Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer
sedang yang lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain.
kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol
dan penglihatan dapat dipertahankan. (Brunner dan Suddarth, 2001)
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yan menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme,
toksin, replikasi intraselular/respon antigen antibodi (dr. Difa Danis, kamus istilah
kedokteran, 2002).
Inflamasi dan inefksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung
lebih dari setengah kelainan mata. kelainan-kelainan yang umum terjadi pada
mata orang dewasa meliputi sebagai berikut :
1. Radang/inflamasi pada kelopak /,m;lMmata, konjungtira, kornea, koroid
badan ciriary dan iris
2. Katarak, kekeruhan lensa
3. Glaukoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP)
4. Retina robek/lepas
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya
penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. padahal bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma,
katarak maupun ablasi retina. untuk itu kali ini penulis memusatkan pada
pencegahan dan penata laksanaan infeksi/radang mata terdiri dari konjungtivitis,
kerositis dan uveitis (Barbara C.Long, 1996).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan penglihatan
(infeksi)?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
asuhan keperawatan konjungtivitis
2. Tujuan Khusus
a. Meriview kembali anatomi fisiologi penglihatan
b. Menjelaskan definisi dari konjungtivitis
c. Menjelaskan etiologi dari konjungtivitis
d. Menjelaskan klasifikasi konjungtivitis
e. Menjelaskan patifisiologi dari konjungtivitis
f. Menjelaskan manifestasi klinis konjungtivitis
g. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari konjungtivitis
h. Menjelaskan penatalaksanaan keperawatan dari konjungtivitis
i. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan konjungtivitis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Mata


1. Pengertian Mata
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia yang secara
konstan menyesuaikan pada jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran
yang kontinu yang dengan segera di hantarkan pada otak.
2. Anatomi Mata
Menurut ilmu anatomi mata manusia terbagi menjadi dua bagian
yaitu: bagian luar dan bagian dalam.
a. Bagian Luar

1) Bulu Mata
Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi
kelopak mata.
2) Alis Mata (Supersilium)
Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata.
3) Kelopak Mata (Palpebra)
Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit
yang terletak di depan bulbus okuli.
4) Kelenjar Air Mata
5) Kelenjar Meibom

3
b. Bagian Dalam

1) Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi
permukaan bagian dalam kelopak mata dan dan menutupi
bagian depan sklera (bagian putih mata), kecuali
kornea.Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh darah.
2) Sklera
Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada
pada lapisan terluar mata yang berwarna putih.
3) Kornea
Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea
kita dapat melihat membran pupil dan iris.
4) Koroid
Koroid adalah selaput tipis dan lembab merupakan bagian
belakang tunika vaskulosa ( lapisan tengah dan sangat peka oleh
rangsangan).
5) Iris
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan
mata.
6) Pupil

4
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan
kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam.
Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan
akan menyempit jika kondisi ruangan terang.
7) Lensa
Lensa adalah organ focus utama, yang membiaskan berkas-
berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat,
menjadi bayangan yang jelas pada retina. Lensa berada dalam
sebuah kapsul yang elastic yang dikaitkan pada korpus siliare
khoroid oleh ligamentum suspensorium.
8) Retina
Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan
sangat sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat
reseptor(fotoreseptor).
9) Aqueous humor
Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea.
Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi
kornea dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar
melalui kornea.
10) Vitreus humor (Badan Bening)
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa
zat transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi
pada mata dan membuat bola mata membulat.
11) Bintik Kuning
Bintik kuning adalah bagian retina yang paling peka terhadap
cahaya karena merupakan tempat perkumpulan sel-sel saraf
yang berbentuk kerucut dan batang
12) Saraf Optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk
menuju ke otak.

5
3. Otot Mata
Otot-otot yang melekat pada mata :
a. Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya
mengangkat kelopak mata
b. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk
menutup mata
c. Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata), berfungsi
menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam
d. Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata) berfungsi untuk
menggerakkan mata dalam (bola mata)
e. Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas,
ke bawah dan ke luar

4. Fisiologi Penglihatan
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal, fungsi atau pekerjaan
dari tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat tersebut. Tujuan ilmu
fisiologi untuk menjelaskan factor-faktor fisika dan kimia yang
bertanggung jawab terhadap asal-usul perkembangan dan kemajuan
kehidupan virus/bakteri yang paling sederhana sampai yang paling rumit
dan mempunyai karakteristik fungsional tersendiri.
Fisiologi manusia berhubungan dengan sifat spesifik dan mekanis
tubuh manusia yang membuat manusia sebagai mahluk hidup yang bias
mengindra, merasa, dan mengerti segala sesuatu selama dalam rangkaian
kehidupan.

