Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak
ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nveri limfonodi pascaoksipital,
retroaurikuler, dan servikalis posterior. Campak Jerman atau rubella ini biasanya
hanya menyerang anak-anak sampai usia belasan tahun.
Apabila penyakit ini menyerang anak yang lebih tua dan dewasa, terutama
wanita dewasa, infeksi kadang-kadang dapat berat, dengan manifestasi
keterlibatan sendi dan purpura. Dan bila bila penyakit ini menyerang ibu yang
sedang mengandung dalam tiga bulan pertama, bisa menyebabkan cacat bayi
waktu dilahirkan. Rubella pada awal kehamilan dapat menyebabkan anomali
kongenital berat. Sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif
dengan keterlibatan multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi
aktif pascalahir dengan pelepasan virus yang lama.
Anak laki-laki dan wanita sama-sama terkena. Pada populasi yang rapat
seperti institusi dan Asrama tentara, hampir 100% dari individu yang rentan dapat
terinfeksi. Pada kelompok keluarga penyebaran virus kurang: 50-60% anggota
keluarga yang rentan mendapat penyakit. Rubella biasanya terjadi selama musim
semi.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa definisi dari penyakit rubella?
2. Apa saja etiologi yang menjadi penyebab penyakit rubella?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit rubella?
4. Bagaimana manifestasi klinis penyakit rubella?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit rubella?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari penyakit rubella?

1
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit rubella?
8. Bagaimana pengkajian penyakit rubella?
9. Apa diagnose keperawatan penyakit rubella?
10. Apa intervensi keperawatan penyakit rubella?

1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari penyakit rubella
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi yang menjadi penyebab penyakit
rubella
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari penyakit rubella
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis penyakit rubella
5. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari penyakit rubella
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostic dari penyakit rubella
7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan penyakit rubella
8. Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian penyakit rubella
9. Mahasiswa dapat mengetahui diagnose keperawatan penyakit rubella
10. Mahasiswa dapat mengetahui intervensi keperawatan penyakit rubella

2
BAB II

KONSEP MEDIK

2.1. Definisi

Rubella yang juga disebut campak Jerman, adalah suatu infeksi virus pada
saluran nafas yang disebabkan oleh virus rubella. Masa inkubasi setelah infeksi
adalah 14-21 hari yang diikuti oleh gejala-gejala prodromal selama sekitar 1-4
hari. kemudian muncul ruam. Rubella sangat menular selama stadium prodromal,
tetapi mungkin tidak lagi setelah ruam muncul (Corwin, Buku Saku Patofisiologi,
2009).

Rubella adalah suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa
muda, yang ditandai oleh masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar
getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang
berlangsung 2-3 hari. pada anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat terjadi
infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura.

Rubella juga dapat terjadi pada ibu hamil dan dapat menimbulkan infeksi
pada janin dengan kelainan teratogenesis yang bergantung dari umur kehamilan.
Pada sebagian besar ibu yang mengalami infeksi rubella tidak menunjukkan gejala
atau tanda klinis tetapi virus dapat menimbulkan infeksi pada plasenta yang
diteruskan kejanin. Kemungkinan yang ditimbulkan dijanin yaitu:

a. Non-infeksi
b. Infeksi tanpa kelainan apapun
c. Infeksi dengan kelainan congenital
d. Resorpsi embrio
e. Abortus
f. Kelahiran mati (Nurarif, 2015)

3
2.2. Etiologi

Penyebab penyakit campak adalah disebabkan virus rubella. Rubella


disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, family Togaviridae. virus
rubella hanya menjangkiti manusia saja dan penularan dapat terjadi biasanya sejak
7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi, daya tular tertinggi terjadi
pada akhir massa erupsi, kemudian menurun hingga cepat dan berlangsung hingga
hilangnya erupsi. (Nurarif, 2015)

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan


kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung
selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:

1. Bayi berumur lebih dari 1 tahun


2. Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
3. Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi
kedua(Andareto, 2015)

4
5
2.3. Patofisiologi ` `

6
2.4. Patofisiologi
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernpasan dan melekat di sel-
sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti oleh
penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi virema
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan
kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.
Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi virema sekunder di seluruh tubuh
terutama dikulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke-14,
virus ada didarah, saluran pernapasan, dan organ –organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel
endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.(Halim, 2016)
Hari Patogenesis
0 Virus campak dalam droplet terhirup
dan melekat pada permukaan epitel
nasofaring ataupun konjungtiva.
Infeksi terjadi di sel epitel dan virus
bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan limfatik
regional.
2-3 Virema primer.
3-5 Virus bermultiplikasi di epitel saluran
napas,virus melekat pertama kali ,
juga di sistem retikuloendotelial
regional dan kemudian menyebar.
5-7 Virema sekunder.
7-11 Timbul gejala infeksi di kulit dan
saluran napas.
11-14 Virus terdapat di darah, saluran napas,
kulit, dan organ-organ tubuh lain.

7
15-17 Virema berkurang dan menghilang.

