Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 29 SEPTEMBER 2018


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

RUBELLA

DISUSUN OLEH :

St. Aisyah Muftihaturrahmah


111 2017 2025

PEMBIMBING :

dr. Hj. Maryam, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Rubella atau campak jerman merupakan penyakit yang mudah menular yang
disebabkan oleh virus RNA yang disebarkan oleh droplet oral (udara) atau secara
transplasenta melalui infeksi kongenital. (nelson, pemb)

Tanda khas dari rubella adalah limfadenopati retroaurikuler, servikal posterior,


dan oksipital posterior yang disertai oleh ruam eritema, makulopapular yang tersebar
diskrit (nelson)

Saat ini, kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa muda yang rentan.
Anak laki-laki dan wanita sama-sama terkena. Di Indonesia, Rubella merupakah salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data
surveilans selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. (nelson, who)

Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada
janin. Sindrom rubella kongenital terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita
yang terinfeksi rubella selama trimester awal kehamilan. (nelson ess)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Rubella atau campak jerman merupakan penyakit yang mudah menular yang
disebabkan oleh virus RNA yang menimbulkan demam ringan dengan ruam
pungtata dan ruam makulopapuler serupa dengan campak atau demam scarlet dan
pembesaran serta nyeri limfonodi pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis
posterior. (nelson ess, nelson, pemb)

B. EPIDEMIOLOGI
Manusia adalah satu-satunya hospes alami rubella yang disebarkan oleh droplet
oral (udara) atau secara transplasenta melalui infeksi kongenital. Penyakit ini
tersebar di seluruh dunia, umumnya endemis dan banyak muncul pada musim
dingin dan musim semi. (pemb, nelson)
Sebelum pembentukan program vaksin rubella pada tahun 1969, puncak
insidens penyakit ini adalah pada anak umur 5-14 tahun. Saat ini, kebanyakan kasus
terjadi pada remaja dan dewasa muda yang rentan. Anak laki-laki dan wanita sama-
sama terkena. Pada populasi yang rapat seperti institusi dan Asrama tentara, hampir
100% dari individu yang rentan dapat terinfeksi. Pada kelompok keluarga
penyebaran virus kurang: 50-60% anggota keluarga yang rentan mendapat
penyakit.(nelson)
Penyakit ini dapat sukar didiagnosis secara klinis karena ruam enterovirus dan
ruam yang lain dapat menampilkan penampakan yang serupa. Satu serangan
biasanya memberikan imunitas permanen. Epidemi terjadi setiap 6-9 tahun
sebelum vaksin tersedia.(nelson)
Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus
suspek campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12–39% di
antaranya adalah campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah rubella
pasti. Dari tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak

2
dan 30.463 kasus rubella. Di Indonesia, Rubella merupakah salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans
selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok
usia <15 tahun.(who)

C. ETIOLOGI

Gambar 1. Virus rubella (jurnal)

Rubella disebabkan oleh virus RNA rantai tunggal yang memiliki amplop
glikolipid dan termasuk family Togaviridae, genus Rubivirus. Virus ini biasanya
diisolasi pada biakan jaringan. Virus ini berbentuk sferis, berdiameter 50-60 nm,
dan berisi asam ribonukleat helai-tunggal dikelilingi oleh dua lapis lipid yang
mengandung glycoprotein E1 dan E2.. Virus rubella relatif tidak stabil dan dapat
dilemahkan dengan pelarut lemak, tripsin, formalin, sinar ultraviolet, pH asam,
panas dan amantadin. (nelson, no. 5 scribd, cdc, jurnal)
Puncak masa penularan virus rubella adalah 2 hari sebelum sampai 5-7 hari
setelah timbulnya ruam, walaupun virus mungkin dapat ditemukan pada sekret
nasofaring sejak 7 hari sebelum sampai 14 hari setelah timbulnya ruam. Bayi
dengan rubella kongenital dapat menyebarkan virus melalui sekret nasofaring dan
urin selama 12 bulan setelah lahir. (nelson ess)