6
No. Bagian Mata Struktur/Gambar Fungsi
1. Bulu Mata Bulu mata berfungsi untuk
melindungi mata dari
benda-benda asing.

2. Alis Mata Alis mata berfungsi


mencegah masuknya air
atau keringat dari dahi ke
mata
3. Kelopak Mata Kelopak mata berfungsi
pelindung mata sewaktu-
waktu kalau ada gangguan
pada mata(menutup dan
membuka mata)

4. Kelenjar Air Berfungsi untuk


Mata menghasilkan air mata yang
bertugas untuk menjaga
mata agar tetap lembab
(tidak kekeringan).

3. Kornea Berfungsi sebagai pelindung


mata gar tetap bening dan
bersih, kornea ini dibasahi
oleh air mata yang berasal
dari kelenjar air mata.

7
4. Koroid Memberi nutrisi ke retina
dan badan kaca, dan
mencegah refleksi internal
cahaya.
5. Iris Iris terdapat di belakang
kornea dan berpigmen.
Pigmen ini menentukan
warna pada mata seseorang.
Iris juga mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata
dan dikendalikan oleh saraf
otonom.
6. Pupil Pupil berfungsi sebagai
tempat untuk mengatur
banyak sedikitnya cahaya
yangmasuk kedalam mata.
Pupil juga Lubang di dalam
Iris yang dilalui berkas
cahaya. Pupil merupakan
tempat lewatnya cahaya
menuju retina.
7. Lensa Lensa berfungsi
memfokuskan pandangan
dengan mengubah bentuk
lensa. Lensa berperan
penting pada pembiasan
cahaya.

8
8. Retina Retina berfungsi untuk
menerima cahaya,
mengubahnya menjadi
impuls saraf dan
menghantarkan impuls ke
saraf optik(II).
9. Aqueous humor Aqueous humor(humor
berair) berfungsi menjaga
bentuk kantong depan bola
mata.13
10. Vitreus humor Vitreous humor(humor
(Badan Bening) bening) berfungsi
menyokong lensa dan
menolong dalam menjaga
bentuk bola mata.
11 Bintik Kuning Fungsi bintik kuning yang
terdapat di retina pada mata
adalah untuk menerima
cahaya dan meneruskan ke
otak.

9
12 Saraf Optik Saraf optik memiliki fungsi
untuk meneruskan sebuah
rangsang cahaya hingga ke
otak. Semua informasi yang
akan dibawa oleh saraf
nantinya diproses di otak.
Dan Dengan demikian kita
bisa melihat suatu benda.

13 Otot Mata a). Muskulus orbikularis


okuli otot lingkar mata,
fungsinya untuk menutup
mata.
b). Muskulus orbikularis
okuli otot lingkar mata,
fungsinya untuk menutup
mata.
c). Muskulus rektus okuli
inferior(otot disekitar mata),
fungsinya untuk menutup
mata.
d). Muskulus rektus okuli
medial(otot disekitar mata),
fungsinya menggerakkan
mata dalam(bola mata).
e). Muskulus obliques okuli
inferior, fungsinya
menggerakkan bola mata ke

10
bawah dan kedalam.
f). Muskulus obliques okuli
superior, fungsinya memutar
mata ke atas ke bawah dan
keluar.

Konjungtiva Konjungtiva berfungsi


melindungi kornea dari
gesekan, memberikan
perlindungan pada sklera
dan memberi pelumasan
pada bola mata.

Sklera Skelera berfungsi


melindungi bola mata dari
kerusakan mekanis dan
menjadi tempat melakatnya
otot mata.

