LOBUS FRONTAL
Pembimbing :
dr. Perwitasari Bustomi, Sp.S
Disusun oleh :
ANNISA APRILIA ATHIRA
1102014029
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerahnya,
sehingga penulisan Referat yang berjudul “Lobus Frontalis” dapat tersusun dan terselesaikan
dengan baik.
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan
klinik SMF Neuro di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara. Selain itu, tujuan lainnya adalah
sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada dr.
Perwitasari Bustomi, Sp.S dan dr. Eny Waeningsih, Sp.S, M.Kes yang telah memberikan
arahan serta bimbingan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun sebagai perbaikan.
Penulis mengharapkan referat ini dapat memberi manfaat bagi seluruh pihak terkait.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
Lobus frontal merupakan lobus terbesar di otak, namun sering tidak dievaluasi secara
spesifik dalam pemeriksaan neurologis rutin. Hal ini mungkin karena diperlukan perhatian
terhadap detail dan strategi pengujian yang ketat untuk mengidentifikasi fungsi lobus
frontal. Keberhasilan penyelesaian tugas kognitif yang dianggap sebagai fungsi lobus
frontal membutuhkan beberapa wilayah otak baik di dalam maupun di luar lobus frontal,
beberapa penulis lebih menyukai istilah penyakit sistem frontal (frontal lobe syndrome).
Dalam kasus apa pun, disfungsi lobus frontal dapat menimbulkan sindrom klinis yang
relatif spesifik. Ketika riwayat pasien menunjukkan disfungsi lobus frontal, diperlukan
Sistem klasifikasi tradisional membagi lobus frontal ke dalam korteks precentral (strip
segera anterior ke fisura sentral atau Sylvian) dan korteks prefrontal (memanjang dari kutub
frontal ke korteks precentral dan termasuk operculum frontal), yang dibagi menjadi:
korteks orbitofrontal (termasuk orbitobasal atau ventromedial dan daerah mesial inferior),
(berisi gyrus cingulate anterior, dan korteks prelimbik dan infralimbik), dan korteks
prefrontal kaudal (yang meliputi bidang mata depan) ). Masing-masing area ini memiliki
konektivitas luas.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Otak manusia terletak di dalam tengkorak dan dikelilingi oleh lapisan meningeal dan
cairan serebrospinal. Lapisan meningeal terdiri dari tiga lapisan, lapisan yang paling tipis
adalah piamater, menutupi keseluruhan otak hingga mengikuti bentuk lekukan fisura. Lapisan
arachnoid meliputi otak tetapi tidak mengikuti lekukan fisura. Lapisan duramater adalah
lapisan paling luar yang melindungi otak. Sedangkan, cairan serebrospinal akan mengisi ruang
antara lapisan piamater dan arachnoid, menciptakan tempat seperti sebuah kasur apung untuk
otak.
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun
neuron. Otak terbagi menjadi dua bagian besar yang disebut hemisfer, kanan dan kiri. Alur
yang membagi kedua hemisfer disebut fisura longitudinal. Setiap hemisfer memiliki ventrikel
yang memanjang dari lobus parietal, frontal, occipital, dan temporal. Lateral ventrikel ini
berkoordinasi dengan ventrikel ketiga yang berada di antara kedua hemisfer. Dari ventrikel
Sulkus dan girus yang berada di permukaan hemisfer serebri akan membagi hemisfer
serebri menjadi lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Fisura
lateral nantinya akan memisahkan lobus temporalis di atas dari lobus frontalis dan lobus
temporalis di atasnya. Di dasar fisura lateral terdapat area korteks yang dikenal sebagai insula
dan lobus frontalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis yang menutupinya disebut sebagai
operkulum.10
Lobus frontal terdiri dari 14 area yaitu area granular (4,6,24,25,32), area disgranular
(8,44,45) dan area granular (9,10,11,12,46,47) (Snell,2009). Korteks frontal dapat dibedakan
