Anda di halaman 1dari 322

LAPORAN UMUM

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI LABORATORIUM RSUD PASAR MINGGU
JAKARTA SELATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Program Pendidikan Diploma III
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
2019
LAPORAN UMUM
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI LABORATORIUM RSUD PASAR MINGGU
JAKARTA SELATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Program Pendidikan Diploma III
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

Disusun oleh :
Kelompok 1 Kelompok 2
Mutiara Khanza (1010161060) Khairul Fauzi (1010161009)
Heni Oktavianti (1010161041) Widya Utami (1010161008
Fatimah Fauziah (1010161190 M Dicky Hermawan(1010161185)

Kelompok 3 Kelompok 4
Dwi Saraswati (1010161102) Salsa Fatimah A (1010161165)`
M Yusuf Bastian (1010161214) Putri Amelia N (1010161162)
Delisa Lalita M (1010161202) Mutma’inah (1010161199)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN UMUM PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI LABORATORIUM RSUD PASAR MINGGU JAKARTA

Laporan ini disahkan oleh :

Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Dokter Penanggung Jawab Laboratorium


Patologi Klinik RSUD Pasar Minggu Patologi Klinik RSUD Pasar Minggu

(dr. Megadianty Mokoginta, Sp.PK) (dr. Dwi Utomo Nusantara, Sp.PK)

Koordinator Laboratorium RSUD Pasar Minggu

(Yanulita Tiara Sari, Amd.AK)


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN UMUM PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI LABORATORIUM RSUD PASAR MINGGU JAKARTA

Laporan ini disahkan oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Lenggo Geni., S.Pd,. M.Biomed) (drh. Sahat Ompusunggu., M.Sc)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Diploma III Analis Kesehatan

Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

(Drs. Sediarso, M.Farm, Apt.)


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian penting

dari pembangunan Nasional di bidang kesehatan, terutama

diarahkan untuk mendukung tercapainya derajat kesehatan

masyarakat secara optimal.

Sekarang ini pendidikan kesehatan banyak sekali

dilaksanakan baik di bawah lisensi rumah sakit maupun akademi

yang berdiri sendiri. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan Sumber

Daya Manusia yang bermutu dan diharapkan mampu mengerjakan

tugas demi terwujudnya pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan

masyarakat.

Selain melalui proses belajar di bangku perkuliahan juga

perlu dilaksanakan penerapan ilmunya baik secara teoritis maupun

praktikum dengan latihan kerja di lapangan atau disebut Praktek

Kerja Lapangan (PKL).

Praktek Kerja Lapangan merupakan sarana yang sangat

bermanfaat untuk mendapatkan gambaran, pengalaman dan

mengetahui teknologi-teknologi baru yang belum didapat di Institusi

Pendididikan juga sebagai pembanding dan tempat praktek yang

baik untuk menerapkan pelajaran yang didapat di Institusi


Pendidikan, sehingga peserta didik mendapatkan masukan dan

dapat memberikan umpan balik untuk memperbaiki dan

mengembangkan kesesuaian pendidikan tenaga kesehatan dengan

kebutuhan tenaga kesehatan di masyarakat.

Adapun dasar hukum diselenggarakannya Praktek Kerja

Lapangan (PKL) seperti yang tercantum dalam keputusan kepala

badan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia

kesehatan No.HK.02.03/I/IV/2/16014/2014 tentang kurikulum inti

pendidikan Diploma III Teknologi Laboratorium Medik dan

keputusan rektor Universitas Mohammad Husni Thamrin No. 171/

Rektor-UMHT/VIII/2015 tentang penetapan kurikulum pada

program studi D III Analis Kesehatan, dalam upaya pengembangan

dan peningkatan sumberdaya manusia kesehatan khususnya di

bidang Teknologi Laboratorium Medik, diselaraskan dengan

perkembangan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi kesehatan.


B. Tujuan PKL

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar dan

meningkatkan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan

Laboratorium.

2. Tujuan khusus

Setelah melakukan PKL maka kami akan mengetahui,

memahami dan memiliki pengalaman kerja tentang :

a. Proses Pra analisa, dari pencatatan pasien sampai

pengambilan bahan pemeriksaan

b. Proses analisa terhadap bahan pemeriksaan

c. Proses pasca analisa , mulai dari pencatatan hasil sampai

diiberikan kepada pasien atau pihak berkepentingan

d. Penanganan limbah Laboratorium

e. Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium

f. Pengendalian mutu Internal dan Eksternal di laboratorium

g. Manajemen laboratorium, meliputi pengembangan SDM,

sarana dan prasarana


C. Tujuan Penulisan Laporan

1. Salah satu syarat dalam menyelesaikan progam studi Analis

Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin.

2. Sebagai laporan pertanggung jawaban mahasiswa terhadap

Institusi Pendidikan.

3. Memberikan informasi teknologi dan metode yang diterapkan di

rumah sakit atau laboratorium.

4. Memberikan gambaran mengenai pelayanan laboratorium.

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium RSUD Pasar

Minggu

Praktek Kerja Lapangan ini berlangsung mulai tanggal 07 Januari

2019 sampai 15 Maret 2019.

E. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan yang dilakukan selama PKL di RSUD Pasar Minggu

antara lain :

1. Pengenalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu

secara umum dan Instalasi Laboratorium (Patologi Klinik,

Patologi Anatomi dan Bank Darah) RSUD Pasar Minggu secara

khusus.
2. Melakukan pemeriksaan di bagian Laboratorium Patologi Klinik

yang meliputi :

a. Pra Analisa

1) Registrasi pasien.

2) Persiapan pasien.

3) Melakukan persiapan untuk pengambilan sampel.

4) Melakukan pengambilan dan penanganan sampel.

b. Prosedur atau Analisa

1) Pemipetan sampel dan reagen

2) Melakukan pemeriksaan yang meliputi :

a) Hematologi

b) Hemostasis

c) Kimia Darah

d) Imunoserologi

e) Mikrobiologi

f) Urinalisa dan Feses

g) Cairan Tubuh

h) Sampling Rawat Jalan

i) Pelayanan Bank Darah

j) Patologi Anatomi

c. Pasca analisa

1) Pencatatan hasil.
2) Penginputan hasil.

3) Verifikasi hasil.

F. Sistematika Penulisan

1. Pada BAB I, laporan ini berisi mengenai latar belakang dan

tujuan selama pelaksanaan PKL.

2. Pada BAB II, laporan ini berisi tentang sejarah dan

perkembangan, organisasi dan tata laksana, tugas, fungsi,

tanggung jawab, visi, misi, tujuan profil, ketenagaan dan aturan –

aturan kerja di rumah sakit.

3. Pada BAB III, laporan ini berisi tentang kegiatan-kegiatan selama

PKL di rumah sakit yang dilakukan mahasiswa di Laboratorium

mulai dari Pra Analisa, Analisa dan Pasca Analisa. Pada bab ini

juga berisi tentang pengendalian mutu laboratorium baik PME

(Pengendalian Mutu Eksternal) maupun PMI (Pengendalian Mutu

Internal).

4. Pada BAB IV, laporan ini berisi tentang masalah dan pemecahan

yang ditemui selama melaksanakan PKL di RSUD Pasar Minggu

mulai dari Pra Analisa, Analisa dan Pasca Analisa.

5. Pada BAB V, laporan ini berisi tentang kesimpulan dan saran

selama melaksanakan PKL di rumah sakit.


BAB II

URAIAN UMUM

A. Sejarah RSUD Pasar Minggu

Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu merupakan salah

satu Rumah Sakit milik Pemerintah daerah tipe B Non Pendidikan

yang terletak di pusat kota Jakarta Selatan. Rumah Sakit Umum

Daerah Pasar Minggu melayani pasien Umum dan BPJS. Rumah

Sakit Umum Daerah Pasar Minggu memberikan pelayanan

kesehatan yang berkualitas dan efektif untuk memberikan nilai

terbaik, sehingga menjadi pilihan utama bagi semua masyarakat

dan perusahaan.

