BASIC SCIENCE
Dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma & bentuk intinya
a. Granula Spesifik : granula yang spesifik terikat pada unsur netral atau asam
dari campuran pewarna & emiliki fungsi khusus.
Tidak punya granula spesifik tapi punya granula azurofilik yang bervariasi jumlahnya, inti
bulat / berlekuk.
Leukosit terlibat dalam pertahanan seluler & humoral dari organisme terhadap materi asing.
Dalam keadaan tercampur dalam darah sirkulasi, leukosit tampak sferis, sel-sel yang tidak
bergerak, tetapi leukosit mampumenjadi gepeng & bergerak.
1
b. PEMBENTUKAN SEL DARAH PUTIH
Myelopoiesis (Granulocytopoiesis)
- Granulocyte production proceeds after cell lineage commitment was determined the
identity of maturing cell as a part of myelocytic series.
Metamyelocyte & band (represent the end of DNA synthesis). Pada maturation pool.
Mature cells meninggalkan bone marrow dan bergerak secara transient, membentuk suatu
proses pada endothelial cell (memisahkan parencyhm marrow dari sinuses venous).
Setelah terlepas, sel-sel menjadi bagian dari functional pool, masuk ke peripheral
blood/vessel wall selama beberapa jam. Kemudian meninggalkan darah masuk ke
jaringan/body cavity.
Saat sel-sel masuk ke jaringan, pada bone marrow akan digantikan oleh sel-sel yang lain.
Setengah dari sel-sel dilepaskan & bersirkulasi secara bebas sementara setengah sel-sel yang
lain bermigrasi ke dinding pembuluh darah, terutama di liver, paru-paru & spleen.
Setelah masuk ke jaringan, sel-sel tidak akan kembali lagi masuk ke pembuluh darah.
2
Morphological Changes
Terdiri dari :
2. Kondensasi kromatin.
- Pewarnaan acid dyes eosin affinitas tinggi untuk eosinofil, menjadi reddish orange.
Myeloblast
Promyeloblast (Progranulocyte)
3
Morfologi Leukosit
1. NEUTROFIL (PMN)
- Diameter = 12-15 m.
- Sitoplasma 2 granul :
- Neutrofil mati + bakteri + bahan yang dicerna cairan kental berwarna kuning yang
disebut pus.
4
Myeloblast Promyelocyte N.Myelocyte N.Metamyeloc N.Band N.Segment
(Progranulocyt yte ed
e)
Nuclear Light reddish- Light reddish- Reddish-blue Light blue- Purplish-red, Purplish-
color/ blue, fine blue, fine fine purple with clumped red,
chromatin meshwork meshwork, chromatin basophilic granular clumped
with no slight with slightly chromatin chromatin granular
aggregation of aggregation aggregated or easily chromatin
material maybe seen at granular distinguishable
nuclear pattern
membrane
5
2. EOSINOFIL
- Diameter = 12-16 m.
- Ciri pengenalan utama banyak granula spesifik besar & refraktil memanjang.
- Satu inti berkristal (internum) terletak paralel terhadap smbu panjang granula, inti
mengandung protein protein dasar utama. Materi kurang padat yang.
6
position c or central eccentric eccentric eccentric
central
3. BASOFIL
- Diameter = 12-15 m.
- Inti terbagi ke dalam lobus tak teratur, namun seringkali terhalangi granula-granula
spesifik di atasnya.
- Granula spesifik (d=0,5 m) lebih sedikit & ukuran lebih tidak teratur, mengandung
heparin & histamin & sanggup menghasilkan leukotrin yang menyebabkan kontraksi
lambat pada otot polos.
7
Myelobl Promyelocyt E.Myelocyte E.Metamyelo E.Band E.Segmente
ast e cyte d
(Progranuloc
yte)
8
cytoplasm Slight Increased
4. LIMFOSIT
- Diameter = 6-15 m.
- Dalam sirkulasi ada sedikit llimfosit sedang & besar dengan d= 18 m Limfosit T
& B.
- Fungsi :
9
Sel T penolong mengatur aktivitas sel T/sel b secara positif.
- Menghasilkan substansi yang mematikan sel-sel lain, termasuk sel-sel tumor, sel yang
terinfeksi virus & cangkokan asing.
