Anda di halaman 1dari 64

M RIZQI WICAKSONO, S.

DASAR-DASAR
PARAMETERPRODUKSI
PERTAMBANGAN
BATUBARA
Gambaran Dasar
Mengenai Proses dan
Aktivitas
Penambangan
Batubara

2
Urutan Kegiatan Pertambangan
Explorasi

Study Kelayakan

Development
(Insfrastruktu
r)

Exploitasi
(Penambang
an)

Pengolahan

Pemasaran

3
Metode Penambangan

1. Tambang Terbuka (Surface Mining)


• Kontak langsung dengan udara bebas
• Bukaan luas kedalaman terbatas
• Biaya Relatif murah
• Contohnya : Open Pit, Open Cast,Strip Mine,Qiarry, dll
• Alat : Excavator, Dump Truck, Dozer, Scrapper, dll

2. Tambang Bawah Tanah ( Underground Mining)


• Tidak kontak langsung dengan udara bebas
• Bukaan sempit, area terbatas, kedalaman relative dalam
• Biaya Relatif mahal
• Contohnya : Room & Pillar, Longwall, Block Caving, dll
• Alat : Power roof Support, Drum Shearer 4
Proses Penambangan Batubara

5
Proses Penambangan Batubara

6
Proses Penambangan Batubara
Land
Clearing

Soil Digging Loading Hauling


Removal

Hard Y Drill- Y
OB Soil
Removal Material Blast
Stock
(Ripping
N )
Dumpin
Coal Digging g
Mining N
Loading
Coal Getting Loading
Hauling

Coal Hauling Hauling

Stock Soil
Dumpin Reshaping
ROM g Speadi
ng

Revegetasi

7
Istila Penambangan Batubara
h Over atau Waste, lapisan tanah atau batuan yang menutupi lapisan batubara (bahan galian
Burde berharga) dan tidak memiliki nilai ekonomis
n

Material tanah pucuk yang mengandung unsur hara atau unsur yang dapat menyuburkan
Top Soil tanaman, biasanya berwarna kuning kecoklatan, terdapat akar-akar pohon dan ketebalan
pada umumnya antara 1 – 2 meter

Lapisan tanah dibawah lapisan top soil dan diatas overburden, umumnya berwarna lebih
Sub Soil terang dibanding top soil, tidak mengandung unsur hara dan umumnya masih bisa digali
secara langsung oleh excavator (freedig)

Broken Material yang sudah mengalami proses pemberaian dengan peledakan, ripping atau rock
Material breaker

Freedig Material asli yang dapat digali tanpa didahului dengan proses pemberaian, baik
Material peledakan atau ripping atau rock breaker

Mud
Material lumpur dengan kandungan air yang relatif besar
Materi
al
Endapan bahan galian yang terbentuk alamiah dialam, pada kondisi payau
Coal
Berasal dari tumbuh – tumbuhan yang mati dan diuraikan oleh bakteri anaerob
(Batuba
ra) Mengalami proses pemampatan karena tekanan dan suhu yang tinggi

8
Terms in Mining Activity

9
Terms in Mining Activity

10
Terms in Mining Activity

11
BASIC OF MINE SUPERVISORY
ACTIVITY

Points:
1 OPERATI
2 ON
3 LOADING
4 SPOTTING
5 HAULING / HAULING
6 ROAD DISPOSAL
MANAGEMENT

12
1. Operation

13
Point komunikasi/memberi intruksi: Poin Observasi:
Sasaran/Tujuan :
1. Instruksi harus jelas 1. Spotting Time
1. Meningkatkan Keselamatan Kerja
2. Tanya apabila mereka tidak tahu
2. Meningkatkan Produkstivitas 2. Loading Time
3. Ulangi instruksi sampai mereka mengerti
3. Menurunkan LOST TIME 4. Beri waktu untuk mengerjakan 3. Idle Time
5. Pastikan mereka setuju dan dapat 4. Root Causes of lost time
4. Mengendalikan Biaya
mengerjakan
6. Jika mereka tidak setuju, tanya mengapa ?
Manusia

