OLEH:
HUSNUL HATIMA
10550421111422
PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10550421111422
Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan referat dapat diselesaikan. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW.
Referat berjudul Stroke Hemoragik ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya, sebagai salah satu syarat untuk dalam menyelesaikan Kepanitraan Klinik di Bagian
Interna. Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr.
Hj. Dr. dr. Sumarni, Sp. JP (K), FIHA Selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses
penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini belum sempurna. Akhir kata, penulis
berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat kepada semua orang.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang pesat karena
adanya gangguan fokal atau global dari fungsi otak, yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih dan menyebabkan kematian tanpa penyebab lain selain penyebab vaskular. 1
Stroke menempati posisi kedua penyebab kematian utama di dunia dengan angka
kematian mencapai sekitar 5,5 juta jiwa. 2 Prevalensi Stroke di Indonesia berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yaitu, 7 permil (‰) pada tahun 2013, dan meningkat
menjadi 10.9 permil (‰) pada tahun 2018. Prevalensi stroke tertinggi di Indonesia
terdapat di Kalimantan Timur (14,7‰), dan prevalensi penyakit stroke juga meningkat
seiring bertambahnya usia, yaitu (50,2‰) pada usia 75 tahun keatas dan prevalensi stroke
berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih banyak dialami oleh laki-laki (11,0%)
dibandingkan dengan perempuan (10,9%).³ Penyakit stroke dapat menyebabkan
kecacatan permanen yang tentunya dapat mempengaruhi produktivitas penderitanya.
Sebagian besar penyakit stroke datang tanpa peringatan. Ini berarti bahwa
tatalaksana stroke bertujuan untuk membatasi kerusakan pada otak, mengoptimalkan
pemulihan, dan mencegah kekambuhan. Strategi pencegahan stroke sangat penting.
Pencegahan difokuskan dengan mengobati faktor predisposisi stroke seperti hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes, dan merokok.4
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Untuk anatomi, dijabarkan berdasarkan anatomi otak itu sendiri serta pembuluh darah
yang mengalirinya.
1. Anatomi otak
Otak merupakan organ yang paling kompleks yang mengontrol dan meregulasi
tubuh, merespon terhadap stress dan ancaman, dan mengontrol fungsi kognitif. Otak juga
menjaga temperature tubuh, membantu menginterpretasi indra khusus, dan untuk
berinteraksi sosial. Otak juga berperan untuk menjaga kerja tubuh secara optimal di
lingkungan baik dengan melindungi dan memelihara tubuh.5
Otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil
(serebelum), otak tengah (mesefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons
varoli).5,6
Serebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang hemisfer
kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan
girus.5,6
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu: lobus frontalis, parietal, oksipital,
dan temporal. Lobus frontalis terletak pada bagian anterior dan dipisahkan dengan lobus
parietal melalui sulcus sentral (sulcus Rolandii). Pada bagian lateral lobus frontalis
dipisahkan dengan temporal melalui sulcus lateral (fisura Slyvii). 5,6
6
7
Gambar 1. Bagian Lobus Otak5
Hemisfer otak disuplai oleh tiga pasang arteri besar: arteri serebri anterior, media,
dan posterior. Arteri serebri anterior dan media bertanggungjawab terhadap sirkulasi di
bagian depan dan merupakan cabang dari arteri karotis interna. Arteri serebri posterior
8
9
merupakan cabang dari arteri basilaris dan membentuk sirkulasi pada bagian belakang otak,
yang juga mensuplai thalamus, batang otak dan otak kecil.6
Arterti cerebri anterior mencabangkan arteri komunikans anterior sehingga membagi
dua segmen arteri serebri anterior menjadi segmen proksimal dan distal. Arteri cerebri media
mencabangkan 4 segmen : segmen horizontal yang memanjang hingga lumen insula dan
menyuplai arteri lentikulostriata lateral, segmen insula, segmen operculum, dan segmen
korteks bagian distal pada hemisfer lateral.6
Pada sirkulasi posterior, arteri vertebralis kiri dan kanan Bersatu membentuk arteri
basilaris. Arteri cerebri inferior posterior merupakan cabang dari arteri vertebralis bagian
distal sedangkan arteri serebri inferior anterior merupakan cabang dari arteri basilari bagian
proksimal. Arteri serebri superior merupakan cabang distal dan arteri basilaris sebelum
bercang dua menjadi arteri serebri posterior. 5,6