- Jika mendapat rangsangan akan membelah diri beberapa kali lalu berdiferensiasi
menjadi sel plasma dalam jaringan & menghasilkan immunoglobulin.
10
moderate
5. MONOSIT
- Diameter = 12-20 m.
- Inti = lonjong, tapal kuda / ginjal, umumnya eksentrik, berwarna lebih pekat.
- Kromatin kurang padat & tersusun lebih fibrilar, ada anak inti.
11
Nuclear shape Round, Round with Increased Round or
oval or chromatin folding or reniform
slightly creases or elongated
folded cerebriform
folding more
distinct
Mo Infeks BM
nos i supress
it virus/ ion,
jamur, pengob
TB, atan
bebera dengan
pa cortisol
leuki
12
mia, other chronic desease. .
c. DD keganasan hematologi
Dibagi menjadi 3:
b. chronic limfocyticleukimia.
c. hodgkin limfoma.
b. myeloplastic syndrome.
13
Myeloid disorder
14
mening
kat.
Lympoid disorder
15
a.
- Banya
knya
kelaina
n sel
sel
limfosi
t
d. PRELEUKEMIA
Preleukemia condition disebut juga dengan Myelodysplastic Syndrom (MDS)
Definisi:
Epidemiologi:
Etiologi:
16
- Paparan lingkungan, pekerjaan, termasuk ammonia, irradiasi (masih belum pasti)
- Benzene -> merusak sel progenitor hematopoesis
- Merokok dan memiliki riwayat keluarga kanker kan meningkatkan faktor resiko
MDS
- Pasien yang diterapi dengan kemoterapi / terapi radiasi (masih belum pasti)
Gejala klinis:
Prognosis:
e. Polisitemia
Definisi
Peningkatan jumlah total massa sel darah.
Peningkatan massa sel darah merah akibat eritropoiesis yang berlebihan, yang dapat
terjadi sebagai kompensasi reaksi fisiologis terhadap hipoksia jaringan atau sebagai
manifestasi utama polisitemia vera.
Epidemiologi
- Pada usia pertengahan 40-60 tahun
- Lebih banyak mengenai laki-laki daripada permpuan
Etiologi
- Peningkatan poliferasi sel induk hematopoietic
17
- Faktor resiko :Berkurangnya volume plasma, Hipoksia, Sindrom Gasibock,Tumor
penghasil eritropoetin,Methemoglobin&sulfthemoglobin, ,Hemoglobinopati,
Penyakit jantungsianosis, Karboksihemoglobin
- Faktor geografis
- Kebiasaan yang tidak sehat5.Kelainan genetik
Klasfikasi
1. polisitemia sekunder
Merupakan polisitemia fisiologis,
Kapanpun jaringan mengalami hipoksia akibat terlalu sedikitnya oksigen di dalam udara
yang dihirup, misalnya orang yang tinggal di tempat yang tinggi, atau akibat gagalnya
pengiriman oksigen ke jaringan, seperti pada gagal jantung, maka organ-organ pembentuk
darah secara otomatis akan memproduksi sejumlah besar sel darah merah tambahan.
2. polisitemia primer(polisitemia vera)
Adalah keadaan patologis dengan jumlah sel darah merah yang dapat mencapai 7-8
juta/mm3 dan hematocrit yg dapat mencapai 60-70 %
18
dan ikan dari air yang terpolusi dapat mengandung benzopyrene, tetapi dari penelitian
epidemiologis dan percobaan binatang belum ditemukan hubungannya dengan kanker.
Golongan ini di-hidroksilasi
oleh enzim arylhydrocarbon hydroxylase (dalam limfosit) menjadi karsinogen yang
reaktif.
2. Aromatic amine.
Contoh: butter yellow (dulu dipakai sebagai pewarna mentega sebelum efek karsinogeniknya
pada binatang diketahui), insektisida naphthylamine, benzidine dan 3-acetylaminofluorene.
Naphthylamine menyebabkan kanker hati pada rodentia dan kanker kandung kemih pada
anjing, juga karsinogenik untuk manusia. Benzidine menyebabkan kanker kandung kemih
pada pekerja industri zat warna. Golongan ini diaktifkan dulu oleh enzim dalam
sel hati atau ginjal atau sel tubuh lainnya menjadi karsinogen yang reaktif.