3
Virus rubella menyerang epitel saluran respiratori dan menyebar sebagai
viremia primer. Setelah terjadi replikasi virus di sistem retikuloendotelial,
terjadilah viremia sekunder, dan virus dapat diisolasi dari monosit darah perifer,
cairan serebrospinal dan urin. Selama penyakit klinis, virus berada dalam sekret
nasofaring, darah, tinja dan urin. (nelson ess, nelson)

D. PATOFISIOLOGI
Virus rubella menyerang epitel saluran respiratori. Mekanisme penularan
terjadi melalui droplet dari sekret nasofaring penderita. Saat tubuh terpapar virus
rubella, virus melekat dan menginvasi sel-sel epitel saluran pernafasan atas melalui
proses endositosis  menyebar ke sistem limfatik regional secara hematogen dan
bereplikasi di jaringan limfoid nasofaring dan saluran pernafasan atas  viremia I
 menyebar ke organ-organ lain, termasuk persendian hingga kapiler kulit 
viremia II. Proses infeksi ini berlangsung selama 11-14 hari, dengan masa
penularan sejak 5 hari sebelum hingga 6 hari sesudah timbulnya ruam. Infeksi
tranplasenta pada janin terjadi selama fase viremia. (1, 2 scribd ,nelson ess, cdc)

E. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi rubella adalah 14-23 hari. Dalam beberapa laporan lain, waktu
inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari. (buku ajar, nelson
ess)
Gejala kataral ringan pada masa fase prodromal rubella dapat timbul dengan
tidak diperhatikan. Tanda khas dari rubella adalah limfadenopati retroaurikuler,
servikal posterior, dan oksipital posterior yang disertai oleh ruam eritema,
makulopapular yang tersebar diskrit. Limfadenopati jelas pada sekitar 4 jam
sebelum ruam muncul dan dapat tetap selama 1 minggu atau lebih. (nelson ess,
nelson)
Timbulnya ruam berawal dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh dan
bertahan selama 3 hari. Ruam tampak kurang mencolok dibanding ruam pada

4
campak. Evolusinya begitu cepat sehingga dapat menghilang pada muka pada saat
ruam lanjutannya muncul pada badan. Ruam sering kali lebih jelas setelah mandi
air panas atau mandi. Makulopapula tersendiri ada pada sejumlah besar kasus; ada
juga kemerahan yang luas yang menyebar dengan cepat ke seluruh badan, biasanya
dalam 24 jam. Ruam dapat menyatu terutama pada muka. Selama hari ke-dua,
ruam dapat menyerupai ruam sebesar ujung jarum, terutama diseluruh
tubuh,menyerupai ruam demam scarlet. Bintik warna merah (rose colored spot) di
pallatum molle, yang dikenal sebagai bintik Forchheimer (Forchheimer spots),
ditemukan pada 20% pasien dan mungkin muncul sebelum timbulnya ruam. Ruam
ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri pada palatum molle yang dapat
menyatu menjadi warna kemerahan dan meluas pada rongga belakang mulut.
Erupsi biasanya jelas pada hari ketiga. Deskuamasi minimal. (nelson, nelson ess,
cdc)
Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan rubeola,
tidak ada fotofobia. Demam ringan atau tidak selama ruam dan menetap selama 1,
o o
2, atau kadang-kadang 3 hari. Suhu jarang melebihi 38 C (101 F). Anoreksia, nyeri
kepala, dan malaise tidak biasa. Limpa sering sedikit membesar. Angka sel darah
putih normal atau sedikit menurun; trombositopenia jarang, dengan atau tanpa
purpura.(nelson)
Dalam referensi lain, manifestasi klinis rubella dibagi dalam dua; Masa
prodromal dan masa eksantema.(buku ajar)
Masa prodromal
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai
gejala dan tanda pada masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda,
masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, nyeri kepala,
nyeri tenggorok, kemerahan pada konjungtiva, rhinitis, batuk dan limfadenopati.
Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi di kulit. Pada 20% penderita
selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu enatema, tanda

5
Forscheimer, yaitu macula atau petekia pada palatum molle. Pembesaran kelenjar
limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar
suboksiputal, postaurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.
Masa eksantema
Eksantema mulai retro-aurikuler atau pada muka dan dengan cepat meluas
secara karaniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa macula yang
berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu,
memberikan bentuk morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang,
diikuti hari ketiga di tubuh dan hari keempat di anggota gerak.
Limfadenopati merupakan gejala klinis yang penting pada rubella. Biasanya
pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari.

F. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksan antibody IgM atau dengan adanya
peningkatan titer antibody IgG spesifik 4 kali atau lebih pada pemeriksaan serum
akut dan konvalesens atau ditemukannya IgM yang spesifik untuk rubella. Titer
antibodi mulai meningkat 24-48 ja, setelah permulaan erupsi dan mencapai
puncaknya pada hari ke 6-12. Antibodi hemaglutinasi-inhibisi (HI) merupakan
metode penentuan imunitas biasa terhadap rubella. Beberapa uji yang lebih baru
termasuk aglutinasi lateks, immunoassay enzim, dan immunoassay fluoresen
sensitivitasnya tampak sama atau lebih baik dari pada uji HI. Immunoglobulin (Ig)
M spesifik-rubella dapat ada dalam darah bayi baru lahir yang terkena. (nelson ess,
nelson, buku ajar)

G. DIAGNOSA BANDING
Karena gejala serupa dan ruam dapat terjadi pada banyak infeksi virus yang
lain, rubella merupakaan penyakit yang sukar untuk didiagnosis secara klinis
kecuali bila penderita ditemukan selama epidemi. Riwayat telah mendapat rubella
atau vaksin rubella tidak dapat dipercaya; imunitas harus ditentukan dengan uji

6
untuk antibodi. Terutama pada bentuk lebih berat, rubella dapat terancukan dengan
tipe demam skarlet dan rubeola ringan. Roseola infantum (eksantema subitum)
dibedakan dari rubella oleh keparahan demamnya dan oleh munculnya ruam pada
akhir episode demam bukannya pada saat gejala-gejala dan tanda-tandanya sedang
naik.(nelson)
Bercak erupsi rubella yang berkonfluensi sulit dibedakan dari morbili, kecuali
bila ditemukan bercak koplik yang khas untuk morbili. Erupsi rubella cepat
menghilang sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama (buku ajar)
Ruam karena obat mungkin sangat sukar dibedakan dari rubella. Pembesaran
khas limfonodi sangat mendukung diagnosis rubella. Pada mononukleosis
infeksiosa ruam dapat terjadi menverupai ruam rubella, dan pembesaran limfonodi
pada setiap penyakit dapat menimbulkan kerancuan. Tanda-tanda hematologik
mononukleosis infeksiosa akan cukup membedakan dua penyakit tersebut. Infeksi
enterovirus yang disertai dengan ruam dapat dibedakan dari beberapa keadaan pada
manifestasi pernafasan atau saluran cerna dan tidak adanya adenopati
retroaurikuler.(nelson)

H. TATALAKSANA
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan pada rubella adalah
simptomatis. Tidak ada terapi spesifik untuk rubella. Pemberian terapi suportif
termasuk pemberian cairan yang adekuat dan antipiretik. Adamantanamin
hidroklorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat
stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Namun upaya untuk
mengobati anak yang sedang menderita rubella dengan obat ini tidak berhasil.
(nelson, nelson ess)

7
I. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang terjadi.
Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi
menurut keparahan infeksi. Rubella dapat menyebabkan konsekuensi neonatal
berat bila infeksi terjadi pada usia kehamilan awal. Defek kongenital mencapai
85% jika infeksi didapat dalam 4 minggu pertama. Apabila infeksi terjadi dalam 13
minggu, sebanyak 16,35% bayi dapat mengalami kelainan. Infeksi setelah usia
gestasi 4 bulan biasanya tidak menyebabkan penyakit. (nelson, nelson ess)
Kelainan yang paling sering terjadi pada rubella kongenital adalah di mata
(katarak, retinopati, glaucoma), jantung (duktus arteriosus paten), pendengaran
(tuli sensorineural), dan neurologis (gangguan perilaku, meningoensefalitis, dan
retardasi mental). Selain itu, bayi dapat mengalami gangguan pertumbuhan,
hepatosplenomegali, icterus awitan dini, trombositopenia dan lesi kulit purpura.
(nelson ess)

