TRAUMA HEPAR
Pembimbing :
dr. Hajar Ariyani, Sp.Rad (K) Int
Oleh :
Divi Aditya Romadhona Putra
201910401011046
SMF RADIOLOGI
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
TRAUMA HEPAR
Referat dengan judul “Trauma Hepar” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah
satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian
Radiologi RSU Haji Surabaya.
2
KATA PENGANTAR
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma abdomen merupakan jejas atau luka pada organ abdomen akibat
trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma pada abdomen memiliki angka kejadian
yang berbeda – beda pada setiap organ yang terkena. Pada pasien yang mengalami
trauma tumpul, organ yang paling sering terkena adalah lien (40-55%), hepar (35-
45%), dan usus halus (5-10%), kemudian untuk trauma penetrans organ yang
sering terkena adalah hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), dan kolon
Cedera hepar, atau juga dikenal sebagai laserasi hepar merupakan bentuk
trauma pada hepar. Cedera hepar dapat terjadi karena trauma tumpul seperti
kecelakaan lalu lintas atau penetrasi benda asing seperti pisau. Cedera hepar
berkontribusi terhadap 5% dari seluruh jenis trauma, yang membuat cedera hepar
1033 ].
Lokasi hepar yang berada di anterior serta ukurannya yang paling besar
diantara organ lainnya menyebabkan hepar lebih mudah terkena trauma. Dahulu,
4
Pencitraan seperti ultrasound dan CT scan merupakan alat bantu diagnosis
yang sering digunakan dan lebih akurat serta sensitif untuk melihat adanya
perdarahan pada organ hepar. Pada tahun 2013, sebuah study menggunakan
Surgery (AAST) kedalam grade I-V. Berdasarakan klasifikasi tersebut, grade I-II
dapat disebut sebagai trauma minor hepar, dengan prevalensi sebesar 80-90% dari
semua trauma hepar. Sedangkan pada grade III keatas disebut trauma serius hepar
dengan angka mortalitas sebesar 10%, dan jika pasien mengalami multiple injury,
diindikasikan jika tidak ada cedera pada organ organ abdomen. Sedangkan,
intervensi bedah dibutuhkan pada trauma hepar grade III keatas dimana terdapat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
hepar bisa menyebabkan cedera pada hepar atau biasa dikenal dengan laserasi
2.2 Anatomi
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding (abdominal
wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna vertebralis, dan ilium.
adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan horizontal dan dua
horizontal melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi
bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh
1) hypocondriaca dextra
2) epigastrica
6
3) hypocondriaca sinistra
4) lateralis dextra
5) umbilicalis
6) lateralis sinistra
7) inguinalis dextra
8) suprapubis
9) inguinalis sinistra
1) Hypocondriaca dextra
kanan.
2) Epigastrica
7
3) hypocondriaca sinistra
4) Lateralis dextra
5) Umbilicalis
6) Lateralis sinistra
Meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri, sebagian jejenum
dan ileum.
7) Inguinalis dextra
Meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter kanan.
8) Suprapubis
9) Inguinalis sinistra
Meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri [ CITATION
Fra14 \l 1033 ].
PERMUKAAN HEPAR
8
b. Superior
c. Posterior
d. Dextra
Di sisi kanan, pars anterior dipisahkan oleh diaphragma dari costae dan
cartilago costae VI-X, sedangkan di sisi kiri dari costae dan cartilago costae VII-
dinamakan impresio (fossa) cardiaca. Di sebelah kanan, pars posterior lebar dan
tumpul sedangkan di sebelah kiri tajam. Agak ke kanan bagian tengah terdapat
sulcus venae cavae (ditempati oleh vena cava inferior). Kira – kira 2-3 cm ke
sebelah kiri vena cava inferior terdapat fissura ligamenta vensosi (ditempati oleh
oesophagei. Pada pars dorsalis facies diaphragmaticae terdapat suatu bagian yang
tidak tertutup oleh peritoneum dan melekat pada diaphragma melalui jaringan ikat
longgar. Bagian tersebut dinamakan area nuda hepatis (bare area of the liver)
yang dibatasi oleh partes superior et inferior ligamenti coronaria hepatis. Pars
9
2. Facies visceralis (fascia inferior) hepar
Cekung dan menghadap ke dorsokaudal kiri, ditandai oleh adanya alur dan
bekas alat yang berhubungan dengan hepar. Facies visceralis tertutup peritoneum
kecuali di tempat vesica fellea. Alur – alur memberikan gambaran seperti huruf
lobus sinistra hepatis. Porta hepatis memotong tegak lurus dan membaginya
menjadi dua bagian, yaitu fissura ligamenti teretis dan fossa duktus venosus.
diantara lobus quadratus dan lobus sinister hepatis [ CITATION JWa \l 1033 ].
