Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS MATI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik di RSUP DR.Sardjito

Diajukan kepada
dr. I.B.G. Surya Putra Pidada, Sp.F

Disusun Oleh:
Indriana Sari
( 2010310112 )

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
PERIODE 14 DESEMBER 2015 - 9 JANUARI 2016
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR SARDJITO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

A. Deskripsi Kasus
- Identitas Jenazah
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal pemeriksaan
-

: Dwi Pujiati
: Perempuan
: 40 tahun
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: Dagaran VII RT 25 / RW 07, Umbulharjo
: Senin, 14 Desember 2015

Informasi Kasus
Pada tanggal 14 Desember 2015 ditemukan korban perempuan yang

menurut kesaksian penyidik ditemukan tidak bernyawa pada pukul 17.45 di jalan
wates km 9 di depan Suzuki Raharja dalam kecelakaan motor Vario No. Polisi AB
6161 IF dengan kendaraan yang tidak diketahui identitasnya. Dengan demikian
untuk pemeriksaan lebih lanjut polisi mengajukan permohonan pemeriksaan luar
dan pembuatan visum et repertum pada tanggal 14 Desember 2015 yang
disuratkan pada Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Pada tanggal 14 Desember 2015 mulai pukul 23.45 hingga 15 Desember
2015 pukul 00.50 dilakukan pemeriksaan luar oleh Tim kedokteran Forensik
RSUP Dr. Sardjito dengan hasil sebagai berikut :
1. Keadaan Jenazah : Jenazah dibungkus kantong jenazah berwarna putih,
kantong dibuka, jenazah memakai mantel.
2. Kaku Jenazah
: Terdapat kaku jenazah yang sukar digerakkan pada
sekuruh persendian kecuali pergelangan kaki kiri dan jari kaki kiri, siku kaki,
jari tangan kiri. Terdapat kaku yang mudah digerakkan pada jari jari kaki.
3. Bercak Jenazah : Berwarna merah kekuningan, hilang dengan penekanan
pada bagian tengkuk, punggung atau kanan kiri bagian luar.
4. Pembusukan Jenazah : Tidak terdapat pembuzsukan jenazah.
5. Terdapat : Keluar darah dari hidung, terdapat luka robek, lecet geser, memar,
derik tulang akibat kekerasan tumpul.
Pemeriksaan Laboratorium : -

Golongan darah B
Alkohol dalam darah (-)

Kesimpulan Hasil Pemeriksaan :


- Jenazah Perempuan, Panjang Badan 153 cm, Berat Badan 61,45 kg.
- Golongan darah B

Keluar darah dari hidung, teraba derim tulang pada lengan atas kiri,
bagian tubuh kaki kiri dan terdapat luka robek, luka lecet geser,
memar pada bagian tubuh yang lain akibat kekerasan tumpul. Sebab
kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan

dalam.
Waktu kematian adalah 2 hingga 6 jam sebelum pemeriksaan.

B. Masalah yang dikaji


Pada kasus ini identitas korban sudah diketahui, akan tetapi tim otopsi
tetap melakukan proses identifikasi. Apa tujuan dilakukannya identifikasi pada
kasus ini ? Apa saja metode yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi ?
C. Analisa dan Pembahasan
Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup
maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut1.
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Penentuan dalam identitas
personal sering dianggap sebagai suatu masalah dalam sidang perdana maupun
perdata. Penentuan identitas personal ini sangat penting, karena kekeliruan akan
berakibat fatal dalam proses peradilan2. Untuk itu proses pencocokan juga sangat
penting untuk dilakukan. Identifikasi tersebut penting dilakukan terhadap korban
meninggal karena merupakan suatu perwujudan HAM dan merupaka suatu
penghormatan kepada yang sudah meninggal3.
Peran ilmu kedokteran forensik terutama pada jenazah yang tak dikenal,
yang teah membusuk, yang telah rusak, hangus terbakar, pada kecelakaan massal,
bencana alam. Selain itu identitas forensikjuga berperan dalam kasus lain seperti
penculikan anak, bayi yang tertukar atau yang diragukan orang tuanya 2.
Identifikasi forensik juga dilakukan pada jenazah yang sudah dikenal. Hal ini
dilakukan untuk kepentingan visum et repertum. Pada visum et repertum,
komponen identifikasi yang perlu dicatat meliputi bungkus jenazah, pakaian,
brnda-benda yang menempel disekitar jenazah dan ciri-ciri umum identitas.

Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang


digunakan memberikan hasil yang positif (tidak meragukan). Penentuan identitas
korban dilakukan dengan memakai metode identifikasi sebagai berikut2,4,5 :
1. Visual
Metode ini sederhana dan mudah dikerjakan yaitu dengan memperlihatkan
tubuh, terutama wajah korban kepada orang-orang yang merasa kehilangan
anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang
belum membusuk sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk
tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ni perlu diperhatikan mengingat
adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan
atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.
2. Dokumen
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor, kartu pelajar dan tanda
pengenal lainnya) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang
dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah serta dapat dipakai
untuk menentukan identitas. Perlu diingat bahwa pada kecelakaan masal,
dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah
belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.
3. Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang
yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X
dan pencetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,
bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. . seperti halnya
sidik jari, maka setiap individu memilki susunan gigi yang khas. Dengan
demikian, dpat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data
temuan dengan data pembanding ante mortem.
4. Medis
Merupakan metode yang mempunyai nilai yang tinggi dalam ketepatannya
jika korban mempunyai status medis yang baik. Kondisi medis umum
meliputi jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi dan berat badan serta warna
rambut dan mata. Sedangkan yang sifatnya lebih khusus meliputi bentuk
cacat fisik, bekas operasi, tato, dan lain-lain.
5. Perhiasan

Merupakan metode identifikasi yang baik. Bila tubuh korban sudah tidak
utuh lahi, inisial yang terdapat pada cincin atau perhiasan dapat memberikan
informasi tentang identitas korban.
6. Pakaian
Pencatatan yang baik dan teliti dari pakaian yang dikenakan korban seperti
model, bahan yang dipakai, merek penjahit dan label dapat memberikan
petunjuk siapa pemiliknya.
7. Sidik jari
Metode ini dapat menentukan identitas korban secara pasti karena sifat
kekhususannya. Metode ini dapat digunakan jika sebelumnya korban pernah
dilakukan pengambilan sidik jari yaitu dengan membandingkan gambaran
sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante mortem.
8. Serologi
Prinsipnya adalah dengan menentukan golongan darah jenazah. Penentuan
golongan darah pada jenazah yang telah membsuk dapat dilakukan dengan
memeriksa rambut, kuku dan tulang.
9. Eksklusi
Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah
orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat
udara, kapal laut dan sebagainya. Bilan sebagian besar korban telah dapat
dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode-metode identifikasi
lain, sedangkan sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode
tersebut di atas, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang.
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada point analisa dan pembahasan, identifikasi pada
kasus ini dilakukan dengan tujuan mencocokkan data yang diperoleh antemortem
dengan data yang diperoleh postmortem. Hal ini sangat penting karena jika
kekeliruan terjadi akan mengakibatkan hal yang fatal. Selain itu, identifikasi juga
dilakukan dalam rangka menegakkan HAM. Identifikasi juga dilakukan untuk
kepentingan pengisian visum et repertum yang akan diterbitkan setelah
pemeriksaan jenazah selesai dilakukan. Identitas seseorang dipastikan bila paling
sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil yang positif (tidak
meragukan).

E. Referensi
1. Chadha, PV. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi (Hand
book of Forensic & Toxicology Medical Jurispudence). Jakarta : Penerbit
Widya Medika.
2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
3. Monica, GL., Siwu, JF., Mallo, JF. 2013. Identifikasi Personal dan
Identifikasi Korban Bencana Massal di BLU RSUP Prof Dr. R.D Kandou
Manado Periode Januari 2010 Desember 2012. Jurnal Biomedik (JBM),
Volume 5 Nomor 1, Suplemen, Hlm. S119-126. Diakses pada tanggal 21
Desember 2015 melalui http://download.portalgaruda.org/article.php?article.
4. Idries, Abdul Muin dan Tjiptomartono, Agung L. 2008. Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto.
5. Singh, Surjit. 2008. Penatalaksanaan Identifikasi Korban. Majalah
Kedokteran Nusantara, Volume 41, No.4. Diakses pada tanggal 21 Desember
2015 melaluihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.pdf.

Anda mungkin juga menyukai