi pusat fungsi intelektual yang
tinggi seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara dan
emosi. Bagian ini mengandung pusat pengotntrolan gerakan volunter
di gyrus presentralis dan terdapat area asosiasi motorik. Pada lobus
ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi bica, lobus ini juga
mengatur gerakkan sadar, perilaku sosial, bicara, motivasi
b. Lobus temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura lateral dan sebelah posterior dari fisura
pariento-oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal,visual, pendengaran dan berperan dalam pembeutnukan dan
perkembangan emosi
c. Lobus parientalis
Lobus parientalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di
gyrus post sentralis, yang berfungsi sebagai peraba dan pendengar
d. Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat ppenglihatan dan are
asosiasi penglihatan: menginterprestasi dan memproses rangsang
penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsangan ini
dengan informasi saraf lain dan memori
e. Lobus limbik
Lobus limbik untuk mengatur emosi manusia,memori emosi dan
bersama hipotalamus menimbulka perubahan melalui pengendalian
atas susunan endokrin dan susunan autonom
2. Cerebelum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih
banyak neuran dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang
berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari
sistem saraf pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk
keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter
secara optimal.
3. Brainstrem
Brainstrem adalah batak otak berfungsi untuk mengatur seluruh
proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon
diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya.
B. Definisi Stroke Hemoragik
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke
otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau
perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Mulanya stroke ini dikenal
dengan nama apoplexy, kata ini berasal dari bahasa Yunani yag berarti
“memukul jatuh” atau to strike down. Dalam perkembangannya lalu dipakai
istilah CVA atau cerebrovascular accident yang berarti suatu kecelakaan
pada pembuluh darah dan otak.
Menurut Misbach (2011) stroke adalah salah satu syndrome neurologi
yang dapat menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. Stroke
Hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di
otak dan kemudian merusaknya (Adib, 2009).
C. Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke
hemoragik) disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah.
Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh
stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga
dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya,
seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya.
Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis
berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak
aterosklerotik (Junaidi, 2011).
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang
menyebabkan stroke (Arum, 2015) diantaranya :
1. Faktor risiko medis
Faktor risiko medis yang memperparah stroke adalah:
a. Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
b. Adanya riwayat stroke dalam keluarga (faktor keturunan)
c. Migraine (sakit kepala sebelah)
c. Riwayat keluarga
Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke, maka
kemungkinan dari keturunan keluarga tersebut dapat mengalami
stroke. Orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki resiko
lebih besar untuk terkena stroke disbanding dengan orang yang
tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
d. Perbedaan ras
Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang Afrika-
Karibia sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-Karibia. Hal ini
dimungkinkan karena tekanan darah tinggi dan diabetes lebih sering
terjadi pada orang afrika-karibia daripada orang non-Afrika Karibia.
Hal ini dipengaruhi juga oleh factor genetic dan faktor lingkungan.
D. Klasifikasi
1. Perdarahan intra serebral (PIS)
Perdarahan Intra Serebral diakibatkan oleh pecahnya pembuluh
darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan
kemudian masuk ke dalam jaringan otak (Junaidi, 2011).
Penyebab PIS biasanya karena hipertensi yang berlangsung lama
lalu terjadi kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya adalah
terjadinya mikroaneurisma. Faktor pencetus lain adalah stress fisik,
emosi, peningkatan tekanan darah mendadak yang mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah. Sekitar 60-70% PIS disebabkan oleh
hipertensi. Penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh darah
bawaan, kelainan koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat fatal,
terutama apabila perdarahannya luas (masif) (Junaidi, 2011).
2. Perdarahan ekstra serebral / perdarahan sub arachnoid (PSA)
Perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke ruang
subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan subarachnoid sekunder)
dan sumber perdarahan berasal dari rongga subarachnoid itu sendiri
(perdarahan subarachnoid primer) (Junaidi, 2011)
Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah robeknya
aneurisma (51-75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA berupa
aneurisma sakuler congenital, angioma (6-20%), gangguan koagulasi
(iatronik/obat anti koagulan), kelainan hematologic (misalnya
trombositopenia, leukemia, anemia aplastik), tumor, infeksi (missal
vaskulitis, sifilis, ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC), idiopatik
atau tidak diketahui (25%), serta trauma kepala (Junaidi, 2011).