B. DEFINISI STROKE
Menurut WHO stroke merupakan sindroma klinis yang ditandai oleh gangguan fungsi otak
fokal maupun global mendadak berlangsung lebih dari 24 jam, mempunyai kecenderungan
perburukan bahkan kematian yang diakibatkan oleh satu-satunya gangguan vaskuler.1
Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran
darah otak, dimana secara mendadak atau cepat timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah
fokal di otak yang terganggu.7
C. EPIDEMIOLOGI STROKE
Berdasarkan data World Stroke Organization tahun 2019, terdapat sekitar 13,7 juta orang di
dunia yang terkena serangan stroke baru setiap tahunnya, 60% dari serangan stroke terdapat pada
orang dibawah 70 tahun.8 Setiap tahunnya sekitar 5,5 juta orang meninggal karena stroke. Pada
tahun 2016, pervalensi stroke terbanyak ada pada stroke iskemik, dimana terdapat 9,5 juta kasus
stroke iskemik dan 4,1 juta kasus stroke hemoragik.2
Pada tahun 2018, di Amerika satu dari 6 kematian akibat penyakit kardiovaskular
diakibatkan karena stroke. Setiap tahunnya, lebih dari 795.000 orang di Amerika terkena serangan
stroke. Sekitar 87% dari serangan stroke yang dialami adalah stroke iskemik. 9 Secara nasional,
pervalensi stroke di Indonesia tahun 2018 diperikirakan sebanyak 2.120.362 orang.
Sebanyak 28,5% penderita meninggal dunia dan beberapa menderita kelumpuhan sebagian atau
total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.3
D. KLASIFIKASI STROKE
1. Stroke Hemoragik
2. Stroke Iskemik
Stroke iskemik menyebabkan infark pada otak, tulang belakang, maupun retina
sehingga dapat menyebabkan disfungsi neurologis. Gejala yang ditimbulkan bisa berlangsung
selama 24 jam atau lebih.10 Infark yang terjadi disebabkan karena adanya embolus
(kardioembolik seperti pada kasus atrial fibrilasi) atau atherothrombosis (karena adanya
ateroskerosis pada pembuluh darah).11
Faktor resiko terjadinya stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko non modifikasi dan
faktor resiko yang dapat di modifikasi:
1. Faktor Resiko Non-Modifikasi
Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi, yaitu umur, jenis kelamin, etnik, dan
genetik. Faktor umur sangat berpengaruh pada kejadian stroke, seiring dengan
bertambahnya umur, maka kejadian stroke akan meningkat menjadi dua kali lipat disetiap
dekade setelah umur 55 tahun. Selain itu, jenis kelamin juga berpengaruh, serta stroke juga
dapat diperngaruhi oleh adanya faktor genetik yang berasal dari keluarga dan tidak bisa
diubah.12
Faktor resiko yang bisa dimodifikasi merupakan hal yang penting, karena dengan
mengetahui lebih dini faktor resiko dan melakukan modifikasi, dapat mencegah terjadinya
stroke. Faktor resiko ini ialah:
a. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor resiko stroke yang tersering, baik pada laki-laki dan
perempuan.13 Semakin tinggi tekanan darah seseorang, maka semakin tinggi juga
resiko yang dimilikinya untuk mengalami stroke.12 Hipertensi ditandai dengan tekanan
darah sistolik yang lebih atau sama dengan (≥) 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
yang lebih atau sama dengan (≥) 90 mmHg. Hipertensi dapat menyebabkan perubahan
struktur pembuluh darah, perubahan pada tonus pembuluh darah , serta menyebabkan
hipertrofi pada pembuluh darah di otak. Hal ini akan menyebabkan alirah darah di
pembuluh darah otak akan berkurang karena keadaan lumen yang mengecil.
Hipertensi juga menyebabkan terjadinya plak aterosklerotis dan menyebabkan
hambatan pada pembuluh darah.14 Selain dapat menyebabkan stroke iskemik,
hipertensi juga dapat menyebabkan terjadinya stroke hemoragik, karena akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah sehingga menimbulkan kebocoran pada
arteri intraserebral.15
b. Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah faktor yang kuat untuk menimbulkan stroke baik pada laki-
laki maupun perempuan. Orang dengan diabetes melitus memiliki resiko dua kali lipat
terkena stroke iskemik dibanding yang tidak memiliki diabetes melitus.13 Diabetes
melitus akan menyebabkan kerusakan pada dinding-dinding pembuluh darah yang
akan memicu penumpukan agregat platelet dan menimbulkan aterosklerosis, sehingga
dapat menyumbat pembuluh darah, dan berakibat pada terjadinya stroke iskemik.16
c. Atrial Fibrilasi
Dislipidemia ditandai dengan peringkatan total keloseterol (lebih dari atau sama
dengan) ≥ 200 mg/dL, LDL (Low Density Lipoprotein) (lebih dari atau sama dengan)
≥ 130 mg/dl, Trigliserida (lebih dari atau sama dengan) ≥150 mg/dl, dan penurunan
HDL (High Density Lipoprotein) (kurang dari atau sama dengan) ≤ 40mg/dl.