J. PENCEGAHAN
Pemberian vaksin hidup rubella dapat mencegah terjadinya infeksi dan
direkomendasikan sebagai vaksin kombinasi MMR untuk anak berusia 12-15 bulan
dan 4-6 tahun. Setelah vaksinasi, virus bertunas dan tumbuh di nasofaring selama
beberapa minggu tetapi tidak menularkan. (nelson ess)
Vaksin diberikan sebagai suatu injeksi subkutan. Vaksin rubella dikemas dalam
bentuk kering. Vaksin sensitif terhadap panas dan sinar matahari; karenanya setelah
dilarutkan, vaksin harus disimpan dalam suhu 2-8oC atau pada suhu yang lebih
dingin dan harus dilindungi dari sinar matahari. (nelson, pemb)
Anak-anak harus mendapatkan 2 dosis vaksin MMR. Dosis pertama diberikan
pada usia 12 hingga 15 bulan dan dosis kedua pada usia 4 hingga 6 tahun. Antibodi
berkembang pada sekitar 98% dari mereka yang divaksinasi. Walaupun virus
mungkin menetap terutama pada nasofaring dan pelepasan terjadi dari 18-25 hari
setelah vaksinasi, tidak akan terjadi penularan. (nelson, vaksin mmr)

8
Imunisasi rubella juga harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang rentan
terinfeksi rubella dan diberi edukasi untuk menghindari kehamilan selama 3 bulan
setelah imunisasi. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada orang yang(nelson,
vaksin MMR):
1. Memiliki alergi berat yang dapat mengancam nyawa terhadap komponen
manapun dalam vaksin
2. Sedang hamil atau merasa dirinya mungkin hamil
3. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
4. Memiliki orang tua, saudara laki-laki atau perempuan dengan riwayat masalah
kekebalan tubuh
5. Pernah mengalami kondisi yang membuat mereka mudah mengalami lebam
atau perdarahan
6. Baru saja menjalani transfuse darah atau menerima produk darah. Disarankan
untuk menunda vaksinasi MMR selama 3 bulan atau lebih.
7. Menderita tuberculosis
8. Sudah mendapat vaksin lainnya dalam 4 minggu terakhir.
9. Sedang merasa tidak sehat.

Seperti halnya obat, vaksin juga dapat menimbulkan reaksi. Reaksi ini biasanya
ringan dan akan hilang dengan sendirinnya namun dapat pula terjadi reaksi yang
serius. Setelah mendapat vaksin MMR, seseorang dapat mengalami :
1. Ringan
a) Nyeri pada lengan akibat injeksi
b) Demam
c) Kemerahan atau ruam di lokasi injeksi
d) Pembengkakan kelenjar di pipi atau leher

9
2. Sedang
a) Kejang (tersentak atau terbelalak), seringkali berhubungan dengan demam
b) Nyeri dan kaku pada persendian yang bersifat sementara
c) Ruam disekujur tubuh

3. Berat
a) Ketulian
b) Kejang yang berlangsung lama, koma, atau penurunan kesadaran
c) Kerusakan otak.

10
BAB III
KESIMPULAN
Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama yang ringan, ruam serupa dengan campak
ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi pascaoksipital,
retroaurikuler, dan servikalis posterior.
Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung-RNA pleomorfik, yang sekarang
didaftar pada famili Togaviridae, genus Rubivirus. Mekanisme penularan melalui
droplet dari sekret nasofaring penderita. Proses infeksi berlangsung selama 11-14 hari,
dengan masa penularan sejak 5 hari sebelum hingga 6 hari sesudah timbulnya ruam.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksan antibody IgM atau dengan adanya
peningkatan titer antibody IgG spesifik 4 kali atau lebih pada pemeriksaan serum akut
dan konvalesens atau ditemukannya IgM yang spesifik untuk rubella. Pengobatan
rubella merupakan pengobatan simptomatis.

11
DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai