PENDAHULUAN
Mumps atau yang lebih dikenal dengan parotitis ialah penyakit virus akut
yang disebabkan oleh paramyxovirus dan biasanya menyerang kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis. Gejala khas yang biasa terjadi yaitu pembesaran kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa
pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Menyerang pada anak
dibawah usia 2-15 tahun (sekitar 85% kasus). Pada kasus lain bisa terjadi infeksi
mumps yang asimptomatis.1
Agen penyebab parotitis adalah anggota dari group paramyxovirus, yang juga
termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease.
Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m. Virus ini mempunyai dua
komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut
(soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari
hemaglutinin permukaan. Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini
hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.1,2
Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur
dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi,
bukan pada menyusutnya imunitas. Masa inkubasi 12 sampai 24 hari dengan rata-
rata 17-18 hari, kemudian virus bereplikasi di dalam traktus respiratorius atas dan
nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke organ-
organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung,
hati, ginjal, dan saraf otak.1,2,3
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. P
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 10 tahun
Ruangan : AMC lt 4 kamar 4
Tanggal pemeriksaan : 13-02-2017
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama : bengkak pada kedua sisi leher
Riwayat sosial-ekonomi
Pasien tergolong dalam sosial-ekonomi menengah.
2
Pasien jarang jajan diluar, dan lebih sering makan makanan dirumah. Pasien
juga aktif bermain bersama teman-temannya.
Anamnesis makanan :
ASI pada usia 0-1 tahun dan usia 1 tahun- 2 tahun pasien diberi air gula dan
bubur tim karena pasien tidak suka minum susu. Sekarang pasien makan makanan
dirumah dan kadang-kadang juga jajan disekolah.
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi pasien lengkap
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 44 kg
TinggiBadan : 145 cm
Status Gizi : Overweight CDC 118 %
Tanda Vital
- Denyut nadi : 100 kali/menit
- Suhu : 37,2 oC
- Respirasi : 20 kali/menit
Kulit : ruam (-), rumple leed (-), Efloresensi (-),
sianosis (-), turgor (-)
Kepala : Bentuk : normocephali
Mata : Conjungtiva anemis (-)/(-), sclera icterus (-)/(-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), stomatitis
(-)
Hidung : rhinorrhea (-)/(-)
Tonsil : T2/T2, hiperemis (-)
Telinga : Otorrhea (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar parotis (+/+)
Pembesaran kelenjar servikal (-/-)
3
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada Simetris bilateral (+), retraksi (-)
- Palpasi : Vokal fremitus kanan sama kiri, penonjolan / massa (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC
midclavicularisdextra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung
SIC V linea parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea
axilla anterior
- Auskultasi: Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi
tambahan (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar (+) kesan normal, Cembung (-), cekung (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal, bising usus (-)
- Perkusi : Timpani (+) seluruh region abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Refleks :
N N
F
N N
(-) (-)
P
(-) (-)
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Rutintgl. 18/04/2016
Jenis Nilai
WBC 6,0 x 103 /mm3
RBC 4,68 x 106 /mm3
HGB 13 g/dl
HCT 39,5 %
PLT 301 x 103 /mm3
4. RESUME
Pasien datang ke RS Anutapura dengan keluhan bengkak yang berwarna
kemerahan pada leher sisi kanan dan kiri yang dialami sejak 2 hari yang lalu sakit
saat menelan, buka mulut maupun saat berkunyah, nyeri tekan (+). Awalnya bengkak
muncul pada sisi kanan dan kiri leher dengan ukuran yang kecil, keesokan harinya
bengkak kemudian bertambah besar. Selain itu pasien mengeluh panas sejak 2 hari
yang lalu, panas dirasakan terus menerus. Selain itu pasien juga mengatakan timbul
bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal dan panas di bagian perut dan badan
pasien, sejak 2 hari yang lalu. Demam yang dialami munculnya bersamaan dengan
bengkak pada leher. Pasien juga muntah 3 kali, isi muntahan air dan sisa makanan.
Nafsu makan menurun selama sakit. BAB dan BAK biasa. Riwayat kontak dengan
orang yang memiliki keluhan yang sama tidak diketahui.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Denyut nadi : 100 kali/menit, Suhu: 37,2
o
C, Respirasi : 20 kali/menit. Pembesaran kelenjar parotis (+/+).
6. TERAPI
Medikamentosa:
- IVFD RL + neurosanbe 1 Amp/20 tpm
- PCT 3 x 1 tab
- Interhistin 2 x 1 tab
- Imunoplus syr 1 x 1 cth
Non Medikamentosa:
- Istirahat yang cukup
7. FOLLOW UP
Tanggal 14/02/2017
S : Demam (+) hari ke-3, bengkak pada kedua pipi (+/+), muntah (-), sakit menelan
(+), penurunan nafsu makan, BAB biasa & BAK lancar.