menjadi dua domain fungsional yang besar yaitu korteks motorik dan korteks prefrontal
(asosiasi). Korteks motorik berada di depan sulkus sentralis dan meluas sepanjang permukaan
medial hemisfer. Korteks prefrontal menempati regio yang luas yang berada di rostral korteks
motorik presentralis. Korteks motorik dibedakan menjadi korteks motorik primer (M1) dan
Tepat di anterior dan sejajar dengan sulkus sentralis terletak girus presentalis yang
dikenal sebagai korteks motorik primer. Area ini berfungsi sesuai brodmann 4. Fungsinya
Area tepat di anterior korteks motorik primer dikenal sebagai kortek premotorik (area
brodmann 6). Area ini berfungsi dalam pemrogaman dan persiapan gerakan serta pengendalian
sikap (postur). Area ini termasuk bagian posterior dari girus frontalis superior, medius dan
inferior. Korteks premotorik menimbulkan aksinya sebagian melalui korteks motorik primer
yang dihubungkan oleh serabut-serabut asosiasi dan sebagian lagi oleh serabut-serabut
kortikospinal dan kortikobulbar. Pada permukaan medial hemisfer korteks premotorik terdapat
daerah korteks motorik suplementer. Korteks ini akan merepresentasi somatotopik tubuh
Pada girus frontalis medius terletak frontal eye field (area brodmann 8). Area ini
mengendalikan deviasi konjugata volunter mata yang terjadi ketika memindai lapangan
Pada girus frontalis inferior hemisfer dominan terletak area bicara motorik yang biasa
dikenal sebagai area broca (area brodmann 44 dan 45). Area ini mempunyai interkoneksi
Daerah luas korteks lobus frontalis yang berada di bawah area premotorik disebut
korteks prefrontalis. Korteks ini mempunyai hubungan luas dengan korteks parietalis,
temporalis, dan oksipitalis melalui serabut-serabut saraf asosiasi panjang di substansia alba
subkortikal. Aferen subkortikal terutama berasal dari nukleus mediodorsalis dan anterior
talamus. Korteks ini mempunya fungsi yang berhubungan dengan kognitif, seperti kemampuan
Lobus frontalis mendapat suplai darah melalui dua pasang pembuluh darah besar, yaitu
arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Darah kapiler yang memasuki vena meninggalkan
otak melalui vena interna dan eksterna yang mengalir ke dalam sinus duralis besar. Dari sinus,
darah kembali ke jantung melalui vena jugularis interna, vena anonima, dan vena kava superior.
Sejumlah kecil darah meninggalkan serebrum melalui pleksus venosus dari kanalis spinalis dan
vena emisarius.11
Daerah luas korteks lobus frontalis yang berada di bawah area premotorik disebut
korteks prefrontalis. Korteks ini mempunyai hubungan luas dengan korteks parietalis,
temporalis, dan oksipitalis melalui serabut-serabut saraf asosiasi panjang di substansia alba
subkortikal. Aferen subkortikal terutama berasal dari nukleus mediodorsalis dan anterior
talamus. Korteks ini mempunya fungsi yang berhubungan dengan kognitif, seperti kemampuan
intelektual, pertimbangan, dan prediksi, serta perencanaan perilaku. Korteks prefrontalis dibagi
menjadi:
Orbitofrontal cortex (area 10)
Merupakan bagian yang berperan pada proses kogntif decision-making
Dorsolateral prefrontal cortex (area 9, 46)
Korteks prefrontal dorsolateral penting untuk "kognitif" dan ‘fungsi eksekutif’ seperti
working memory,pembentukan niat tindakan yang goal-directed, penalaran abstrak, dan
pengendalian attensi (perhatian).
Ventrolateral prefrontal cortex (area 47, 45, 44)
pemeliharaan informasi jangka pendek yang sementara tidak dapat dilakukan dalam
working memory (misalnya, mengingat nomor telepon yang baru saja dikatakan sebelum
diketik pada telepon).
Lobus frontalis yang terletak di korteks bagian depan bertanggung jawab terhadap tiga
fungsi utama, yaitu aktivitas motorik volunter, kemampuan berbicara, elaborasi pikiran.