Dislipidemia akan menyebabkan tebentuknya plak aterosklerosis, yang merupakan
salah satu penyebab terjadinya stroke.13
e. Perilaku inaktif, diet, obesitas dan sindrom metabolik
Orang dengan perilaku aktif akan menimbulkan penurunan tekanan darah dan
penurunan resiko diabetes melitus. Diet dan obesitas menyebabkan stroke karena
berdampak pada timbulnya penyakit hipertensi, diabetes mellitus, serta dislipidemia.
Sindrom metabolik terdiri dari obesitas, prehipertensi dan prediabetes. Orang dengan
sindrom metbolik resiko dua kali lipat lebih besar mengalami stroke dibanding dengan
orang yang hanya memiliki 1 faktor resiko.12
F. PATOFISIOLOGI STROKE
Patofisiologi stroke dibedakan berdasarkan kedua jenisnya, yakni patofisiologi stroke
hemoragik dan patofisiologi stroke non hemoragik :
Pathway Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik
1. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan Intracerebral
b. Perdarahan Subarachnoid
2. Stroke Iskemik
Mekanisme stroke iskemik bisa dibagi menjadi tiga, yaitu karena thrombosis, embolus,
dan hipoperfusi jaringan. Thrombosis adalah suatu hambatan di pembuluh darah yang terbentuk
pada daerah hambatan itu sendiri. Embolus adalah hambatan di pembuluh darah yang dibentuk
dan berasal dari tempat lain, sedangkan hipoperfusi jaringan disebabkan karena terjadi
penurunan aliran darah pada sistem peredaran darah.
a. Thrombosis
b. Embolus
Hambatan yang terjadi disebabkan bukan karena sesuatu yang terbentuk pada
pembuluh darah itu sendiri, melainkan dihasilkan dari tempat lain.15 Embolus dapat
terbentuk di arteri, vena, ruang-ruang jantung, dan katup jantung. Emboli dapat
terbentuk dari pecahnya plak atherosklerosis dan berjalan menuju arteri cerebral.
Selain itu, emboli juga bisa berasal jantung, baik pada ruang jantung (serambi kiri,
dan bilik kiri jantung), pada katup jantung, ataupun oleh adanya gangguan pada
irama jantung, infark miokard, dll.19
Pada daerah yang kekurangan darah, kebutuhkan akan ATP akan semakin
meningkat walaupun produksinya berkurang akibat kekurangan darah.
Sehinggakandungan ATP akan semakin menurun, menurunnya energi ini
menyebabkan gangguan baik pada ion maupun neurotransmitter. Neurotransmitter
yang berperan adalah glutamat. Pada penurunan ATP menyebabkan kadar
neurotransmitter glutamat meningkat pesar pada ruang ekstraselular, sehingga
glutamate akan berikatan pada reseptor N-Methyl-D-aspartate (NMDA) and α-
amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazolepropionic acid (AMPA) secara berlebihan,
dimana ikatan yang berlebihan akan menyebabkan masuknya kalsium, natrium, dan
air yang berlebihan ke ruang intraselular, yang menyebabkan terjadinya
pembengkakan sel dan edema. Selain itu, Kalsium dan natrium yang tinggi akan
menimbulkan pembentukan radikal bebas. Radikal bebas yang dihasilkan ini akan
merusak asam nukleat, karbohidrat, lipid, dan protein, karna sifatnya yang toxic
terhadap sel. Pada akhirnya, akan menyebabkan kematian sel saraf.20,21
1. Stroke Iskemik
Gejala stroke iskemik bergantung pada area dari lesi akibat pembuluh darah
yangmengalami iskemia:
- Dyslexia, dysgraphia,dyscalculia
- Hilang fungsi dan rasa pada kaki
Arteri Cerebral Anterior
kontralateral
Arteri Cerebral posterior - Hemianopsia homonim kontralateral
Arteri opthalmica - Kehilangan penglihatan monokular
- Penglihatan ganda (N.kranial III, IV,
VI)
- Disarthria
- Ataxia
- Kehilangan fungsi dan rasa pada kedua
lengan dan kaki
- Kehilangan fungsi pada lengan dan
kaki kontralateral
Pembuluh darah kecil - Kehilangan rasa pada lengan dan kaki
kontralateral
2. Stroke Hemoragik
H. DIAGNOSIS
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragik atau non-hemoragik, antara
keduanya, dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis, algoritma dan
penilaian dengan skor stroke, dan pemeriksaan penunjang.