3. Alkylating.
Contoh: epoxide, lactone, nitrogen mustard dan derivatnya. Nitrogen mustard untuk
pengobatan penyakit Hodgkin menimbulkan kanker lain pada penderita tersebut misalnya
lekemia, kanker kandung kemih dan limfoma. Termasuk dalam golongan ini chlorambucil
dan busulphan
menimbulkan lekemia sedangkan cyclophosphamide menimbulkan kanker kandung kemih.
Untuk lekemia periode latennya singkat sedangkan kanker solid lebih lama. Telah lama
diketahui golongan ini bersifat mutagenik berikatan dengan bagianbagian molekul DNA
menyebabkan kesalahan pada replikasi DNA.
4. Nitrosamine.
Terbentuk dari nitrit dengan sejumlah amin. Garam nitrit dan nitrat alamiah terdapat dalam
sayur-sayuran, ikan dan daging. Nitrit digunakan sebagai aditif makanan (pengawet daging)
sejak abad ke 19 dan peptisida, juga terdapat dalam makanan sebagai residu obat-obatan.
Sumber amin adalah obat tertentu dan nikotin. Nitrosamine juga terbentuk pada proses
memanggang dan terdapat dalam asap rokok. (5,8) Nitrosamine menyebabkan macam-
macam kanker pada
spesies binatang percobaan yang berbeda yaitu kanker hati, ginjal, paru, esofagus, vesika
urinaria, pankreas, trakea, sinus dan saraf tepi. Di beberapa bagian dunia misalnya India,
19
mengunyah buah pinang dapat menyebabkan kanker mulut, farings atau esofagus,
kemungkinan karena nitrosamine dalam buah pinang. Penyelidikan epidemiologis
membuktikan tidak konsistennya hubungan nitrosamine dengan kanker lambung. Golongan
ini diaktifkan dulu oleh enzim sel hati atau ginjal atau sel tubuh lainnya menjadi karsinogen
yang reaktif. Berdasar pengetahuan saat ini nitrosamine pada manusia belum pasti
menimbulkan kanker.
5. Aflatoxin B1.
Pada permulaan tahun 1960 diisolasi dari jamur Aspergillus flavus yang tumbuh pada
makanan yang disimpan yaitu kacang tanah, jagung, gandum, kacang polong, beras, kacang
kedelai, buah, daging tertentu, susu dan keju. Aflatoxin adalah karsinogen hati pada beberapa
spesies binatang. Pada manusia menyebabkan kanker hati (hepatoma primer), terdapat bukti
bahwa aflatoxin mempunyai peranan utama untuk terbentuknya kanker hati di negara tropis
sebagai kontaminan dari makanan karbohidrat, terutama biji-bijian dan kacang-kacangan.
Aflatoxin juga ditransformasikan dulu oleh enzim sel hati atau ginjal
menjadi karsinogen yang reaktif.
6. Logam berat.
Senyawa kromium (Cr), nikel (Ni) dan uranium (Ur) diduga menyebabkan kanker paru dan
sinus
sedangkan kadmium (Cd) diduga menyebabkan kanker prostat.
7. Vinylchloride
pada pekerja pabrik bahan dasar plastik, polyvinylchloride (PVC) dapat menyebabkan kanker
hati (angiosarkoma), kanker paru, otak, darah dan limf. Bungkus plastik dan tempat makanan
plastik yang menggunakan bahan dasar vinylchloride menguatirkan konsumen.
20
9. Carbontetrachloride pada pekerja plastik dan pekerja cuci kering menyebabkan kanker
hati, thiourea (zat aditif makanan) pernah digunakan sebelum diketahui sifat karsinogeniknya
pada binatang
11. Hidrocarbonchloride
sebagai peptisida misalnya DDT, eldrin, dieldrin menyebabkan kanker hati pada tikus dan
lain spesies, pada manusia belum jelas menyebabkan kanker, mungkin karena periode
latennya belum diketahui berapa tahun.
Phenacetin diduga penyebab kanker pelvis renis dan kandung kemih, methoxypsoralen
penyebab kanker kulit, arsen penyebab kanker kulit dan chlornaphazine penyebab kanker
kandung kemih.
