Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
2018
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang serta salam kita curahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW,berkat
rahmat dan limpahanya, Penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Urinalisa dan Cairan Tubuh tentang “ Cairan LCS”.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumber
pemikiran kepada pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan
kami terima dengan senang hati guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaaat untuk penyusun maupun pembacanya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah cairan otak. Lumbal
pungsi tidak bisa dikerjakan pada klien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Analisis
cairan otak diperiksa untuk mengetahui jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Kadar
glukosa darah dibandingka dengan kadar glukosa cairan otak, normalnya kadar glukosa cairan
otak 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada klien meningitis kadar glukosa cairan otaknya
menurun dari nilai normal.
Pada makalah ini akan dibahas secara khusus pemeriksaan laboratorium klinik
terhadap spesimen cairan otak atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS). Pemeriksaan LCS ini
berperan penting dalam mendiagnosa adanya gangguan terhadap selaput otak/meningia.
Pemeriksaan terhadap LCS terbagi atas pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, dan kimiawi.
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi
Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi
saja dari plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut
berpengaruh. Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat,
susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa macam zat dalam
plasma darah.
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk
melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah
suatu penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna
pula setelah terjadi trauma. Secara makroskopi, mikroskopi, kimia, bakteriologi, dan serologi.
Dalam membahas cairan serebrospinal ada baiknya diketahui mengenai anatomi yang
berhubungan dengan produksi dan sirkulasi cairan serebrospinal,yaitu:
Sistem Ventrikel
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV.
Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam serebrum, amsing-masing ventrikel terdiri
dari 5 bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornuinferior, badan dan atrium.
Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk corong
unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus
unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah dan
diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah
anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii. Ventrikel
IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral serebrum
dan dorsal dari pons dan medula oblongata.
3
non neural. Meningen terdiri dari jarningan ikat berupa membran yang menyelubungi
seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis. Meningen terdiri dari 3
lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater.Piameter merupakan selaput tipis
yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan lekukan pada
sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan medula
spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra.
Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter,
tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan
piameter disebut ruang subrakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-
pembuluh darah. Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukan- lekukan otak, maka di
beberapa tempat ruang subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar
adalah siterna magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme oblongata.
Lainnya adalah sisterna pontis di permukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis
di permukaan ventral mesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis.
Pada sudut antara serebelum dan lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna
serebri. Sisterna ini berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna
ambiens.Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan
sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2.Ruang
subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan
serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal. Durameter terdiri dari lapisan luar
durameter dan lapisan dalam durameter.Lapisan luar dirameter di daerah kepala
menjadi satu dengan periosteum tulang tengkorak dan berhubungan erat dengan
endosteumnya.
Ruang Epidural
Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang
mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.
Ruang Subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit
4
dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli.
Indikasi Lumbal Punksi
1. Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan sel, kimia dan
bakteriologi
2. Untuk membantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti tumordan
spinal anastesi
3. Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada
pneumoencephalografi, dan zat kontras pada myelografi
5
6. Dilakukan pemeriksaan tekanan dengan manometer dan test Queckenstedt bila
diperlukan. Kemudian ambil sampel untuk pemeriksaan jumlah danjenis sel, kadar
gula, protein, kultur baktri dan sebagainya.
6
BAB III
PEMERIKSAAN TERHADAP LCS
1. Warna
7
o Kuning.
CSF yang berwarna kuning (xantokromia; Gbr.8.6) dapat disebabkan oleh:
perdarahan lama, ikterus yang berat, stenosis kolumna vertebralis.
o Keabu – abuan; disebabkan oleh leukosit dalam jumlah besar seperti didapat
pada radang purulent.
2. Kekeruhan
Pada umumnya sebanyak 200 sel/ul atau kurang tidak menyebabkan kekeruhan
yang dapat dilihat, 200 – 500 sel/ul membuat cairan otak sedikit keruh dan lebih
dari 500 sel/ul membuat cairan otak sedikit keruh atau lebih dari 500 sel/ul
menimbulkan kekeruhan yang jelas menunjukkan meningitis purulenta olehs esuatu
sebab.
3. Sediment
Cairan otak normal, biarpun dipusing, tidak memiliki sedimen sedikitpun juga.
