Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

INTRA CEREBRAL HEMORAGIK

Oleh
Muhammad Nizar
I4A012071

Pembimbing
dr.Hj. Lily Runtuwene, Sp. S

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FKUNLAM-RSUD PENDIDIKAN ULIN
BANJARMASIN
Juli, 2016
STATUS PENDERITA

I. DATA PRIBADI

Nama : Ny. Z

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 52 tahun

Bangsa : Indonesia

Suku : Banjar

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Banjarmasin

MRS : 28 juni 2016

No RMK : 1.21.60.33

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Kelemahan lengan dan tungkai kanan

Keluhan yang berkaitan dengan keluhan utama: Sakit kepala, muntah,

bicara pelo, dan wajah perot.

Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang ke IGD RS Ulin Banjarmasin

dengan keluhan kelemahan lengan dan tungkai kanan sejak 1 hari SMRS.

Sebelum terjadi kelemahan, pasien mengatakan dirinya sakit kepala pada

jum’at 24 Juni 2016, tetapi hilang setelah minum obat amlodipin. Namun,

pada hari senin tanggal 27 Juni 2016 jam 10 pagi pasien kembali
mengeluhkan sakit kepala. Ketika senja, saat ingin mengambil air wudhu di

kamar mandi pasien kembali merasakan sakit kepala dan berjalan

sempoyongan ke tempat tidur, pasien muntah menyembur, dan kemudian

tidak sadarkan diri di tempat tidur. Pasien juga mengeluhkan gangguan

penglihatan sebelumnya, cegukan tidak ada, kejang tidak ada, demam tidak

ada. Pasien kemudian dibawa ke IGD RS Anshari Saleh dan di IGD pasien

sadarkan diri dan mengeluhkan kelemahan pada tangan dan tungkai sebelah

kanan, setelah stabil pasien dirujuk ke RSUD Ulin untuk tindakan lebih lanjut

dan dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala polos. Pasien mulai bicara pelo

dan muka perot, setelah serangan terjadi tetapi setelah masuk ruangan di

RSUD Ulin Banjarmasin bicara pelo sudah berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah mengalami stroke pada tahun

2014 dan tahun 2015. Pada saat serangan pertama, pasien dirawat satu

minggu di Anshari Saleh dengan keluhan kelemahan ringan dan dapat

beraktifitas kembali seperti biasa. Tahun 2015, pasien mengalami keluhan

kelemahan sebelah kanan namun lebih berat dan di rawat ke anshari saleh

kembali selama satu minggu, kemudian membaik.

Faktor Resiko: Pasien diketahui mempunyai riwayat hipertensi dan

mengaku rutin mengkonsumsi obat (amlodipin) saat tekanan darahnya 150.

Pasien rutin memeriksa tekanan darahnya. Selain itu, pasien juga

mengonsumsi methylprednisolon karena mendengar-dengar dari tetangganya

bahwa obat tersebut baik untuk pasien stroke. Pasien juga mengonsumsi

Rhemacox 15 mg, Rhemafar 4 mg, dan Alofar 300 mg apabila kesemutan.


Pasien meminum obat tersebut berdasarkan saran dari teman suaminya yang

seorang apoteker. Pasien jarang kontrol penyakitnya ke dokter. Riwayat

Diabetes dan kolesterol yang tinggi tidak diketahui. Merokok (-), tinggal di

lingkungan perokok (-), alkohol (-).

Intoksikasi : Tidak ditemukan riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan

dan minuman.

Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah dan ibu pasien stroke dan memiliki

riwayat hipertensi, kakak perempuan pasien juga stroke. Keluarga pasien

tidak memiliki riwayat diabetes melitus, penyakit jantung dan kolesterol.

Keadaan Psikososial : Penderita tinggal bersama dengan suami. Rumah

permanen, ventilasi rumah baik. MCK berasal dari air ledeng. Air minum dari

air galon. Jarak dengan rumah tetangga dekat. Hubungan dengan tetangga

baik.

