Anda di halaman 1dari 24

Makassar, 12 Juli 2016

LAPORAN PBL BLOK NEUROPSIKIATRI


MODUL LEMAH SEPARUH BADAN
SKENARIO A

Pembimbing : dr. YANI SODIQAH


Disusun Oleh :
Kelompok 13
ANDI TITIN SUHARTINA
FAJRIATI SAMSI A. TADDA
EKA ZURIATY RAHMA PUTERI MADJID
DEWINSYA MEDISUJIANNISA MS. IDRIS
TIARA INTAN RAHMAWATI
FIRA PERMATA RUSMAN
ANDI NUR CHAMIDAH WULANDARI
AHMAD RIVAI
ST. AISYAH MUFTIHATURRAHMAH
DEWI ARINASARI
IRNA NOVIANTI IRWAN

11020140050
11020140056
11020140060
11020140065
11020140088
11020140110
11020140100
11020140127
11020140027
11020140160
11020140109

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
A. SKENARIO

Seorang perempuan 55 tahun mengalami hemiparese kiri tiba-tiba dan


mulut mencong ke kanan sejak dua hari yang lalu, disertai nyeri kepala
dan muntah. Beberapa saat setelah mengalami lemah separuh badan,
penderita sulit diajak komunikasi dan kelihatan mengantuk.
B. KATA SULIT
Hemiparese :
Kelemahan
pada
salah
Mencong
: Mulut tertarik ke sisi yang sehat.

satu

sisi

tubuh.

C. KATA KUNCI
1. Perempuan 55 tahun
2. Hemiparese kiri tiba-tiba
3. Mulut mencong ke kiri sejak 2 hari lalu
4. Nyeri kepala dan muntah
5. Sulit diajak komunikasi dan mengantuk
D. PERTANYAAN
1. Bagaimana neuroanatomi sistem motorik?
2. Bagaimana neuroisiologi sistem motorik?
3. Jelaskan definisi hemiparese serta penyebabkan hemiparesis kiri?
4. Bagaimana patomekanisme gejala :
a. Mulut mencong
b. Nyeri kepala
c. Muntah
d. Kesadaran Menurun, mengantuk, sulit diajak komunikasi
5. Apa diagnosis dari skenario?
6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis yang harus dilakukan!

E. JAWABAN
1. Bagaimana Neuroanatomi sistem motorik?
Jawab:
Korteks motorik primer merupakan sekumpulan jaringan
kortikal yang terletak di sisi yang berlawanan dengan sulcus centralis
dari korteks somatosensorik primer dan meluas ke atas dan melewati
tepi superomedial hemisfer cerebri menuju permukaan medialnya.
Area yang mempresentasikan tenggorokan dan laring terletak pada
ujung inferior korteks motorik primer, di bagian atasnya secara
berkesinambungan adalah area yang mempresentasikan wajah,
ekstremitas atas, badan, dan ekstremitas bawah. Struktur ini
merupakan homunculus motorik terbalik yang bersesuaian dengan
homunculus somatosensorik.1

Gambar 1.1. Area motorik


primer Precentralis (Area 4),
korteks premotor (Area 6),
dan lapang mata prefrontal
(Area 8)

Neuron-neuron motorik yang terletak di columnae grisea


anterior medulla spinalis mengirimkan akson-akson untuk
mempersarafi otot skelet melalui radicis anterior nervi spinalis.
Neuron ini biasa disebut lower motor neuron dan merupakan final
common pathway menuju otot-otot. Lower motor neuron
menerima impuls-impuls saraf secara terus-menerus yang turun
dari medulla spinalis, pons, mesencephalon, dan cortex cerebri,
seperti impuls yang masuk pada serabut sensorik dari radicis
posterior. Serabut-serabut saraf yang turun di dalam substantia alba
dari berbagai pusat saraf supraspinalis dipisahkan dalam berkasberkas saraf yang disebut traktus-traktus descendens.
Tractus Corticospinalis, Tractus Reticulospinalis, Tractus
Tectospinalis, Tractus Rubrospinalis, Traktus Vestibulospinalis, dan
Tractus Olivospinalis merupakan bagian-bagian dari Traktus
Descendens. Tractus corticospinalis merupakan jaras yang
berkaitan dengan gerakan-gerakan volunteer, tertentu, dan terlatih,
terutama pada bagian distal ekstremitas. Tractus reticulospinalis
dapat menfasilitasi atau menghambat gerakan-gerakan volunteer
atau aktivitas refleks. Tractus tectospinalis berkaitan dengan
gerakan-gerakan reflex postural sebagai jawaban terhadap stimulus
visual (Refleks dilatasi pupil). Tractus rubrospinalis bekerja pada
neuron motorik alfa maupun gamma di columna griseae anterior
dan memacu aktivitas otot-otot fleksor dan menghambat aktivitas
otot-otot ekstensor atau antigravitasi. Tractus vestibulospinalis
bekerja pada neuron-neuron motorik di columnae griseae anterior,