5. Anatomi Fisiologi Air Mata


Air mata adalah kelenjar yang diproduksi oleh poses lakrimasi
untuk membersihkan mata. Kata lakrimasi juga dapat digunakan merujuk
pada menangis. Emosi yang kuat juga dapat menyebabkan menangis,
walupun kebanyakan mamalia darat memiliki system lakrimasi untuk

11
membiarkan mata mereka basah manusia adalah mamalia satu-satunya
yang memiliki emosi airmata.
Lapisan air mata berfungi untuk menyediakan permukaan refraktif
dalam menjaga tajam penglihatan untuk melindungi Permukaan bola
mata. Air mata mengandung protein spesifik seperti lysozym, lactoferin,
lipocalin, imunoglobulin A sekretarius dan fosfolipase A2 yang berperan
sehingga dapat melindungi permukaan bola. Lapisan air mata juga
berfungsi menyediakan nutrisi dan oksigen untuk kornea yang avaskular.
Lapisan ini membuat lingkungan lembab bagi sel epitel, melicinkan
permukaan bola mata sekaligus melarutkan stimulus yang mengganggu.
Air mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu lipid, aqueous, dan musin.
Ketebalan lapisan air mata sekitar 8-9 m. Lapisan lipid merupakan
lapisan superfisial dengan ketebalan sekitar 0,1-0,2 m. Lapisan aqueous
di bagian tengah dengan ketebalan 7-8 m dan lapisan musin di bagian
basal dengan ketebalan 1 m.

B. Definisi
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, alergi, viral, dan sika. (Sumber: Arif Mansoer,
Kapita Selekta Kedokteran edisi ke3, jilid 1 tahun 2001).
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau
respon alergi. (Corwin, 2001). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth,
konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan
dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata
merah. (Sumber: Brunner dan Suddarth, 2001,Keperawatan Medikal Bedah, Vol.
III, EGC, Jakarta).
Konjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada
konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan
oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-
bahan kimia. Boleh dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit
ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-

12
organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan
melalui kontak dan udara.

C. Etiologi
Terdapat bermacam-macam agen penyebab konjungtivitis, antara lain:
1. Infeksi oleh virus atau bakteri ( Staphylococcus sp., Clamydia sp., dan
Neisseria sp.)
2. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
3. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari
las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
4. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis.
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
1. Entropionatauektropion
2. Kelainan saluran airmata
3. Kepekaan terhadap bahan kimia
4. Pemaparan oleh iritan
5. Infeksi oleh bakteri tertentu, terutama klamidia. (Medicastore, 2009).
Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya
konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara
(seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008)

D. Klasifikasi
1. Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak
langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang
terkontaminasi.
2. Konjungtivitis bakteri hiperakut

13
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri
hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan
ke oftalmologis segera.
3. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (
yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya
disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis
folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

4. Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas
terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu,
gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin).
Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias,
asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan
konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara,
yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien
dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi
musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing)
5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan
konjungtivitis gonore). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis
yang terdapat pada bayi yang baru lahir.

E. Patofisiologi
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan
faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi
permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya
mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari
palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata

14
mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak,
menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian
sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel ). Sel sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva
melalui epitel ke permukaan. Sel sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan
mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling
nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini
biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini
merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah
yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada
iris atau badan silier berarti kornea terkena.

15
F. Manifestasi Klinis
1. Konjungtivitis Bakteri
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan,
epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara
bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan berkembang menjadi
purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup
terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada
konjungtivitis jenis ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel
kornea
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen
yang masif. Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi.
Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati
preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi
dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik.
3. Konjungtivitis Viral
Gejalanya, pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan
sensasi adanya benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala
terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri

16
periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis,
dan infeksi saluran napas atas.
4. Konjungtivitis Alergi
a. Mata Gatal
b. Panas
c. Mata berair
d. Mata merah
e. Kelopak mata bengkak
5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan
konjungtivitis gonore). Tanda- tanda blenore adalah sebagai berikut:
a. Ditularakn dari ibu yang menderita penyakit GO
b. Merupakakan penyebab utama oftalmia neonatorum
c. Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental
d. Perdarahan subkonjungtiva.

G. Komplikasi
Komplikasi yang sering timbul biasanya adalah:
Ulkus kornea dan menurut beberapa ahli komplikasi ini lebih cepat timbul
pada orang dewasa dari pada bayi (pada bayi komplikasi ulkus kornea timbul
sesudah minggu pertama) ulkus kornea dapat mengalami perforasi dengan
berakibat timbulnya endoftalmitis yang berakhir dengan kebutaan.
Oleh karena itu setiap penderita konjungtuvitis gonoreika perlu sekali untuk
diperiksa keadaan korneanya. Berhubung bahaya timbulnya komplikasi yang
dapat menimbulkan kebutaan, maka setiap penderita konjungtivitis gonoreika
harus dirawat dalam kamar isolasi.
Kesulitannya ialah penderita anak dan dewasa yang sulit diisolasi, sehingga
berbahaya untuk penularan sekitanya. Pengobatan dilakukan dengan memberikan
salep mata penisilin tiap jam sesudah terlebih dahulu setiap kali mata
dibersihkan dari pada sekret, selain itu juga diberikan penisilin intramuskulus.
Bila kuman telah resisten terhadap penisilin, dapat dipakai antibiotika lain seperti
kloramfenikol atau tertasiklin.