2.5. Manifestasi klinis

Gejala campak akan mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi,
dengan gejala-gejala seperti panas badan, nyeri tenggorokan, hidung meler
(coryza), batuk, bercak koplik, nyeri otot, dan mata merah
(conjuctivitis).(Andareto, 2015)
Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit campak.
Bercak-bercak mungkin juga akan timbul tapi warnanya lebih muda dari
campak biasa. Biasanya bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa
titik-titik kecil berwarna merah muda. Dalam waktu 24 jam, bercak tersebut
menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap.
Bercak-bercak ini biasanya hilang dalam waktu 1 sampai 4 hari.
Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati
retroaurikuler, servikal posterior, dan di belakang oksipital. Tidak ada
penyakit lain yang menyebabkan pembesaran nyeri limfonodi ini yang sampai
sebesar limfonodi rubella. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri
pada palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan dan
meluas pada rongga belakang mulut yang dikenal sebagai Forscheimer spot.
Limfadenopati jelas pada sekitar 4 jam sebelum ruam muncul dan dapat tetap
selama 1 minggu atau lebih.
Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola. Eksantem mulai
pada muka dan menyebar dengan cepat. Evolusinya begitu cepat sehingga
dapat menghilang pada muka pada saat ruam lanjutannya muncul pada badan.
Makulopapula tersendiri ada pada sejumlah kasus; ada juga daerah kemerahan
yang luas yang menyebar dengan cepat ke seluruh badan, biasanya dalam 24
jam. Ruam dapat menyatu, terutama pada muka. Selama hari kedua ruam
dapat mempunyai gambaran sebesar ujung jarum, terutama di seluruh tubuh,
menyerupai ruam demam skarlet. Dapat terjadi gatal ringan. Erupsi biasanya
jelas pada hari ke 3. Deskuamasi minimal.

8
Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan
rubeola, tidak ada fotofobia. Demam ringan atau tidak selama ruam dan
o
menetap selama 1, 2, atau kadang-kadang 3 hari. Suhu jarang melebihi 38 C
o
(101 F). Anoreksia, nyeri kepala, dan malaise tidak biasa (IKA RSMH, 2012).
Ada 4 fase campak yaitu:
1. Fase Inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit
mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak
terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam tetapi
umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak merah
yang merupakan ciri khas campakpun belum keluar.
2. Fase Prodormal adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul
seperti flu, batuk, pilek, dan demam. Mata anakpun akan tampak kemerah-
merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke
arah cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam
mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa
anak juga mengalami diare. 1-2 hari kemudian timbul demam tinggi yang
turun naik, berkisar 38-40,50 C. Di fase kedua bercak merah belum
muncul.
3. Fase Makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi
demam tinggi antara 38-40,50 C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di
beberapa bagian tubuh saja, biasanya di bagian kuping, leher, dada, muka,
tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya
warna bercak campak akan sangat khas, merah dengan ukuran yang tidak
terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Biasanya, bercak merah akan
memenuhi seluruh tubuh dalam waktu 1 minggu meskipun hal ini
tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada anak
yang memiliki daya tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya
pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak yang memiliki daya tahan
tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga
menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat.

9
4. Fase penyembuhan bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam
akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah
menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya
bercak akan mengelupas, rontok atau sembuh dengan sendirinya.
Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar
dari sisa-sisa campak.(Andareto, 2015)

2.6. Komplikasi

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat
campak. Beberapa komplikasi yang bias menyertai campak :

1) Infeksi bakteri : pneumonia dan infeksi telinga tengah.


2) Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
penderita mudah memar dan mudah mengalami pendarahan.
3) Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000 – 2,000 kasus.
4) Brokopneumonia (infeksi saluran nafas)
5) Laryngitis (infeksi laring)
6) Diare
7) Kejang demam(step)

Yang paling berbahaya , jika rubella ini mengenai ibu hamil, konsekuensinya
gangguan pada janin yang di kandungnya. Dengan perkiraan 90% bayi yang lahir
pada ibu yang memiliki rubella selama 11 minggu pertama kehamilan akan
mengembangkan sindrom rubella bawaan atau lebih dikenal istilah Sindrom
Rubella Kongenital, yaitu mengalami beberapa kelainan berikut :

1) Infeksi rubella pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama dapat
menyebabkan cacat lahir yang parah pada janin.
2) Terjadi retardasi pertumbuhan.
3) Keterbelakangan mental.
4) Katarak

10
5) Tuli bawaan.
6) Cacat jantung bawaan.
7) Cacat pada organ lain. (Corwin, Buku Saku Patofisiologi, 2009)

2.7. Pemeriksaan diagnostic


Pemeriksaan penyakit rubella menjadi sangat diperlukan pada wanita
terutama wanita yang ingin atau sedang menghendaki kehamilan mengingat
dampak negative yang dapat ditimbulkan oleh infeksi virus ini ila menyerang
kehamilan. Virus ini sebetulnya telah berada di beberapa tempat misalny
tnggoroan, bulu hidung, air seni dan kotoran manusia, namun sering di
menimbulkan gejala klinis selama massa inkubasi yaitu 14-21 hari setelah
menginfeksi tubuh. Sehingga pemeriksaan dan diagnose penyakit ini tidaak bias
hanya dilakukan dengan anamnesa dan di perlukan pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-
Rubella IgG dan IgM.
a. Pemeriksaan Anti-Rubella IgG
Pada pemeriksaan ini data digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil,. Jika ternyata belum memiliki
kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
b. Pemeriksaan Anti- Rubella IgG dan IgM.