maka menfasilitasi aktivitas otot-otot ekstensor, menghambat


aktivitas otot-otot fleksor, dan mengurus aktivitas postural yang
berkaitan dengan keseimbangan. Tractus olivospinalis mungkin
berperan pada aktivitas otot, namun masih diragukan
keberadaanya.

Gambar 1.2. Traktus descendens motorik


Serabut tractus corticospinalis muncul sebagai akson sel-sel
pyramid yang terletak di lapisan kelima korteks cerebri. Sekitar
sepertiga serabut ini berasal dari korteks motorik primer (Area 4),
sepertiga pada korteks motorik sekunder (Area 6), dan sepertiga
dari lobus parietalis (Area 3,1, dan 2). Jadi dua pertiga serabut
tractus corticospinal berasal dari gyrus precentralis dan sepertiga
dari gyrus postcentalis.
Serabut-serabut descendens mengumpul di corona radiate
kemudian berjalan melalui crus posterior capsulae internae. Di sini,
serabut-serabut ditata sedemikian rupa sehingga yang terletak
paling dekat dengan genu yang mengurus bagian cervical tubuh,
sedangkan yang terletak lebih ke posterior mengontrol extremitas
inferior. Selanjutnya, traktus melanjutkan perjalanan melalui tigaperlima medial basis pedunculi mesencephali. Di sini, serabut yang
mengurus bagian cervical tubuh terletak di sebelah medial,
sedangkan yang mengendalikan tungkai terletak di sebelah lateral.

Saat memasuki pons, traktus dibagi menjadi banyak berkas


oleh fibrae pontocerebellares transversae. Di dalam medulla
oblongata, berkas-berkas membentuk kelompok di sepanjang
pinggir anterior dan membentuk benjolan yang disebut pyramis
(Tractus Piramidalis). Pada pertemuan antara medulla oblongata
dengan medulla spinalis, hampir semua serabut menyilang garis
tengah pada decussatio pyramidum dan masuk ke columna alba
lateralis medulla spinalis untuk membentuk tractus corticospinalis
lateralis. Sisa serabutnya tidak menyilang di decussatio
pyramidum, tetapi berjalan turun di dalam columna alba anterior
medulla spinalis disebut sebagai tractus corticospinalis anterior.
Serabut-serabut ini akhirnya menyilang garis tengah dan berakhir
pada columna grisea anterior medulla spinalis region cervicalis dan
thoracica superior.
Tractus Corticospinalis lateralis berjalan turun di sepanjang
medulla spinalis, serabut-serabut berakhir di columna grisea
anterior semua segmen medulla spinalis. Sebagian besar tractus
corticospinalis bersinaps dengan neuron penghubung, kemudian
bersinaps dengan neuron motorik alfa dan beberapa dengan neuron
motorik gamma. Hanya serabut corticospinalis yang paling besar
yang langsung bersinaps dengan neuron-neuron motorik.2

Gambar 1.3. Tractus Corticospinalis

Gambar 1.4 Perjalanan Traktus Cortikospinalis

2. Bagaimana neurofisiologi sistem motorik?


Jawab:
upper motor neuron : dari kortek serebri ke batang otak dan

medulla spinalis
lower motor neuron : dari batang otak dan medulla spinalis ke

otot
system ekstra piramidalis
terdiri dari sejumlah sel pada kortek serebri ,ganglia
basalis dan banyak nucleus kecil dalam hemisfer serebri
,batang otak dan serebllum dan serat yang menghubung
sel ini satu sama lainnya dengan sel motorik batang otak
dan medulla spinalis.

berfungsi : mengontrol gerakan kasar , gerakan asosiasi


( mengayun lengan saat berjalan ) ,penyesuaian postural
dan tonus otot.