Sebagian kasus PSA terjadi tanpa sebab dari luar tetapi sepertiga
kasus terkait dengan stress mental dan fisik. Kegiatan fisik yang
menonjol seperti : mengangkat beban, menekuk, batuk atau bersin yang
terlalu keras, mengejan dan hubungan intim (koitus) kadang bisa jadi
penyebab (Junaidi, 2011).
E. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus
dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat
menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian
disebur infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia
mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat
proses anemia dan kesukaranuntuk bernafas. Stroke karena embolus dapat
mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen
lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus adalah
hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadiruptur dan
dapat menyebabkan hemorrhagi (Wijaya & Putri, 2013).
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia
dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah
serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) dan kematian padaarea yang luas. Prognosisnya
tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena (Wijaya
& Putri, 2013).
Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam
hal fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika (Farida & Amalia, 2009).
Akibat penurunan CBF regional suatu daerah otak terisolasi dari jangkauan
aliran darah, yang mengangkut O2dan glukose yang sangat diperlukan untuk
metabolisme oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi itu tidak berfungsi lagi
dan karena itu timbullah manifestasi defisit neurologik yang biasanya berupa
hemiparalisis, hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa juga disertai defisit
fungsi luhur seperti afasia (Mardjono & Sidharta, 2014).
Apabila arteri serebri media tersumbat didekat percabangan kortikal
utamanya (pada cabang arteri) dapat menimbulkan afasia berat bila yang
terkena hemisfer serebri dominan bahasa (Mutaqin, 2011). Lesi (infark,
perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis superior
(area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak
bisa memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada
area fasikulus arkuatus yang menghubungkan area wernicke dengan area
broca mengakibatkan afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi
kalimat-kalimat dan sulit menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat
mengikuti perintah. Lesi pada bagian posterior girus frontalis inferoior (broca)
disebut dengan afasia eksprektif, yaitu klien mampu mengerti terhadap apa
yang dia dengar tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat, bicaranya tidak
lancar (Mutaqin, 2011).
Manifestasi Klinis
1. Kehilangan motorik
a. Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
b. Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
c. Menurunnya tonus otot abnormal
2. Kehilangan komunikasi
a. Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukkan dengan bicara
yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara
b. Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama ekspresif/
represif apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan
yang dipelajari sebelumnya.
3. Gangguan persepsi
a. Homonimus hemianospia, yaitu kehilangan setengah lapang
pandang dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi
tubuh yang paralisis
b. Amnorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi
tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi/ ruang yang sakit tersebut
c. Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam
mendapatkan hubungan dua atu lebih objek dalam area spasial
d. Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan
gerakan bagian tubuh (kehilangan proprioseptik)sulit
menginterpretasikan stimulasi visual, taktil, auditorius.
Berdasarkan Cincinnati Prehospital Stroke Scale (CPSS), manifestasi stroke
adalah :
1. Face droop : salah satu sisi wajah terjatuh tak bergerak
2. Arm drift : salah satu lengan berada di bawah sisi yang lain
3. Speech disturbance : bicara pelo, tidak dapat berbicara
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif
b. Bersihan jalannapas tidak efektif
c. Pola napas tidak efektif
d. Gangguan mobilitas fisik
e. Gangguan integritas kulit
f. Nyeri akut
g. Gangguan komunikasi verbal
h. Defisit nutrisi
i. Defisit perawatan diri
Post Operasi
a. Nyeri akut
b. Risiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami & Menghindari Hipertensi Jantung dan
AHA/ASA. (2007). Guidelines for The Early Management of Adult with Ischemic
Stroke.
Arum, S.P. 2015. Stroke kenali, cegah dan obati. Yogyakarta: EGC
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
EGC.