Daerah di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis dan dekat dengan korteks
somatosensorik adalah korteks motorik primer. Daerah ini memberi kontrol volunter atas
gerakan yang dihasilkan otot-otot rangka. Seperti pada pengolahan sensorik, korteks motorik
di tiap-tiap sisi otak terutama mengontrol otot di sisi tubuh yang berlawanan. Jaras-jaras saraf
yang berasal dari korteks motorik hemisfer kiri menyebrang (menyilang) sebelum turun ke
korda spinalis untuk berakhir di neuron-neuron motorik eferen yang mencetuskan kontraksi
otot rangka di sisi kanan tubuh. Dengan demikian, kerusakan di korteks motorik di sisi kiri
otak akan menimbulkan paralisis di sisi kanan tubuh dan demikian sebaliknya.7
timbulnya gerakan di bagian-bagian tubuh yang berbeda. Seperti homunkulus sensorik untuk
korteks somatosensorik, homunkulus motorik yang melukiskan lokasi dan jumlah relatif
korteks motorik yang diabdikan sebagai keluaran ke otot-otot tiap bagian tubuh, juga terbalik
dan mengalami distorsi. Jari tangan, ibu jari tangan, dan otot-otot yang penting untuk berbicara,
terutama otot-otot lidah dan bibir, digambarkan secara berlebihan yang mencerminkan kontrol
motorik halus atas bagian-bagian tubuh ini. Bandingkan ini dengan seberapa kecil jaringan otak
yang mengontrol badan, lengan, dan ekstremitas bawah, yang tidak mampu melakukan gerakan
kompleks. Dengan demikian, luas representasi di korteks motorik sebanding dengan presisi
dan kompleksitas keterampilan motorik yang diperlukan oleh bagian yang bersangkutan.8
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi kompleks dengan kata-kata yang secara tertulis
atau lisan melambangkan benda dan menyanpaikan gagasan. Bahasa melibatkan integrasi dua
kemampuan terpisah yaitu ekspresi dan pemahaman masing-masing berkaitan dengan daerah
tertentu di korteks. Daerah primer spesialisasi kortikal untuk bahasa adalah daerah Broca dan
daerah Wernicke.8
Daerah Broca yang bertanggung jawab untuk kemampuan berbicara, terletak di lobus
frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang mengontrol otot-otot yang
penting untuk artikulasi. Sedangkan daerah wernicke terletak di korteks kiri pada pertemuan
lobus-lobus parietalis, temporalis, dan oksipetalis, berhubungan dengan pemahaman bahasa,
baik pemahaman bahasa tertulis maupun lisan. Selain itu daerah ini bertanggung jawab untuk
memformulasikan pola pembicaraan koheren yang disalurkan melalui seberkas serat ke daerah
kerusakan di daerah tertentu di otak dapat menyebabkan gangguan bahasa selektif. Kerusakan
daerah Broca menyebabkan kegagalan pembentukan kata, walaupun pasien masih dapat
mengerti kata lisan dan tertulis. Para individu tersebut mengetahui apa yang hendak mereka
katakan, tetapi tidak mampu mengekspresikan diri mereka. Walaupun mereka dapat
menggerakkan bibir dan lidah, mereka tidak dapat melakukan perintah motorik yang benar
Daerah Wernicke menerima masukkan dari korteks visual di lobus oksipetalis, suatu
jalur yang penting dalam pemahaman membaca dan dalam menjelaskan suatu benda yang
tampak, serta dari korteks auditorius di lobus temporalis, suatu jalur yang penting dalam
memahami bahasa lisan. Menurut model berbahasa terakhir, berbagai aspek bicara melibatkan
Pasien dengan lesi di daerah Wernicke tidak dapat mengerti kata-kata yang mereka
dengar atau lihat. Mereka mampu berbicara secara lancar, walaupun kata-kata yang mereka
ucapkan dengan sempurna tersebut tidak memiliki arti. Mereka tidak dapat mengaitkan arti
dengan kata atau memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan pikiran mereka.
Gangguan bahasa semacam itu disebabkan oleh kerusakan daerah korteks spesifik dan dikenal
sebagai afasia, yang sebagian besar disebabkan oleh stroke. Afasia jangan dikacaukan dengan
kesukaran berbicara (speech impedient), yang disebabkan oleh defek pada aspek mekanis
berbicara, misalnya kelemahan atau inkoordinasi otot-otot yang mengontrol perangkat vokal.
Mungkin disleksia, yaitu kesulitan dalam belajar membaca karena ketidaksesuaian interpretasi
huruf atau kata sebagai bayangan terbalik ( misalnya, bad “terlihat” sebagai dab), timbul akibat
kelainan perkembangan dalam hubungan antara daerah penglihatan dan bahasa di korteks atau
Korteks Asosiasi Prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di anterior
korteks motorik. Peran yang diperkirakan berkaitan dengan daerah ini adalah perencanaan
bermacam-macam pilihan untuk berbagai situasi sosial atau fisik dan sifat-sifat kepribadian.