Hipotalamus
Adalah daerah sentral sel sel saraf kecil tepat dibawah
thalamus .hipotalus berhubungan dengan thalamus ,dengan
ujung atas system saraf autonom dan dengan kelenjar
hipofisis

yang

berada

dibawahnya

dan

dengan

infundibulum.
Berfungsi : mengontrol jam biologis yang mengatur
aktifitas 24 jam ( makan , tidur , istirahat , sekresi
hormone , nafsu keseimbangan cairan dan emosional ).8

Saraf kranialis

Urutan

Nama saraf

Sifat saraf

Fungsi saraf

N olfaktorius

Sensorik

Penciuman

II

N optikus

Sensorik

Penglihatan

III

N okuromotorius

Motorik

Penggerak bola mata

IV

N trokclearis

Motorik

Memutarbola mata

N trigeminus

motorik /Sensorik

Kelopak mata,
rahang atas, platum,
hidung, rahang

bawah dan lidah


VI

N abdusen

VII

N fasialis

Motorik

Penggerak bola mata

motorik /Sensorik Otot lidah dan rongga


mulut

VIII

N auditorius

Sensorik

Pendengaran

IX

N glosofaringeus

motorik /Sensorik

Faring, tonsil, lidah

N vagus

motorik /Sensorik

Faring, laring, paru


dan esophagus

XI

N aksesoris

Motorik

Leher dan otot leher

XII

N hipoglosus

Motorik

Lidah dan otot lidah

Nervus spinalis
Terdiri dari 31 pasang yaitu : servikal 8 ( C 1-8 ), torasikus
12 ( T 1-12 ), lumbalis 5 ( L 1-5 ), sakralis 5( S 1-5 ),
cogsigeuz 1 ( Co1).
Setiap saraf di bentuk oleh gabungan dari sebuah radik
anterior ( motorik ) dan sebuah radik posterior dari setiap
segmen medulla spinalis.

Refleks tendon
Merupakan kontraksi otot yang dihasilkan akibat adanya
respon karma adanya ketegangan otot
Pada pemeriksaan klinis yang diuji adalah kepala, lengan,
tungkai
Refleks tersebut bergantung pada adanya lengkung refleks
yang dibentuk : organ sensorik yang menyalurkan implus
dn serat motorik yang menyalurkan implus menuju otot

Reflek superfisialis
Merupakan reaksi otot terhadap sentuhan atau goresan
pada kulit dan membrane mukosa.
Bergantung pada keutuhan inervasi sensorik dan motorik
pada jaringan yang terlibat
Uji pemeriksaan yang dilakukan adalah : konjutifa ,
faring , abdominal , kremaster , plantar.9

3. Jelaskan definisi hemiparese serta penyebabkan hemiparesis kiri?


Jawab:
Hemiparese adalah adalah kelumpuhan pada satu sisi tubuh
yang biasanya disebabkan oleh lesi vaskular unilateral di kapsula
interna atau korteks motorik.
Penyebab hemiparese, yakni:
a. Infeksi

Abses otak (atau abses serebri) adalah abses yang


disebabkan oleh peradangan dan pengumpulan bahan yang
terinfeksi, yang berasal dari sumber infeksi, baik lokal (infeksi
telinga, abses gigi) atau remote (paru-paru, jantung, ginjal, dll)
yang terjadi pada jaringan otak. Infeksi juga dapat terjadi akibat
patah tulang tengkorak setelah trauma kepala atau prosedur
bedah.7
b. Tumor
Meningioma adalah tumor yang timbul dari menings, yaitu
lapisan membrane yang mengelilingi sistem dari sel arachnoid
pada vili arachnoid dalam menings. Merupakan tumor jinak,
namun terdapat sebagian kecil yang ganas.
Sebagian besar meningioma tidak memberikan gejala, dan
tidak memperlukan pengobatan selain pengamatan Periodik.7
c. Trauma
Pendarahan epidural terjadi diantara duramater dan tulang
tengkorak. Pendarahan ini terjadi karena robeknya salah satu
cabang arteri meringea media, robeknya sinus venosus duramater
atau robeknya arteri diploica. Robekan ini sering terjadi akibat
adanya fraktur tulang tengkorak. Gejala yang dapat dijumpai
adalah adanya suatu lucid interval (massa sadar setelah pingsan
sehingga kesadaran menurun lagi), terisi yang semakin bertambah
tinggi, nadi yang semaki bertambah lambat, hemiparesis, dan
terjadi anisokor pupil.7
d. Vaskular
Stroke, kadang-kadang disebut sebagai Cerebrovaskular
Accidant (CVA), Cerebrovaskular Insult (CVI), yaitu hilangnya
fungsi otak karena terganggunya suplai darah ke otak. Gangguan
ini disebabkan baik iskemia (kurangnya aliran darah) atau
pendarahan. Akibatnya, daerah yang terkena otak tidak bisa
berfungsi secara normal, yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk bergerak satu atau lebih anggota badan pada satu sisi tubuh,