Material
Plan Alat
Data
Waktu
Control

Review Do

Proses Operasi

14
2. Loading

15
2. LOADING
HAMBATAN – HAMBATAN:

Waktu yang digunakan sepanjang pengisian bucket Mudah diidentifikasi

pertama hingga pengisian bucket terakhir pada truk. Contoh : Tidak ada truk
Excavator moving ( pindah posisi )
Excavator cleaning loading point
Waktu yang digunakan oleh satu Susah diidentifikasi
loading unit untuk memuat satu truk. Contoh : Metode penggalian yang jelek
Excavator berputar melebihi 90 derajat,
Total Loading Time = Spotting Time + Waktu Pemuatan Gerakan lambat, dll

Point penting:
1. Operator harus memaksimalkan pemakaian excavator,
2. Sedapat mungkin melakukan swing bermuatan dengan bucket penuh,
3. Sudut swing dan tinggi pengangkatan diminimalkan.
4. Tidak ada pekerjaan non produksi yang dilakukan pada saat truck
ada di loading point.
5. Apapun yang menurut operator dapat mengurangi
produtivitas maka harus dilaporkan ke Group Leader
secepatnya.

16
7
Teknik Loading BackHoe

17
8
Teknik Loading Shovel

18
3. Spotting

19
Waktu yang ada antara pengisian bucket terakhir pada satu truk,
hingga waktu pengisian bucket pertama pada truk berikutnya tanpa
ada delay loading unit. (Kurang dari 0,5 menit).

WAKTU EDAR YANG SEMAKIN LAMA = KEKURANGAN TRUK YANG DIMUAT


KEKURANGAN TRUK YANG DIMUAT = TAMBAHAN BIAYA

COST/BCM

BCM/HOUR

20
MAKSUD DAN TUJUANNYA ADALAH UNTUK MEMINIMALKAN
WAKTU TUNGGU (SPOTTING TIME
EXCAVATOR)

Deviasi kondisi

21
JUMLAH TRUK YANG DIBUTUHKAN ???

WAKTU EDAR
TRUK = .....UNIT
(N PASSING X CYCLE TIME LOADER) ( DT )

22
LOADING
POINT

JIKA KONDISI LOADING


CABIN POINT MEMUNGKINKAN,

Posisikan truck lurus


2 kebelakang mengarah ke
1 loading point tanpa
LOADING POINT menghalangi truck yang sedang
dimuat ( loading )
SEARAH PUTARAN JARUM JAM

23
METODE DUMPING
Dumpinglah material dibagian pinggir/tepi dari dumping area, agar kerja
dozer bisa menjadi lebih efektif untuk keamanannya, akan segera dipasang
safety berm pada bagian sisi dumping area

SAFETY BERM

Tingg
i Tyre
DUMPING AREA
Safety
Berm

24
4. Hauling Road

Maksud & Tujuan :


Untuk memastikan semua jalan yang ada di pit selalu
terawat sesuai standar dan semua truk dapat
melewatinya dengan kecepatan yang optimal dan cepat
disiapkan untuk operasi setelah selesai hujan

25
Geometri Jalan Angkut
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat
disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk
meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Apabila perlu dibuat terowongan
(tunnel) atau jembatan, maka cara pembuatan dan konstruksinya harus mengikuti aturan-
aturan teknik sipil yang berlaku. Lajur jalan di dalam terowongan atau jembatan umumnya
cukup satu dan alat angkut atau kendaraan yang akan melewatinya masuk secara bergantian.
Pada kedua pintu terowongan ditugaskan penjaga (Satpam) yang mengatur kendaraan masuk
secara bergiliran,terutama bila terowongan cukup panjang.

Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada umumnya, yaitu:
(1) lebar jalan angkut, (2) jari-jari tikungan dan super- elevasi, (3) kemiringan jalan, dan (4)
cross slope.

