PENDAHULUAN
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi
usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Gangguan pasase usus
dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus yang disebut ileus obstruktif atau oleh
gangguan peristaltik yang selanjutnya disebut sebagai ileus paralitik.1
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Usia : 57 tahun
Alamat : Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi
Suku : Jawa
Status : Menikah
Tanggal Masuk RS : 22-04-2019
Tanggal Diperiksa : 23-04-2019
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri perut sudah sejak 7 hari yang lalu
2
Alergi Obat (-)
Riwayat Sosial
Pasien merokok sejak usia 12 tahun dan baru berhenti setelah sakit
Pekerjan pasien adalah pensiunan pekerja lapangan bangunan
Riwayat pengobatan
Pasien berobat di puskesmas pagedangan diberikan obat sukralfat, domperidone.
Pemeriksaan Khusus
Kepala : Normocephale, rambut hitam
Mata : Pupil bulat isokor, sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-
Leher : Trakea ditengah, tidak terdapat pembesaran KGB
Telinga : Simetris kanan dan kiri, secret -/-
Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), secret -/-, napas cuping
hidung -/-
Mulut : sianosis (-), bibir kering
3
Thorax : Bj I/II reguler, gallop (-), murmur (-). Suara nafas
bronkovesikular +/+. Wheezing -/-, ronkhi -/-
Abdomen :
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada seluruh lapang abdomen saat kram
4
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan darah lengkap
5
Kesan : sesuai ileus obstruktif curiga ec tumor di rectosigmoid
6
V. RESUME
Pasien laki-laki usia 57 tahun dengan keluhan :
- Abdominal pain
- Darm contour (+), darm steifung (+)
- Flatus (+)
- Distensi (-)
- Konstipasi (+) BAB bisa dengan bantuan obat melalui anus
- Vomitus (+) warna coklat kehitaman
- Nausea (+)
VI. DIAGNOSIS
Ileus Obstruktif
7
Pemasangan DC
IVFD Asering 20 tpm
Injeksi Ketorolac 30 mg
Injeksi Ondansentron 4 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
DEFINISI
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus di mana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus, yaitu oleh
karena kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan.
Hambatan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di
bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi
distensi atau dilatasi usus. Dapat terjadi pada usus halus maupun usus besar.1
Pada ileus obstruksi dapat dibedakan lagi menjadi obstruksi sederhana dan obstruksi
strangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah terjepit sehingga terjadi iskemia
yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum
berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi
memperlihatkan kombinasi gejala obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya toksin
dan sepsis. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan
volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau
askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.1
ANATOMI
Usus Halus
9
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus
dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan
sebagai ligamentum suspensorium (penggantung).
Jejenum dan Ileum
Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima
terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri,
sedangkan ileum cenderung terletak di regio abdominalis bawah kanan. Jejunum
mulai pada junctura duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen
dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai
messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai
peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke
bawah dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio
sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-
cabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang
membentuk mesenterium.
Pada usus halus, arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di
bawah arteri seliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum
yang sebagian atas duodenum adalah arteri pancreaticoduodenalis superior, suatu
cabang arteri gastroduodenalis. Sedangkan bagian bawah duodenum diperdarahi
oleh arteri pancreaticoduodenalis inferior, suatu cabang arteri mesenterica superior.
Pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi jejenum dan ileum ini
beranastomosis satu sama lain untuk membentuk serangkaian arkade. Bagian ileum
yang terbawah juga diperdarahi oleh arteri ileocolica. Darah dikembalikan lewat
vena messenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena
porta.
Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari
pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk
jejenum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari
pleksus mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis merangasang aktivitas
sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan
usus. Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan
10
serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang
menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak
dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.
Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan limfe ke
atas melalui nodi limphatici pankreatikoduodenalis ke nodi limphatici
gastroduodenalis dan kemudian ke nodi limphatici soeliakus dan ke bawah melalui
nodi limphatici pankreatikoduodenalis ke nodi limphatici mesenterikus superior
sekitar pangkal arteri mesenterica superior.
Pembuluh limfe jejenum dan ileum berjalan melalui banyak nodi limphatici
mesenterikus dan akhirnya mencapai nodi limphatici mesenterikus superior, yang
terletak sekitar pangkal arteri mesenterikus superior.
Usus besar
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar
sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5
cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil. 3
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati
dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecal mengontrol
aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascendens,
transversum, descendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum
ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan.
Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli
dekstra (fleksura hepatik).
Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli
dekstra sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah
limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis)
untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas
panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke
bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu
dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis.
11
Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum,
meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Di sini rektum melanjutkan
diri sebagai anus dalam perineum.
Pada usus besar, arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian
kanan (sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon transversum)
dengan cabangnya yaitu a. ileokolika, a. kolika dekstra, a. kolika media, serta a.
pancreaticoduodenalis inferior dan arteria mesenterika inferior memperdarahi
bagian kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan
bagian proksimal rektum) melalui a. kolika sinistra, a. sigmoidalis, a. hemoroidalis
superior.