O : Tanda vital
Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37,8 C
Respirasi : 20 kali/menit
A : Parotitis
P:
Non-Medikamentosa
Tanggal 15/02/2017
S : Demam (-), bengkak kedua pipi (+/+) sakit menelan (+), penurunan nafsu makan,
BAB biasa & BAK lancar.
O : Tanda vital
Nadi : 96 x/menit, Suhu : 36,3 C
Respirasi : 20 kali/menit
A : Parotitis
P:
Non-Medikamentosa
- Istirahat lebih banyak
- Parbaikan nutrisi
Medikamentosa
Tanggal 16/02/2017
S : Demam (-), muntah (-) mual (+),sakit kepala (-), bengkak pada kedua pipi (+/+)
sudah berkurang, sakit menelan (+), penurunan nafsu makan, BAB cair 2 kali &
BAK lancar.
O : Tanda vital
Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,5 C
Respirasi : 20 kali/menit
A : Parotitis
P:
Non-Medikamentosa
Tanggal 17/02/2017
S : Demam (-), muntah (-) mual (-),sakit kepala (-), bengkak pada kedua pipi (-),
sakit menelan (-), nafsu makan baik, BAB & BAK lancar.
O : Tanda vital
Nadi : 86 x/menit, Suhu : 36,2 C
Respirasi : 20 kali/menit
A : Parotitis
P:
Non-Medikamentosa
- PCT 3 x 1 tab
- Interhistin 2 x 1 tab
- Imunoplus syr 1 x 1 cth
- Zink 20 mg 1 x 1
PASIEN BOLEH PULANG
BAB III
DISKUSI
Kelenjar air liur adalah glandula parotidea, glandula
submandibularis, dan glandula sublingualis. Glandula parotidea merupakan
glandula terbesar antara ketiga pasang kelenjar air liur. Kelenjar ini
terbungkus dalam selubung parotis (parotis sheath).1,2
Pada kasus ini An. P, usia 10 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan panas sejak 2 hari yang lalu, panas dirasakan terus menerus. Selain
itu pasien juga mengeluh bengkak bengkak yang berwarna kemerahan pada
leher sisi kanan dan kiri yang dialami sejak 2 hari yang lalu sakit saat
menelan, buka mulut maupun saat berkunyah, nyeri tekan (+). Awalnya
bengkak muncul pada sisi kanan dan kiri leher dengan ukuran yang kecil,
keesokan harinya bengkak kemudian bertambah besar. Selain itu pasien juga
mengatakan timbul bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal dan panas di
bagian perut dan badan pasien, sejak 2 hari yang lalu. Demam yang dialami
munculnya bersamaan dengan bengkak pada leher. Pasien juga muntah 3 kali,
isi muntahan air dan sisa makanan. Nafsu makan menurun selama sakit.
Hal ini sesuai dengan teorinya gejala klinik pembesaran cepat satu
atau dua kelenjar parotis, pada kasus bilateral terjadi 70-80% kasus, lebih
banyak dibandingangkan pembesaran unilateral hanya 25% kasus, manifistasi
klinik yang dapat dilihat juga gejala klasik yang timbul dalam 24 jam
pertama. Anak mengeluhkan sakit telinga dan diperberat jika mengunyah
makanan.
Pada anak yang lebih besar akan mengeluh pembengkakan dan nyeri
rahang pada stadium awal penyakit. Dalam beberapa hari, kelenjar parotis
dapat terlihat dan membesar dengan cepat dalam 1-3 hari. Demam akan
turun 1-6 hari, dimana suhu turun mendahului hilangnya pembengkakan
kelenjar. Pembengkakan kelenjar menghilang dalam 3-7 hari. Gejala klinis
tersebut merupakan gambaran klasik parotitis epidemika. Tetapi gejala yang
timbul sebenarnya sangat bervariasi.
Prognosis secara umum pada parotitis epidemika adalah baik, kecuali pada keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas karena atrofi testis dan
sekuele karena meningoensefalitis.1,2,3,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo, SSP. et al. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. IDAI. 2010 : 134-
140
2. Erwanto, BM. Gondokan (Mumps). 2010 : 24-6
3. Templer, J. et al. Parotitis. Medscape. 2014 : 1-20
4. Pudjiadi, MTS. Orkitis pada infeksi parotitis epidemika. 2009; 11(1) : 47-51
5. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak, Sagung Seto,
Jakarta. 2011