Fossa sagitalis dextra dibagi oleh porta hepatis menjadi dua bagian, yaitu
fossa vesiva fellea (dibagian ventral, ditempati oleh vesika fellea) dan fossa vena
cava inferior (di bagian dorsal ditempati oleh ven cava inferior).
memisahkan lobus quadratus disebelah ventral serta lobus caudatus dan proc.
Vena porta
10
Arteri hepatica
Ductus choledochus
Nervus hepaticus
Ductus lymphaticus
Lobus dextra 6 kali lebih besar daripada lobus sinistra hepatis dan
menempati regio hypocondrica dextra. Pada lobus dextra terdapat lobus quadratus
Lobus quadratus terdapat diantara vesica fellea dan fissura ligamenti teretis,
batasnya adalah:
Ventral : margo inferior hepar yaitu bagian yang tipis, tajam dan ditandai oleh
Lobus caudatus Spigeli terdapat pada facies dorsalis lobus hepatis dextra setinggi
11
Proc. caudatus adalah penonjolan yang menghubungkan lobus caudatus dan lobus
hepatis dextra, membentang miring ke arah lateral dari tepi distal lobus caudatus
Lebih kecil dan lebih rata dari lobus dextra, terletak di regio epigastrica
Hepatic Triad
Winslowi membentuk suatu triad (tiga serangkai) yang dinamakan hepatic triad,
Ductus choledochus
Vena porta
Arteri hepatica
12
1. Segmentum Caudatus (Segment I)
LIGAMENTUM HEPATICAE
1. lipatan peritoneum :
13
a. Ligamentum falciforme hepatis
menjadi satu ligamentum coronaria hepatis terdiri dari atas dua lembar, lembar
sinistra) di sebelah kiri berakhir sebagai suatu ikat fibrosa yang kuat yang
Arteri hepatica
Vena porta
Vv. hepaticae
14
Dalam perjalanannya ke dalam parenkim hepar A. Hepatica dan V. Porta
Ductus hepaticus
Vesica fellea
Ductus cysticus
Ductus choledochus
hepaticus sinistra, masing – masing berasal dari lobus hepatis dextra dan lobus
2.3 Etiologi
abdomen. Trauma pada organ solid termasuk hepar, dapat disebabkan karena
terhimpit pintu mobil pada waktu kecelakaan, jatuh dari ketinggian, atau cedera
15
Trauma tumpul kadang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada
organ sekitar, patah tulang iga, cedera perlambatan (deselerasi), cedera kompresi,
deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (non
complient organ) seperti hepar, lien, pankreas, dan ginjal. Secara umum
khususnya pada bagian distalorgan yang terkena. Contoh pada aorta distal
dapat menyebabkan ruptur. Situasi yang sama dapat terjadi pada pembuluh
Isi intra abdominal hancur diantara dinding abdomen anterior dan columna
vertebra atau tulang toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan ruptur,
biasanya terjadi pada organ-organ padat seperti lien, hati, dan ginjal.
ruptur organ berongga. Berat ringannya perforasi tergantung dari gaya dan
16
2.2.2 Trauma Tajam
disebabkan oleh tusukan benda tajam. Trauma akibat benda tajam dikenal dalam
tiga bentuk luka yaitu: luka iris atau luka sayat (vulnus scissum), luka tusuk
(vulnus punctum) atau luka bacok (vulnus caesum) [ CITATION AJS11 \l 1033 ].
karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan
menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera,
dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah
perdarahan bila mengenai pembuluh darah atau organ yang padat. Bila mengenai
organ yang berongga, isinya akan keluar ke dalam rongga perut dan menimbulkan
2.4 Epidemiologi
muda dan anak di Amerika Serikat. Berdasarkan statistic the National Center of
Injury Prevention and Control pada tahun 2000, trauma (disengaja dan tidak
disengaja) merupakan penyebab utama kematian pada umur 1-44 tahun. Data
review lebih lanjut menunjukkan bahwa sebanyak 14.113 orang usia 15-25 tahun
17
Satu review dari the National Pediatric Trauma Registry oleh Cooper et al
itu, apabila berdasarkan mekanisme trauma abdomen, trauma tumpul pada hepar
sebesar 35-45%, sedangkan pada trauma tajam memiliki prevalensi sebesar 40%.
Cedera hepar berkontribusi terhadap 5% dari seluruh jenis trauma, yang membuat
cedera hepar menjadi cedera abdomen yang paling banyak ditemukan [ CITATION
ATL18 \l 1033 ].