III. STATUS INTERNA SINGKAT

Keadaan Umum : Keadaan sakit : tampak sakit sedang

Tensi : 160/90 mmHg

Nadi : 96 kali /menit

Respirasi : 22 kali/menit

Suhu : 35,8oC

SpO2 : 97% (dgn O2 2lpm NC)

Kepala/Leher :

- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, ptosis (-/-)


- Mulut : Mukosa bibir basah

- Leher : JVP dalam batas normal, KGB tidak membesar

Thoraks

- Pulmo : Bentuk dan pergerakan simetris, suara napas vesikuler,

wheezing dan ronki tidak ada.

- Cor : BJ I/II teratur, tidak ada bising

Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani, bising usus

normal

Ekstremitas : Edema Plegi Akral hangat


D S D S D S
- - + - + +
- - + - + +

IV. STATUS PSIKIATRI SINGKAT

Emosi dan Afek : eutym

Proses Berfikir : baik

Kecerdasan : baik

Penyerapan : baik

Kemauan : baik

Psikomotor : normoaktif

V. NEUROLOGIS

A. Kesan Umum:

Kesadaran : Kompos mentis, GCS E4V5M6


Pembicaraan : Disartri : (+)

Monoton : (-)

Scanning : (-)

Afasia : Motorik : (-)

Sensorik : (-)

Anomik : (-)

Konduksi : (-)

Kepala:

Besar : Normal

Asimetri : (-)

Sikap paksa : (-)

Tortikolis : (-)

Muka:

Mask/topeng : (-)

Miophatik : (-)

Fullmooon : (-)

B. Pemeriksaan Khusus

1. Rangsangan Selaput Otak

Kaku kuduk : (-)

Kernig : (-)/(-)

Laseque : (-)/(-)

Bruzinski I : (-)
Bruzinski II : (-)/(-)

2. Saraf Otak

Kanan Kiri

N. Olfaktorius

Hyposmia (-) (-)

Parosmia (-) (-)

Halusinasi (-) (-)

N. Optikus Kanan Kiri

Visus 6/6 6/6

Yojana Penglihatan normal normal

Funduskopi tdl tdl

N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abducens

Kanan Kiri

Kedudukan bola mata tengah tengah

Pergerakan bola mata ke

Nasal : Normal Normal

Temporal : Normal Normal

Atas : Normal Normal

Bawah : Normal Normal

Temporal bawah : Normal Normal

Eksopthalmus : - -

Celah mata (Ptosis) : - -


Pupil

Bentuk bulat bulat

Lebar 3mm 3mm

Perbedaan lebar isokor isokor

Reaksi cahaya langsung (+) (+)

Reaksi cahaya konsensual (+) (+)

Reaksi akomodasi (+) (+)

Reaksi konvergensi (+) (+)

N. Trigeminus

Kanan Kiri

Cabang Motorik

Otot Maseter Normal Normal

Otot Temporal Normal Normal

Otot Pterygoideus Int/Ext Normal Normal

Cabang Sensorik

I. N. Oftalmicus Normal Normal

II. N. Maxillaris Normal Normal

III. N. Mandibularis Normal Normal

Refleks kornea Normal Normal

N. Facialis

Kanan Kiri

Waktu Diam

Kerutan dahi sama tinggi


Tinggi alis sama tinggi

Sudut mata sama tinggi

Lipatan nasolabial kanan lebih rendah dari kiri

Waktu Gerak

Mengerutkan dahi sama tinggi

Menutup mata (+) (+)

Bersiul normal

Memperlihatkan gigi kiri lebih tinggi dari kanan

Pengecapan 2/3 depan lidah normal

Sekresi air mata normal

Hyperakusis (-) (-)

N. Vestibulocochlearis

Vestibuler

Vertigo : (-)

Nystagmus : (-)

Tinitus aureum :Kanan: (-) Kiri : (-)

Cochlearis

Mendengar suara bisikan normal normal

Tes Rinne tdl tdl

Tes Wibber tdl tdl

Tes Swabach tdl tdl


N. Glossopharyngeus dan N. Vagus

Bagian Motorik:

Suara : normal

Menelan : normal

Kedudukan arcus pharynx : normal/normal

Kedudukan uvula : di tengah

Pergerakan arcus pharynx : normal

Detak jantung : normal

Bising usus : normal

Bagian Sensorik:

Pengecapan 1/3 belakang lidah : normal

Refleks muntah: (+)

Refleks palatum mole: (+)