Stimulasi daerah ini tidak menimbulkan efek yang dapat diamati, tetapi defisit di daerah ini
gerakan, menerima proyeksi, dan berhubungan area motorik untuk menggerakkan anggota
tubuh, menerima proyeksi untuk gerakan mata dan mengirimnya pada area yang akan
menerima input utama dari posterior parietal area dan sulkus superior temporal. Area lainnya
berfungsi untuk menerima proyeksi dari lobus temporal dari area auditory dan visual.9
Fungsi luhur dan juga yang paling umum dari prefrontal korteks adalah pengaturan
temporal terhadap tujuan biologis dan kognitif. Ini merupakan esensi dari pengaturan
prefrontal korteks dengan pengaturan umum dari semua bentuk aksi (pergerakan somatik,
pergerakan bola mata, perilaku emosional, penampilan intelektual, bicara, dsb). Prefrontal
beberapa tindakan-tindakan baru dan kompleks, baik itu berupa perilaku, perkataan, atau
alasan. Hal yang baru dan kerumitan dari aksi-aksi tersebut yang ditentukan oleh prefrontal
korteks atau dikenal juga dengan “organ kreatifitas”. Lebih jauh lagi, peran dari prefrontal
korteks menentukan alternatif dalam membuat keputusan dan dalam mengeksekusi aksi-aksi
terstruktur adalah alasan juga mengapa korteks ini disebut “eksekutif sentral”
Dengan maksud menampilkan perannya dalam mengintegrasi, prefrontal korteks harus dapat
diakses dan mengakses secara sekaligus semua informasi sensorik, motorik, dan mnemonik
Pengaturan sementara dari perilaku adalah fungsi utama dari lobus frontalis. Jika korteks
motorik memfasilitasi mekanisme eksekusi dari pergerakan individual maka premotor cortex
memilih pergerakan mana yang akan dieksekusi. Passingham mengusulkan bahwa bagian
premotor berfungsi untuk memilih perilaku dalam merespon tanda dari eksternal dan korteks
terhadap stimulus langsung (stimulus-directed movement), dan area 8A bertugas untuk gerakan
yang distimulasi oleh drive internal (internally driven movements). Korteks motorik bertugas
untuk membuat pergerakan. Korteks premotor bertugas untuk memilih pergerakan. Maka
korteks prefrontal bertugas untuk mengontrol proses kognitif agar pergerakan yang tepat dapat
Korteks motorik mengarahkan neuron motorik spinal untuk mengontrol anggota gerak, tangan,
kaki, dan pergerakan jari dan untuk menyesuaikan neuron motorik nervus kranialis untuk
mengontrol pergerakan fasial. Serta mengarahkan struktur motorik lainnya seperti ganglia
basalis dan nukleus. Area premotor dapat mempengaruhi pergerakan secara langsung melalui
proyeksi kortikospinal atau secara tidak langsung melalui proyeksi ke korteks motorik. Daerah
premotorik juga melalui proyeksi dari area parietal posterior, PE dan PF. Maka, daerah
Lapangan pandang mata (area 8 dan 8A) menerima proyeksi dari daerah yang mengontrol
pergerakan mata dan mengirim proyeksi ke daerah ini. maka, daerah ini menerima input visual
dari daerah parietal posterior PG dan kolikulus superior. Semua area premotor menerima
proyeksi dari korteks prefrontal dorsolateral, sehingga mengakibatkan daerah prefrontal ini
Lobus frontal adalah satu-satunya area anatomis dengan informasi yang memadai untuk
membentuk pandangan global seseorang, lingkungan dan sejarah dari satu individu. Bagian ini
ditentukan untuk menunda respon tindakan dan membentuk sebuah respon berdasarkan kajian
dari masa lalu dan tujuan dari dari respon tersebut. Bagian dorsolateral korteks prefrontal juga
memiliki koneksi aferen yang luas, memiliki hubungan timbal balik yang luas dengan beberapa
Sebagai tambahan bagian ini memiliki gambaran luas di kepala pada nucleus kaudatus,
hubungan pertama dari sirkuit dorsolateral prefrontal-subkortikal yang terdiri dari konveksitas
frontal, nucleus kaudatus, globus pallidus dan substansia nigra dan nucleus dorsomedial dari
thalamus. Korteks orbitofrontal menerima proyeksi dari lobus temporal melalui fasciculus