17
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada penyakit konjungtivitis adalah:
a. Pemeriksaan sitologi melalui pewarnaan gram atau giemsa.
b. Pemeriksaan darah (sel-sel eosinofil) dan kadar IgE.
c. Pemeriksaan Mata
d. Pemeriksaan tajam penglihatan
e. Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter, dan perimeter
f. Pemeriksaan dengan melakukan uji fluorescein
g. Pemeriksaan dengan uji festel
h. Pemeriksaan oftalmoskop
i. Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop
j. Pemeriksaan Laboratorium
Dapat dilakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan kuman dan adanya
tuberkulosa paru dan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan
dengan pewarnaan gram pada sekret untuk mengidentifikasi organisme
penyebab maupun adanya infeksi sekunde Pemeriksaan secara langsung
dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang
dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

I. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan keperawatan pada konjungtivitis meliputi:
1. Kojungtivitis bakteri biasanya diobati dengan tetes mata atau krim antibiotik,
tetapi sering sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 minggu tanpa
pengobatan. Karena sangat menular diantara anggota keluarga lain dan teman
sekolah, maka diperlukan tehnik mencuci tangan yang baik dan pemisahan
handuk bagi orang yang terjangkit. Anggota keluarga jangan bertukar bantal
atau seprei.
2. Kompres hangat pada mata dapat mengangkat rabas.

18
3. Konjungtivitis akibat virus biasanya diobati dengan kompres hangat. Untuk
mencegah penularan, diperlukan tehnik mencuci tangan yang benar
4. Konjungivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin,
dan pemberian tetes mata yang mengandung anti histamin atau steroid untuk
mengurangi gatal dan peradangan.
5. Manajemen Diet
a. Tujuan Diet:
1) Mencegah terjadinya penyakit mata akibat infeksi, komplikasi &
defisiensi zat gizi (Circulus vitiosus)
2) Mencegah kerusakan mata berlanjut
3) Memperbaiki kerusakan sel syaraf mata

b. Syarat Diet:
1) Konsumsi energi & zat gizi seimbang
2) Protein cukup (10 15 % energi total)
3) Protein & Zink (Zn) berfungsi mempengaruhi absorpsi, transport &
penimbunan vitamin A ke hati & mobilisasi vitamin A dari hati.
4) Media perambatan impuls syaraf mata (rhodopsin)
5) Konsumsi vitamin A sesuai kebutuhan 12004000 IU/hari (1 IU =
0,3 g retinol)
6. Pengobatan Pada Penyakit Konjungtivitis
Pada umumnya konjungtivitis sembuh sendiri (self limited) tanpa
pengobatan dalam 10-14 hari. Jika diobati biasanya akan sembuh sekitar 3
hari. Pengobatan yang bersifat spesifik bergantung pada penyebabnya.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri, dapat menggunakan
antibiotika topikal (obat tetes atau salep), misalnya Gentamycin 0,3%,
Chloramphenicol 0,5%, dll. Adapun pengobatan pada konjungtivitis yang
disebabkan virus, lebih ditujukan untuk mencegah infeksi yang lebih bersifat
sekunder dari pada primer.
Dipedesaan kebanyakan penderita konjungtivitis mengobati sendiri
dengan obat tetes mata yang dijual bebas sebagai langkah awal. Sebagian

19
sembuh dan sebagian akan berobat ketika dirasa makin berat dan
mengganggu penglihatan maupun terasa menjanggal.
Pada konjungtivitis karena alergi, ditandai dengan mata merah, gatal,
tanpa kotoran mata dan berulang di saat-saat tertentu (misalnya oleh paparan
debu dan sejenisnya), dapat menggunakan obat tetes mata antihistamin
(antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%, dan sejenisnya), kortikosteroid
(deksamethason 0,1%, dan sejenisnya) atau kombinasi keduanya.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata.
Tanggal wawancara, tanggal masuk rumah sakit, nomor identitas
klien di rumah sakit, nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat dan
penanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan
kemerahan disekitar mata, edema kelopak mata dan sekret, banyak
keluar terutama pada konjungtiva.
Sifat Keluhan: Keluhan terus menerus. Hal yang dapat memperberat
keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu
keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Rasa gatal pada mata, peningkatan produksi air mata, terasa terbakar,
banyaknya cairan (berair pada mata), mata nampak merah, sekret
pada mata yang berlebihan, pada bulu mata terdapat lendir yang
mengering khususnya pada saat bangun tidur.