N. Accesorius

Kanan Kiri

Mengangkat bahu normal normal

Memalingkan kepala normal normal

N. Hypoglossus

Kedudukan lidah waktu istirahat : ditengah

Kedudukan lidah waktu bergerak : parese ke kanan tipe

sentral

Atrofi : tidak ada

Kekuatan lidah menekan : kuat/kuat


Fasikulasi/Tremor pipi (kanan/kiri) : -/-

3. Sistem Motorik

Kekuatan Otot

Tubuh : Otot perut : normal

Otot pinggang : normal

Kedudukan diafragma : Gerak : normal

Istirahat : normal

Lengan (Kanan/Kiri)

M. Deltoid : 0/5

M. Biceps : 0/5

M. Triceps : 0/5

Fleksi sendi pergelangan tangan : 0/5

Ekstensi sendi pergelangan tangan : 0/5

Membuka jari-jari tangan : 0/5

Menutup jari-jari tangan : 0/5

Tungkai (Kanan/Kiri)

Fleksi artikulasio coxae : 0/5

Ekstensi artikulatio coxae : 0/5

Fleksi sendi lutut : 0/5

Ekstensi sendi lutut : 0/5

Fleksi plantar kaki : 0/5

Ekstensi dorsal kaki : 0/5

Gerakan jari-jari kaki : 0/5


Besar Otot :

Atrofi :-

Pseudohypertrofi :-

Respon terhadap perkusi : normal

Palpasi Otot :

Nyeri :-

Kontraktur :-

Konsistensi : Normal

Tonus Otot :

Lengan Tungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri

Hipotoni - - - -

Spastik - - - -

Rigid - - - -

Rebound - - - -

phenomen

Gerakan Involunter

Tremor : Waktu Istirahat : -/-

Waktu bergerak : -/-

Chorea : -/-

Athetose : -/-

Balismus : -/-
Torsion spasme : -/-

Fasikulasi : -/-

Myokimia : -/-

Koordinasi :

Telunjuk kanan – kiri sde

Telunjuk-hidung normal

Gait dan station : tdl

4. Sistem Sensorik

Kanan/kiri

Rasa Eksteroseptik

 Rasa nyeri superfisial : kurang/normal

 Rasa suhu : tidak dilakukan

 Rasa raba ringan : kurang/normal

Rasa Proprioseptik

 Rasa getar : tdl

 Rasa tekan : normal/normal

 Rasa nyeri tekan : kurang/normal

 Rasa gerak posisi : normal/normal

Rasa Enteroseptik

 Refered pain : tidak ada

Fungsi luhur

 Apraxia : Tidak ada

 Alexia : Tidak ada


 Agraphia : Tidak ada

 Fingerognosis : Tidak ada

 Membedakan kanan-kiri : Tidak ada

 Acalculia : Tidak ada

5. Refleks-refleks

Reflek kulit

Refleks kulit dinding perut : normal

Refleks cremaster :Tidak dilakukan

Refleks gluteal : Tidak dilakukan

Refleks anal : Tidak dilakukan

Refleks Tendon/Periosteum (Kanan/Kiri):

 Refleks Biceps : +++/++

 Refleks Triceps : +++/++

 Refleks Patella : ++/++

 Refleks Achiles : ++/++

Refleks Patologis :

Tungkai

Babinski : +/- Chaddock : +/-

Oppenheim : -/- Gonda : +/-

Gordon : -/- Schaffer : -/-

Lengan

Hoffmann-Tromner : -/-

Reflek Primitif : Grasp (-)


Snout (-)

Sucking (-)

Palmomental (-)

6. Susunan Saraf Otonom

 Miksi : inkontinensi (-)

 Defekasi : konstipasi (-)

 Sekresi keringat : normal

 Salivasi : normal

 Ggn tropik : Kulit, rambut, kuku : (-)

7. Columna Vertebralis

Kelainan Lokal

 Skoliosis : tidak ada

 Khypose : tidak ada

 Khyposkloliosis : tidak ada

 Gibbus : tidak ada

Gerakan Servikal Vertebra

 Fleksi :normal

 Ekstensi : normal

 Lateral deviation : normal

 Rotasi : normal

Gerak Tubuh: tidak dapat dilakukan


8. Pemeriksaan Tambahan

Hasil CT-Scan Kepala : `Lesi Hiperdens di thalamus sinistra ukuran

2x1,3x2,3cm yang mendesak ventrikel

lateralis sinistra dan menyebabkan deviasi

midline kekanan 0,23 cm.