Paparan Benzene dengan kadar 1-10 ppm dapat menyebabkan kerusakan kromosom/DNA,
sedangkan dengan paparan 124-240 ppm dapat menyebabkan leukemia.
21
Benzene merusak DNA dengan cara translokasi gen serta menyebabkan kromosom
aneuploidi. Selain itu juga hipermetilasi terjadi yang menyebabkan perubahan epigenetik,
yang mempengaruhi ekspresi gen dalam mensintesis protein baru. Gen yang dirusak yaitu
FLT1, DNMT3A.
Kerusakan gen dan perubahan epigenetik tersebut dapat menyebabkan pengaktifan onkogen,
penurunan regulasi apoptosis, dan penurunan ekspresi gen suppressor tumor, sehingga
menyebabkan keganasan sel.
Paparan benzene bisa terabsorbi manusia melalui kulit dan inhalasi oleh paru-paru, kemudian
masuk ke sirkulasi darah. Sehingga ketika seorang pekerja yang beresiko terpapar benzene
bisa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan dan masker, mencegah
agar tidak terlalu banyak paparan yang masuk ke dalam tubuh.
B. Clinical Science
a. LEUKEMIA
DEFINISI
- Malignant disease of hematopoietic tissue
- Karakteristik: replacement elemen-elemen normal pada bone marrow dengan
abnormal (neoplastic) blood cells
22
- Leukemic cell tidak hanya menginvasi di peripheral blood tapi juga commonly invade
RE tissue (spleen, liver, lymph node)
EPIDEMIOLOGI
- US: 8-10 new cases / 100.000 individuals
- Most cases: older adults dengan AML dan CLL
- > 50 % terjadi pda usia > 64 tahun
- Angka kejadian pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada wanita
ETIOLOGI
- Translocation, genetic fusion/mutation abnormal oncogene / tumor suppressor gen
expression unregulated cellular proliferation & differentiation
FAKTOR RISIKO
a. Host factors:
Hereditary
Congenital chromosomal abnormalities (chromosomal fragile; blooms
syndrome; fanconis anemia)
Abnormal chromosomal number (down syndrome; klinefelter syndrome;
turner syndrome)
Immunodeficiency
Chronic marrow dysfunction (aplastic anemia)
b. Environmental factor:
Ionnizing radiation
Drugs (chloramphenicol; alkylating agent)
Viruses (HTLV-1; HTLV-2, EBV)
23
Anemia Mild to severe Mild
Thrombocytopenia Mild to severe Mild
White blood cell count Variable Increased
Organomegaly Mild Prominent
24
PATOGENESIS , PATOFISIOLOGI dan MANIFESTASI KLINIS
meningkatnya
mitosis, growth - meningkat inhibisi
promoting dan tumor suppresor
onciprotein gens (p53)
proliferasi selular
yang tidak terkontrol
25
leukemia
gingival
lymphadenopaty auditrory (x) splenomegaly hypertropy and fatigue fever bleeding
oval lessions
headache pallor
facial palsy
26
b. ACUTE LEUKEMIAS
Leukemia pada level-level genetic dalam beberapa kasus terlihat dihubungkan dengan
adanya mutasi dan perubahan expression dari oncogenes dan tumor suppressor gene.
Host Factor
1. Heredity
Inherited (keturunan) untuk leukemia tidak terlihat walaupun pada individu sebagai
peningkatan predisposisi. Insiden meningkat dalam anggota keluarga identic pada pasien yang
kembar dengan akut leukemia, tetapi pernyataan tersebut masih kontrofersi, hanya sebagai
factor resiko dari perkembangan acute leukemia. Pada bayi yang kembar karena sirkulasi
plasenta (kemungkinan uterus terpapar).
2. Congenital Chromosomal Abnormalities
Pada acute leukemia akan terjadi peningkatan frekuensi pada pasien dengan congenital
disorder, yaitu;
Contoh:
27
Chromosomal fragility (Blooms Syndrome dan Fanconis Anemia).
Abnormal chromosom (Down Syndrome, Klinefelters Syndrome, Turners
Syndrome).
3. Immunodeficiency
Insidensi tinggi dari lymphoproliferative disease (lymphoid leukemia dan lymphoma).
Tercatat pasien dengan immunodeficiency hereditary.
Contoh:
Ataxia-Telangiectasia dan Sex-Linked Agammaglobulinemia.