1.Anamnesis
Anamnesis terutatama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat
serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang, gangguan
visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-
lain).23
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya
adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragik atau stroke
non-hemoragik. Dalam menentukan jenis stroke dapat dilakukan melalui pengambilan
anamnesis yang dilakukan seteliti mungkin.23 Berdasarkan hasil anamnesis, dapat
ditentukan antara keduanya, seperti pada tabel III.
Tabel III. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis23
a. Status generalis
Kesadaraan (Glasgow Coma Scale), vital sign (TD, Nadi, RR, Temperatur) dan
pemeriksaan umum lainnya.23
b. Status Neurologis
Ditemukan adanya defisit neurologis pada salah satu atau lebih dari pemeriksaan
berikut ini: pemeriksaan saraf-saraf kranialis, fungsi motorik, sensorik, luhur,
vegetatif, gejala rangsang meningeal, gerakan abnormal, gait dan keseimbanagn.23
Tabel IV. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik Berdasarkan
Pemeriksaan Klinis23
b. CT Scan Non-Kontras
e. Tes Jantung
Tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan pada pasien
stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes dengan gelombang
suara yang dilakukan dengan menempatkan peralatan microphone pada dada atau
turun melalui esophagus (transesophageal achocardiogram) untuk melihat bilik
jantung.24
f. Tes Darah
Tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein yang dilakukan
untuk mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk adanya arteri yang
mengalami peradangan. Protein darah tertentu yang dapat meningkatkan peluang
terjadinya stroke karena pengentalan darah juga diukur. Tes ini dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab stroke yang dapat diterapi atau untuk membantu
mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening mencari infeksi potensial,
anemia, fungsi ginjal dan abnomarlitas elektrolit mungkin juga perlu
dipertimbangkan.24,29
g. Lumbal Pungsi
I. TATALAKSANA
Tujuan penatalaksanaan stroke adalah menurunkan tingkat kesakitan serta kematian karena
stroke, karenanya penting pengenalan secara dini mengenai tanda dan gejala stroke memegang
peranan penting dan menjadi kunci utama dalam penangan stroke yang paripuna. Metode yang
umumnya digunakan adalah metode FAST (Facial movement, Arm movement, Speech, Tes all
three) atau CCPS (Cincinnati Pre-Hospital Stroke Scale). Kedua metode ini dapat memberikan cara
pengenalan gejala awal stroke yang mudah untuk dimengerti dan diaplikasikan oleh masyarakat.
FAST terdiri dari Facial Movement, Arm Movement, dan Speech. Facial movement
merupakan penilaian pada otot wajah, pada penilaian otot wajah ini melihat simetrisitas dari bibir
pasien ketika pasien tersenyum atau memperlihatkan gigi. Arm movement merupakan penilaian
pergerakan lengan untuk menentukan apakah kelemahan pada ekstremitas, pasien diminta untuk
mengangkat tangan 90 derajat dari tubuh dan tahan 10 detik. Speech merupakan penilaian bicara
yang meliputi cara dan kualitas bicara, pasien diminta untuk mengulangi kalimat sederhana.
“Time is brain” dan “golden periode” merupakan konsep utama tatalaksana stroke.
Idealnya pasien stroke sudah mendapatkan tatalaksana dalam tiga jam sejak gejala pertama
dikenali. 31
1. Penanganan Pra Rumah Sakit
Bila hasil dari metode FAST atau CPSS yang digunakan memberikan hasil yang positif,
maka harus segera dipanggil ambulans gawat darurat. Ambulans gawat darurat berperan
penting dalam pengiriman pasien ke fasilitas yang tepat untuk penanganan stroke. Semua
tindakan dalam transportasi pasien hendaknya berpendomana kepada protokol. Petugas
ambulans gawat darurat harus mempunyai kompetensi dalam penilaian pasien stroke pra rumah
sakit.