Lesi hiperdens yang mengisi ventrikel

lateralis dextra-sinistra, III, IV.

Lesi hipodens batas tidak tegas di capsula

externa sinistra.

Kesimpulan : ICH thalamus sinistra volume 3,1 cc yang

disertai herniasi subfalcine kekanan 0,23 cm. IVH dekstra-sinistra, III dan

IV, infark akut capsula externa sinistra.


Hasil foto rontgen Thorax:

CTR > 50%, kardiomegali. Terdapat sedikit peningkatan corakan bronkovaskular,

terdapat peninggian diafragma (Diafragma memotong costae ke 5 anterior).

Hasil EKG :

Normal sinus rhythym, reguler, HR (R-R 80x/m, gelombang p normal, qrs normal,

t normal, segmen pr normal, st elevasi tidak ada, q patologis di II, III, AVF dan V4)

Kesimpulan: Infark lama inferior


Hasil laboratorium tanggal 27 Juni 2016 :

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 13,5 12.50-16.70 g/dl
Leukosit 10,7 4.65 - 10.3 ribu/ul
Eritrosit 4,66 4.10 -5.30 juta/ul
Hematokrit 39,8 37.00-47.00 vol %
Trombosit 170 150 –356 ribu/ul
RDW-CV 12,9 12.1 - 14.0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 85,6 75.0 - 96.0 Fl
MCH 28,9 28.0 - 32.0 Pg
MCHC 33,9 33.0 - 37.0 %
Hitung Jenis
Gran% 81,2 50.0 - 70.0 %
Limfosit% 12,5 25.0 - 40.0 %
MID % 6.3 4.0- 11.0 %
Gran# 8.7 2.50 - 7.00 ribu/ul
Limfosit # 1.3 1.25-4.0 ribu/ul
MID# 0.7 ribu/ul
Kimia
Gula darah
Glukosa Darah 147 <200 mg/dl
Sewaktu (GDS)
Hati
SGOT 24 0– 46 U/l
SGPT 22 0– 45 U/I
Ginjal
Ureum 24,4 10 –50 mg/dl
Creatinin 1.1 0.6 - 1.2 mg/dl
Faal Lemak dan Jantung
Cholesterol total 355 150-220 mg/dl
Trigliserida 271 60-165 mg/dl
RESUME

1. ANAMNESIS:

Kelemahan tungkai dan lengan sebelah kanan, mendadak (+), Sakit kepala (+),.

Muntah proyektil (+), sulit menelan (-), bicara pelo (+), wajah perot (+), kejang

(-), gangguan penglihatan (+), penurunan kesadaran (+), demam (-). Riwayat

hipertensi (+), stroke (+) diabetes mellitus (-), riwayat merokok (-), riwayat

konsumsi alkohol (-), konsumsi narkotika (-). RPK: HT dan Stroke.

2. PEMERIKSAAN

Interna

Kesadaran : Kompos mentis, GCS E4 V5 M6

Tekanan darah : 160/90 mmHg

Nadi : 96 kali /menit

Respirasi : 22 kali/menit

Suhu : 35,8oC

Spo2 : 97% (dgn O2 2lpm NC)

Kepala/Leher : tidak ada kelainan

Thorax : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas : hemiplegic dextra

Status psikiatri :tidak ada kelainan

Status Neurologis

 Kesadaran : compos mentis GCS 4-5-6

 Pupil isokor, diameter 3/3mm refleks cahaya +/+, gerak mata simetris
 Rangsang selaput otak: normal, tak ada kelainan

 Saraf kranialis: Paresis N.VII dan N. XII dextra tipe central

 Motorik: lengan 0/5, tungkai 0/5

 Tonus: Lengan :normal/normal, Tungkai :normal/normal

 Sensorik: Lengan : kurang/normal, Tungkai : kurang/normal

 Reflek fisiologis BPR : +++/++, TPR: +++/++,

KPR : ++/++, APR : ++/++

Refleks patologis : Babinski: +/- Chaddock: +/- Oppenheim : -/- Gonda : +/-

Gordon : -/- Schaffer : -/-

 Susunan saraf otonom :tidak ada kelainan

 Columna Vertebralis : tidak ada kelainan

3. DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : hemiplegia dextra, hemihipoesthesia dextra,

disartria, cephalgia, vomiting, paresis N VII dan N

XII dextra tipe sentral.