4. Chronic Marrow Dysfunction
Merupakan faktor resiko pada acute leukemic transformation.
Contoh:
Myeloblastic syndrome, myeloproliferative disorder, aplastic anemia, paroxysmal
nocturnal hemoglobinuria.
Environmental Factors
1. Ionizing radiation
Leukemia dengan exposure radiasi ionizing.
Contoh:
Exposure senjata nuklir pada Hiroshima dan Nagasaki.
2. Chemicals dan drugs
Diasosiasikan dengan perkembangan dari leukemia.
Contohnya:
Pada manusia; benzene chemical toxin.
Pharmachologic agents chloramphenicol dan phenylbutazone.
Cytotoxic chemotherapeutic agents khusus alkylating drugs (leukemic
transformation) meningkat dengan penggunaan terapi radiation.
Smoking (merokok) faktor resiko (walaupun sedikit pengaruhnya) untuk AML
pada orang dewasa. Pada childhood AML dengan maternal konsumsi alcohol
selam masa kehamilan.
3. Viruses
Ada yang spesifik, yaitu;
Human T-cell Leukemia / Lymphoma Virus-1 (HTLV-1) termasuk agent
penyebab pada adult T-cell Leukemia / Lymphoma (ATL). ATL endemic; South-
Western Japan, Carribean Basin, Africa, South-Eastern United States, dll.
HTLV-2 khusus Hairy-Cells Leukemia (Chronic Lymphoid Leukemia).
28
29
30
FAB Classification of Acute Myeloid Leukemia
31
b. M1 AML with minimal maturation
Dominant myeloblast (>90%) dengan tanda tanda maturasi (<10% promyelocyte
atau sel-sel lain).
Diagnosis: terdapat Auer Rods, 3% blast reaktif terhadap sudan black atau
myeloperoxidase, mengekspresikan myeloid antigen, termasuk CD13, CD33, atau
CD14.
Auer rod: cytoplasmic inclusion that result frm an abnormal fusion of primary
granules. Appear as pink/purple staining rods/splinter shaped inclusion.
Umum pada anak-anak daripada orang dewasa.
Constitutional symptoms are common and hepatosplenomegaly.
Chemosensitive dan prognosisnya baik.
c. M2 AML with maturation
Leukemic marrow infiltrate menyeruoai M1 kecuali tanda terdapat maturasi ke atau
dibawah promyelocyte stage.
Tipe yang paling umum dari AML
Berhubungan dengan fusi gen ETO/AML1 dan dengan prognosis yang baik, rate
of remission dan relatively long median survival.
d. M3 acute premyelocytic leukemia
Leukemic iniltrate disusun oleh abnormal promyelocyte heavy granulation,
terkadang mengaburkan nukleusnya dan mengandung banyak cytoplasm.
Auer rod sering ditemukan dan beberapa sel dapat mengandung bundle atau stack of
Auer rod (faggot cell).
Nucleus dalam berbagai macam dan bentuk dan sering reniform (kidney shaped)
bilobed.
Selnya strongly positive dengan pewarnaan peroxidase dan biasanya negative pada
pewarnaan NSE.
Berhubungan dengan peningkatan insidensi DIC
Sign and symptomms : pteciae, small echymoses, heamturia dan pendaraan pada
venipuncture dan bone marrow site, dan coagulation abnormalities termasuk
memanjangnya prothrombin dan thrombin time, meningkatnya fibrin degradation
dan production, serts menurunnya jumlah plasma fibrinogen.
Thrombocytopenia yang cenderung lebih parah dibandingkan dengan tipe lain dari
AML.
Schisocyte evident of peripheral blood smear.
32
Unique feature: translocation chromosome 15 dan 17 associated with hybrigene
PML/RAR
Terdapat variantnya microagranular variant (M3M). Leukemic cell M2M
mempunyai granules yang dapat dilihat pada romanovsky stained smear. Secara
morfologis sel sel leukemic tampak monocytoid dengan prminent nuclear folding
dan abundant cytoplasm. Hamper semua nukleusnya reniform/bilobed. Granulation
is scant or absent.
e. M4 acute myelonocytic leukemia
Karakteristik: granulocytic dan monocytic differentiation.