Fasilitas ideal yang harus ada dalam ambulans yaitu personil yang terlatih, mesin EKG,
peralatan dan obat-obatan resusitasi dan gawat darurat, obat-obatan neuroprotektan,
telemedisin, ambulans yang dilengkapi dengan peralatan gawat darurat, antara lain,
pemeriksaan glukosa (glucometer), kadar saturasi O2 (pulse oximeter).
Personil pada ambulans gawat darurat yang terlatih mampu mengerjakan : 31
a. Memeriksa dan menilai tanda-tanda vital
b. Tindakan stabilitas dan resusitasi (Airway Breathing Circulation / ABC)
c. Intubasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan koma yang dalam, hipoventilasi,
dan aspirasi.
d. Bila kardiopulmoner stabi, pasien diposisikan setengah duduk
b. Terapi Umum
Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru cukup baik.
Fungsi paru sering terganggu karena curah jantung yang kurang, maka jantung
harus dimonitor dengan seksama. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu bila
kadar oksigen dalam darah berkurang.
Blood
- Tekanan Darah
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke
otak. Pada fase akut pada umumnya tekanan darah meningkat dan secara
spontan akan menurun secara gradual. Pengobatan hipertensi pada fase akut
dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru menambah iskemik lagi.
- Komponen Darah
Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak.
Bila terdapat polisitemia harus dilakukan hemodilusi. Pemberian infus glukosa
harus dihindari karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang
mempermudah terjadinya edem dan karena hiperglikemia menyebabkan
perburukan fungsi neurologis dan keluaran. Keseimbangan elektrolit harus
dijaga.
Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi
karena akan membuat pasien gelisah. Nutrisi harus cukup, bila perlu diberikan
melalui nasogastric tube.
Bladder
Brain
Edema otak dan kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi edema otak,
dapat dilihat dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya bradikardi atau
dengan pemeriksaan funduskopi, dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi
kejang-kejang yang timbul dapat diberikan Diphenylhydantion atau
Carbamazepin.33,34
Tujuan terapi pada stroke iskemik akut adalah untuk mempertahankan jaringan di area
dimana perfusi menurun tetapi cukup untuk menghidari infark. Jaringan di area oligemia ini
dipertahankan dengan memulihkan aliran darah ke area yang terganggu dan meningkatkan
aliran kolateral. Memulihkan aliran darah dapat meminimalkan efek iskemia hanya jika
dilakukan dengan cepat.31
b . Trombektomi Mekanis
Penggunaan trombektomi mekanis harus dipertimbangkan pada semua pasien,
bahkan pada mereka yang menerima terapi fibrinolitik. Pedoman AHA / ASA tidak
merekomendasikan observasi untuk respon setelah alteplase IV pada pasien yang sedang
dipertimbangkan untuk trombektomi mekanis.
Dalam beberapa tahun terakhir ada kemajuan yang signifikan dalam perawatan
stroke akut. Uji coba beberapa stroke pada tahun 2015 menunjukkan bahwa trombektomi
endovaskular dalam enam jam pertama jauh lebih baik daripada perawatan medis standar
pada pasien dengan oklusi pembuluh darah besar di arteri dari sirkulasi anterior
proksimal. Manfaat ini bertahan terlepas dari lokasi geografis dan karakteristik pasien.
Sekali lagi pada tahun 2018, terjadi perubahan paradigma yang signifikan dalam
perawatan stroke. Uji coba DAWN menunjukkan manfaat signifikan dari trombektomi
endovaskular pada pasien dengan oklusi pembuluh darah besar di arteri dari sirkulasi
anterior proksimal. Percobaan ini memperpanjang jendela stroke hingga 24 jam pada
pasien tertentu menggunakan pencitraan perfusi. Selanjutnya, sekarang lebih banyak
pasien yang dapat dirawat, bahkan hingga 24 jam.