Pada pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis infeksi


akut pada kehamilan <18 minggu dan resiko infeksi rubella bawaan.
Seorang wanita dikatakan positif rubella hanya apabila hasil
laboratorium menunjukkan Rubella IgM Positif akan tetapi hasil
laboratorium menunjukkan IgM Negatif dan IgG Positif berarti terdapat
anti body atau daya tahan tubuh terdapat virus rubella atau sudah
pernah mengidap penyakit rubella.

2. Pemeriksaan ELISA

11
Pemeriksaan ELISA (Enzyme Linked Immunoabsorbant Assay) yang
umum digunakan untuk mendeteksi jumlah immunoglobin (antibody).
Pemeriksaan ini kurang empurna untuk mengetahui tingkat angka keganasan
infeksi dan pedoman dalam pemberian pengobatan. Karena, dapat dipengaruhi
oleh reaktivasi virus yang dulu pernah istirahat dan reinfeksi virus yang sama
namun dengan struktur yang mengalami perubahan sangat kecil (misal, mutasi)
tapi dapat menyebabkan antibody harus diproduksi kembali (Nurarif A. H.,
2015).

2.8. Penatalaksanaan
Untuk Tahap penyembuhan sebenarnya tidak ada obat yang spesifik.
Berikut beberapa penanganan yang dilakukan jika terinfeksi:
a. Farmakologi
Acetaminophen atau ibuprofen dapat mengurangi demam dan nyeri.
b. Pengobatan rawat jalan (dirumah)

Dikarenakan penyakt rubella merupakan penyakit yang ringan (jika


menyerang anak-anak dan orang dewasa), seseorang yang mengidap rubella
bias dijaga di rumah, tetapi tetap menjaga suu tubuh pasien.

c. Pengobatan untuk wanita yang hamil.


Pada wanita hamil jika terserang virus ini maka sebaliknya segera periksa
ke dokter dan memungkinkan dokter memberikan suntikan immunoglobin
(IG). IG tidak dapat menghilangkan virus rubella tetapi IG dapat membantu
dalam meringankan gejala yang diberikan oleh virus ini dan dapat
mengurangi resiko-resiko pada janin. (Nurarif A. H., 2015)

12
KONSEP KEPERAWATAN

2.9. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
A. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 tahun dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin
(L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang
telinga, dibagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, badan panas, enantema (titik merah) dipalatum durum dan palatum
mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua
atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza,
bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III;
DPT I, II, III; dan campak.

13
B. Pemeriksaan fisik (had to toe)
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-
tanda vital.
b) Kepala dan leher
 Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia,
adakah eritema dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah.
 Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah
leher belakang,
c) Mulut
 Inspeksi :
Adakah bercak koplik dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah,
enantema dipalatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan
traktus digestivus.
d) Toraks
 Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada
hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai
influenza.
 Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
 Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
 Auskultasi :
Bising usus.

14
 Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya
masa atau pembengkakan.
f) Kulit
 Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
 Palpasi :
Turgor kulit menurun

15
2.10. Diagnose keperawatan
1. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas (00031)

Domain 11 : Keamanan/perlindungan

Kelas 2 : Cedera Fisik

2. Hipertermia 00007

Domain 11 keamanan / perlindungan

kelas 6 : termoregulasi

3. Kerusakan integritas kulit (00046)

Domain 11: Keamanan/ Perlindungan

Kelas 2 : Cedera Fisik

4. Nyeri akut (00132)

Domain 12 : keanyamanan

Kelas 1 : kenyamanan fisik

5. Gangguan persepsi sensori visual (00122)

Domain 5 : persepsi / kognisi

Kelas 3 : sensasi / persepsi

6. Kerusakan Membran Mukosa Oral (00045)

Domain 11 : Keamanan/ Perlindungan

Kelas 2 : Cedera Fisik

7. Resiko Infeksi (00004)

Domain 11 : Keamanan/Perlindungan

Kelas 1 : Infeksi.