Pada romanovsky: primary granulocytic differentiation, folded nuclei, dan moderate
to abundant cytoplasm (monocytic differentiation).
Diagnosis: peroxidase atau sudan black dan NSE peripheral blood monocyte count
> 5x109/L
Berhubungan dengan eosinophilia, biasanya 5% NEC
Large basophilic-staining granule.
Variant: M4E0, sangat berhubungan dengan abnormalitas chromosome 16 termasuk
delesi atau inverse tanjang panjang (16q), mempunyai median survival lebih lama
dari pada M4, the molecular genetic is hybrid gene CBF-/MYH11.
f. M5
Terdapat dua variant:
33
Abnormalities involving the long arm of chromosome 11 (11q).
g. M6 erytroleukemia
Dikarakteristikan dengan abnormal proliferation of erythroid and myeloid precursor.
Tedapat hypercellular bone marrow with marked erythroid hyperplasia.
Megalobastic changes dapat dilihat pada erythroblast bersamaan dengan gambarang
dysplastic lainnya.
Anemia, reticulocytropenia infecctive erythropoiesis.
Differential diagnosis: megaloblastic anemia from B12 deficiency, congenital
dyserytropoietic anemia, dan MDS (myelodysplastic syndrome).
h. M7 acute megakaryoblastic leukemia
Dikarakteristikan dengan neoplastric proliferation of megakaryoblast and atypical
megakaryocyte.
Morfologi: sel-sel yang kecil dengan sedikit cytoplasm, chromatin yang padat,
cytoplasmic projection, azurophilic granues resembling early granular
megakaryocyte.
Diagnosisnya dengan immunocytochemical of platelet antigen (CD1a)
Insidensi
- Leukemia di Unites States; 8-10 kasus per 100.000 individu per tahun.
- Tahun 1998; kurang lebih 28700 kasus tercatat (chronic dan acute).
- Insiden meningkat dengan umur 63 tahun (in US).
- Adults > children, dengan perbandingan 10:1.
- Male > female, dengan perbandingan 1-2:1.
Membedakan Acute Dan Chronic Leukemia
Acute Chronic
34
Thrombocytopenia Mild to severe Mild
Clinical Feature
Pasien dengan acute leukemia secara klinik onset dari gejala dan tanda-tandanya
terjadi secara tiba-tiba dan hanya dalam beberapa minggu. Pasien terlihat butuh perhatian
medis, karena merasa lelah (weakness), perdarahan yang abnormal, atau gejala separti flu.
Adanya kerusakan pada bone marrow untuk memproduksi secara cukup dari jumlah
sel-sel yang normal oleh proloferasi dan akumulasi dari sel-sel leukemia dalam bone marrow.
Beberapa komplikasinya yaitu; anemia, thrombocytopenia, granulocytopenia.
Thrombocytopenia
- Yaitu reduction di dalam jumlah dari platelet dalam darah, akibatnya bleeding ke dalam
skin (purpura), spontaneous bruising, prolonged bleeding setelah injury. Diakibatkan
karena failure dari produksi platelet / excessive destruction dari platelets.
- Menyebabkan hemorrhagic disorder, dan bisa mengakibatkan Disseminated Intravascular
Coagulation (DIC).
- Mild mudah memar, ptechiae, mucosal bleeding. Severe GI tract, genitourinary
tract, CNS hemorrhage.
Granulocytopenia
- Yaitu reduction dari jumlah leukosit (type white cells) dalam darah.
- Severe karena infeksi; bakteri (staphylococcus, pseudomonas, Escherichia coli,
klebsiella), fungal (candida, aspergillus), virus (jarang terjadi).
35
Clinical Features Of Acute Leukemia
Organ Infiltration
Spleen Splenomegaly
36
Liver Hepatomegaly
Test Laboratorium:
M0 - - - -
M1 + - -
M2 + - -
M3 + + - -
M4 + + + -
M5a - - + -
M5b - - + -
37
M6 + - +
M7 - +
Trisomi 8 variabel
T (8;21)(q22;q22) M2, M4
T (15;17) (q21;q21) M3
T (9;22) (q34;q11) M1
CBC
Platelet count
WBC diff count
Peripheral blood smear : blast atau sel imatur
Bone marrow ubtuk klasifikasi leukemia dari morfologi dan cytochemistry criteria
Kriteria WHO : minimum blast count adalah 20%% dari darah perifer atau bone marrow.
Kriteria FAB : min.30%
Evaluasi morfologi :
Romanowsky (wright-giemsa)
Untuk klasifikasi apakah AML atau ALL
38
Auer rods : inklusi sitoplasmik akibat abnormal fusi dari granul primer dan
merupakan sifat khusus dari proses myeloproliferative -> AML
Pada pewarnaan tampak seperti pink atau purple staining rods atau splinter inklusi
Feature AML ALL
Cytochemistry
Menggunakan special stain untuk mengidentifikasi komponen kimia dari sel seperti
enzim atau lipid
Untuk klasifikasi akut leukemia
Ada 5 pewarnaan :
Staining Site of act Cell stained (+) (-)
39
Protein pada membran sel yang dpat dideteksi menggunakan flowcytometr dan
imunochemistry,tiap stage maturasi berbeda protein yang diekspresikannya
- Cytoplasmic marker
Cell marker studies can also be directed at cytoplasmic antigen
ALL :
T cell : cytoplasmic CD3
B cell : cytoplasmic CD22,CD79
AML :
CD13,CD33
- Terminal deoxynucleotidyl transferase (TdT)
Enzim nuklear unik (DNA polymerase) yang ada pada stem cell dan prekursor B- dan
T- lymphoid cell.
- Cytogenetics
Untuk diagnosis , subklasifikasi,prognosis,terapi yang tepat dan monitor efek terapi.
Contoh :
Abnormalitas kromosom : t (6;9)
Associated disorder : AML(M2) dan AMML (M4)
Interpretasi Bone marrow dan peripheral blood berdasar selularitas dan M:E ratio
Selularitas :
Ratio sel nucleated hematopoietic terhadap sel lemak. Pada orang dewasa normalnya
50%()
M:E ratio :
Pada orang dewasa dengan selularitas 50% ,sekitar 30-40% adalah granulopoesis dan
10-15% eritropoesis dengan rata-rata M:E ratio adalah 4:1.
MANAGEMENT AML
2 principle objective:
1. Cytoreduction chemotherapy
40
Mainstay treatment
MOA cytotoxic chemotherapeutic: poison deviding cell by blocking DNA or
RNA synthesis.
Kombinasi dari beberapa obat dengan MOA yang berbeda diperlukan untuk
mengatasi leukemic cell drug resistance. Misalnya kombinasi antara
prednisone, vincristine, asparaginase untuk ALL anak-anak atau kombinasi
cytarabine dan daunorobinase untuk AML.
Obatnya diberikan dengan dosis substantial marrow toxicity.
Komplikasi: marrow hypoplasia dan cytopeia.
Untuk mengatasi komplikasi dapat diberikan hematopoietic groeth factor
granulocyte-macrophage ayau monocyte colony stimulating factor (GM-CSF)
atau granulocyte clony stimulating factor (G-CSF) improve the status of
supportive care pada pasien.
2. Radiotherapy
Merupakn terapi tambahan (adjuvant) untuk chemotherapy pasien yang
mempunyai local tissue involvement dan CNS prophylaxis.
3. bone marrow transplantation
allogenic bone marrow transplantation important treatment modality.
Bone marrow pasien dieradikasi secara lengkap oleh intensive chemotherapy
atau total body radiation.
Donor bone marrow diambil dari HLA compatible donor.
Donor cell dipersiapkan dan di infuskan ke pasien secra intravena.
Donor cells travel to the recipient empty marrow engaft (3-4 weeks)
multiply repopulate.
Hamatologic value akan kembali normal setelah 2-3 bulan.
Komplikasi: infeksi, hemorrhage, dan graft-versus-host disease.
Supportive care:
41
Fase pengobatan:
42
o Kerugian: tidak adanya efek imunologis graft-versus-leukimia yang
mempunyai efek antileukemia dan adanya kemungkinan reinfus sel I
leukemia
4. terapi relaps atau refraktor
43
Prognosis AML
44
45
46
Host factor Environmental factors
Hematopoiesis terganggu
dengan adanya blockade
maturitas
47
PATOFISIOLOGI AML
Acute Myeloid Leukemia
Infiltrasi organ
pancyto penia
hepatomegaly splenomegaly
trombositopenia Granulositopenia anemia
48
INTERPRETASI
49
Gambar 1 Gambaran Acute Myeloid Leukimia
Pada pasien ini, gambaran SADT dan bone marrow menunjukkan adanya myeloblast
dengan maturasi karena sudah terdapat granul. Oleh karena itu pasien mengalami
acute myeloid leukemia M2.