Lobus frontalis merupakan lobus terbesar dari otak kita yang berhubungan dengan
aspek tingkah laku. Sindroma lobus frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan
personality yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat
menyebabkan sindroma ini diantaranya adalah cedera kepala, sindroma vascular, tumor,
yang timbul amat beragam namun berinti pada ketidakmampuan untuk mengatur perilaku.1,3
berpengaruh dalam mewujudkan kepribadian dan adaptasi sosial . Suatu trauma kepala
sering kali menimbulkan sindroma lobus frontalis dan memberikan manifestasi klinis yang
bermacam macam sehingga sulit untuk membuat diagnosa klinis .1,3 Gejala yang ditimbulkan
sering dikacaukan dengan gejala psikiatrik . Pasien dengan lesi lobus frontal yang timbul
perlahan lahan sering menimbulkan gejala yang samar diperlukan pemahaman tentang
fungsi lobus frontalis dan sindroma yang terjadi untuk mengevaluasi suatu keadaan sindroma
lobus frontalis, karena gangguan status mental berupa gangguan memori, gangguan atensi,
perubahan tingkah laku, gangguan fungsi control dan eksekusi , merupakan gejala yang penting
Sindroma lobus frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan personality
yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat menyebabkan sindroma
ini diantaranya adalah cedera kepala, sindroma vascular, tumor, dementia frontotemporal, dan
Setiap bagian lobus frontalis dibagi menjadi 3 daerah, yaitu kortek motor primer , kortek
ini akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan . Kortek premotor
berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk integrasi dan program program
gerakan yang berurutan . Kortek pre frontal dibagi menjadi 3 regio yaitu , region orbito-frontal
Terdapat lima sirkuit yang diketahui , yaitu : sirkuit motorik pada area motorik, sirkuit
okulomotor pada lapangan penglihatan frontal, dan tiga sirkuit pada daerah kortek pre frontal
; yaitu sirkuit dorsolateral pre frontal, sirkuit orbitofrontal pre frontal, serta cingulatum
anterior. Setiap sirkuit mempunyai serabut proyeksi ke struktur striata ( nucleus caudatus,
putamen, dan striatum anterior ) , dan dari striata berhubungan ke globus pallidus dan
dan anteroventral → regio dorsolateral pre frontal . Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan
program gerakan motor, gangguan kelancaran verbal dan non verbal , gangguan untuk
menyusun kembali bentukyang kompleks . Sirkuit ini menerima inpuls dari serabut afferent
area prefrontal 4,6 dan area parietal 7a yang berperan dalam proses penglihatan. Serabut aferen
dari sistim limbic diterima melalui proyeksi dopamine dari substansia nigra.3
→kortek orbitolateral . Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan gangguan disinhibisi , berupa
gangguan perilaku berupa mudah , emosi yang labil dan obsesif kompulsif . Sirkuit
ini menerima serabut aferen dari area temporal 22 dan orbito frontal 12 yang terdiri dari bagian
anterior . Kerusakan pada sirkuit ini ditandai dengan apati, penurunan kemauan dan tidak
adanya emosi . Sirkuit ini menerima serabut afferent hipokampus , area enttorhinal 28 dan area
perirhinal 35.1
Berdasarkan patofisologi kerusakan yang terjadi pada lobus frontalis di atas di dapati
gejala-gejala yang muncul secara motoric maupun perubahan perilaku akibat kerusakan lobus
a) Fine movements, speed and strength - Kerusakan pada korteks motorik primer biasanya
baik, disebabkan oleh adanya kehilangan proyeksi langsung dari kortikospinal ke motor
neuron.
gerakan-gerakan lengan dan wajah. Kerusakan pada kedua bagian lobus frontal, yaitu
bagian kiri dan kanan menyebabkan adanya gangguan dalam menganalisis gerakan-
gerakan wajah, karena lobus frontal juga berpengaruh terhadap pengendalian gerakan-
gerakan wajah.