RSUD Pasar Minggu dibentuk berdasarkan Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor : 211 Tahun 2015 dan telah

mendapat penetapan sebagai Rumah Sakit yang menerapkan Pola

Pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan Gubenur Provinsi

DKI Jakarta.RSUD Pasar Minggu memiliki luas tanah 25.087 m²,

luas dasar 4.381 m² dan luas bangunan 43.495,78 m². Bangunan

RSUD Pasar Minggu terdiri dari 1 lantai Basement, 3 lantai podium

dan 9 lantai Tower.

Laboratorium RSUD Pasar Minggu melayani dalam pemeriksaan

kesehatan laboratorium.
1. Pemeriksaan Laboratorium Meliputi :

a. Pemeriksaan Hematologi

b. Pemeriksaan Hemstasis

c. Pemeriksaan Kimia Darah

d. Pemeriksaan Serologi

e. Pemeriksaan Urinalisa

f. Pemeriksaan Feses

g. Pemeriksaan Narkoba

h. Pemeriksaan Cairan Tubuh

i. Pemeriksaan Mikrobiologi

j. Pemeriksaan Patologi Anatomi


B. Struktur Organisasi Laboratorium RSUD Pasar Minggu

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI LABORATORIUM RSUD


PASAR MINGU
KEPALA INSTALASI
LABORATORIUM
Dr.Megadianty Mokoginta,SpPK

PENANGGUNG JAWAB
MUTU
Dr. Dwi Utomo Nusantara,SpPK

Ka.Unit Bank Darah Ka.Unit Patologi Ka.Unit Mikrobiologi Ka.Unit Patologi


Klinik Anatomi
Dr.Megadianty Mokoginta,SpPK Dr.Megadianty Mokoginta,SpPK Dr. Dwi Utomo Nusantara,SpPK Dr. Reza Aditya Digambiro,M.Kes,
M.Ked (PA)
Koordinator Unit Bank Koordinator Unit Patologi Koordinator Unit
Darah Klinik Mikrobiologi Koordinator Unit Patologi
Reni R.Fauzi,AMd.AK Yanulita Tiara Sari,AMd.AK Mutohar Anatomi
Fadillah,AMd.AK Gilang
Mahardika,AMd.AK
Pelaksana Pelaksana Pelaksana
Pelaksana

Gambar 1. Struktur Organisasi RSUD Pasar Minggu


C. Visi, Misi RSUD Pasar Minggu

1. Visi Laboratorium RSUD Pasar Minggu adalah :

“Menjadikan rumah sakit pilihan masyarakat dengan layanan

terbaik menuju Jakarta Sehat untuk semua”

2. Misi Laboratorium RSUD Pasar Minggu

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tanggap,

bermutu dan nyaman secara paripurna.

b. Menerapkan system manajemen yang efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel.

c. Pengembangan SDM yang profesional dengan

peningkatan kompetensi yang berkesinambungan.


D. Ketenagaan Laboratorium RSUD Pasar Mingu

Tabel 1. Ketenagaan Laboratorium RSUD Pasar Minggu

No JABATAN KUALIFIKASI JUMLAH KARYAWAN

Dokter
Dokter Spesialis
1 Penanggung 2 Orang
Patologi Klinik
Jawab

Dokter Spesialis
Dokter
Patologi
2 Penanggung 1 orang
Anatomi
Jawab

D3 Analis
3 Analis 27Orang
Kesehatan

SMK Analis
4. Analis 1 Orang
Kesehatan

5. Administrasi SMK 1 Orang

1. Pembagian tugas analis di dalam Laboratorium berdasarkan

pengelompokan bagian – bagian di bidang :

a. Kimia Klinik dan Elektrolit

b. Imunologi

c. Serologi
d. Hematologi

e. Urin dan feses

f. Bakteri

g. Patologi Anatomi

h. Rujukan

2. Rotasi dalam kelompok kerja dilakukan setiap minggu

a. Administrasi

Administrasi di Laboratorium bertugas dalam registrasi

pasien/ sampel rujukan yang meliputi data lengkap pasien

(Nama,Tempat tanggal lahir, Alamat, No.telpon/Hp, dll) jenis

sampel.

3. Pengaturan Jaga

Jam kerja di Laboratorium RSUD Pasar Minggu dibagi menjadi

3 Shift sebagai berikut :

a. Hari Senin s/d Minggu

Pada Shift pagi yang bertugas adalah :

1) Dokter Patologi Klinik : 2 Orang

2) Dokter Patologi Anatomi : 1 Orang

3) Analis: 27 Orang

4) Administrasi : 1 Orang

Pada Shift siang yang bertugas adalah

1) Analis : 5 Orang
Pada Shift malam yang bertugas adalah

1) Analis : 3 Orang

E. Peraturan dan Kebijakan Umum

1. Umum

a. Setiap karyawan wajib hadir tepat pada waktu yang telah

ditentukan.

b. Setiap karyawan wajib absen pada mesin absen.

c. Karyawan yang terlambat datang atau tidak hadir wajib melapor

dan meminta izin kepada koordinator laboratorium dan

menjelaskan sebab keterlambatannya atau ketidakhadirannya

serta untuk keperluan mendadak wajib menghubungi melalui

telepon ke perusahaan. Bila hal tersebut tidak dilaksanakan,

maka akan dikenakan sanksi disiplin.

d. Karyawan dihimbau sudah siap ditempat kerja 5 menit sebelum

jam yang ditentukan.

e. Pada saat istirahat makan, karyawan yang ingin keluar

lingkungan perusahaan wajib meminta izin kepada atasan.

f. Karyawan wajib tepat waktu dalam hal istirahat makan sesuai

dengan waktu yang ditentukan dan bila hal ini dilanggar akan

dikenakan sanksi disiplin.

g. Setiap karyawan dapat dipindahkan pekerjaannya ke bidang

lain sesuai fungsi dan tugasnya.


2. Keselamatan Kerja dan Perlengkapan Kerja

a. Setiap karyawan harus menjaga keselamatan kerja dirinya dan

karyawan lainnya serta wajib menggunakan alat pelindung

(sarung tangan, masker, jas laboratorium, dll) yang disediakan

Rumah Sakit sesuai prosedur/ bidang kerja.

b. Karyawan diwajibkan menggunakan perlengkapan kerja berupa

seragam, kartu identitas yang sudah disediakan Rumah Sakit

sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Apabila karyawan menemui hal-hal yang dapat membahayakan

terhadap keselamatan kerja karyawan, harus segera melapor

kepada manajemen Rumah Sakit

d. Di luar jam kerja setiap karyawan tidak diperbolehkan memakai

atau menggunakan perlengkapan kerja milik Rumah Sakit untuk

keperluan pribadi.

e. Karyawan wajib memelihara perlengkapan dan peralatan

kerjanya dengan mengikuti prosedur pemeliharaan yang

ditetapkan.

f. Dalam hal kehilangan/ kerusakan pada perlengkapan kerja

diwajibkan melapor dan menunjukkan kerusakan kepada

manajemen Rumah Sakit.

3. Kewajiban Karyawan

a. Mematuhi dan melaksanakan seluruh SOP dan peraturan

perusahaan yang berlaku.


b. Mengikuti dan mematuhi seluruh petunjuk – petunjuk atau

instruksi – instruksi yang diberikan atasannya atau pimpinan

Rumah Sakit yang berwenang memberikan petunjuk atas

instruksi tersebut.

c. Melaksanakan tugas pekerjaannya dengan baik, sesuai dengan

kewajiban yang yang telah ditetapkan Rumah Sakit

d. Menjaga serta memelihara dengan baik semua fasilitas milik

Rumah Sakit.

e. Memelihara dan memegang teguh rahasia perusahaan

terhadap siapapun mengenai hal yang diketahuinya tentang

Rumah Sakit.

f. Melaporkan kepada Manajemen Rumah Sakit, apabila ada

perubahan-perubahan akan status diri, susunan keluarga,

alamat, dan sebagainya.

g. Memeriksa, membersihkan, merapikan, tempat kerja serta

semua peralatan kerja sebelum dan sesudah menyelesaikan

pekerjaan.

h. Memelihara kerja sama yang baik antara sesama karyawan dan

atasan.

i. Menjaga nama baik Rumah Sakit, baik di dalam maupun di luar

perusahaan.

j. Setiap karyawan wajib memberitahukan kepada Rumah Sakit

yang berniat buruk kepada Rumah Sakit.