Rekomendasi saat ini pada pasien terpilih dengan oklusi pembuluh besar dengan
stroke iskemik akut di sirkulasi anterior dan yang juga memenuhi kriteria DAWN dan
DEFUSE 3 lainnya, trombektomi mekanis direkomendasikan dalam jangka waktu 6
hingga 16 jam dari kondisi normal terakhir yang diketahui. Pada pasien tertentu yang
memenuhi kriteria DAWN, trombektomi mekanis dapat dilakukan dalam waktu 24 jam
dari kondisi normal terakhir yang diketahui.36
c. Antikoagulan
e. Neuroprotektor
Mencegah dan memblok proses yang menyebabkan kematian sel-sel terutama di
daerah penumbra. Berperan dalam menginhibisi dan mengubah reversibilitas neuronal
yang terganggu akibat ischemic cascade. Obat-obat ini misalnya piracetam, citikolin,
nimodipin, pentoksifilin.37
f. Anti Edema
Obat anti edema otak adalah cairan hiperosmolar, misalnya manitol 20%, larutan
gliserol 10%. Pembatasan cairan juga dapat membantu. Dapat pula menggunakan
kortikosteroid.37
a. Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Intra Serebral (PIS) Terapi medik pada PIS akut :
Terapi Hemostatik
Terapi Pembedahan
Manajemen Hipertensi
Pedoman saat ini merekomendasikan untuk mempertahankan tekanan
darah sistolik < 160 mmHg, hindari penurunan agresif karena berisiko iskemik
sekunder. Obat pilihan untuk menurunkan tekanan darah harus dapat dititrasi
dan short acting, seperti Nicardipine atau Labetolol. Setelah aneurisma sudah
ditangani, obat penurun tekanan darah dihentikan kecuali ada tanda krisis
hipertensi.41
Manajemen gula darah
Untuk mengatasi hiperglikemia, dapat diberikan terapi berupa insulin,
antidiabetik oral40
Pencegahan Perdarahan Ulang
Pencegahan Vasospasme
Tindakan Operatif
J. REHABILITASI
Rehabilitasi pasca-stroke adalah suatu upaya rehabilitasi stroke terpadu yang melibatkan
berbagai disiplin ilmu kedokteran dan merupakan kumpulan program, termasuk pelatihan,
penggunaan modalitas alat, dan obat-obatan.
a. Tujuan rehabilitasi adalah :
Memperbaiki fungsi motoris, bicara dan fungsi lain yang terganggu
daptasi mental sosial dari penderita stroke, sehingga fungsional otonom penderita, sosial
aktif dan hubunrehabigan interpersonal menjadi normal.
Sedapat mungkin penderita harus dapat melakukan activities of daily living (ADL).33
Speech Therapy
Occupational Therapy
Social Worker
Psikologis
Membantu penderita stroke yang cacat agar dapat menyesuaikan diri secara
emosional terhadap lingkungannya dan keadaan cacatnya, sehingga ia dapat
memberikan makna pada kehidupannya dengan penuh arti.
BAB III
KESIMPULAN
Stroke merupakan gangguan fungsi otak fokal maupun global mendadak yang
berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke adalah penyakit penyebab disabilitas jangka panjang
nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Stroke diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik (non-hemoragik). Stroke hemoragik terjadi karena
adanya perdrahan di otak (perdarahan subarachnoid atau intraserebral) sedangkan stroke
iskemik karena adanya sumbatan yang menyebabkan terjadinya infark.
Penyabab terjadinya stroke bervariasi, dibedakan berdasarkan yang dapat dimodifikasi
dan non-modifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi, diabetes melitus,
atrial fibrilasi, dislipidemia, dan sedentary lifestyle, obesitas serta sindroma metabolik. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia, jenis kelamin, genetik, dan etnik.
Penanganan stroke harus segera karena semakin lama penanganan akan semakin
memperparah keadaan pasien. Penanganan yang terlambat dapat memungkinkan terjadinya
kerusakan neurologis yang berat. Perwataran stroke yang efesien dan efektif bergantung pada
tim yang berfungsi dengan baik dari ruang gawat darurat hingga ahli saraf dan ahli saraf
intervensi
DAFTAR PUSTAKA
1. Coupland AP, Thapar A, Qureshi MI, Jenkins H, Davies AH. The definition of stroke. J R
Soc Med. 2017;110(1):9–12.
2. Donkor ES. Stroke in the 21 st Century : A Snapshot of the Burden , Epidemiology , and
Quality of Life. 2018;2018.
3. Kementerian Kesehatan RI. Riset Dasar Kesahatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Kemeterian Republik Indonesia, Tahun 2018
4. Hardika BD, Yuwono M, Zulkarnain H. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Terjadinya
Stroke Non Hemoragik pada Pasien di RS RK Charitas dan RS Myria Palembang. J Akad
Baiturrahim Jambi. 2020;9(2):268.
5. Drake R, Vogi W. Brain. In: Gray’s Anatomy for Students. 4th ed. 2019.
6. Snell RS. Kepala dan Leher. Dalam: Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi
6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016. h.761-2
7. Indonesia PD. Panduan praktik klinis neurologi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. 2016.
8. Lindsay MP, Norrving B. World Stroke Organization (WSO). 2020.