Adanya sediment selalu berarti satu hal yang abnormal; jumlah seiment sejajar
dengan ke- keruhan cairan otak.
4. Konsistensi (Bekuan)
Periksa tabung CSF 10 menit sesudah pengambilan spesimen untuk melihat ada-
tidaknya bekuan. Normalnya, tidak ada bekuan dalam CSF, tetapi bekuan bisa saja
ditemukan pada penyakit atau keadaan berikut.:
o meningitis tuberkulosa: satu atau banyak bekuan kecil dan halus, tampak
kasatmata;
o meningitis purulen: suatu bekuan besar;
o stenosis kolumna vertebralis: CSF membeku seluruhnya.
8
3.3 Pemeriksaan Mikroskopis
1. Mikroskop
2. Bilik-hitung Fuehs-Rosenthal (kalau tidak ada, bisa dipakai bilik-hitung
Neubauer yang disempurnakan)
3. Pipet Pasteur dengan pengisap karet.
4. Penutup kaca objek (sudah satu set dengan bilik-hitung)
9
5. Botol, 2-5 ml
6. Larutan Tiirk
Metode
Bilik-hitung Fuchs-Rosenthal
Hitung jumlah sel per 5 mm'pada persegi 1, 4, 7, 13, dan 16 (Gbr. 8.10).
10
o Apabila memakai CSF yang tidak diencerkan, jumlah tersebut tidak
perlu dikalkulasi lagi; banyaknya sel yang terlihat sama dengan jumlah
per mm3 CSF.
o Apabila memakai CSF yang diencerkan (1:20), jumlah sel per mm3
CSF sama dengan banyaknya sel yang terlihat dikali 20.
CSF yang normal mengandung leukosit kurang dari 5 x 106 per liternya
(kurang dari 5 per mm3). Peningkatan jumlah leukosit dalam CSF dapat
ditemukan pada:
11
Penentuan hitung-jenis leukosif
1. Mikroskop
2. Kaca objek .
3. Centrifuge
4. Tabung centrifuge
5. Pipet
6. Larutan pewarna Romanowsky
7. Metanol.
Cara kerja :
Apabila jumlah sel dalam CSF tidak banyak (kurang dari 200 x 106 /1):
sentrifugasi CSF dengan gaya 30009 selama 10 menit.
1.Cairan supernatan dipisahkan ke tabung lain (bisa dipakai untuk uji yang
lain) .
2.Mengetuk-etuk ujung bawah tabung untuk meratakan endapan. Pada kaca
objek yang bersih, buat apusan dari endapan tersebut dan biarkan mengering.
3·Memfiksasi apusan dengan metanol dan pulas dengan pewarna Romanowsky. Amati sel-
sel tersebut di bawah mikroskop dengan objektif 40x.
1.Memipet setetes CSF yang sudah homogen dan tidak disentrifugasi pada
kaca objek.
2.Membuat apusan tipis dan biarkan mengering.
3.Memfiksasi apusan dengan metanol dan pulas dengan pewarna
RomanowskY.
Metode
12
Memipetkan setetes endapan CSF pad a kaca objek lalu tutup dengan penutup
kaca objek. Periksa preparat tersebut di bawah . mikroskop dengan objektif
40x.
Metode
1. Membuat apusan dari endapan CSF dan biarkan mengering. Pulas apusan
tersebut dengan pewarna Gram.
Identitas spesies secara tepat tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan hasil
pemeriksaan pulasan Gram saja; kultur organisme perlu dilakukan untuk
tujuan tersebut.
13
Neisseria meningitidis (meningokokus) (Gbr. 8.12)
o Negatif-Gram
o Diplokokus , sisinya berhadapan
o Intraseluler, di dalam neutrofil.
o Positif-Gram
o Diplokokus, ujungnya berhadapah
o Terbungkus dalam kapsul, yang tidak tampak pada pulasan Gram.
o Tidak intraseluler
o Biasanya banyak.
o Negatif-Gram
o Basil kecil (kokobasil)
o Tidak intraseluler
o Biasanya banyak.
Basil positif-Gram
14
4. Pemeriksaan pulasan Ziehl-Neelsen pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis tuberkulosa; pemeriksaan jamur, seperti Cryptococcus neoformans
dan Candida albicans, apabila dicurigai penyebabnya adalah jamur.