4. Larangan – larangan bagi karyawan

Membawa/menggunakan barang-barang/alat-alat milik Rumah

Sakit keluar dari lingkungan perusahaan tanpa izin dari manajemen

Rumah Sakit.

Melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya dan tidak

diperkenankan memasuki ruang lain yang bukan bagiannya,

kecuali atas perintah atasan.

a. Menjual atau memperdagangkan barang-barang berupa apapun

di dalam lingkungan Rumah Sakit.

b. Meminum minuman keras dan mengkonsumsi obat-obat

terlarang di dalam lingkungan Rumah Sakit.

c. Membawa senjata api/ senjata tajam ke dalam lingkungan

Rumah Sakit.

d. Melakukan tindakan asusila di dalam lingkungan Rumah Sakit.

e. Merokok atau membawa api ke dalam ruang kerja, gedung atau

tempat-tempat lain yang mudah menimbulkan kebakaran.

f. Meninggalkan tempat kerja tanpa izin atau secara tertulis.

g. Setiap karyawan tidak diperkenankan menggunakan nama

Rumah Sakit untuk hal-hal yang bersifat pribadi.

h. Setiap karyawan dilarang menutupi kesalahan hasil kerja

sesama karyawan yang dapat merugikan Rumah Sakit.

i. Setiap karyawan dilarang menanyakan maupun


memberitahukan perihal kebijakan kepada sesama karyawan,

karena kebijakan sepenuhnya ada ditangan atasan langsung.


BAB III

TINJAUAN KHUSUS

A. Tahap Pra Analisa

1. Administrasi Laboratorium

a. Alur perjalanan pasien dari pendaftaran sampai pengambilan

sampel

1) Alur Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik.

a) Rawat Inap

SIMRS MANUAL

INPUT PEMERIKSAAN

ISI FORMULIR DPJP

KIRIM FORMULIR PERAWAT

CETAK LEMBAR KERJA SAMPLING


ANALIS

Gambar 2. Alur Rawat Inap


b) Rawat Jalan

ASURANSI/BPJS UMUM APS

DOKTER
POLIKLINIK
INPUT PEMERIKSAAN

BAYAR KASIR

ADMINISTRA
LAB

CEK DATA,SERAHKAN BUKTI INPUT


PEMERIKSAAN,LEMBAR KERJA PEMERIKSAAN
ANALIS

SAMPLING

Gambar 3. Alur Rawat Jalan


Prasarana Dan Peralatan Laboratorium RSUD Pasar Minggu

a. Prasarana

Untuk menjamin hasil pemeriksaan yang baik, kinerja alat

yang akurat, kestabilan reagen, kecepatan hasil, faktor

keamanan dan keselamatan kerja serta mutu lainnya disediakan

prasarana penunjang dengan mempertimbangkan faktor-faktor

ergonomis, kenyamanan dan keamanan, dan kebutuhan seperti

listrik yang cukup, aman, stabil, dengan grounding yang baik, air

bersih, suhu ruangan yang sesuai kebutuhan, pencahayaan

yang cukup, ventilasi yang baik serta sarana komunikasi dan

sarana pembuangan limbah.

Untuk memastikan kinerja alat dan pemeriksaan dilakukan

pemantauan suhu ruangan (20o-26oC), pemakaian UPS

(Uninterruptible Power Supply) dan Stabilizer untuk memastikan

akurasi dan keberlangsungan pemeriksaan serta adanya

wastafel dengan sumber air mengalir.

b. Peralatan

Agar dapat memberikan hasil yang akurat, bermutu maka

setiap alat harus dilakukan pemeliharaan secara berkala sesuai

dengan petunjuk dari pabrik. Keakuratan alat dipastikan dengan

melakukan kalibrasi pada alat - alat pengukur. Kalibrasi

dilakukan sesudah instalasi alat, servis besar, penggantian


komponen utama atau apabila pemantauan mutu tidak

memenuhi kriteria. Kalibrasi alat pengukur yang tidak dapat

dilakukan internal dilakukan berkala oleh Laboratorium penguji

eksternal yang tersertifikasi.

2. Persiapan Pengambilan Spesimen

a. Persiapan pasien

Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus

dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien sebelum

dilakukan pengambilan spesimen.

1) Persiapan secara umum seperti, puasa selama 10 - 12 jam

sebelum pengambilan spesimen (untuk pemeriksaan glukosa

darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak melakukan aktifitas

fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol.

2) Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri

(urin, dahak, feses), jelaskan tata cara pengambilannya.

Misalnya : kapan harus diambil, bagaimana menampung

spesimen dalam wadah yang disediakan, mencuci tangan

sebelum dan setelah mengambil spesimen, membersihkan

daerah genital untuk pengambilan sampel urin.

3) Jika pengambilan spesimen bersifat Invasif (misalnya

pengambilan sampel darah, cairan pleura, ascites, sumsum

tulang), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan.

b. Peralatan sampling
Pastikan semua peralatan sampling telah disiapkan sesaat

sebelum sampling. Penting untuk diperhatikan bahwa semua

peralatan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Bersih

2) Kering

3) Tidak mengandung detergent atau bahan kimia

4) Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat – zat dalam

spesimen

5) Steril, apalagi jika spesimen akan diperiksa biakan (kultur)

kuman

6) Sekali pakai buang (disposable)

7) Wadah spesimen tidak retak atau pecah, mudah dibuka atau

ditutup rapat, besar/ ukurannya sesuai dengan volume

spesimen yang diambil.

c. Antikoagulan

Bahan kimia yang dipergunakan untuk mencegah pembekuan

darah. Umumnya yang digunakan adalah EDTA (Ethylene Diamin

Tetraacetic Acid), Natrium Citrat, dan Heparin. Pemilihan

antikoagulan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan dan takaran

volumenya harus tepat.

d. Lokasi sampling

Sebelum melakukan sampling, tetapkan lokasi pengambilan

sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan.


1) Darah vena umumnya diambil dari vena median cubiti pada

daerah lengan di lipatan siku bagian dalam. Vena ini besar,

cukup terlihat, paling sedikit sakit dan kecil kemungkinan

memarnya.

2) Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di daerah

pergelangan tangan.

3) Darah kapiler diambil dari ujung jari tangan, yaitu jari tengah

atau jari manis. Pada bayi diambil pada tumit 1/3 bagian tepi

telapak kaki.

4) Spesimen untuk biakan kuman diambil pada daerah yang

sedang infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

5) Sumsum tulang orang dewasa diambil pada tulang dada dan

crista iliaca anterior dan posterior. Pada anak-anak diambil

pada bagian proksimal tibia.

6) Lokasi pengambilan spesimen tidak boleh terdapat luka,

hematoma, infeksi, oedema. Untuk pengambilan spesimen

darah, selain tidak dilakukan pada tempat-tempat tersebut

juga tidak boleh dilakukan pada daerah dimana darah sedang

ditransfusikan dan intravena lines (infus).

3. Persiapan pasien dan kriteria pasien

Agar mendapatkan hasil yang akurat, diperlukan adanya persiapan

pasien atau syarat-syarat dilakukannya pemeriksaan tersebut. Berikut


ini akan dijelaskan pemeriksaan yang membutuhkan persiapan-

persiapan terlebih dahulu.

a. Pemeriksaan profil lipid dan gula darah

1) Pasien harus puasa selama 10 – 12 jam untuk pemeriksaan

gula darah dan pemeriksaan profil lipidsebelum diambil darah,

pasien tidak diperkenankan mengkonsumsi apapun kecuali air

mineral.

2) Obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien dicantumkan

sebelum pemeriksaan.