16
2.11. Rencana keperawatan

No Dx Keperawatan NOC NIC RASIONAL


1. Ketidakefektifan pembersihan - Pencegahan aspirasi Observasi Observasi
jalan napas (00031) - Status pernapasan : kepatenan 1. Kaji dan dokumentasikan 1. Untuk mengetahui
Domain 11 : jalan napas keefektifan pemberian efektif tidaknya
Keamanan/perlindungan - Status pernapasan : ventilasi oksigen dan terapi lain pemberian oksigen
Kelas 2 : Cedera Fisik 2. Kaji dan dokumentasikan 2. Untuk mengetahui
Definisi : Ketidakmampuan Criteria hasil keefektifan obat resep efektif tidaknya obat
untuk membersihkan sekret atau Setelah dilakukan tindakan 3. Kaji dan dokumentasikan resep
obstruksi saluran napas guna keperawatan selama …x24 jam frekuensi, kedalaman, dan 3. Untuk mengetahui
mempertahankan jalan napas diharapakan klien dapat : upaya pernapasan frekuensi,kedalaman dan
yang bersih. - Menunjukkan pembersihan jalan 4. Kaji dan dokumentasikan upaya pernafasan
Batasan Karakteristik : napas yang efektif, yang faktor yang berhubungan, 4. Untuk mengetahui faktor
1) Dispnea dibuktikan oleh status seperti nyeri, batuk tidak yang berhubungan
2) Suara napas tambahan pernapasan : kepatenan jalan efektif, mucus kental, dan dengan tidak efektif
3) Kesulitan untuk bicara napas keletihan bersihan jalan nafas
4) Ortopnea - Menunjukkan status pernapasan:
5) Gelisah kepatenan jalan napas, yang Mandiri Mandiri
6) Sputum berlebihan dibuktikan oleh indikator 5. Gunakan posisi fowler dan 5. Untuk membantu
7) Mata terbelalak gangguan sebagai berikut : sangga lengan pasien bernapas dan ekspansi

17
kemudahan bernapas, frekuensi 6. Bantu pasien untuk dada serta ventilasi
Faktor yang berhubungan : dan irama pernapasan, mengubah posisi, batuk, dan lapangan paru basilar
1) Lingkungan pergerakan sputum keluar dari bernapas dalam setiap 2 6. Untuk membantu
2) Obstruksi jalan napas jalan napas, pergerakan sampai 4 jam mengeluarkan sekresi dan
3) Fisiologi sumbatan keuar dari jalan napas. 7. Berikan kelembapan yang mempertahankan patensi
adekuat jalan napas
8. Berikan cairan sekurang- 7. Untuk mencairkan sekresi
kurangnya 3 liter setiap hari 8. Memastikan hidrasi yang
9. Mobilisasi pasien dengan adekuat dan mencairkan
kemampuan penuh. sekresi, kecuali
10. Sediakan tisu dan kantong dikontraindikasikan
sebagai tempat 9. Untuk memfasilitasi
pembuangan sputum yang ekspansi dada dan
higienis ventilasi
HE 10. Untuk mencegah
11. Informasikan kepada penyebaran infeksi
pasien dan keluarga
tentang larangan merokok HE
di dalam ruang perawatan, 11. Agar keluarga tahu efek
beri penyuluhan tentang dari merokok

18
pentingnya berhenti 12. Untuk memudahkan
merokok pengeluaran secret
12. Instruksikan kepada pasien 13. Agar tidak aan terjadi
tentang batuk dan teknik luka pada saluran
napas dalam untuk pernapasan
memudahkan pengeluaran 14. Agar dapat mengetahui
secret. perubahan pada sputum
13. Ajarkan pasien untuk dan apa dampaknya
mengganjal luka insisi
pada saat batuk Kolaborasi
14. Ajarkan pasien dan 15. Untuk memperbaiki
keluarga tentang makna proses bernapas
perubahan pada sputum, 16. Agar dapat mengetahui
seperti warna, karakter, hasil pemeriksaan.
jumlah, dan bau.

Kolaborasi
15. Rundingkan dengan ahli
terapi pernapasan, jika
perlu.

19
Berikan udara atau oksigen
yang lembab.
16. Beritahu dokter tentang
hasil tes darah yang
abnormal
2. Hipertermia 00007 NOC : Observasi : Observasi :
Domain 11 keamanan / 1. Termoregulasi 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui
perlindungan 2. Tanda-tanda vital 2. Pantau aktifitas tanda-tanda vital
kelas 6 : termoregulasi kejang 2. Untuk mengetahui
Criteria hasil : 3. Pantau tanda tingkat demam
Definisi : Setelah dilakukan tindakan hipertermi 3. Untuk mengetahui
Peningkatan suhu tubuh keperawatan selama….x 24 jam 4. Pantau regulasi suhu : tanda demam
diatas rentang normal diharapkan pasien dapat : 5. Pantau suhu minimal 4. Regulasi suhu :
setiap 2 jam sesuai 5. Untuk mengetahui
Batasan karakteristik : - Pasien akan dengan kebutuhan ada atau tidaknya
- kulit merah menunjukkan 6. Pantau warna kulit perubahan suhu
- suhu tubuh termoregulasi yang dan suhu badan pasien
meningkat diats dibuktikan oleh 6. Untuk mengetahui
rentang normal indicator ganggaun Mandiri : ada atau tidaknya

20
- frekuensi nafas sebagai berikut : 7. Tentukan minuman perubahan warna
meningkat peningkatan suhu kulit, kesukaan pasien kulit dan suhu
- kejang atau konfulsi hipertermi, dehidrasi, 8. Turunkan panas yang Mandiri :
- kulit teraba hangat berkeringat sangat panas berlebihan dengan 7. Cara tersebut
- takipnea - Pasien akan melepas selimut dan memfasilitasi
- takikardia menunjukan pasang kain sebatas hidrasi yang
termoregulasi yang pinggang pada pasien, adekuat
Faktor yang berhubungan dibuktikan oleh berikan kompres 8. Tindakan tersebut
- Dehidrasi indicator berikut : digin pada aksila dan meningkatkan
- Penyakit atau trauma berkeringat saat panas, lipatan paha, basuh kenyamanan dan
- Peningkatan laju denyut nadi radialis, dengan air hangat menurunkan
metabolisme frekuensi pernapasan 9. Letakkan cairan disisi temperature tubuh
- Terpajan pada tempat tidur pasien 9. Memungkinkan
lingkungan yang dan mudah dijangkau kemudahan akses
panas 10. Anjurkan pasien pasien
- Obat atau anastesia untuk minum 10. Asupan cairan yang
- Aktifitas yang sebanyak mungkin air berlebihan dapat
berlebihan jika tidak membantu
dikontraindikasikan mempercepat