Gambar 2 AML M2
50
Chronic Myeloid Leukimia
Pada chronic myeloid leukemia, terdapat gambaran seluruh seri granulopoiesis pada
SADT dan bone marrow.
51
Bone Marrow Differential Count
52
c. Chronic Myelogenous Leukemia
Definisi
Epidemiology
Faktor risiko
Ionizing radiation
Cytotoxic drug (khususnya alkylating agent)
Biologically active chemical (benzene)
Pasca pengeboman
Etiology
Adanya PH (Philadelphia) Kromosom. Yang merupakan tanslokasi antara gen 9 dan 22.
Manifestasi klinis
Diagnosis
Laboratory feature :
Peripheral blood
Neutrophilic leukocytosis with immature form .
Basophilia/Eosinofilia.
Trombocytosis.
Anemia .
53
Blast < 10%.
Decrease ALP (alkaline phosphatase).
Increase lactate dehydrogenase .
Increase uric acid .
Increase Vitamin B .
Bone Marrow
Myeloid hyperplasia
Blast<10%
Minimal/no dysplasia
Increase megakaryocyte
Myelofibrosis
Monocyte usually 3 %
Genetic studies
PH Kromosom positif
BCR-ABL-Positif
54
Interpetasi ALL dan CLL
1. CBC
a. ALL
White Blood Cell meningkat, lebih dari 10.000/L
Hb menurun
Platelet menurun
b. CLL
White Blood Cell meningkat, lebih dari 5.000/L
Hb menurun
Platelet menurun
2. Differential count, untuk ALL dan CLL secara absolut memperlihatkan limfositosis di
darah tepi dan bone marrow.
3. Gambaran Apus darah tepi dan bone marrow
a. ALL
Menurut French American British, klasifikasi ALL dibagi menjadi L1, L2 dan
L3 yang diklasifikasikan berdasarkan morfologi sel dan hasil pemeriksaan
sitologi.
L1 (Precursor Lymphoblastic Leukemia)
Kriteria: terjadi mutasi tunggal Stem Cell lymphoid yang menyebabkan
proliferasi abnormal lymphoblast.
SADT: Normocytic-normochromic anemia, Platelet menurun dan WBC
jumlah bervariasi.
BM: Hiperselular dengan lebih dari 25% sel blast terdapat di perifer.
55
L3 (Burrkit Type)
Memiliki ciri yang mirip dengan L1 dengan sitoplasma sel blast basofilik dan
bervakuola, sel blast lebih besar dari L1, memiliki nukleoli yang bulat atau
oval.
b. CLL
Terdapat tiga jenis penampakan sel yang khas di CLL yaitu :
Basket cell, artefak limfosit yang terbentuk karena resistensi membran
sel limfosit yang buruk karena diferensiasi sel yang tidak terkontrol
pecah saat SADT dibuat.
Clumped chromatin adalah penampakan sel limfosit dengan kromatin
yang tertarik ke satu arah dan bertumpuk
Sel Blast
56
PATOMEKANISME, BHP, IIMC
PATOMEKANISME
Stela, 35 tahun
Terpapar zat kimia (benzene) melalui inhalasi, penetrasi ke kulit
Menuju ke sirkulasi
Aktivasi benzene di liver (Benzene Benzene Oksida)
450
Menghasilkan metabolit (hidroquinon, fenol, kathekol, asam mukonat, CO2)
Transport metabolit ke bone marrow
Konversi metabolit menjadi semiquinone radicals dan quinone (melalui enzim peroxidase)
Pembentukkan ROS melalui siklus redoks
Translokasi kromosom dan kerusakan untaian DNA
Pada stem cell (myeloid)
Aktivasi protooncogen dan inaktivasi supressor gen
Proliferasi WBC immatur
57
58
BHP
IIMC
Q. S. Al-Araf : 157
Dan Allah mengharamkan bagi mereka sesuatu yang menjijikan.
59