3) Latihan fisik (olahraga) di hindari sebelum pengambilan darah.

b. Pemeriksaan urin 24 jam :

Pasien diminta untuk berkemih, kemudian dibuang urin yang

pertama dan dicatat waktu pertama urin dikemihkan. Kemudian urin

selanjutnya ditampung dalam wadah penampung dengan

penambahan pengawet (Tymol, Asam Borat, Formalin, Toluen,

NAF (Non Acid Forming), Phenol) dan disimpan selama 24 jam

kemudian diserahkan ke petugas Laboratorium.

c. Pemeriksaan analisa sperma

Puasa tidak berhubungan badan (abstinensia) selama 3 - 5 hari.

Menggunakan botol bermulut lebar dan bertutup ulir.

4. Pengambilan Spesimen

a. Pengambilan Darah Vena

1) Persiapan alat :
a) Kapas alkohol

b) Syringe disposable

c) Holder

d) Tourniquet

e) Tabung vacutainer

f) Kapas kering

g) Micropore atau plester

2) Lokasi penusukan :

a) Vena Median Cubiti

b) Vena Cephalic

c) Vena Basilic

3) Prosedur Pengambilan Darah Vena :

a) Disiapkan alat yang diperlukan untuk pengambilan darah.

b) Dicocokan identitas pasien dengan identitas yang tertera

pada barcode.

c) Diposisikan lengan pasien dalam posisi yang nyaman.

d) Dipasang tourniquet 2-3 cm diatas lipatan siku agar vena

lebih mudah saat diraba. Untuk mendapatkan vena yang

cukup besar sebaiknya dibantu dengan palpasi.

e) Dilakukan tindakan antiseptik dengan alkohol 70% dari

arah medial ke perifer.

f) Dilakukan penusukkan pada vena dengan posisi jarum

menghadap keatas dan membentuk sudut 30o.


g) Dimasukkan tabung vacutainer pada holder, biarkan darah

mengalir ke dalam tabung vacutainer hingga batas garis

pada tabung.

h) Disaat darah mengalir ke dalam tabung, dikendurkan

tourniquet.

i) Diambil darah sesuai dengan pemeriksaan yang

dibutuhkan (dihomogenkan setiap sampel setelah

pergantian tabung Vacutainer yang mengandung

antikoagulan).

j) Dilepaskan Tourniquet dan jarum dicabut, kemudian bekas

penusukan ditutup dengan kapas kering serta Micropore

atau plester.

k) Ditempelkan Barcode pada tabung sesuai dengan identitas

dan jenis pemeriksaan pasien.

b. Pengambilan Darah Arteri

1) Persiapan bahan :

a) Kapas alkohol

b) Syringe disposable arteri

c) Kapas kering

d) Micropore atau plester

2) Lokasi penusukan :

a) Arteri Radialis (pada pergelangan tangan lateral)

b) Arteri Dorsalis Pedis (pada punggung kaki)


c) Arteri Brachialis (pada lengan atas medial)

d) Arteri Femoralis (pada paha)

3) Prosedur Pengambilan Darah Arteri

a) Disiapkan alat dan bahan.

b) Dicocokan identitas pasien dengan identitas yang tertera

pada Barcode.

c) Diidentifikasi arteri yang akan diambil (Arteri Radialis,

Arteri Dorsalis Pedis, Arteri Brachialis, Arteri Femoralis).

d) Dibersihkan permukaan kulit tempat penusukkan dengan

alkohol 70% dari arah medial ke perifer.

e) Digunakan Syringe berheparin atau hisap cair heparin ke

dalam Syringe. Jangan terlalu banyak, secukupnya untuk

membasahi permukaan dalam tabung Syringe.

f) Diposisikan lengan pada posisi yang menyenangkan dan

tidak bergerak-gerak. Lengan sebaiknya pada posisi

dorsofleksi (letakkan bantal di bawah lengan).

g) Ditusuk arteri yang dikehendaki.

h) Darah arteri akan mengisi Syringe tanpa tarikan, tetapi

terkadang harus dibantu dengan sedikit tarikan.

i) Setelah Syringe dilepaskan ditutup dan tekan tempat

bekas tusukan selama 5 menit dengan kapas steril dan

Micropore atau plester.

j) Dibuang sisa udara yang ada didalam Syringe.


k) Ditusukkan ujung jarum pada karet, untuk mencegah

terjadinya pertukaran udara.

l) Segera dilakukan pemeriksaan.

c. Pengambilan Darah Kapiler

Pengambilan darah kapiler untuk pemeriksaan yang

membutuhkan sedikit darah (misal: Glukosa darah) atau

pemeriksaan darah pada bayi, dimana sulit untuk memperoleh

darah vena.

1) Persiapanalat :

a) Kapas alkohol

b) Lancet

c) Tabung Vacutainer kapiler

d) Kapas kering atau tissue

2) Lokasi penusukkan :

a) Dewasa : Bagian Palmer Phallanx 2, 3, 4 distal.

b) Bayi : Bagian lateral dan medial tumit.

3) Prosedur pengambilan darah kapiler :

a) Disiapkan alat dan bahan.

b) Dilakukan identifikasi identitas pasien.

c) Dilakukan tindakan antiseptik pada daerah jari orang

dewasa atau tumit bayi dengan menggunakan alkohol

70%.

d) Dilakukan penusukkan dengan menggunakan Lancet.


e) Dibuang tetesan darah pertama yang keluar dengan kapas

kering atau Tissue.

f) Tetesan darah yang keluar berikutnya ditampung dengan

tabung Vacutainer kapiler atau langsung dilakukan untuk

pemeriksaan yang diperlukan, misalnya glukosa darah.

g) Ditutup bekas tusukkan dengan kapas kering.

d. Prosedur Pengambilan Urin 24 jam

Untuk pemeriksaan tertentu seperti Creatinin Clearance

Test, mikroalbumin, proteinurine kuantitatif, elektrolit urin, ureum

urin Clearance dibutuhkan bahan urine 24 jam yang diisikan

pengawet urine.

1) Wadah :

a) Wadah atau botol besar yang bersih dan kering dengan

volume + 2 liter yang ditutup dengan baik.

b) Wadah khusus penampung urin 24 jam (Urine Collect).

2) Pengawet urin

Dapat diminta di bagian Laboratorium dan disesuaikan

dengan jenis pemeriksaan.

3) Prosedur pengumpulan urin


a) Dimasukkan semua pengawet yang diberikan ke dalam

wadah atau botol penampung urin (Urine Collect).

b) Dipilih waktu 24 jam sesuai dengan waktu pasien (misal :

pukul 07.00 pagi – 07.00 pagi keesokkan harinya).

c) Dibuang urin yang pertama kali dikemihkan pada pukul

07.00 pagi.

d) Semua urin yang dikeluarkan kemudian, termasuk juga

urin jam 07.00 pagi esok harinya harus ditampung dalam

botol atau wadah (Urine Collect).

e) Setiap kali ditambahkan urin, homogenkan wadah tersebut

dengan baik.

f) Dilengkapi spesimen dengan tinggi badan dan berat badan

pasien (khusus untuk CCT (Creatinin Clearance Test) dan

UCT (Ureum Clearance Test).

g) Sertakan darah beku 3 cc (khusus untuk CCT dan UCT).

e. Prosedur Pengambilan Tinja :

1) Diusahakan agar tinja tidak tercampur urin.

2) Wadah harus bersih, bermulut lebar dan tertutup rapat.

3) Pengambilan tinja dengan spatel, pilih tinja yang abnormal

(tinja cair atau mengandung lendir atau darah atau pus).

4) Tinja harus yang segar.

f. Secara umum pada pengambilan spesimen harus di perhatikan :

1) Diinformasikan kepada pasien prosedur yang akan dilakukan.


2) Pengambilan darah jangan dari pembuluh darah di

ekstremitas di mana terdapat infus.

3) Tidak ada kelainan pada permukaan kulit tempat pengambilan

darah serta gunakan antikoagulan yang tepat.

4) Dibiarkan alkohol kering sebelum darah diambil.

5) Diberi identitas pada setiap spesimen yang diambil : Nama,

No. Lab dan No. rekam medis.

6) Disiapkan alat-alat yang dibutuhkan.