21
- Ketidakmampuan HE : penurunan demam.
atau penurunan 11. Ajarkan pasien atau
kemampuan untuk keluarga dalam Health education (HE) :
berkeringat mengukur suhu untuk 11. Agar pasien atau
mencegah dan keluarga bisa
mengalami secara mengetahui cara
dini hipertermia mengukur suhu
12. Ajarkan pada pasien untuk mengenal
cara mencegah secara dini atau
keletihan akibat panas mencegah
hipertermia
Kolaboratif : 12. Agar pasien
13. Berikan obat anti mengetahui cara
piretik menghindari
keletihan yang
dapat
mengakibatkan
suhu tubuh
meningkat

22
Kolaboratif :
13. Untuk menurunkan
suhu tubuh pasien
3. Kerusakan integritas kulit NOC: Observasi Observasi
(00046) - Respon Alergi : Setempat 1. Kaji adanya faktor 1. Untuk mengetahui
Domain 11: Keamanan/ - Integritas jaringan : resiko yang dapat penyebab gatal
Perlindungan membran mukosan dan menyebabkan yang dirasakan
Kelas 2 : Cedera Fisik kulit kerusakan integritas klien
- Penyembuhan luka: kulit 2. Deteksi dini
Definisi: Perubahan primer 2. Pantau kulit dan terhadap perubahan
epidermis dan dermis membran mukosa kulit agar dapat
Batasan Karakteristik: Kriteria hasil: terhadap ruam dan dicegah dan
- Kerusakan pada - Perawatan area insisi lecet, area kemerahan meminimalisir
lapisan kulit (dermis) - Perawatan luka dan rusak. kerusakan kulit.
- Kerusakan pada - Kewaspadaan lateks Mandiri Mandiri
permukaan kulit - Perawatan Luka 3. Pertahankan kulit 3. Untuk mencegah
(epidermis) pasien tetap bersih kerusakan integritas
dan kering, berikan kulit klien
pelicin jika perlu. 4. Agar kulit selalu

23
4. Berikan krim obat dan lembap dan tidak
losion jika perlu mengalami
5. Instruksikan pasien kerusakan.
untuk selalu 5. Menghindari
menggunting kuku terjadinya lecet
6. Lakukan perawatan yang diakibatkan
badan, kaki dan oleh garukan di
tangan secara rutin daerah yang gatal
pada klien 6. Meningkatkan
HE kenyamanan pada
7. Instruksikan pasien tubuh dan
untuk menggunakan ekstremitas
pelembap udara di sehingga tidak
rumah mengalami
8. Informasikan pada kerusakan kulit
klien dan keluarga HE
mengenai pentingnya 7. Agar kulit klien dan
aktivitas perawatan keluarga selalu
kulit terjaga

24
9. Intruksikan klien dan kelembapannya
keluarga untuk dapat 8. Untuk mendorong
menerima keadaan kepatuhan terhadap
yang dialami oleh program perawatan
klien kulit
kolaborasi 9. Untuk menghindari
10. Diskusikan dengan kolaborasi
dokter pemberian 10. Untuk mengatasi
obat antihistamin gatal-gatal yang
dirasakan oleh
klien.
4. Nyeri akut (00132) 7. Tingkat kenyamanan Observasi Observasi
Domain 12 : keanyamanan Tingkat persepsi positif 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk menentukan
Kelas 1 : kenyamanan fisik terhadap kemudahan fisik nyeri secara diagnose yang
dan psikologis komprehensif terjadi juga untuk
Definisi : 8. Pengendalian nyeri : termasuk lokasi, menentukan lokasi,
Pengalaman sensori dan Tindakan individu untuk karakteristik, durasi, kualitas, frekuensi
emosional tidak mengendalikan nyeri frekuensi, kualitas dan nyeri yang
menyenangkan yang muncul 9. Tingkat nyeri dan factor presipitasi dirasakan