20
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi
obat, riwayat operasi mata.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).
f. Data Dasar Pengkajian
1) Aktivitas
Aktivitas sehari-hari terganggu karena nyeri, gatal-gatal berair,
edema pada mata selama menderita sakit.
2) Istirahat
Istirahat dan tidur akan terganggu karena adanya gatal-gatal,
nyeri, dan panas.
3) Eliminasi
Tidak ada masalah.
4) Psikososial
Gangguan aktivitas sosial.
Klien menjadi cemas akibat keadaan matanya.
Klien menarik diri dari lingkungan karena malu terhadap
orang disekitarnya.
5) Status Psikologis
Klien sering mengeluh, terutama karena takut menjadi buta.
6) Spiritual
Tidak konsentrasi dalam beribadah bahkan jarang beribadah.
7) Personal Hygiene
Klien tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menggosok
mata.
8) Pemeriksaan Fisik Mata.
Inspeksi : Konjungtiva merah, pembengkakan kelopak mata,
adanya sekret, berair atau banyak cairan, kelenjar
precurikuler membesar.

21
Palpasi : Kelenjar precikuler terasa sakit pada perabaan. (
Virly Juharti, 2012

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori b.d penglihatan yang terganggu
b. Resiko injury b.d proses peradangan
c. Nyeri b.d adanya peradangan konjungtiva/ edema
d. Hipertermi b.d proses peradangan /konjungtivitis
e. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
f. Gangguan konsep diri b.d adanya perubahan pada kelopak mata/
bengkak

22
C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan Rasional


Keperawatan

1. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji ketajaman penglihatan pasien


keperawatan masalah Rasional: untuk mengkaji sejauh mana
gangguan persepsi sensori pasien dapat melihat
dapat teratasi dengan
2. Anjurkan kepada keluarga atau
kriteria hasil :
orang terdekat klien untuk tinggal
1. Pasien dapat melihat bersama klien
dengan baik
Rasional: Megawasi dan membimbing
2. Pasien tidak selama pengobatan berlangsung.
mengalami kerusakan
3. Anjurkan kepada pasien dan
pada saat melihat
keluarga untuk mematuhi progam
3. Bengkak berkurang terapi yang telah dilaksanakan.
4. Pemeriksaan visus Rasional: untuk mempercepat dalam
dalam rentang normal : proses penyembuhan
20/20
4. Orientasikan pasien terhadap
lingkungan, staf, orang lain
diareanya
Rasional: Memberikan peningkatan
kenyamanan dan kekeluargaan
menurunkan cemas dan disorientasi
pascaoperatif

Setelah dilakukan asuhan 1. bersihkan kelopak mata dari dalam


2.
ke arah luar.
keperawatan masalah
resiko injury dapat teratasi Rasional: Dengan membersihkan mata
dan irigasi maka mata menjadi bersih.
dengan kriteria hasil :

23
infeksi 2. Berikan antibiotika sesuai dosis
1. Penyebaran
dan umur.
tidak terjadi.
Rasional: Pemberian antibiotika
diharapka penyebaran infeksi tidak
terjadi
3. Pertahankan tindakan septik dan
anseptik.
Rasional: Diharapkan tidak terjadi
penularan baik dari pasien ke perawat
maupun dari perawat ke pasien.
4. Beritahu klien mencegah
pertukaran sapu tangan, handuk
dan bantal dengan anggota
keluarga yang lain. Klien
sebaiknya menggunakan tisu,
bukan saputangan dan tisu ini harus
dibuang setelah pemakaian satu
kali saja.
Rasional: Meminimalkan risiko
penyebaran infeksi.
5. Ingatkan klien untuk tidak
menggosok mata yang sakit atau
kontak sembarangan dengan mata.
Rasional: Menghindari penyebaran
infeksi pada mata yang lain dan pada
orang lain.
6. Beritahu klien teknik cuci tangan
yang tepat.
Rasional: menerapkan prinsip higienis
7. Anjurkan klien untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah

24
melakukan pengobatan dan
gunakan saputangan atau handuk
bersih.
Rasional: mencegah infeksi
8. Beritahu klien untuk menggunakan
tetes atau salep mata dengan benar
tanpa menyentuhkan ujung botol
pada mata/bulu mata klien.
Rasional: Prinsip higienis perlu
ditekankan pada klien untuk mencegah
replikasi kuman sehinggaa penyebaran
infeksi dapat dicegah.
9. Bersihkan alat yang digunakan
untuk memeriksa klien.
Rasional: Mencegah infeksi silang
pada klien yang lain.

3. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi,


keperawatan masalah karakteristik dan intensitas (skala
nyeri dapat teratasi 1-10).
dengan kriteria hasil : Rasional: Membantu mengevaluasi
1. Nyeri berkurang atau derajat ketidaknyamanan dan
terkontrol. keefektifan analgesik.

2. Skala nyeri 0-1 2. Beri posisi nyaman

3. Pasien tampak ceria Rasional:Menurunkan ketegangan otot,

dapat menaikkan relaksasi dan dapat


4. Klien
beradaptasi dengan meningkatkan kemampuan koping.
keadaan yang 3. Bantu penggunaan teknik relaksasi.
sekarang. Rasional: Membantu pasien untuk
5. Mengungkapkan istirahat lebih efektif dan memfokuskan

25
peningkatan kembali perhatian sehingga
kenyamanan di daerah menurunkan nyeri dan
mata. ketidaknyamanan.

6. Berkurangnya lecet 4. Bantu pasien melakukan latihan


karena garukan. rentang gerak dan dorong ambulasi
dini, hindari duduk lama.
7. Penyembuhan area
mata yang telah Rasional: Menurunkan kekakuan
mengalami iritasi. otot/sendi.

8. Berkurangnya 5. Ambulasi mengembalikan organ ke


kemerahan. posisi normal dan meningkatkan
kembali fungsi ke tingkat normal.

Rasional: Ambulasi dan perubahan


posisi menurunkan tekanan perianal.

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat sesuai


indikasi (analgesik)

Rasional: Menurunkan nyeri,


meningkatkan kenyamanan

4. Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau input dan output


keperawatan masalah suhu Rasional: Untuk mengetahui balance
meningkat dapat teratasi cairan pasien
2. Ukur suhu tiap 4-8 jam
dengan kriteria hasil:
Rasional: Untuk mengetahui
1. Suhu tubuh dalam
perkembangan klien
rentang normal (36,50
3. Ajarkan kompres hangat dan
c-37,50c)
banyak minum
2. Pasien tampak rileks Rasional: Untuk menurunkan panas

3. Ttv dalam rentang tubuh dan mengganti cairan tubuh yang

26
normal hilang
4. Anjurkan untuk memakai pakaian
Td: 120/80 mmhg
yang menyerap keringat
N; 80 x/menit
Rasional: saat tubuh demam maka
S; 37,50c akan banyak mengeluarkan keringat,

Rr: 23x/menit dengan memakai pakaian yang


menyerap keringat, keringat akan
4. Pasien terlihat lebih
terserap dan pasien merasa nyaman
segar
5. Atur suhu ruangan sesuai kondisi
5. Kulit pasien lembab pasien
6. Turgor kulit elastic Rasional: agar pasien merasa nyaman

7. Mukosa mulut lembab


Kolaborasi
8. Hasil
1. Kolaborasi dengan pemberian
laboratorium normal:
antipiretik
Hb : 11 gr/dl( 11,5 gr% Rasional:Untuk menurunkan panas
- 16,5 gr%)

Leukosit : 5.000-
10.000

1. Kaji tingkat ansietas atau


5. Setelah dilakukan asuhan
kecemasan.
keperawatan masalah
ansietas dapat teratasi Rasional: Bermanfaat dalam penentuan
intervensi yang tepat sesuai dengan
dengan kriteria hasil :
kebutuhan klien.
1. klien menyatakan
2. Beri penjelasan tentang proses
pemahaman tentang
penyakitnya.
proses penyakitnya.
Rasional: Meningkatkan pemahaman
2. Klien dapat klien tentang proses penyakitnya.
menggambarkan 3. Beri dukungan moril berupa doa
ansietas dan pola terhadap pasien.