Diagnosis Topis : Lesi hiperdens pada thalamus Sinistra dan lesi

hiperdens pada ventrikel lateralis dextra-sinistra, III,

IV sesuai vaskularisasi arteri cerebri media.

Diagnosis Etiologis : intra cerebral hemoragik + intra ventrikel hemoragik

4. PENATALAKSANAAN

Non farmakologi:

Bed rest

O2 2-3 lpm NC
Head up 30º

Farmakologi :

IVFD RL 20 tts/menit

Inj calnex 3x1 amp

Inj. Citicolin 2x250 mg (amp)

Inj. ranitidin 2x1 amp

Po:

Atorvastatin 20 mg 0-0-1 tab

Herbesser CD 200 mg 1x1 kaps

Paracetamol 500 mg 3x1 tab

Program manitol loading 200cc  lanjut 6x100cc tappering off

5. PROGNOSIS

Death : dubia ad bonam

Disease : dubia ad malam

Disability : dubia ad malam

Discomfort : dubia ad bonam

Dissatisfaction : dubia ad bonam


PEMBAHASAN

Telah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan pada pasiendi RSUD Ulin

Banjarmasin atas nama Ny. Z, usia 52 tahun, dari anamnesis didapatkan keluhan

kelemahan di lengan dan tungkai kanan sejak 1 hari SMRS, disertai sakit kepala ,

bicara pelo dan muka tidak simetris. Riwayat hipertensi (+), Riwayat stroke (+).

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa penderita dengan kesadaran

compos mentis berada pada tingkat kesadaran (GCS 4-5-6). kekuatan motorik 0 di

extremitas superior et inferior dextra dengan rentang gerak terbatas, serta parese

nervus VII dan XII dextra tipe sentral. Berdasarkan hasil ini, maka pada penderita

ini didapatkan defisit neurologik yang mendadak tanpa adanya trauma kepala

sebelumnya, didahului muntah proyektil dan sakit kepala, tanpa didahului demam,

dengan riwayat hipertensi dan terjadi saat pasien beraktivitas. Hal ini menunjukkan

bahwa penderita mengalami serangan stroke tipe hemoragik.

Stroke adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal

maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24

jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan

vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama maknanya dengan Cerebrovascular

Accidents/Attacks (CVA) dan Stroke. (1)


Gambar 1

Berdasarkan kelainan patologis, stroke diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Stroke hemoragik

1) Perdarahan intra serebral (PIS)

2) Perdarahan ekstra serebral/ subarachnoid (PSA)

b. Stroke non-hemoragik / stroke iskemik

1) Stroke akibat trombosis serebri

2) Emboli serebri

Pasien ini memiliki Skor Siriraj - 5 yang berarti termasuk kategori stroke

infark didukung oleh gambaran CT Scan kepala yaitu adanya lesi hiperdens pada

thalamus sinistra dan ventrikel lateral D/S, III, IV+ riwayat hipertensi+stroke..

Hipertensi secara umum merupakan faktor risiko terbanyak dari stroke selain

aterosklerosis, obesitas, DM, merokok, penyalahgunaan alkohol, kontrasepsi oral,

dan dislipidemia. (2,3)


Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit

neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.

Klasifikasi stroke dalam jenis hemoragik dan non hemoragik memisahkan secara

tegas, seolah dapat dibedakan berdasarkan manifestasi klinis masing-masing.

Peningkatan intrakranial yang serentak mengiringi stroke hemoragik cenderung

menghasilkan sakit kepala dan muntah-muntah beserta penurunan kesadaran.