kegagalan untuk memahami atau berbicara atau gangguan


penglihatan dari satu sisi lapang pandang.7
4. Bagaimana patomekanisme gejala?
Jawab:
a. Mulut Mencong
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi.
Karena itu, terdapat perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII
jenis sentral dan perifer. Pada gangguan sentral, sekitar mata dan
dahi yang mendapat persarafan dari 2 sisi, tidak lumpuh ; yang
lumpuh ialah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan N VII jenis
perifer ( gangguan berada di inti atau diserabut saraf) maka semua
otot sesisi wajah lumpuh dan mugkin jugatermasuk cabang saraf
yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan
bersama saraf fasialis. Bagian inti motorik yang mengurus wajah
bagian

bawah

mendapat

persarafan

dari

korteks

motorik

kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah bagian atas


mendapat persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral).
Karena kerusakan sesisi pada upper motor neuron dari nervus VII
akan mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian
bawah. Sedangkan bagian atasnya tidak.10

Gambar 4.1. Patomekanisme mulut mencong


Pada lesi lower motor neuron, semua gerakan otot ajah,
baik yang volunteer, maupun yang involunter, lumpuh. Lesi
supranuklear nervus VII sering merupakan bagian dari hemiplagia.
Hal ini dapat dijumpai pada strok
mengenai

korteks

motorik,

dan

lesi-butuh-ruang

yang

kapsula interna, thalamus,

mesensefalon dan pons di atas inti nervus VII. Dalam hal demikian
pengecapan dan salvias tidak terganggu. Kelumpuhan nervus VII
supranuklear pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis
Pseudobulber Sehingga lesi dibagi menjadi 2 :
Kelumpuhan wajah di sentral (dinamai pula kelumpuhan
wajah bagian bawah) disebabkan oleh lesi supranuklear ( lesi
serabut kortikonuklear, misalnya, akibat infark capsula interna).
Berbeda dengan lesi infranuklear dan akibat persarafan bilateral
terhadap otot-otot mimic di mata dan dahi, hanya bagian bawah
dan kontralateral wajah yang memperlihatkan defek motorik.
Lesi infranuklear (inferior nuclei facialis), misalnya
disebabkan oleh tumor paratiroid ganas, menyebabkan paralisis