Pembuluh limfe sekum berjalan melewati banyak nodi limphatici mesenterikus
dan akhirnya mencapai nodi limphatici mesenterikus superior.
Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang
terletak di sepanjang perjalanan arteri vena kolika. Untuk kolon ascendens dan dua
pertiga dari kolon transversum cairan limfenya akan masuk ke nodi limphatici
mesenterikus superior, sedangkan yang berasal dari sepertiga distal kolon
transversum dan kolon descendens akan masuk ke nodi limphatici mesenterikus
inferior.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian
sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum, appendiks dan
kolon ascendens dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis nervus
vagus dari pleksus saraf mesenterikus superior. Pada kolon transversum dipersarafi
oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut
simpatis berjalan dari pleksus mesenterikus superior dan inferior. Serabut-serabut
nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal kolon transversum,
sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada
kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis dari pleksus saraf
mesenterikus inferior dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Perangsangan simpatis
menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter
rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek berlawanan.
12
Gambar 1.
Arteri mesenterika superior —
mempercabangkan arteri
pancreaticoduodenalis inferior, intestinalis,
ileocolica, colica dekstra.
Gambar 2.
Arteri mesenterika inferior —
mempercabangkan arteri colica
sinistra, sigmoidea, dan hemorrhoidalis
superior.
13
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung dilanjutkan di
dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Proses
pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border villi dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi. 3,5
Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu
segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi
dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi
optimal dan suplai kontinyu isi lambung.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri
dari 2 lapis yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang
terutama berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah
otot longitudinal. Bila bagian ini mengalami distensi oleh makanan, dinding usus
halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi ini melibatkan segmen usus
halus sekitar 1-4 cm. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi
mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian
seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya
semula. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan
14
enzim pencernaan dan mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan
selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmental berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang
merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses
kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan
sekitar 7 kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong
makanan menuju ke arah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, di mana
pada bagian proksimal lebih cepat daripada bagian distal. Gerakan peristaltik ini
sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar 3 sampai 5 cm.
Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak
dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui
dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh.
Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi. Absorbsi berbagai zat
berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif.
Fisiologi usus besar
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorbsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi
sampai defekasi berlangsung. 3
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500
ml/hari, semua kecuali 100-200 ml diabsorbsi, paling banyak di proksimal.
Kapasitas sekitar 5 l/hari.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,
meningkatkan absorbsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,
mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik,
meningkat oleh makanan dan kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang
kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik,
15
20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi
dengan defekasi.
Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi
intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri
membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna.
Normalnya 600 ml/hari.
ETIOLOGI
Tabel 1.
16
perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik,
dan dipastikan dengan pemeriksaan Rontgen denganpemberian enema barium.
4. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan
obstruksi melalui kompresi eksternal.
5. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan
cairan.
6. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
7. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut
selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
8. Volvulus merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal
dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus
agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan
mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus
obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
9. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia
Littre.
10. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
11. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
17
Hernia Oklusi mesentrial Volvulus
PATOFISIOLOGI
Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang
bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan atau
penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Sehingga terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada
bagian proksimal tempat penyumbatan yang menyebabkan pelebaran dinding usus
(distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intraluminal sehingga terjadi hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan
demikian akumulasi cairan dan gas semakin bertambah sehingga menyebabkan
distensi usus sebelah proksimal sumbatan. Selain hipersekresi meningkat,
kemampuan absorbsi usus pun menurun, sehingga terjadi kehilangan volume
sistemik yang besar dan progresif. Hal ini dapat menyebabkan tejadinya syok
hipovolemik. 6,7
Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat sebagai kompensasi
adanya sumbatan atau hambatan. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan
berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang.
Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan
vaskuler terutama stasis vena. Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi
bakteri ke pembuluh darah. Produksi toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi
bakteri menyebabkan timbulnya gejala sistemik. Efek lokal peregangan usus adalah
18
iskemik akibat nekrosis disertai absorbsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga
peritoneum dan sirkulasi sistemik. Hal ini biasanya terjadi pada obstruksi usus
dengan strangulasi. Bahaya umum dari keadaan ini adalah sepsis. 6,7
Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai
gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus
dan udara akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit.
Bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan bagian distalnya kolaps. Fungsi
sekresi dan absorbsi membran mukosa usus menurun dan dinding usus menjadi
edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus
menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa serta
meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan
kematian. 6,7
KLASIFIKASI
19
MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah,
perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya
terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka
gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi. 8
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa
mengalami diare. Kadang – kadang dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi
pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding
obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir
pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi.
Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah yang
terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning dan terlihat dini dalam perjalanan. Usus
didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi. Jika obstruksi di distal
di dalam usus halus atau kolon, maka muntah timbul lambat dan setelah muncul
distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai hasil pertumbuhan
bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnansi. 1
Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik
turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus
(jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konstan/menetap.