Perbedaan antara Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik, yaitu (4):

Tabel 1. Perbedaan antara Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik

Berdasarkan tabel diatas dapat diperjelas lagi bahwa pasien mengalami

serangan stroke infark dimana terdapat penurunan kesadaran yang tiba-tiba,

keluhan hemiplegi dekstra (+), kaku kuduk (-), penurunan kesadaran (+), onset

mendadak, nyeri kepala (+), riwayat HT (+). Tidak ada kejang, muntah proyektil

(+). Penentuan diagnosis secara cepat dari stroke infark sangat penting karena
perjalanan penyakitnya yang biasanya cepat saat beberapa jam pertama. Walaupun

nyeri kepala lebih sering pada perdarahan intracerebral (PIS) dibandingkan dengan

stroke iskemik meskipun jarang dibanding perdarahan subarachnoid.

Berdasarkan usia, pasien berumur 52 tahun dan memiliki riwayat hipertensi

dan stroke. Menurut literatur disebutkan bahwa faktor risiko Gangguan Pembuluh

Darah Otak (GPDO) adalah hipertensi arterial, diabetes mellitus, penyakit jantung,

TIA (Transient Ischemic Attack) dan completed stroke, merokok, usia tua,

hiperkoleserol, alkoholisme, pil kontrasepsi estrogen tinggi, anemia berat, obesitas,

dan hiperagregasi platelet, hiperlipidemia dan kurang gerak. Dari sini diketahui

bahwa penderita termasuk golongan beresiko tinggi untuk mengalami GPDO.

Semakin banyak faktor risiko dipunyai seseorang semakin besar kemungkinannya

mendapat serangan stroke dikemudian hari. Mengingat pada pasien ini mempunyai

faktor risiko tinggi seperti riwayat stroke, dan hipertensi. 2,3

Pada pasien stroke iskemik maka terjadi iskemia jaringan otak yang

disebabkan penyumbatan pada pembuluh darah dan hipoperfusi jaringan otak oleh

berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik.

Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher dan

dapat juga mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang

terlokalisasi terjadi akibat penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik

sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari lokasi penyumbatan.

Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi pembuluh darah otak yang

terkena (5).
Pada pasien ini diberikan infus RL digunakan untuk menjaga keseimbangan

cairan dan elektrolit. Selain itu pasien juga mendapat inj. Citicolin 2x250mg yang

digunakan sebagai neuroprotektor untuk melindungi sel-sel saraf yang masih

berfungsi dari kerusakan akibat sel-sel yang mati. Inj.Ranitidin 2x1 yang untuk

mengurangi keasaman lambung pasien.

Pada pasien ini juga ditemukan hipertensi, sehingga disarankan pemberian

Calcium Channel Blocker karena kinerja menyebabkan regresi LVH dan

mengurangi fibrosis miokardium bahkan pada dosis yang masih terlalu rendah

untuk menurunkan tekanan darah. Obat CCB juga bersifat vaskuloprotektif karena

obat ini: (a) menurunkan tekanan darah, (b) memperbaiki komplians dan tonus

pembuluh darah, (c) mempunyai efek antiproliferatif dan antimigrasi sel otot polos,

neutrofil dan sel mononuklear, (d) mempunyai efek antitrombosit, (e) memperbaiki

fungsi endothel (6,7).


DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta. 2004. Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5.

Dian Rakyat: Jakarta.

2. Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised

edition. New York : Thieme. 2005.

3. Anonimus. Gejala, diagnosa & terapi stroke non hemoragik (serial online)

2009 [cited 2012 Agustust 14]. Available from:

http://www.jevuska.com/2007/04/11/gejala-diagnosa-terapi-stroke-non-

hemoragik.

4. Anonim. Strok. Dalam: ed. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Standar pelayanan medik. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo;

2010. h.2-4.

5. Aliah A, Kuswara F.F, Limoa R.A, Wuysang G. Gambaran Umum tentang

GPDO. Dalam: Harsono ed. Kapita Selekta Neurologi. Yogjakarta: UGM

Press, 2000; 81-100

6. Perkeni. Konsensus pengelolaan diabetes pada diabetes melitus tipe 2.

Jakarta: PB Perkeni, 2006.

7. Katholi R, Couri D. Left Ventricular Hypertrophy: Major Risk Factor in

Patients with Hypertension: Update and Practical Clinical Applications.

International Journal of Hypertension. 2011

Anda mungkin juga menyukai