5. Penanganan Spesimen

Semua sampel yang berasal dari pasien dianggap dan

diperlakukan sebagai bahan infeksius. Spesimen dikirim dan disimpan

sesuai stabilitas bahan pemeriksaan. Spesimen harus diletakkan dan

dibawa dalam wadah tertutup. Penanganan bahan pemeriksaan

(Centrifuge, Aliquoting) dilakukan sesuai pemeriksaan yang diminta

dan diambil sesuai dengan prosedur pengambilan sampel yang benar.

a. Serum

1) Biarkan darah membeku pada suhu kamar selama ±30 menit,

kemudian disentrifuge 3500 rpm selama 10-15 menit.

2) Serum yang didapat dipastikan tidak ada benang fibrin dan

tidak hemolisis.

3) Jika didapatkan serum yang hemolisis pengambilan sampel

harus diulang.
4) Pemberian catatan untuk sampel dengan kondisi lipemik atau

ikterik.

b. Plasma

Homogenkan darah dengan anti koagulan (EDTA, Na. Citrat

atau Heparin), dalam perbandingan yang sesuai dengan

persyaratan pemeriksaan, selanjutnya dihomogenkan secara

perlahan dan merata. Volume darah harus memenuhi sampai

tanda batas yang tertera pada tabung. Kemudian disentrifuge

1000 – 3000 rpm selama 15 menit sesuai kebutuhan dari tiap

pemeriksaan.

c. Urin

1) Urin ditampung didalam wadah bermulut lebar dengan tutup

berulir.

2) Urin harus segera diperiksa dalam waktu kurang dari dua jam

setelah sampel diterima, tetapi bila pemeriksaan ditunda, urin

harus disimpan pada suhu 2 – 8oC atau dapat ditambahkan

pengawet urin (Toluen).

d. Sputum atau dahak

1) Sebelum mengeluarkan sputum/ dahak pasien dianjurkan

untuk berkumur – kumur terlebih dahulu.

2) Tarik nafas yang dalam.

3) Kemudian batukkan dengan sekuat-kuatnya.


4) Dahak yang keluar ditampung dalam wadah yang bersih,

bermulut lebar dan mempunyai tutup berulir.

Petugas Laboratorium akan mencatat jenis bahan pemeriksaan

yang diambil atau diterima, memeriksa kesesuaian sampel dan akan

dicatat kemudian dilaporkan bila ada sampel yang tidak memenuhi

syarat (hemolisis, ikterik, antikoagulan tidak sesuai, penampung tidak

benar).

Sampel disimpan sesuai stabilitas parameter pemeriksaan untuk

dapat digunakan bila dibutuhkan (pengulangan pemeriksaan,

konfirmasi pemeriksaan).

Tabel 2.

Penanganan Spesimen.

No. Item Tempat Suhu Stabilitas Sampel

1. Darah EDTA Refrigerator 2-80C 24 jam

2. Serum Refrigerator 2-80C 24 jam

3. Cairan Tubuh Refrigerator 2-80C 24 jam

4. Urin Refrigerator 2-80C 24 jam

5. Sputum Refrigerator 2-80C 3-5 hari

6. Feses Refrigerator 2-80C 24 jam


7. Slide BTA Ruang Ruang 3 bulan

8. Slide MDT Ruang Ruang 1 bulan

9. Slide gram dll Ruang Ruang 1 bulan


B. Tahap Analisa

1. Pemipetan sampel

Bila volume serum tidak mencukupi untuk pemeriksaan, maka

dilakukan pemindahan serum menggunakan pipet bersih ke Cup

serum.

2. Menganalisa sampel

Di Laboratorium RSUD Pasar Minggu untuk pemeriksaan

hematologi, kimia darah, elektrolit, koagulasi, dan beberapa

pemeriksaan mikrobiologi sudah menggunakan alat otomatis,

sedangkan untuk sebagian pemeriksaan urinalisa, serologi dan

beberapa pemeriksaan mikrobiologi masih dilakukan cara manual.

3. Jenis Pemeriksaan Hematologi

1. Pemeriksaan Darah Rutin dan DL (Darah Lengkap) dengan

alat ADVIA 2120I

a. Tujuan

Untuk mengetahui kadar hemogloblin, leukosit, hematokrit,

trombosit, eritrosit, MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH

(Mean Corpuscular Hemoglobin), MCHC (Mean Corpuscular

Hemoglobin Concentration), hitung jenis leukosit dan RDW.

b. Metode
Optikal, Spektrofotometri.

c. Prinsip

1) Optikal

Hemoglobin diperiksa menggunakan metode kolorimetri

sel – sel diperiksa menggunakan metode optikal dimana

sel dibariskan kemudian ditembakkan dengan sinar laser

yang akan membedakan sel berdasarkan ukuran dan

komponen isinya.

2) Spektrofotometri

Konsentrasi suatu zat diukur dengan melewatkan cahaya

monokromatis melalui suatu larutan. Semakin tinggi

konsentrasi zat semakin banyak cahaya yang diserap.

Hubungan antara jumlah cahaya yang diserap dengan

konsentrasi larutan ditunjukkan dengan hukum beer yang

menyatakan bahwa besarnya penyerapan bekaitan

langsung dengan konsentrasi zat. Analisis ini

menggunakan spektrum spektofotometri untuk mengukur

hemoglobin.

d. Alat dan Bahan

1. Sampel Darah EDTA

2. Alat ADVIA 2120I

3. Sheat

e. Prosedur Pemeriksaan
Dengan Auto Sampler :

1) Analis melakukan kebersihan tangan.

2) Analis menggunakan APD yang lengkap.

3) Masukkan tabung ke dalam rak Auto Sampler dengan

Barcode menghadap ke depan.

4) Taruh rak input Auto Sampler dan tekan tombol Start/

Stop Sampler (sampel minimal 12 tabung EDTA untuk

menjalankan dengan Auto Sampler).

Dengan Manual Open Tube Sampler (MOTS)

Menu : Manual sampel ID – Next sampel ID – Ketik ID

pasien – OK.

5) Perhatikan pada Next sampel ID sudah tertulis ID pasien.

6) Buka tutup tabung kemudian masukkan ke dalam selang

Aspiration dan tekan tombol, biarkan darah dihisap dan

tarik tabung jika terdengar bunyi ‘TUNG’ atau lampu hijau

hilang.

Bila didapatkan hasil abnormal maka dilakukan uji konfirmasi

menggunakan metode slide dengan pewarnaan Wright.


2. Pemeriksaan Darah Rutin dan DL (Darah Lengkap) dengan

alat Hematology Analyzer Syzmex XN-1000

a. Tujuan

Untuk mengetahui kadar hemogloblin, leukosit, hematokrit,

trombosit, eritrosit, MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH

(Mean Corpuscular Hemoglobin), MCHC (Mean Corpuscular

Hemoglobin Concentration), hitung jenis leukosit dan RDW.

b. Metode

Impedance, Spektrofotometri, Flowcitometry.

c. Prinsip

1) Impendace

Sel disuspensikan dalam cairan elektrolit yang

merupakan konduktor listrik yang baik sedangkan sel

secara relatif merupakan konduktor listrik yang kurang

baik. Aliran listrik konstan dialirkan ke dalam suspensi sel

ini dengan menggunakan dua elektroda yang terletak

pada setiap sisi Orifice (celah). Ketika satu sel bergerak

melalui Orifice maka terjadi gangguan terhadap arus

listrik yang sedang mengalir. Perubahan arus listrik ini

disebut pulsa. Amplitudo masing-masing pulsa adalah

proporsional dengan volume partikel yang dideteksi. Alat

ini menggunakan prinsip impednasi elektrik untuk

menghitung sel darah putih, sel darah merah, platelet.


2) Spektrofotometri

Konsentrasi suatu zat diukur dengan melewatkan cahaya

monokromatis melalui suatu larutan. Semakin tinggi

konsentrasi zat semakin banyak cahaya yang diserap.

Hungan antara jumlah cahaya yang diserap dengan

konsentrasi larutan ditunjukkan dengan hukum beer yang

menyatakan bahwa besarnya penyerapan bekaitan

langsung dengan konsentrasi zat. Analisis ini

menggunakan spektrum spektofotometri untuk mengukur

hemoglobin.