26
0

27
Lebar Jalan Angkut Jalur Lurus
Rumus:
L min = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)
di mana :
L min = lebar jalan angkut minimum, m
n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut, m Contoh perhitungan :
Apabila lebar truk 773D Cat 5,076 m, maka :
Lmin =n.Wt +(n +1)(1/ 2.Wt )
=2(5,076 ) +(3)(1/ 2x5,076 )
=17 ,77m ~ 18m

28
Lebar Jalan Angkut Pada Belokan
Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum pada belokan
didasarkan atas:
• Lebar jejak ban;
• Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan
dan belakang pada saat membelok;
• Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan;
• Jarak dari kedua tepi jalan.
Rumus:

dimana :
W min = lebar jalan angkut minimum pada belokan,m
U = lebar jejak roda (center to center tires),m
Fa = lebar juntai (overhang) depan,m
Fb = lebar juntai belakang,m
Z = lebar bagian tepi jalan,m
29
C = lebar antara kendaraan (total lateral clearance),m
30
Jari-jari Tikungan
Tujuan jari-jari tikungan adalah untuk mengimbangi gaya
sentrifugal yang diakibatkan karena kendaran melalui
tikungan sehingga tidak stabil.

Rumus:

Di mana:

R = jari-jari jalan angkut,m

W = jarak poros roda depan dan belakang,m

= sudut penyimpamgan roda depan,

31
32
Jenis-jenis busur pada
lingkaran

1.Lingkaran (Full
Circle)

33
Superelevasi
Pada tikungan diperlukan suatu besaran yang dinamakan
‘superelevasi’ yang gunanya untuk melawan gaya
sentrifugal yang arahnya menuju keluar jalan. Dasar
rumusan adalah :

dimana :
e = “super elevation”, mm/m
S = kecepatan kendaran, km/jam
R = radius belokan, m

35
Kemiringan Jalan
• Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut baik dalam pengereman maupun dalam
mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan pada umumnya dinyatakan dalam persen (%).

• Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut truck berkisar antara 10%-15% atau
sekitar 6-8,50°. Akan tetapi untuk jalan naik atau turun pada lereng bukit lebih aman bila kemiringan jalan maksimum
sekitar 8% (=4,50°)

Kemiringan Vs Kecepatan Jalan Miring Kritis (Meter)

36
Cross Slope
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horizontal.

Pada umumnya jalan angkut mem-punyai bentuk penampang melintang cembung Pada umumnya

jalan angkut mempunyai bentuk penampang melintang cembung. Dibuat demikian dengan tujuan

untuk mempelancar penirisan.

Apabila turun hujan atau sebab lain, maka air yang ada pada permukaan jalan akan segera

mengalir ketepi jalan angkut,tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Hal ini penting

karena air yang menggenang pada permukaan jalan angkut akan membahayakan kendaraan yang

lewat dan mempercepat kerusakan jalan.

37
38
5. Disposal

Tujuan :
1. Penggunaan Dozer dengan Optimum.
2. Menurunkan Lost Time di Dumping area.

39
PROSEDUR MANAGEMEN DISPOSAL
1. Dumping overburden di ujung timbunan

Make sure safety berm ready

2.Pastikan setiap mendorong material diujung timbunan. Bulldozer membentuk “ safety berm “

Safety berm

40
3. Buat area dumping sesuai level dan selebar mungkin untuk memudahkan DT manuver.
Safety berm

Line DT
4.Buanglah material dumping pada lokasi yang
telah ditentukan sesuai dengan rencana. 3

Lakukan manuver DT. Se-efektif mungkin


4
2
1

41
5. Ikuti tahapan penimbunan yang telah direncanakan.

dst 3 2
1
3
Tahap I

4
2
1

42
6. Ikuti tahapan penimbunan yang telah direncanakan.
Tahap II

1 2 dst

Tahap III

dst 3 2
1

43
FINAL
TIMBUNAN

7. Final Timbunan

44
Dumping – Teknik Membuang
1

45
6. Management

Tujuan :
1. Penggunaan Dozer dengan Optimum.
2. Menurunkan Lost Time di Dumping area.