semua cabang motorik N Facialis [VII] disisi yang terkena


gangguan (kelumpuhan wajah perifer).11
b. Nyeri Kepala
Dalam keadaan normal tekanan intrakranial dipengaruhi
oleh aktivitas sahari-hari dan dapat meningkat sementara waktu
sampai tingkat yang jauh lebih tinggi dari normal. Beberapa
aktivitas tersebut diantaranya adalah pernafasan abdominal dalam,
batuk dan mengejan. Kenaikan sementara intrakranial adalah suatu
ruangan kaku yang terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya dengan
unsur yang tidak dapat ditekan : Otak (1400 g), LCS (75ml), dan
darah (75ml). Peningkatan volume dari salah satu ketiga unsur
utama ini mengakibatkan desakan ruang yang ditempati oleh unsur
lainnya dan menaikkan tekanan intrakranial. 3
Kompensasi intrakranial ini terbatas, tetapi terhentinya
fungsi neural ini dapat menjadi parah apabila mekanisme ini gagal.
Kompensasi terdiri dari meningkatnya aliran CSF ke dalam canalis
spinalis dan adaptasi otak terhadap peningkatan tekanan tanpa
peningkatan TIK. Mekanisme kompensasi yang berpotensi
mengakibatkan kematian adalah penurunan aliran darah ke otak
dan pergeseran otak ke arah bawah atau horizontal (herniasi) bila
TIK meningkat. Dua mekanisme terakhir dapat berakibat langsung
pada fungsi saraf. Apabila peningkatan TIK berat dan menetap,
mekanisme kompensasi tidak efektif dan peningkatan tekanan
dapat menyebabkan kematian neuronal. 3
Sedangkan untuk mekanisme nyeri kepala pada pasien ini
disebabkan oleh dua hal utama yakni pecahnya pembuluh darah
dan penekanan serebrum pada menings. Kedua hal ini dapat
menyebabkan nyeri, sebab pada pembuluh darah dan menings
terdapat reseptor-reseptor nyeri. Yang apabila terjadi pergeseran
ataupun robekan dan menyebabkan nyeri. Pada pasien dengan
stroke, kedua mekanisme ini bekerja secara stimulan. Robekan
pada pembuluh darah dapat menyebabkan darah merembes dan

tumpukan rembesan darah ini kemudian menekanparenkim otak ke


arah menings. Penekanan pada parenkim otak juga dapat menekan
pusat muntah pada batang otak serta pusat kesadaran pada korteks
serebri. 3
c. Muntah
Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperntarai
oleh pusat muntah di medula oblongata. Impuls-impuls aferen
berjalan ke pusat muntah sebagai aeren vagus dan simpatis.
Impuls-impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan
muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi,
atau kadang-kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi
oleh emetik (bahan yang menyebabkan muntah). 4
Hipoksia dan nyeri juga dapat merangsang muntah melalui
pengaktifan pusat muntah. Muntah juga dapat terjadi perangsangan
lansung bagian-bagian otak yang terletak dekat dengan pusat
muntah di otak. Obat-obat tertentu mencetuskan muntah dengan
mengaktifkan pusat ini, yang disebut chemoreceptpr trigger zone,
yang terletak di dasar ventrikel keempat. Muntah yang timbul
akibat perubahan gerak yang cepat diperkirakan berlangsung
melalui triger zone ini. Pengaktifan chemoreceptor trigger zone
dapat secara langsung mencetuskan muntah, atau secara tidak
langsung melalui pengaktian pusat muntah. Input dari pusat-pusat
otak yang lebih tinggi di korteks dan peningkatan tekanan
intrakranial juga dapat merangsang muntah,mungkin dengan secara
langsung merangsang pusat muntah.muntah proyektil terjadi
apabila pusat muntah dirangsang secara langsung dan sering oleh
peningkatan TIK. Apabila refleks muntah telah diawali di pusat. 4
d. Kesadaran Menurun, mengantuk, sulit diajak komunikasi
Mengantuk dan sulit diajak komunikasi

Pecahnya pembuluh darah dan penekanan serebrum pada


menings, kedua hal ini dapat menyebabkan nyeri, sebab pada
pembuluhdarah dan meanings terdapat reseptor nyeri , yang
apabila terjadi pergeseran ataupun robekan dan menyebabkan
nyeri. Pada pasien dengan gejala stroke, kedua mekanisme ini
bekerja secara simultan.
Sobekan pada pembuluh darah menyebabkan darah
merembes dan tumpukan rembesan darah ini kemudian menekan
parenkim otak kearah menings. Karena gejala inilah maka pasien
menunjukkan gejala-gejala hemiparesis yang menunujukkan
kesadaran menurun sehingga sulit diajak komunikasi dan selalu
kelihatan mengantuk. 5,6

Patomekanisme kesadaran menurun:


Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat.
Untuk mempertahankan fungsi kesadaran yang baik, perlu suatu
interaksi yang konstan dan efektif antara hemisfer serebri yang
intak dan formasio retikularis di batang otak. Gangguan pada
hemisfer serebri atau formasioretikularis dapat menimbulkan
gangguan kesadaran. Bergantung pada beratnya kerusakan
gangguan kesadaran dapat berupa apatis, delirium, somnolen,
sopor atau koma. Lintasan asendens dalam susunan saraf pusat
yang menyalurkan impuls sensorik protopatik, propioseptik dan
perasa pancaindra dari perifer ke daerah korteks perseptif
primer disebut lintasan asendens spesifik atau lintasan asendens
lemniskal. Ada pula lintasan asendens aspesifik yakni formasio
retikularis

di

sepanjang

batang

otak

yangmenerima

dan

menyalurkan impuls dari lintasan spesifik melalui koleteral ke


pusat kesadaran pada batangotak bagian atas serta meneruskannya
ke nukleus intralaminaris talami yang selanjutnya disebarkan
difus keseluruh permukaan otak . 5,6

Pada manusia pusat kesadaran

terdapat

di daerah pons

formasio retikularis daerah mesensefalondan diensefalon. Lintasan


aspesifik ini disebut diffuseascending reticular activating system
(ARAS). Melalui lintasan aspesifik ini, suatu impuls dari perifer
akan menimbulkan rangsangan pada seluruh permukaan korteks
serebri. Dengan adanya 2 sistem lintasan tersebut terdapatlah
penghantaran asendens yang pada pokok-nya berbeda. Lintasan
spesifik menghantarkan impuls dari satu titik pada alatreseptor ke
satu titik pada korteks perseptif primer. Sebaliknya lintasan
asendens aspesifik menghantarkan setiap impuls dari titik manapun
pada tubuh ke seluruh korteks serebri. Neuron-neuron di korteks
serebri yang digalakkan oleh impuls asendens aspesifik itu
dinamakan neuron pengemban kewaspadaan, sedangkan yang
berasal dari formasio retikularis dan nuklei intralaminaris talami
disebut neuron penggalak kewaspadaan. Gangguan pada kedua jenis
neuron tersebut oleh sebab apapun akan menimbulkan gangguan kesadaran. 5,6
5. Apa diagnosa dari skenario?
Jawab:
Definisi stroke
Stroke adalah hilangnya sebagian fungsi otak yang terjadi
secara mendadak atau tiba-tiba akibat dari sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah otak. Tanpa oksigen dan nutrisi penting yang dialirkan
bersama dengan darah, sel otak akan rusak atau mati dalam beberapa
menit. Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai
serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas,
invaliditas), utama pada kelompok usia diatas 45 tahun.
Klasifikasi Stroke
a. Stroke non hemoragik (cerebral infarction)
Klinis terdiri dari :
1. TIA (Transient Ischemic Attack)

2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)


3. Progressing stroke = stroke in evolusi
4. Complete stroke
Secara kausal terdiri dari:
1. Stroke trombotik
2. Stroke emboli/non trombotik.
b. Stroke hemoragik.
PSD (Perdarahan Sub Dural )
PSA (Perdarahan Sub Araknoid )
PIS (Perdarahan Intra Serebral )
Definisi stroke hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan
otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau
kedalam ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan
lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini
adalah jenis stroke yang paling mematikan dan merupakan sebagian kecil
dari stroke total yaitu 10-15% perdarahan intraserebrum dan sekitar 5%
untuk perdarahan subaraknoid. Stroke hemoragik merupakan 15% sampai
20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vascular intraserebrum
mengalami rupture sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi
vascular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah
aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV).
Klasifikasi stroke hemoragik
e. Perdarahan Sub Dural (PSD)
Perdarahan subdural terjadi diantara duramater dan araknoid.
Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging

veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus


venosus di dalam dura mater atau karena robeknya araknoid.
f.

Perdarahan Sub Araknoid (PSA)


Perdarahan Subaraknoid (PSA) adalah keadaan akut dimana
terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subaraknoid, atau
perdarahan yang terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih
di daerah kepala seperti di selaput otak atau bagian bawah otak.PSA
menduduki 7-15% dari seluruh kasus Gangguan Peredaran Darah
Otak (GPDO). PSA paling banyak disebabkan oleh pecahnya
aneurisma (50%).

g. Perdarahan Intra Serebral (PIS)


Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer
berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan
disebabkan oleh trauma, dimana 70% kasus PIS terjadi di kapsula
interna, 20% terjadi di fosa posterior (batang otak dan serebelum) dan
10% di hemisfer (di luar kapsula interna). PIS terutama disebabkan
oleh hipertensi (50-68%). Angka kematian untuk perdarahan
intraserebrum hipertensif sangat tinggi, mendekati 50%. Perdarahan
yang terjadi diruang supratentorium (diatas tentorium cerebeli)
memiliki prognosis yang baik apabila volume darah sedikit. Namun,
perdarahan kedalam ruang infratentorium didaerah pons atau
cerebellum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena cepatnya
timbul tekanan pada strukturstruktur vital dibatang otak.
Gejala stroke hemoragik
1. Perdarahan subdural
Gejala-gejala perdarahan sub dural adalah nyeri kepala
progresif, ketajaman penglihatan mundur akibat edema papil yang
terjadi, tanda-tanda defisiensi neorologik daerah otak yang tertekan.

2. Perdarahan Sub Araknoid


a. Gejala prodormal :
nyeri kepala hebat dan akut hanya 10%, 90% tanpa keluhan
sakit kepala.
b. Kesadaran sering terganggu, dari tidak sadar sebentar, sedikit
delirium sampai koma.
c. Fundus okuli : 10% penderita mengalami papil edema beberapa
jam setelah perdarahan.
d. Gangguan fungsi saraf otonom, mengakibatkan demam setelah
24 jam karena rangsangan meningeal, muntah, berkeringat,
menggigil, dan takikardi.
e.

Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hamtemesis


dan melena (stress ulcer), dan sering disertai peningkatan kadar
gula darah, glukosuria dan albuminuria.

3. Perdarahan Intra Serebral


Gejala prodormal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena
hipertensi. Serangan seringkali di siang hari, waktu bergiat atau emosi/
marah. Pada permulaan serangan sering disertai dengan mual, muntah
dan hemiparesis. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma
(65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 2 jam, dan 12%
terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari).
Letak Perdarahan Stroke Hemoragik
Hemisfer Serebri
Hemisfer serebri dibagi menjadi dua belahan, yaitu hemisfer
serebri sinistra (kiri) dan hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri
kiri mengendalikan kemampuan memahami dan mengendalikan bahasa
serta berkaitan dengan berpikir matematis atau logis, sedangkan
hemisfer serebri dextra berkaitan dengan ketrampilan, perasaan dan
kemampuan seni.

Ganglion Basalis
Fungsional peranan umum ganglion basal adalah untuk bekerja
sebagai stasiun-stasiun pemrosesan yang menghubungkan korteks
serebrum dengan nukleus-nukleus thalamus tertentu dan akhirnya
berproyeksi ke korteks serebrum. Kerusakan pada ganglion basalis akan
mengakibatkan penderita mengalami kesukaran untuk memulai gerak yang
diingini.
Batang Otak
Batang otak adalah bagian otak yang masih tersisa setelah hemisfer
serebri dan serebelum diangkat. Medula oblongota, pons dan otak tengah
merupakan bagian bawah atau bagian infratentorium batang otak.
Kerusakan pada batang otak akan mengakibatkan gangguan berupa nyeri,
suhu, rasa kecap, pendengaran, rasa raba, raba diskriminatif, dan apresiasi
bentuk, berat dan tekstur.
Serebelum
Serebelum terbagi menjadi tiga bagian, yaitu archiserebelum
berfungsi untuk mempertahankan agar seseorang berorientasi terhadap
ruangan. Kerusakan pada daerah ini akan mengakibatkan ataxia tubuh,
limbung dan terhuyung-huyung. Paleoserebelum, mengendalikan otot-otot
antigravitas dari tubuh, apabila mengalami kerusakan akan menyebabkan
peningkatan refleks regangan pada otot-otot penyokong. Neoserebelum,
berfungsi sebagai pengerem pada gerakan dibawah kemauan, terutama
yang memerlukan pengawasan dan penghentian, serta gerakan halus dari
tangan. Kerusakan pada neoserebelum akan mengakibatkan dysmetria,
intenton tremor dan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan
mengubah-ubah yang cepat.
Letak Kelumpuhan

Kelumpuhan Sebelah Kiri (Hemiparese Sinistra)


Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak (Hemispere kanan otak)
yang menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kiri. Pasien dengan
kelumpuhan sebelah kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi
visuomotor, kehilangan memori visual dan mengabaikan sisi kiri.
Penderita memberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada dalam
lapang pandang yang dapat dilihatnya.
Kelumpuhan Sebelah Kanan (Hemiparese Dextra)
Kerusakan pada sisi sebelah kiri otak (Hemispere Kiri Otak) yang
menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kanan. Penderita ini biasanya
mempunyai kekurangan dalam komunikasi verbal. Namun persepsi dan
memori visuomotornya sangat baik, sehingga dalam melatih perilaku
tertentu harus dengan cermat diperlihatkan tahap demi tahap secara visual.
Dalam komunikasi kita harus lebih banyak menggunakan body language
(bahasa tubuh).
Kelumpuhan Kedua Sisi (Paraparese)
Karena adanya sclerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat
terjadi pada dua sisi yang mengakibatkan kelumpuhan satu sisi dan diikuti
sisi lain. Timbul gangguan psedobulber (biasanya hanya pada vaskuler)
dengan tanda tanda hemiplegi dupleks, sukar menelan, sukar berbicara dan
juga mengakibatkan kedua kaki sulit untuk digerakkan dan mengalami
hiperaduksi.12
6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis yang harus dilakukan!
Jawab:
Langkah-Langkah Diagnosis

Anamnesis

Anamnesis dapat memberikan gejala dan tanda yang


sesuai

dengan daerah

fokal.

Pada anamnesis adanya deficit

neurologis yang terjadi secaratiba-tiba, saat


kesadaran

aktifitas/istirahat,

baik/tergnaggu, nyeri kepala/tidak, muntah/tidak,

riwayat hipertensi atau factor risiko stroke lainnya, lamanya


(onset), serangan pertama/berulang
2

Melakukan pemeriksaan fisik neurologic dan internis. Ada


deficitneurologis, hipertensi/ hipotensi/ normotensi, aritmia jantung

Pemeriksaan penunjang :
Siapapun yang dicurigai stroke harus pergi ke rumah sakit
segera. Melakukan scan otak (CT atau MRI scan) secepat mungkin
dan dalam waktu 24 jam untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke.
Scan otak harus dilakukan segera jika gejala seperti sakit kepala
parah atau tingkat kesadaran menurun. Scan otak juga akan
menampilkan

jenis

stroke,

apakah

itu

disebabkan

oleh

penyumbatan atau pendarahan. Dalam kasus SAH, pungsi lumbal


biasanya dilakukan serta scan otak. Ini adalah prosedur untuk
mengambil sampel cairan serebrospinal otak dan sumsum tulang
belakang. Ini akan menunjukkan jika ada darah yang mengalami
kebocoran ke dalam cairan ini. Angiogram juga biasanya dilakukan
untuk mencari pembuluh darah yang pecah. Sebuah tabung halus
disebut kateter dimasukkan ke dalam arteri dan disuntikkan ke
dalam darah. Kemudian digunakan Sinar-X untuk menemukan di
mana pendarahan terjadi.5

DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, M, dkk. 2007. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
2. Snell, S, Richard. Neuroanatomi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal 158 161
3. Hartwig, Mary. 2006. Penyakit Cerebrovaskular. Patofisiologi. Edisi keenam.
EGC
4. B. Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
5. Idharta,

Priguna. Anamnesa

Kasus

Kelumpuhan, TataPemeriksaan

Klinis dalam Neurologi Edisi Kelima. Dian Rakyat. 2005


6. Sidharta dan Marjono. Neurologi Dasar. Dian Rakyat: 2006.
7. Bachri, Mathias, Frotscher, Michael. 2012. Diagnosis Topik Neurologi.
Jakarta : EGC ed 4. Hal 55 56, 424-426.
8. Guyton, A. C & Hall, A. J. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke11. Jakarta : EGC.

9. Cahyani, Nani. 2004. Pengantar Motorik Somatik. Departemen Ilmu Faal.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Paulsen, F. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. Jilid 3. Jakarta :
EGC. Hal 310-311
11. Lumbantobing, S.M. Neurologi Klinik. Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta : FK UI. Hal 56-57.
12. Prof DR Mahar Mardjono & Prof DR Priguna Sidnarta. 2004. Neurologi
Klinis. Jakarta : Dian Rakyat. Hal 273 290.

Anda mungkin juga menyukai