3) Flow cytometry dan pendaran sinar laser

Sel – sel dideteksi dan dihitung ketika sel tersebut

mengalir melalui suatu aliran, dimana sinar laser

difokuskan dan ditembakkan ke arah sel – sel tersebut.

Sudut sinar laser yang dipendarkan oleh sel – sel

tersebut menggambarkan karakterristik sel termasuk

ukuran sel, struktur bagian dalam bentuk granula dan

morfologi permukaan. Analisis ini menggunakan prinsip

Flow cytometry serta pendaran hamburan sinar laser

untuk menghasilkan perhitungan sel darah putih dan

perhitungan sel diferensial.


d. Alat dan Bahan

1. Sampel darah EDTA

2. Alat Hematology Analyzer Sysmex XN-1000

e. Prosedur pemeriksaan

1) Pemeriksaan awal periksalah ketersediaan reagensia.

2) Periksalah ketersediaan kertas Printer, tambahkan bila

kurang mencukupi.

3) Periksalah selang-selang dan kabel Power. Pastikan

tidak ada selang yang terjepit dan kabel Power

menempel pada Stop kontak dengan benar.

4) Periksa rak Sampler, pindahkan rak yang tidak terpakai /

rusak.

5) Periksalah tempah tempat pembuangan limbah,

kosongkan bila perlu.

6) Menghidupkan alat (saklar ON / OFF ada pada sisi kanan

atas alat) urutan memghidupkan alat sebagai berikut :

a) CPU dan layar monitor beserta printer, tunggu

beberapa saat hingga layar monitor menampilkan

menu permintaan User name dan password.

b) Dimasukkan “Username” lab, lalu tekan “Enter” atau

klik “OK”

c) Dihidupkan “Analyzer”, tunggu beberapa saat hingga

alat melakukan intialisasi dengan sendirinya.


d) Pastikan nilai Background check sesuai dengan

persyaratan.

e) Melakukan Log On pada main unit.

7) Sampel

Sampel yang bisa dianalisa : Darah vena dan cairan

tubuh (Body Fluid).

a. Pengerjaan sample Darah (Whole Blood)

Mode Sampler

1. Dipastikan main unit Ready dan lampu hijau

menyala.

2. Ditekan tombol “Sampler” pada main unit.

3. Dimasukkan nomor sampel.

4. Dipilih profil analisa bila diperlukan.

5. Diperiksa nomor rak dan posisi Tube pada

Sampler secara benar, jika sudah tekan “↓” untuk

memindahkan baris berikutnya.

6. Ditempatkan rak – rak disisi kanan dari “Sampler”.

7. Untuk menjalankan tekan tombol “Start” atau tekan

“Sampler” lagi.

Mode Manual

1. Dipastikan main unit Ready dan lampu hijau

menyala.
2. Ditekan tombol “Manual” pada Keyboard di main

unit.

3. Dimasukkan nomor Laboratorium Order melalui

Keyboard atau Scanner bila dilengkapi dengan

Barcode Reader.

4. Dilakukan proses homogenisasi untuk sampel

yang akan dijalankan.

5. Diletakkan sampel dibawah Aspiration Probe dan

tekan tombol “Start Switch”

6. Diturunkan sampel dari “Aspiration Probe” setelah

terdengar bunyi “Beep” dua kali.

3. Pemeriksaan Morfologi Darah Tepi

a) Tujuan

Untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti

eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya

parasit seperti malaria, tripanosoma, mikrofilaria dan

sebagainya.

b) Metode

Mikroskopik.

c) Prinsip

Mengidentifikasi morfologi sel darah dan menafsirkan

jumlahnya.
d) Alat dan bahan

1. Objek gelas

2. Mikroskop

3. Alat Differential Count

4. Larutan pewarna Wright

5. Methanol

6. Sampel darah vena

e) Prosedur

1. Pembuatan Sediaan Apus Darah Tepi

a. Siapkan kaca objek glass dan kaca

penghapus.

b. Letakkan 1 tetes darah di kaca objek glass.

c. Letakkan kaca penghapus dengan sudut 30-45

derajat di depan tetesan darah.

d. Tarik hingga menyentuh darah dan biarkan.

e. Darah menyebar dan geser hingga terbentuk

hapusan darah.

f. Biarkan mengering di udara, beri identitas.

2. Pewarnaan Sediaan Apus Darah Tepi

a. Letakkan sediaan apus darah yang telah di

fiksasi di atas rak pewarna.

b. Fiksasi dengan metanol 1-2 menit.

c. Genangi dengan Wright selama 5-10 menit.


d. Cuci sediaan apus dengan air mengalir mula-

mula lambat, kemudian lebih kuat dengan

tujuan menghilangkan semua kelebihan zat

warna.

e. Letakkan sediaan dalam sikap vertical dan

biarkan mengering sendiri

3. Memeriksa Sediaan Apus Darah

a. Letakkan sediaan apus darah di bawah

mikroskop dengan pembesaran 10x10 lakukan

penilaian keseleruhan sediaan dan cari daerah

yang akan dibaca. Daerah yang akan dibaca

adalah daerah yang cukup tipis dan rata,

eritrosit saling berdekatan tetapi tidak saling

menumpuk, leukosit tersebar baik dan mutu

pulasan baik.

b. Setelah itu lakukan pemeriksaan menggunakan

lensa objektif 40x untuk melihat morfologi

eritrosit, leukosit dan trombosit.

c. Penilaian eritrosit berupa : Size (Normositik,

Mikrositik, Makrositik, Anisositosis), Shape

(Poikilocytosis; Ovalocytes, Sphero), Stain

(Normochorm, Hipochorm).
d. Penilaian leukosit berupa : jumlah, hitung jenis

(Basophil, Eosinophil, Neutrofil, Limfosit,

Monosit) kelainan morfologi.

e. Penilaian trombosit berupa; kesan jumlah

(dalam keadaan normal tiap lapangan pandang

10x40 dapat dijumpai 4 – 8 trombosit per 100

eritrosit dan morfologi.

f. Bila terdapat parasit seperti Malaria,

Tripanosoma, Mikrofilaria dan sebagainya

dilaporkan juga.

g. Nilai rujukan hitung jenis :

Basofil : 0-1%

Eosinofil : 1-3%

Neutrofil batang : 2-6%

Neutrofil segmen : 50-70%

Limfosit : 20-40%

Monosit : 2-8%

Interpretasi hasil dilakukan oleh Dokter Patologi

Klinik.
4. Pemeriksaan Golongan Darah

a. Tujuan

Untuk mengetahui golongan darah dan Rhesus

pasien.

b. Metode

Aglutinasi langsung

c. Prinsip

Aglutinogen X pada permukaan eritrosit akan bereaksi

dengan aglutinin X yang telah diketahui sehingga

terbentuk kompleks antigen antibodi.

d. Alat dan bahan

1) Kertas golongan darah

2) Batang pengaduk

3) Mikropipet atau pipet tetes

4) Sampel darah EDTA

5) Reagen golongan darah (Anti – Sera A, Anti –

Sera B, Anti – Sera AB, Anti – Sera D)

e. Prosedur pemeriksaan

1) Disiapkan alat dan bahan.

2) Ditambahkan satu tetes anti sera pada tiap

lingkaran yang berbeda, Anti – Sera A pada

lingkaran anti A, Anti – Sera B pada lingkaran anti


B, Anti – Sera AB pada lingkaran anti AB dan Anti

– Sera D pada lingkaran anti D.

3) Ditambahkan satu tetes darah pada masing –

masing lingkaran.

4) Kemudian dihomogenkan tiap lingkaran dengan

batang pengaduk.

5) Digoyangkan selama ± 1 menit.

6) Diamati dan dicatat hasil.