c) Voluntary Gaze - Kesulitan pasien dengan luka frontal dijumpai dalam tugas visual dan
dari kontrol okulomotoris. Studi oleh Guitton dan rekan memiliki efek lokal di bidang
frontal, tetapi kemungkinan bahwa defisit paling parah dalam melaksanakan tugas-
d) Corollary Discharge - Teuber mengusulkan bahwa harus ada sinyal atau tanda, untuk
menghasilkan gerakan dan juga sinyal yang menandakan bahwa suatu gerakan akan
terjadi. Teuber berpendapat bahwa gerakan yang sengaja dilakukan melibatkan dua set
sinyal lebih dari satu. Ada perintah gerakan, melalui sistem motorik untuk efek gerakan,
dan ada corollary discharge dari asosiasi korteks lobus frontal parietal dan temporal
yang mengatur system sensori untuk mengantisipasi tindakan motorik. Jadi, sistem
e) Speech - Ada dua area berbicara di lobus frontal: Area Broca, yang dia anggap sebagai
perpanjangan dari area lateral premotor dan area pelengkap berbicara,seperti yang telah
dibahas diatas. Sebaliknya, area berbicara tambahan diperlukan untuk mengambil kata-
kata tanpa isyarat eksternal, yang juga konsistent dengan fungsi umum area motorik
tambahan.8
2. Loss of different thinking: Salah satu akibat dari luka yang ada pada lobus frontal adalah
masalah.8
3. Lemahnya Respon terhadap Hambatan dan Tingkah laku yang tidak fleksibel. - Sifat
yang paling umum yang dapat diamati dari seorang pasien lobus forntal adalah mereka
memiliki kesulitan dalam menggunakn informasi (umpan balik) dari isyarat yang ada di
respon setelah penghentian stimulus asli dalam respon pada berbagai situasi tes, khusunya
5. Risk Taking and Rule Baking : Lobus frontal pasien dibedakan dari pasien lainnya dari
kegagalan mereka untuk mematuhi instruksi tugas. Subjek dengan luka pada lobus frontal
cenderung mengabaikan sinyal, sehingga terus jalan pada jalan yang salah dan membuat
6. Associative Learning : Banyak yang mengklaim bahwa pasien dengan luka besar pada
lobus frontal tidak bisa meregulasi perilaku mereka dalam merespon internal stimuli.8
menunjukkan pentingnya peran frontal cortex dalam beberapa jenis dari proses
memori jangka pendek, dan beberapa bagian dari korteks prefrontal berhubungan
penelitian tentang memori mengenai urutan hal-hal yang sudah terjadi, atau biasa
penting untuk recency memori nonverbal atau bergambar, sedangkan lobus frontal
membutuhkan tanggapan yang fleksibel yang sangat tergantung pada isyarat yang
kontekstual, karena itu luka pada lobus frontal akan mengganggu kedua perilaku
tersebut. Dari observasi pada beberapa pasien, ada dua perubahan kepribadian,
penurunan minat seksual, sedikit emosi berlebihan, dan sedikit atau tidak ada sama
sekali verbal output. Penderita pseudopsychopathy menunjukan perilaku yang
kekanakan, kurangnya taktis dan pengendalian, bahasa kasar, perilaku seksual yang
Lobus frontalis merupakan lobus terbesar dari otak kita yang berhubungan dengan
aspek tingkah laku. Sindroma lobus frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan
personality yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan .. Manifestasi klinis yang timbul
berpengaruh dalam mewujudkan kepribadian dan adaptasi sosial. Suatu trauma kepala
sering kali menimbulkan sindroma lobus frontalis dan memberikan manifestasi klinis yang
bermacam macam sehingga sulit untuk membuat diagnosa klinis. Gejala yang ditimbulkan
Pasien dengan lesi lobus frontal yang timbul perlahan lahan sering menimbulkan gejala
yang samar diperlukan pemahaman tentang fungsi lobus frontalis dan sindroma yang terjadi
untuk mengevaluasi suatu keadaan sindroma lobus frontalis, karena gangguan status mental
berupa gangguan memori, gangguan atensi, perubahan tingkah laku, gangguan fungsi control
dan eksekusi , merupakan gejala yang penting pada lobus frontalis, selain gangguan akibat
1. Cummings JL, Miller BL . The human Frontal Lobe ; function and disorder 3rd ed.
B. related dementia .1st ed. United Kingdom : Martin Dunitz Press: 2003 p 217-20
6. Waxman SG. Correlative neuroanatomy.27 ed.New York: Lange Med. Publ: 2013 p
E. 195-200
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2011. H.119-22
8. Nuraini A, Ilmi P, Rininta DR, Megariana, Triasari et al. Lobus Frontalis. [Paper]. 2013
10. Parkin I, Logan B M, McCarthy M J. Core Anatomy Illustrated. Hodder Arnold; 2007.
H. 26-27.
11. Crossman A R, Neary D Neuroanatomy – Buku Ajar Ilustrasi Berwarna, 5th Edition.
12. Snell Klinik Ed.6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGG; 2009.
13. Neuropsychiatry and behavioural neuroscience. Ch.9 Frontal lobe dysfunction. P. 128-
45
14. Fuster MJ. Frontal lobe and cognitive development. Journal of Neurocytology ; 2002.
31: 373-85