Metode
15
Metode
1. Pada kaca objek, campurkan: setetes endapan CSF setetes tinta India.
2. Periksa preparat di bawah mikroskop.
Prinsip
Kadar protein total dalam CSF ditentukan dengan mengencerkan CSF dalam
asam sulfosalisilat, lalu membandingkan kekeruhannya dengan set standar
16
protein. Peningkatan kadar globulin dalam CSF dapat dibuktikan melalui uji
Pandy;yaitu dengan menambahkan CSF ke dalam larutan fenol.
1. CSF: sentrifugasi CSF dengan gaya 2000g selama 5 menit, lalu ambil
supernatannya.
2. Pipet ukur
3. Pipet tetes
4. Tabung reaksi Rak tabung reaksi
5. Karton berwarna hitam
6. Larutan asam sulfosalisilat 3%
7. Reagen Pandy
8. Set standar protein.
Normalnya, kadar protein dalam CSF adalah 100-450 mg/I. Peningkatan kadar
protein CSF terjadi pada:
17
Metode pendeteksian globulin (uji Pandy)
1. Memasukkan 1 ml reagen Pandy ke dalam tabung reaksi kecil.
2. Meletakkan tabung di depan karton berwarna hitam
3. Menggunakan pipet tetes, teteskan perlahan-lahan tiga tetes CSF (Gbr.
8.20). Mengamati larutan setiap penambahan satu tetes CSF,
4. Membaca hasilnya.
o Apabila larutan menjadi keruh dan berwama putih setelah CSF
diteteskan ke dalam reagen, berarti ter,dapat globulin (Gbr. 8,21 [a]).
o Apabila larutan tidak keruh , atau sedikit keruh seperti kabut, tetapi
cepat menghilang, setelah CSF diteteskan ke dalam reagen, berarti tidak
terdapat globulin (Gbr. 8,21 [b]),
Laporkan hasil uji ini dengan menuliskan"uji Pandy positif' atau, "uji Pandy
negatif':
Normalnya, kadar glukosa dalam CSF adalah sekitar 60% dari kadarnya dalam
darah, yi., 2,5-4,2 mmoljl (45-75 mg/ml).
18
Metode
Penentuan kadar glukosa dalam CSF dapat menggunakan metode apa saja.
Ketika menggunakan metode ortotoluidin untuk uji glukosa CSF, jumlah
spesimen yang diperlukan empat kali lebih banyak dibandingkan jumlah
spesimen untuk uji glukosa darah.
Catatan: Karena glukosa dalam CSF cepat rusak, penentuan kadar glukosa
harus dilakukan sesegera mungkin setelah spesimen diambil. Kalau ternyata
pemeriksaan ditunda, CSF harus diawetkan dengan fluorida –oksalat.
Seperti juga kadar glukosa , kadar chlorida dalam cairan otak turut naik turun dengan
kadar chlorida dalam plasma darah. Dalam keadaan normal terdapat 720 -750 mg
chlorida per dl ( disebut sebagai NaCl) dalam cairan otak. Bandingkanlah nilai normal
dalam plasma darah; 550 – 620 mg/dl sebagai NaCl.
Penetapan kadar chlorida berguna pada diagnosis meningitis, pada menngitis akut
kadar itu akan merendah hingga kurang dari 680 mg/dl. Pada meningitis tuberculosa
didapat penyusutan yang sangat besar, biasanya sampai kurang dari 600mg/dl.
Pendapat; cairan otak jernih dengan tekanan meninggi, pleiositosis, kadar protein
meninggi, kadar glukoa dan chlorida kedua – duanya merendah mengarahkan
persangkaan kepada meningitis tuberculosa.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi
Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses
ultrafiltrasi saja dari plasma darah.
Pengambilan cairan serebrospinal dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal
Punksi atau Lateral Cervical Punksi
Jenis – jenis pemeriksaan LCS :
20
DAFTAR PUSTAKA
Chairlan dan Estu Lestari. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium
Kesehatan,Ed.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gandasoebrata, R.1969. Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta : Dian Rakyat
Pearce, Evelyn C.2016. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarat : PT.
Gramedia Pustaka
Ravael, R. Clinical Laboratorary Medicine,4thed. Chicago : Year Book Medical.
1984. 203 – 210.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
21