25
akibat kerusakan jaringan Keparahan nyeri yang 2. Monitor penerimaan 2. Melihat respon
actual atau potensial atau dapat diamati atau pasien tentang pasien setelah
yang digambarkan sebagai dilaporkan manajemen nyeri diberikan
kerusakan (international 3. Observasi reaksi manajemen nyeri
association for the study of nonverbal dari apakah nyeri
Kriteria hasil :
pain) ; awitan yang tiba-tiba ketidaknyamanan berkurang atau
Setelah dilakukan tindakan
atau lambat dari intensitas 4. Kaji tipe dan sumber tidak
selama … X 24 jam, diharapkan
ringan hingga berat dengan nyeri 3. Melihat reaksi
klien dapat :
akhir yang dapat di antisipasi Mandiri pasien secara
atau diprediksi 10. Mampu mengontrol nyeri 5. Bantu pasien nonverbal saat
(tahu penyebab nyeri, mengidentifikasi mengalami nyeri
Batasan karakteristik : mampu menggunakan teknik tindakan kenyamanan dan dapat
1. Dilatasi pupil non farmakologi untuk yang efektif di masa menentukan skala
2. Fokus pada diri sendiri mengurangi nyeri, mencari lalu seperti, distraksi, nyeri
3. Keluhan tentang bantuan) relaksasi, atau 4. Untuk mengetahui
karakteristik nyeri dengan 11. Melaporkan bahwa nyeri kompres tipe dan sumber
menggunakan standar berkurang dengan hangat/dingin nyeri berasal
instrumen nyeri menggunakan manajemen 6. Bantu pasien untuk Mandiri
4. Laporan tentang perilaku nyeri lebih berfokus pada 5. Melakukan

26
nyeri atau perubahan 12. Mampu mengenali nyeri aktivitas bukan pada distraksi, relaksasi,
aktivitas (skala, intensitas, frekuensi nyeri dan rasa tidak dan kompres agar
5. Mengekspresikan perilaku dan tanda nyeri) nyaman dengan nyeri berkurang
13. Menyatakan rasa nyaman melakukan 6. Agar pasien tidak
Factor yang berhubungan : setelah nyeri berkurang pengalihan melalui tv, terfokus merasakan
6. Agen cedera (mis., radio, tape dan nyeri yang di alami
biologis, zat kimia, fisik, interaksi penunjang HE
psikologis HE : 7. Agar pasien secara
7. Informasikan kepada mandiri dapat
pasien tentang mengatasi nyeri
prosedur yang dapat yang dirasakan
meningkat nyeri dan 8. Agar keluarga dan
tawarkan strategi pasien bisa
koping yang melakukan tindakan
disarankan manajemen nyeri
8. Informasikan tentang non farmakologi
penggunaan teknik secara mandiri
nonfarmakologi Kolaborasi
(relaksasi, imajinasi 9. Obat-obatan seperti

27
terbimbing, terapi analgesic dapat
musik distraksi) mengurangi/menghi
Kolaborasi langkan nyeri.
9. Menggunakan agen-
agen farmakologi
untuk mengurangi
atau menghilangkan
nyeri
5. Gangguan persepsi sensori  Distrosi kendali pikir diri : Observasi Observasi
visual (00122) pembatasan diri terhadap 1. Kaji lingkungan terhadap 1. Melihat apakah
Domain 5 : persepsi / ganggua persepsi, proses kemungkinan bahaya lingkungan pasien
kognisi pikir dan isi pikir. terhadap keamanan dapat menyebabkan
Kelas 3 : sensasi / persepsi  Fungsi sensorik: kutaneus : 2. Pantau tingkat kesadaran cedera pada pasien.
tingkat stimulasi terhadap pasien 2. Agar pasien tidak
Definisi : kulit dirasakan dengan tepat. 3. Pantau dan cedera karena
Perubahan pada jumlah atau  Perilaku kampensasi dokumentasikan kesadaran pasien
pola stimulus yang diterima, penglihatan : tindakan perubahan status berkurang
yang disertai respon terhadap pribadi untuk neurologis pasien 3. Melihat status
stimulus tersebut yang 4. Indentifikasi factor yang neurologis pasien pada

28
dihilangkan, dilebihkan, mengompensasi gangguan menimbulkan gangguan penglihatan jika terjadi
disimpangkan, atau penglihatan. persepsi sensori, seperti perubahan
dirusakkan. ddeprivasi tidur, 4. Melihat beberapa factor
Criteria hasil : ketergantungan zat kimia, yang dapat
Batasan karakteristik : Setelahdilakukantindakanselama medikasi, terapi, menyebabkan
14. Perubahan pola perilaku … X 24 jam, diharapkan klien ketidakseimbangan gangguan persepsi
15. Perubahan ketajaman dapat : elektrolit dan sebagainya sensori pasien.
sensori Mandiri
20. Menunjukkan orientasi
16. Perubahan respons yang Mandiri 5. Memanipulasi
kognitif yang dibuktikan
biasanya terhadap 5. Memanipulasi lingkungan lingkungan untuk tidak
indicator berikut ( 1-5)
stimulus sekitar pasien untuk dirubah agar pasien
sebutkan gangguan eksem,
17. Gelisah manfaat teraupetik ( mis: dapat mengingat
berat, sedang, ringan atau
tidak memindahkan ruangannya.
(tidak ada gangguan)
Factor yang berhubungan : barang pasien dan 6. Untuk meningkatkan
mengidentifikasi diri, orang
18. Perubahan resepsi, menyimpan barang tajam stimulus pada
terdekat, tempat saat ini,
transmisi dan / atau dan berbahaya bagi klien penglihatan, misalnya
hari, bulan, taun, dan musim
integritasi sensori yang tidak bisa melihat) penggunaan jam
yang benar.
19. Stimulus lingkungan yang 6. Tingkatkan jumlah dinding dengan angka
21. Menginterpretasikan gagasan
berlebihan stimulus untuk mencapai yang besar