7) Interprestasi hasil

Anti A Anti B Anti AB Anti D Goldar

+ - + + A/+

- + + + B/+

+ + + + AB/+

- - - + O/+

5. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) dengan alat

Vesmatic

a. Tujuan

Untuk mengetahui kecepatan mengendapnya eritrosit

dalam plasma.

b. Metode

Optik
c. Prinsip

Menghitung pengendapan plasma terhadap eritrosit,

kecepatan mengendapnya sel darah merah yang

telah dicampur dengan antikoagulan natrium citrat

3,8% dan dibiarkan selama ± 20 menit di dalam alat

Vesmatic Easy dengan mengukur tinggi plasmanya

dan dinilai sebagai nilai LED.

d. Alat dan bahan

1) Darah EDTA

2) Natrium citrat 3,8%

3) Alat Vesmatic Easy

e. Prosedur pemeriksaan

1) Alat Vesmatic dinyalakan dengan cara menekan

tombol “On/Off” pada bagian belakang alat. Pada

layar akan timbul “Select Function”.

2) Tombol “Down” ditekan sebanyak tiga kali, pada

layar akan timbul “ESR I Random”.

3) Kemudian tombol “Ok” ditekan, sehingga pada

layar muncul tulisan “Run”, lalu berganti dengan

tulisan FFFFF FFFFF.

(Keterangan : F berarti Free yang berarti posisi

bebas atau Ready. Lima “F” pertama menunjukkan


posisi sampel dilubang depan, lima “F” kedua

menunjukkan posisi sampel dilubang belakang).

4) Sebelum tabung Vestec dimasukkan kedalam

lubang atau diletakkan pada posisi Free, tabung

yang telah berisi sampel harus diberi identitas

(nomor lab order) dan dihomogenkan.

5) Setelah tabung tersebut diletakkan atau

dimasukkan pada lubang alat, pada layar akan

muncul nomor atau angka 1/2...../10 (berarti pada

lubang nomor tersebut tabung diletakkan).

6) Setelah itu, pada layar akan muncul huruf “A” yang

artinya alat sedang membaca sampel.

7) Bila telah muncul huruf “W” pada layar makan

hasil LED sudah bisa dibaca dan akan keluar Print

out hasil.

f. Nilai normal

1) Perempuan : 0-20 mm/jam.

2) Laki-laki : 0-15 mm/jam.

6. Pemeriksaan Masa Pendarahan (Bleeding Time)

a. Tujuan

Untuk mengetahui masa pendarahan seseorang

dalam satuan menit.


b. Metode

Duke

c. Prinsip

Pemeriksaan terhadap fungsi pembuluh darah

(kapiler), fungsi trombosit dan kekurangan dari faktor-

faktor pembekuan darah (faktor intrinsik). Tidak

menyebabkan perpanjangan masa pendarahan jika

luka yang dibuat sedemikian rupa kecilnya.

Pendarahan segera berhenti karena pengaruh

pembuluh darah dan trombosit.

d. Alat dan bahan

1) Kapas alkohol 70%

2) Autoclick

3) Keras saring

4) Stopwatch

e. Prosedur

1) Bersihkan daun telinga dengan kapas alkohol,

biarkan kering lalu pegang dengan ibu jari dan

telunjuk.

2) Tusuk pinggir daun telinga dengan autoklik yang

telah diisi dengan jarum.


3) Begitu tampak darah yang sudah keluar, hidupkan

stopwatch dan hisap tiap tetesan darah yang

keluar dengan kertas saring setiap 30 detik,

sampai darah tidak keluar lagi.

4) Kemudian luka bekas tusukkan dibersihkan

dengan kapas alkohol 70%.

5) Hasil pemeriksaan yang didapat dari hasil per 30

detik darah yang keluar.

f. Nilai normal

1-3 menit.

7. Pemeriksaan Malaria menggunakan Rapid test

a. Tujuan

Untuk mengidentifikasi parasit malaria serta

menentukan spesies plasmodium.

b. Metode

Rapid test

c. Prinsip

d. Alat dan bahan

1) Test kit

2) Diluent dalam botol tetes

3) Darah EDTA
4) Pipet tetes atau mikropipet

e. Prosedur

1) Buka kantong dan keluarkan kaset.

2) Masukkan 5 µl spesimen darah ke dalam Port “A”.

3) Teteskan 2 tetes buffer ke dalam Port “B”.

4) Tunggu hingga 10 menit.

f. Interpretasi hasil

1) Negatif malaria :

a) Hanya satu warna yang muncul pada garis

kontrol “C”.

2) Positif malaria :

a) P. falciparum malaria : muncul warna pink –

purple di garis test yang bertanda Pf.

b) Pan malaria : muncul warna Pink – purple di

garis test yang bertanda pan.

c) P. falciparum dan Pan : muncul warna Pink -

Purple digaris test yang bertanda Pf dan Pan.

8. Pemeriksaan Malaria

a. Tujuan

Memastikan diagnosis dengan menemukan langsung

parasit malaria.
b. Metode

Mikrovisual

c. Prinsip

Pencarian plasmodium malaria pada preparat

hapusan darah.

d. Alat dan bahan

1) Darah langsung

2) Reagen giemsa 10%

3) Methanol

4) Objek glass

5) Mikroskop

e. Prosedur

1) Cara pengambilan darah

a) Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas

alkohol, biarkan kering.

b) Tusuk dengan lancet, biarkan darah keluar

dengan sendirinya.

c) Tetesan darah pertama di hapus dengan kapas

kering. Tunggu sampai darah keluar lagi.

d) Sentuhkan tetesan darah tersebut pada 2 kaca

objek glass. Kaca objek yang pertama dengan

2 tetesan darah, disebelah kiri dan sebelah


kanan. Kaca objek kedua dengan 1 tetes

darah.

2) Pembuatan sediaan

a) Sediaan darah tebal.

1. Letakkan kaca obejk dengan 2 tetes darah

tadi di atas meja dengan tetesan darah

menghadap atas.

2. Ambil kaca objek yang lain. Tempelkan

ujungnya pada tetesan darah yang pertama

dan lebarkan berlawanan arah jarum jam

sampai diameter ± 1 cm.

3. Biarkan sampai kering di atas rak pengering

kemudian diberikan identitas pasien.

b) Sediaan darah tipis

1. Letakkan kaca objek dengan 1 tetes darah

kapiller dengan tetesan darah disebelah

kanan yang menghadap ke atas.

2. Pegang dengan tangan kanan kaca

penggeser dan letakkan sisi pendeknya di

sebelah kiri dari tetesan darah.

3. Kemudian gerakkan ke arah tetesan darah

sehingga mengenai tetesan darah tersebut.


4. Setelah menyentuh sisi pendek kaca

penggeser, darah menyebar pada sisi kaca

penggeser tersebut. Tunggu sampai darah

menyebar ke seleruh kaca penggeser.

5. Geser segera kaca penggeser ke kiri

dengan sudut 30 – 45 derajat.

6. Keringkan sediaan dan beri identitas

pasien/ kode pada sedian di bagian tepi.

7. Fiksasi dengan metil alkohol selama ± 10

menit dan sediaan di siapkan untuk

mewarnain.

3) Pewarnaan sediaan

a) Sediaan darah yang sudah kering difiksasi

dengan Methanol. Jangan sampai terkena

sediaan darah tebal.

b) Letakkan pada rak pewarna dengan posisi

darah berada di atas.

c) Siapkan larutan Giemsa dengan mencampur

3cc Giemsa dan 97 cc Larutan Buffer.

d) Tuangkan larutan Giemsa 3% dari tepi hingga

menutupi seluruh permukaan objek gelas.

Biarkan selama 30-45 menit.


e) Tuangkan air bersih secara perlahan – lahan

dari tepi objek gelas sampai larutan Giemsa

yang terbuang menjadi jernih. Angkat dan

keringkan sediaan darah. Setelah kering

sediaan darah siap untuk diperiksa.

f. Pelaporan hasil

1) Negatif : Bila tidak ditemukan parasit pada sediaan

tetes tebal yang telah diperiksa 100 lapangan

pandang.

2) Positif : Bila ditemukan parasit pada sediaan tetes

tebal.

Pelaporan menggunakan metode semikuantitatif

yakni:

+ : 1-10 parasit per 100 lapangan pandang.

++ : 11-100 parasit per 100 lapangan pandang.