2.5 Klasifikasi
tahun 2018, trauma hepar dibedakan menjadi 5 grade, yaitu [ CITATION Ame18 \l
1033 ]:
1. Grade I
2. Grade II
3. Grade III
4. Grade IV
18
Lobar maceration or devascularization
5. Grade V
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
AMPLE sering digunakan untuk mengingat kunci dari anamnesis, yaitu Allergies,
Medications, Past medical history, Last meal or other intake, Events leading to
baik itu dari pasien, keluarga, saksi, ataupun polisi dan paramedis. Hal-hal
tersebut mencakup:
airbags
19
g. Apakah ada cidera kepala atau tulang belakang
Disability, dan Exposure) tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, suhu
tubuh, frekuensi nafas), status generalis (kepala, mata, hidung, mulut, leher,
Inspeksi
Periksa perut depan dan belakang, dan juga bagian bawah dada dan
perineum, harus diperiksa untuk goresan, robekan, luka, benda asing yang
tertancap serta status hamil. Penderita dapat dibalikkan dengan hati – hati untuk
Palpasi
Nyeri tekan, defans, kekakuan atau nyeri lepas lokal atau umum
Perkusi
20
Perkusi pada pemeriksaan abdomen digunakan untuk melihat adanya
Auskultasi
1. ULTRASONOGRAFI - FAST
telah digunakan secara luas . Tujuan pemeriksaan FAST adalah untuk mendeteksi
pemeriksaan yang murah, cepat dan dapat diulang, seta mempunyai spesifisitas
cairan bebas Morisson’s pouch. Sensitifitas FAST untuk mendeteksi cairan bebas
86-100%. Variasi yang besar dalam hasil tersebut disebabkan adanya perbedaan
bedah dan residen) dan standar referensi yang digunakan [ CITATION WuY16 \l
1033 ] .
dengan trauma abdomen, namun diagnosis cedera organ solid abdomen sangat
21
dilakukannya intervensi.Tempat akumulasi cairan jika ada cedera organ solid,
gutter, Retrovesical pouch (pada pria) dan Pouch of Dauglas (pada wanita).
yang tidak stabil dimana ahli bedah traumatologi dapat membuat keputusan
stabil. USG secara luas untuk evaluasi trauma abdomen terutama trauma
pemeriksaan ini lebih cepat, murah, dan bersifat relatif organ spesifik, bersifat
TEKNIK PEMERIKSAAN
1. Posisi pasien
22
daerah tergantung, sehingga berpotensi meningkatkan hasil deteksi, dan harus
2. Transduser (Probe)
Pemilihan Probe tergantung pada ukuran pasien. Untuk orang dewasa yang
khas, penetrasi gelombang suara harus minimal 20 cm, oleh karena itu
medan pandang jauh lebih luas tetapi memiliki resolusi yang terbatas. Pada
pasien anak, Probe curvilinier dengan frekuensi tinggi memiliki resolusi yang
lebih baik dan masih dapat menghasilkan gelombang suara dengan penetrasi
DAERAH PEMERIKSAAN
FAST scan terdiri dari 6 posisi dasar dalam mendeteksi ada atau tidaknya
cairan pada rongga peritoneum dan pericardium. Mampu mendeteksi lebih dari
23
100-250 ml cairan bebas. CT scan sebagai pembandingnya mampu mendeteksi
4. Paracolic gutter
5. Regio Pelvis
24
Gambar 5.. Daerah pemeriksaan
posisi probe marker kearah kepala, sagital terhadap tubuh. Tampilannya harus
pouch) adalah ruang potensial yang terletak d kuadran kanan atas diantara
kapsul Glisson dari hepar dan fascia Gerota dari ginjal kanan. Dalam keadaan
normal, tidak terdapat cairan diantara organ tersebut, dan fascia tampak
25
Gambar 7. US FAST Abnormal pada Hepatorenal recess: adanya celah
berwarna hitam yang berada diantara dua organ menunjukkan adanya cairan
bebas dalam rongga peritoneum.
bayangan sebuah costa, artifak ring-down dari paru yang terisi udara, dan
udara kolon anterior yang interposisi terhadap liver. Udara di kuadran kanan
abses, tumor, udara bilier, atau udara di dalam vena porta. Udara
dekat liver, dimana lingkaran usus biasanya tidak ditemukan. Sulit untuk
26
[ CITATION Eri16 \l 1033 ].
Gambar 9. USG abdomen pada laki laki 35 tahun dengan trauma tumpul hepar.
Ditemukan bayangan hiperekoik pada lateral kanan hepar yang menunjukkan
hematoma subcapsularis
bedah.
peritoneum.
27
6. Pemeriksaan serial dapat mendeteksi perdarahan yang terus berlangsung dan
3. Secara teknik sulit pada pasien yang tidak suportif/ gelisah, pada pasien yang
terlalu gemuk atau adanya emfisema subkutis yang masif, dan pada pasien
5. Tidak dapat mendeteksi secara langsung adanya perdarahan aktif dan asal
perdarahan tersebut.