29
yang dikomunikasikan oleh input sensori yang sesuai 7. Mengurangi stimulus
orang lain secara benar (misalnya, peningkatan yang dirasakan pasien
22. Mengompensasi defisit interaksi social; jadwal glaucoma misalnya
sensori dengan kontak, dan sediakan cahaya yang terlalu
memaksimalkan indra yang radio, televise, dan jam terang.
tidak rusak dinding dengan angka- 8. Agar pasien mengenali
angka yang besar. orang, waktu, situasi,
7. Kurangi jumlah stimulus dan tempat dan
untuk mencapai input diingatnya meskipun
sensori yang sesuai atau tidak bisa melihat.
(misalnya, lampu yang 9. Agar klien merasa
redup, sediakan kamar rileks dan tidak
pribadi, batasi mengganggu
pengunjung, dan sediakan psikologisnya akan
waktu istirahat untuk pandangan kabur yang
pasien dialaminya.
8. Orientasikan pada orang, 10. Agar pasien mampu
tempat, waktu, dan situasi mengenali ada seorang
dalam setiap interaksi perawat yang masuk

30
9. Yakinkan pasien dan dan mengingatnya.
keluarga bahwa deficit 11. Agar pasien masih bisa
persepsi atau deficit melihat dan mengasah
sensori hanya sementata, penglihatannya yang
jika perlu sudah kabur.
10. Identifikasi diri anda saat 12. Agar klien mengenal
masuk kamar pasien ruangannya sendiri dan
11. Tingkatkan penglihatan tidak mengakibatkan
pasien yang masih tersisa, cedera terjadi akibat
jika diperlukan berpindahnya barang.
12. Jangan memindahkan HE
barang-barang di dalam 13. Agar klien bisa
kamar pasien tanpa mendeteksi penyakit
memberitahukan pasien mata secara dini
HE 14. Untuk menurunkan
13. Instruksikan keluarga tekanan darah pasien
pasien untuk melakukan Kolaborasi
pemeriksaan kesehatan 15. Untuk mengurangi TIO
mata pada mata yang dapat

31
14. Instruksikan klien untuk mendesak saraf optic
melakukan diet rendah 16. Untuk mengurangi
natrium produksi aquous
Kolaborasi humour yang membuat
15. Kolaborasikan dalam TIO meningkat
pemberian inhibitor 17. Agar klien masih tetap
karbonat anhidrase melakukan aktivitas
seperti (asetazolamid) dan kegiatan yang bisa
untuk mengurangi dikerjakannya
produksi aquous humour, walaupun
dengan efek samping pandangannya kabur.
mati rasa, rasa gatal pada
kaki dan tangan, mual
atau malaise.
16. Mulai perujukan terapi
okupasi jika perlu

6. Kerusakan Membran Muko 1. Hygiene oral. Observasi Observasi


sa Oral (00045) 2. Tissue integritas: skin and 1. Mengkaji lesi pada mulut. 1. Untuk mengetahui

32
Domain 11 : Keamanan/ mucous. 2. Mengkaji pemahaman dan karakteristik lesi pada
Perlindungan kemampuan klien untuk mulut
Kriteria Hasil :
Kelas 2 : Cedera Fisik melakukan perawatan dan mempermudah
mulut. pengobatan
Setelah dilakukan tindakan
Definisi : Gangguan pada bib
2. Agar perawat bisa
keperawatan selama 3x24 jam
ir dan/atau jaringan lunak
Mandiri mengetahui bagaimana
diharapkan klien :
dirongga mulut.
3. Pemulihan Kesehatan cara klien melakukan
1. Semakin nyaman Mulut : Gunakan pelicin perawatan oral dan juga
Batasan karakteristik:
dalam mengkonsumsi untuk melembabkan bibir bisa
1. Kesulitan makan. makanan dan cairan. dan mukosa oral jika mengetahui penyebab
2. Ulkus mulut. 2. Tidak ada gangguan diperlukan. terjadinya makula papul
3. Vesikel, nodulus, atau integritas mukosa oral. 4. Pemeliharaan Kesehatan a pada
papula. Mulut : berikan perawatan palatum mole apakah
4. Keterbatasan sensasi rasa. mulut secara rutin. disebabkan karena tidak
5. Rencanakan makan memperhatikan perawat
Faktor yang Berhubungan: sedikit tetapi sering. an
6. Pilih makanan yang lunak pada oral atau disebabk
1. Infeksi.
dan tinggi nutrisi. an karena infeksi.
2. Kondisi patologis rongga

33
mulut. Health Education Mandiri
7. Anjurkan untuk 3. Memelihara dan
melakukan higine oral meningkatkan hygiene
yang esensial. oral dan kesehatan gigi
8. Isntruksikan kepada untuk pasien yang
pasien dan keluarga untuk beresiko untuk
melaporkan tanda infeksi mengalami lesi mulut
kepada dokter sesegara atau gigi.
mungkin. 4. Meningkat
9. Instruksikan dan bantu penyembuhan untuk
klien untuk melakukan pasien yang mengalami
oral hygiene setelah lesi mukosa oral atau
makan. gig.
Kolaborasi 5. Karena klien mengalam
10. kolaborasi dengan dokter i
menyangkut program perubahan sensasi rasa
pemberian obat kumur ketika
yang mengandung makan terasa pahit,
antivirus (Acyclovir sehingga menyebabkan