46
Tanggung Jawab Group Leader

• #1 Prioritas: K3LH
• #2 Prioritas: Produktifitas tiap unit
terutama produktifitas alat loading
Monitor produktifitas per jam

47
Basic of Mine Production Heavy
Equipments Applications

48
Swell Factor

49
Load Weight of Material

50
Heavy Equipment Capacity
Excavator: Bucket Volume, Bucket Fill Factor Dump Truck:
Vessel Volume, Vessel Fill Factor
Bulldozer: Blade Capacity, Blade type, Ripper position (height etc)
Motor Grader: Blade Length, Blade Angle

51
Digger Productivity

Which
: = Productivity (Bcm/hr)
Q = Bucket Capacity
q (Bcm)
C = Cycle Time (hr)
T = Correction Factors
F
K

52
Hauler Productivity

whic
h, = Cycle Time (hr)
Which CT = Haul distance (km)
, Q = Productivity (Bcm/hr) D = Full travelling velocity (km/hr)
q = Vessel Capacity V = Empty travelling Velocity
C (Bcm) 1 (km/hr)
T = Cycle Time (hr) V = Manuver-to-load time (hr)
F = Correction Factors 2 = Manuver-to-dump time (hr)
K t1 = Dumping time (hr)

t2

t3

53
Heavy Equipments Availability

54
55
BREAKDOWN
DELAY TIME B/D SCHEDULE
Change Shift B/D UNSCHEDULE
P2H ACCIDENT
P5M/Safety Talk
Tyre/Track Check
Moving Equipment
Repair Front
Repair Road
Repair Disposal
Wait Ripping
No Operator
Operator Trouble
Operator Late
Start Late
Stop Early
Wait Equipment
Wait Engineering
No Location
No Job
Slippery
Meal And Rest IDLE TIME
Praying Strike And Haze
Refueling Rain
56
Greasing Foggy
Dusty Customer Problem
PROD = N x EWH x P’Dity x PA x UA

PROD = PRODUCTION (BCM)


N = JUMLAH UNIT

PRODUCTION EWH = EFFECTIVE WORKING HOURS


(JAM)
P’Dity = PRODUCTIVITY (BCM/JAM)
PA = PHYSICAL AVAILABILITY (%)
= UTILIZATION AVAILABILITY (%)
UA

57
STANDARD PARAMETER
HAULING
EX-OVERBURDEN
TYPE ACT.BCM CAP.(M3) (US TON)
Equipment Capacity Prod
730E 76 BCM 111 M3 205 TON
PC 4000 22 m3 1300 bcm/h
HD 1500 60 BCM 78 M3 50 TON
EX 3600 22 m3 1300 bcm/h EH 1700 40 BCM 60.3 M3 108.4 TON
PC 3000 15 m3 1100 bcm/h TR 100 40 BCM 57 M3 100 TON
EX 2600 17 m3 1100 bcm/h HD 785 40 BCM 60.1 M3 100 TON

EX 2500 15 m3 1100 bcm/h CAT. 777 40 BCM 60.1 M3 90 TON

PC 2000 14 m3 800 bcm/h HD 465 34.2 M3 61 TON

EX 1900 12 m3 750 bcm/h


PC 1250 6.7 m3 550 bcm/h
EX 1200 7.5 m3 550 bcm/h
PC 1200 6.7 m3 500 bcm/h
PC 400 1.86 m3 208 bcm/h

58
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS

Material

Loading point

Alat hauling

Matching alat (DT


& Exc.)

Kondisi jalan

Kondisi disposal

44

59
PENGARUH
LOADING POINT
• Penilaian safey dan faktor resiko
• Persiapan material (blasting)
• Penentuan unit loading
• Pengaturan fleet dan support
• Pengawasan areal kerja
• Komunikasi yang baik antara
pengawas dengan operator
• Skill Operator

60
PENGARUH
JALAN
TAMBANG

61
PENGARUH
DUMPINGAN
• Penilaian safey dan faktor resiko
• Support unit dampingan
• Penentuan jenis material
• Tower lamp
• Pembentukan tanggul damping

62
CCR (CENTRAL CONTROL ROOM)

63
Teknik Ripping dan Dozing
9

64
65

Anda mungkin juga menyukai