27
kopingnya. Rasional: Memberikan perasaan tenang
kepada klien.
3. Menggunakan
koping 4. Dorong pasien untuk mengakui
mekanisme
masalah dan mengekspresikan
yang efektif.
perasaan.
Rasional: Memberikan kesempatan
untuk pasien menerima situasi yang
nyata, mengklarifikasi
kesalahpahaman dan pemecahan
masalah.
5. Identifikasi sumber atau orang
yang menolong.
Rasional: Memberi penelitian bahwa
pasien tidak sendiri dalam menghadapi
masalah.
1. Kaji tingkat penerimaan klien.
6. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan masalah Rasional: untuk mengetahui tingkat
gangguan konsep ansietas yang dialami oleh klien
diri dapat teratasi dengan mengenai perubahan dari dirinya.
2. Ajak klien mendiskusikan keadaan
kriteria hasil :
atau perasaan yang dialaminya.
1. Klien dapat
Rasional: membantu pasien atau orang
menghargai situasi
terdekat untuk memulai menerima
dengan cara realistis
perubahan.
tanpa penyimpangan.
3. Catat jika ada tingkah laku yang
2. Klien dapat menyimpang.
mengungkapkan dan Rasional: kecermatan akan
mendemonstrasikan memberikan pilihan intervensi yang
peningkatan sesuai pada waktu individu menghadapi
perasaan yang positif. rasa duka dalam berbagai cara yang
berbeda.

28
lebih 4. Jelaskan perubahan yang terjadi
3. Klien merasa
berhubungan dengan penyakit yang
percayta diri dengan
dialami.
kondisiya.
Rasional: memberikan penjelasan
tentang penyakit yang dialami kepada
pasien/orang terdekat sehingga ansietas
dapat berkurang.
5. Berikan kesempatan klien untuk
menentukan keputusan tindakan
yang dilakukan.
Rasional: menyediakan, menegaskan
kesanggupan dan meningkatkan
kepercayaan diri klien.
6. Bersihkan kelopak mata dari dalam
ke arah luar.
Rasional: Dengan membersihkan mata
dan irigasi maka mata menjadi bersih.
7. Berikan antibiotika sesuai dosis
dan umur.
Rasional: Pemberian antibiotika
diharapka penyebaran infeksi tidak
terjadi
8. Pertahankan tindakan septik dan
anseptik.
Rasional: Diharapkan tidak terjadi
penularan baik dari pasien ke perawat
maupun dari perawat ke pasien.
9. Beritahu klien mencegah
pertukaran sapu tangan, handuk
dan bantal dengan anggota
keluarga yang lain. Klien

29
sebaiknya menggunakan tisu,
bukan saputangan dan tisu ini harus
dibuang setelah pemakaian satu
kali saja.
Rasional: Meminimalkan risiko
penyebaran infeksi.
10. Ingatkan klien untuk tidak
menggosok mata yang sakit atau
kontak sembarangan dengan mata.
Rasional: Menghindari penyebaran
infeksi pada mata yang lain dan pada
orang lain.
11. Beritahu klien teknik cuci tangan
yang tepat.
Rasional: menerapkan prinsip higienis
12. Anjurkan klien untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah
melakukan pengobatan dan
gunakan saputangan atau handuk
bersih.
Rasional: mencegah infeksi
13. Beritahu klien untuk menggunakan
tetes atau salep mata dengan benar
tanpa menyentuhkan ujung botol
pada mata/bulu mata klien.
Rasional: Prinsip higienis perlu
ditekankan pada klien untuk mencegah
replikasi kuman sehinggaa penyebaran
infeksi dapat dicegah

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mata merupakan bagian yang sangat peka. mata dapat terjadi infeksi
mata/radang mata yang disebabkan oleh virus, bakteri, trauma, penyakit sistemik,
ataupun sensitivitas terhadap suatu zat. seperti halnya konjungstivitis, merupakan
peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata)
yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi bahan-bahan kimia.

31
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media
Aeuscualpius.
Menangis, HT. 2011. Anatomi Fisiologi Mata. Alamat web: http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/3071/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tnggal 01 Juni 2017,
pukul 17.00 wita.
Robbins & Cotran. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Edisi 7. Jakarta:
EGC
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta:
EGC.

32

Anda mungkin juga menyukai