34
tablet). anoreksia jadi dengan
11. Konsultasikan dengan memberikan makan sedi
dokter atau dokter gigi kir tetapi sering dapat
jika oral kering, iritasi membantu memenuhi n
ataupun ketidaknyamanan utrisi pada klien.
yang berlangsung lama. 6. Pemberian makanan ya
ng lunak agar tidak
menyebabkan nyeri pad
a
daerah yang terdapat les
i
dan pemberian makanan
yang
tinggi nutrisi berguna
untuk meningkatkan sist
em imun pada klien.
Health Education
7. Untuk mencegah
timbulnya bakteri dan

35
infeksi pada mulut
pasien.
8. Untuk mencegah
parahnya infeksi pada
bagian oral pasien.
9. Untuk mencegah
tumbuhnya bakteri pada
daerah oral setelah
makan.

Kolaborasi
10. Untuk mempercepat
proses penyembuhan
yang disebabkan oleh
virus.
11. Untuk mempercepat
proses penyembuhan.

36
7. Resiko Infeksi (00004) a. Immune Status Observasi Observasi
Domain 11 : b. Knowledge: Infection 1. Pantau tanda dan gejala 1. Untik menegtahui gejala
Keamanan/Perlindungan Control infeksi (mis: suhu infeksi pada pasien.
Kelas 1 : Infeksi. c. Risk control. tubuh,denyut jantung, 2. Untuk mengetahui
drainase, penampilan factor yang
Definisi : mengalami Kriteria Hasil luka, sekresi, penampilan menyebabkan
peningkatan resiko terserang Setelah dilakukan intervensi urin, suhu kulit, lesi kulit, peningkatan kerentanan
organisme patogenik. keperawatan selama ….x 24 jam keletihan dan malaise). infeksi pada pasien.
Faktor Resiko didapatkan : 2. Mengkaji factor yang
 Penghindaran yang  Klien bebas dari tanda dan dapat meningkatkan Mandiri
kurang untuk gejala infeksi. kerentanan terhadap 3. Bekerja bersama
menghindari pajanan  Mendeskripsikan proses infeksi. komunitas untuk
patogenik. penularan penyakit, factor Mandiri menurunkan dan
 Pertahanan primer yang mempengaruhi 3. Manajemen penyakit menatalaksanaan insiden
tidak adekuat. penularan serta menular. dan prevalensi penyakit
 Pertahankan sekunder penatalaksanaannya. 4. Pengendalian infeksi. menular pada populasi
tidak adekuat.  Menunjukkan kemampuan 5. Perlindungan infeksi. khusus.

 Penurunan untuk mencegah timbulnya 4. Meminimalkan


infeksi. Health Education penyebaran dan

37
hemoglobin.  Jumlah leukosit dalam batas 6. Instruksikan untuk penularan agens
normal. menjaga hygiene personal infeksius.
 Menunjukkan perilaku hidup untuk melindungi tubuh 5. Mencegah dan
sehat. terhadap infeksi. mendeteksi dini infeksi
7. Instruksikan pasien untuk pada pasien yang
minum antibiotic sesuai beresiko.
resep dokter.
Health Education
Kolaborasi 6. Untuk menghindari
8. Kolaborasikan pemberian kontaminasi bakteri.
antivirus jika diperlukan. 7. Untuk mempercepat
proses penyembuhan.

Kolaborasikan
8. Untuk mempercepat
proses penyembuhan
penyakit rubella

38
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Rubella yang juga disebut campak Jerman, adalah suatu infeksi virus pada
saluran nafas yang disebabkan oleh virus rubella. Masa inkubasi setelah infeksi
adalah 14-21 hari yang diikuti oleh gejala-gejala prodromal selama sekitar 1-4
hari. kemudian muncul ruam. Rubella sangat menular selama stadium prodromal,
tetapi mungkin tidak lagi setelah ruam muncul (Corwin, Buku Saku Patofisiologi,
2009)

Penyebab penyakit campak adalah disebabkan virus campak atau virus


morbili. Untuk Tahap penyembuhan sebenarnya tidak ada obat yang spesifik.
penanganan yang dilakukan jika terinfeksi yaitu menggunakan agen farmakologi,
pengobatan rawat jalan (dirumah) dan pengobatan untuk wanita yang hamil
dengan memberikan suntikan immunoglobin (IG). IG tidak dapat menghilangkan
virus rubella tetapi IG dapat membantu dalam meringankan gejala yang diberikan
oleh virus ini dan dapat mengurangi resiko-resiko pada janin

3.2. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu dan


pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Selain itu, dapat
juga dijadikan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan
terutama pada asuhan keperawatan sistem integumen.

39
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2009). Buku Saki Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA. Jogjakarta: Media Action.

Taylor, C. M., & Ralph, S. S. (2014). Diagnosis Keperawatan dengan Rencana


Asuhan. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan


Edisi 9. Jakarta: EGC.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf

Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak, bagian IKA RSMH, 2012.

40

Anda mungkin juga menyukai