20
Gambar 5. Manifestasi klinis obstruksi usus halus
DIAGNOSIS
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit, salah satu yang hampir selalu harus ditegakkan
atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan atas
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi harus dilihat sebagai konfirmasi
dan bukan menunda mulainya terapi yang segera. Diagnosa ileus obstruksi diperoleh
dari: 4
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia. Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di
sekitar umbilikus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di
sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijauan dan
pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama. 1
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya
distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan
peristaltik usus yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual
dan muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik. 4
b. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing
logam bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa tenang. Tetapi setelah
beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka
aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah.
Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus
obstruksi strangulata. 4
c. Perkusi
Pada ileus obstruktif didapatkan timpani di seluruh lapang abdomen. 4
a. Palpasi
21
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau
nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal.
e. Rectal Toucher
Inspeksi
22
- Dapat ditemukan Darm Contour (gambaran usus) dan Darm Steifung (gambaran
gerakan usus)
- Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia
inkarserata
- Bila ada bekas luka operasi sebelumnya dapat dicurigai adanya adhesi
Auskultasi
Perkusi
23
Hipertimpani. Pada obstruksi usus dengan strangulasi dapat ditemukan ascites.
Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia. Dan pada obstruksi
usus dengan strangulasi dapat ditemukan ascites.
Pada obstruksi usus dengan strangulasi didapatkan adanya rasa nyeri abdomen yang
hebat dan bersifat menetap makin lama makin hebat, demam, takikardi, hipotensi dan
gejala dehidrasi yang berat. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak
distensi, didapatkan ascites dan peristaltik meningkat (bunyi Borborigmi). Pada tahap
lanjut di mana obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan melemah dan hilang. Adanya
feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya
keganasan danintususepsi. 6,10
DIAGNOSIS BANDING
Ileus paralitik
Merupakan suatu gawat abdomen berupa distensi abdomen karena usus tidak
berkontraksi akibat adanya gangguan motilitas di mana peristaltik usus dihambat
sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom
pergerakan usus. Manifestasi kliniknya berupa distensi perut, tidak dapat flatus maupun
defekasi dan dapat disertai muntah serta perut terasa kembung. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan distensi abdomen, bising usus menurun atau bahkan menghilang, tidak
terdapat nyeri tekan dan perkusi timpani di seluruh lapang abdomen. Pada pemeriksaan
radiologi, foto polos abdomen didapatkan gambaran dilatasi usus menyeluruh dari
gaster sampai rektum dan herring bone appearance (gambaran tulang ikan).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
24
metabolik. Leukos it normal atau sediki t meningkat , j ika sudah t inggi kemungkinan
sudah ter jadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit. 4,5,6
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid
level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.
Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran
haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon
yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding
abdomen. 4,5,6
Gambaran Radiologi
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara
lain :
25
o Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen
o Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus
paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh
dari gaster sampai rectum.
Gambar 2. Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance4
26
KOMPLIKASI
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir
dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat
peritonitis generalisata. 7,8
TATALAKSANA
Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
a) Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai
pencapaian tingkat normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau
dengan mengamati pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena
sentral dan pemeriksaan laboratorium berurutan.
b) Dekompresi traktus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen
dengan tujuan untuk dekompresi lambung sehingga memperkecil kesempatan
aspirasi isi usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran
pencernaan, sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan
peningkatan tekanan intalumen.
c) Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparatomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparatomi.
Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka
tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus. 9
27
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
inkarserata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan.
b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intraluminal, Crohn disease,
dan sebagainya.
c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
Post-operatif
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit.
Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang
cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
PROGNOSIS
Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30 %.
Perforasi sekum merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat dihindarkan. 11
28
BAB IV
KESIMPULAN
Ileus obstruktif adalah terjadinya kerusakan atau hilangnya pasase usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik, yaitu oleh karena obstruksi dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan pada usus halus maupun usus besar.
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah,
perut distensi dan tidak bisa buang air besar serta flatus. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Pada
pemeriksaan abdomen yang terlihat adalah abdomen yang distensi, terdapat Darm
Contour dan Darm Steifung, pada auskultasi terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan
Borborygmi (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) atau metallic
sound. Pada fase lanjut, bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang. Pada foto
posisi tegak akan didapatkan bayangan air fluid level yang banyak di beberapa tempat
yang tampak terdistribusi dalam susunan tangga (step ladder appearance), juga terlihat
gambaran distensi. Dasar pengobatan ileus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi traktus
gastrointestinal, mengatasi peritonitis dan syok bila ada serta menghilangkan obstruksi
untuk memeperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal dengan cara
operasi. Prognosis baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan segera.
29
DAFTAR PUSTAKA
9. Anonym. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah. Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Soetomo. Surabaya, 1994.
10. Evers BM. Small intestine. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mttox
KL,editors. Sabiston textbook of surgery. The biological basis of modern surgical
practice. 17th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004. p. 1323-42.
11. Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Hambatan Pasase Usus. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. p. 841-5.
30
31