6. Meskipun bekuan darah memberikan gambaran yang khas, tapi FAST tidak
2. CT SCAN ABDOMEN
lebih sensitif dibanding foto polos abdomen. Namun, CT tidak selalu dibutuhkan
jika dicurigai pneumoperitoneum dan lebih mahal dan memiliki efek radiasi yang
kurang terpengaruh oleh posisi pasien dan teknik yang digunakan. Namun, CT
28
tidak selalu dapat menbedakan antara pneumoperitoneum yang disebabkan oleh
pada usus yang dilatasi. Sebagai tambahan, dengan CT sulit untuk melokalisasi
Hal ini dapat disebabkan oleh perforasi usus, paska operasi, atau dialisis
Pada posisi supine, udara yang terletak di anterior dapat dibedakan dengan
udara di dalam usus.Jika ada perforasi, cairan inflamasi yang bocor juga dapat
kontras dapat mendeteksi adanya kebocoran kontras melalui diniding usus yang
cepat ditutupi oleh omentum sehingga bisa tidak terjadi ekstravasasi kontras.
Penanganan konservatif modern dari trauma yang tidak mengancam jiwa (non life
threatening injuries) pada hepar dan limpa, CT scan mampu untuk menunjukkan
29
Kelemahan CT scan adalah :
hasil yang didapat, meskipun dilakukan oleh spesialis trauma akan memakan
terutama perforasi, walaupun hal ini bisa diatasi dengan pemakaian media kontras
Grade I
- Subcapsular hematoma<1cm,
Grade II
30
Grade III
Grade IV
Grade V
31
- Global destruction or devascularization of the liver.
Penatalaksanaan Non-Operatif
kontras yang bebas atau perdarahan yang sedang berlangsung merupakan indikasi
32
Penatalaksanaan non-operatif meliputi observasi tanda vital, pemeriksaan
fisik, dan nilai laboratorium yang dilakukan secara serial. Bila salah satu
Penatalaksanaan Operatif
d e n g a n k l e m v a s k u l e r a t r a u m a t i c
w i n s l o w d e n g a n j a r i a t a u k l e m v a s k u l e r , y a n g disebut perasat
Pringle menyebabkan a. hepatika dan v. porta tertutup sama sekali. Jaringan hati
dapat menahan keadaan iskemia sampai 60 menit apabila dilakukan oklusi itu.
penyalir ektern karena penyebab infeksi adalah kebocoran empedu dan jaringan
33
Upaya ketiga adalah rekonstruksi saluran empedu. Karena kerusakan
empedu yang besar tidak mungkin sembuh spontan maka tempat kebocoran harus
2.8 Komplikasi
dapat menjadi sebesar 15% - 20% pada grade trauma hepar tinggi. Laserasi
parenkim yang dalam dapat menyebabkan fistula bilier atau formasi biloma. Pada
fistula bilier, empedu dapat keluar bebas kedalam cavum abdomen atau cavum
toraks. Fistula bilier dapat diterapi dengan dekompresi bilier melalui Endoscopic
suatu kumpulan abses karena empedu. Biloma dapat diterapi dengan drainase
yang ditemukan adalah kebocoran empedu (11 pasien), formasi biloma (5 pasien),
jaringan yang terpapar oleh empedu. Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien yang
beberapa hari setelah cedera yang dikonfirmasi melalui CT scan. Abses dapat
34
2.9 Prognosis
pasien. Pasien dengan trauma hepar grade 3 keatas dapat dikatakan sebagai
trauma hepar serius, dimana angka mortalitasnya sebesar 10%, dan jika pasien
Trauma hepar serius yang bersamaan dengan cedera pada vena cava parahepatic
dengan angka mortalitas diatas 50%. Diagnosis dini, penilaian tepat, penanganan
syok yang cepat, rencana penatalaksanaan yang optimal serta fungsi organ yang
BAB III
KESIMPULAN
Trauma pada abdomen memiliki angka kejadian yang berbeda – beda pada
setiap organ yang terkena. Pada pasien yang mengalami trauma tumpul, organ
yang paling sering terkena adalah hepar (35-45%) kemudian untuk trauma
pemerikssan penunjang ini dapat menentukan grading dari trauma hepar, yang
35
Penatalaksanaan pada kasus trauma hepar adalah memperbaiki terlebih
36
DAFTAR PUSTAKA
American Association for the Surgery Trauma, 2018. Liver Injury. New York:
Elseiver.
Netter, F. H., 2014. Atlas of Human Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Elseiver.
Piper, G. & Peitzman, A., 2010. Current Managementof Hepatic Trauma. The
Surgical Clinics of North America.
Ward, J., L, A. & AB, P., 2015. Management of Blunt Liver Injury. European
Journal Trauma Emergency Surgery.
Yu, W. Y., 2016. Treatment Strategy for Hepatic Trauma. Chinese Journal of
Traumatology.
37