+++ : 1-10 parasit dalam 1 lapangan pandang.

++++ : >10 parasit dalam 1 lapangan pandang.

Pelaporan positif dilanjutan dengan pelaporan jenis

parasit dan stadiumnya denga melihat pada sediaan

hapusan darah.
9. Pemeriksaan Hemostasis ( Protombine Time, APTT,

INR, Fibrinogen )

a. Tujuan

Mengetahui adanya kelainan pembekuan darah, dan

untuk mencari adanya kekurangan faktor – faktor

pembeku darah.

b. Metode

Kinetik

c. Prinsip

Dua prinsip koagulasi yaitu, metode deteksi reaksi

koagulasi (metode deteksi sinar berhamburan).

Cahaya inframerah menyinari ke dalam campuran

plasma darah dan reagen, serta mendeteksi

perubahan dalam kekeruhan (ketika bekuan fibrin

terbentuk) sehingga berubah menjadi sinar yang

berhamburan dan diukur sebagai waktu koagulasi.

Metode deteksi titik koagulasi (metode deteksi

presentase). Waktu koagulasi dihitung sebagai waktu

yang dibutuhkan untuk mencapi sejumlah sinar yang

berhamburan kemudian diatur untuk mendeteksi titik

koagulasi. Deteksi dimulai dari 0% sampai terbentuk

koagulasi sebagai 100%.


d. Alat dan bahan

1) Plasma citrat

e. Prosedur

1) Cara mendaftakan reagen (Barcode)

a) Test panel → F2 → please cover → Esc →

buka cover reagen → pilih no urutnya (1-16) →

enter → masukkan reagen ke rak reagen →

enter 2x.

2) Cara mendaftarkan reagen (manual)

a. Test panel → F2 → please cover → Esc →

buka cover reagen → pilih no urutnya (1-16) →

enter → masukkan reagen ke rak reagen →

masukkan ID (ID : 12351 → CN & ID : 12352

→ CP) → lihat lot nya → tutup cover → Esc.

f. Nilai normal

1. PT : 10-15 detik

2. APPT : 21-45 detik


b. Pemeriksaan Kimia Darah

1) Pemeliharaan Alat TMS 20i

a) Pengertian

Pemeliharaan alat adalah kombinasi berbagai tindakan

yang dilakukan untuk menjaga suatu alat atau

memperbaikinya sampai kondisi yang bisa diterima.

b) Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam

melakukan pemeliharaan alat TMS 20i.

c) Prosedur

Maintenance Harian

1. Sebelum menghidupkan alat

a. Cek/ isi supply air

Cek secara visual volume air untuk TMS, jika

kurang isi kembali.

b. Cek isi acid & alkali solution

Cek secara visual volume acid & alkali solution

untuk TMS, jika kurang isi kembali.

c. Cek/ kosongkan tanki limbah

Cek secara visual volume tanki limbah, jika penuh

dibuang.

2. Setelah menghidupkan alat

a. Cek ketersediaan thermal printer


Cek secara visual ketersediaan peper, jika sudah

muncul tanda merah pada kertas berarti kertas

akan segera habis.

b. Cek ketersediaan masing-masing reagen

Cek secara visual ketersediaan reagen, jika ada

yang habis isi sesuai kebutuhan. Kemudian

sesuaikan juga dengan yang terisi pada menu

bottle.

c. Cek kuvet pada ʎ340

Cek kondisi kuvet pada alat dengan cara masuk

ke menu main → Cell check. Kemudian pilih menu

ʎ, pilih ʎ 340 nm.

Merah : kondisi kuvet jelek (perlu diganti)

Kuning : kondisi kuvet hati-hati

Abu-abu : kondisi kuvet masih bagus

d. Cek lampu hologen

Cek kondisi lampu dengan memasukan ke dalam

menu maint lamp. → Usia lampu TMS 2000 jam,

bila status lampu menunjukkan <10% lampu perlu

segera diganti dengan lampu yang baru.


e. Lakukan priming

Pastikan status alat dalam keadaan READY,

lakukan priming dengan cara mait → klik user

main → PRIM

3. Sebelum mematikan alat

a. Lakukan priming

Pastikan status alat dalam keadaan READY,

lakukan prming dengan cara maint klik user maint

PRIM.

b. Lakukan Cell Washing

Pastikan status alat dalam keadaan READY,

lakukan Priming dengan cara klik user maint cell

washing.

Maintenance Mingguan

1. Lakukan sampel Probe Wash

Pertama siapkan satu sampel Cup, lalu isi dengan

aquades, simpan sampel Cup yang berisi aquades

pada posisi ise wash di tray sampel.

Dari menu utama masuk ke menu Maintenance,

kemudian masuk ke dalam menu user maint, lalu klik

S Probe Wash.

2. Cek filter, selang dan Water Reservoir


Cek secara visual kondisi filter, selang dan Water

Reservoir, jika ada sumbatan/ kotoran dibersihkan.

3. Cek filter, selang dan Acidic & Alkaline Reservoir

Cek secara visual kondisi filter, selang danacidic &

alkaline reservoir, jika ada sumbatan/ kotoran

dibersihkan.

4. Cek adanya Bubble pada sampel Pum & Reagent

Pum

Buka bagian penutup depan alat TMS, kemudian cek

secara visual kondisi sampel pum 1, sampel pum 2,

reagen pum 1 dan reagen pum 2 apakah ada

gelembung atau tidak.

5. Bersihkan Probe Cuvette Washing Station

Bersihkan probe cuvette washing station dengan

menggunakan kapas alkohol, cek secara visual

kondisi cuvette washing station beserta selang-

selangnya, jika ada sumbatan atau kotoran

dibersihkan.

6. Bersihkan Probe Sampel

Bersihkan bagian luar probe sampel dengan

menggunakan kapas alkohol.

Bersihkan bagian dalam probe sampel dengan

menggunakan kawat nylon.


7. Bersihkan probe reagen

Bersihkan probe reagen dengan menggunakan kapas

alkohol.

Maintenance 2 Mingguan

1. Running alkali solution 6% untuk 60n kuvet

Siapkan 60 ml larutan alkaline dengan cara :

a. Melarutkan 3,6 ml alkaline washing solution yang

ditambahkan dengan aquades ad 60 ml.

b. Masukan masing-masing 200 ml ke dalam 6

sample cup lalu taruh di dalam tray sampel.

c. Masukan sisa 6% alkaline solution kedalam botol

R1 dan R2.

2. Isi volume botol alkaline

a. Dari menu utama mausk ke menu reagent.

b. Arahkan kursor pada posisi reagen yang kosong

pada kolom T. Counts R1.

c. Pilih item list test disebelah kanan lalu double klik.

3. Order untuk runing 60 kuvet

a. Dari menu utama masuk kedalam menu order.

b. Lalu isi posisi sampel cup yang tadi, isikan untuk

aspiration 10.

c. Klik item test lalu klik tombolo order, klik tombol exit.
d. Lalu klik tombol Start untuk memulai proses

pencucian kuvet.

Maintenance Bulanan

1. Bersihkan filter udara RGT, buka bagian penutup

depan alat TMS, kemudian buka dudukan filter udara

beserta busa filternya, bersihkan busa dari debu

dengan kuas kemudian pasang kembali.

d) Jenis Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Trigliserida

a. Prinsip

Pengukuran trigliserida dilakukan setelah

pemisahan enzimatik dengan lipoprotein lipase.

Sebagai indikator adalah kuinonimin yang

dihasilkan dari 4-aminoantipirin dan 4-klorofenol

oleh hidrogen peroksida sebagai aksi katalitik dan

peroksidase.

b. Metode

GPO – PAP

c. Reagen

1) Goods Buffer pH 7,2 50 mmol/L

2) 4-chlorophenol 4 mmol

3) ATP 2 mmol

4) Mg 15 mmol
5) Glycerokinase (GK) ≥0,4 kU/L

6) Peroxidse ≥2 kU/L

7) Lipoprotein Lipase ≥2 kU/L

8) 4-aminoantipyrine 0,5 mmol

9) GPO ≥0,5 kU/L

Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa jika

disimpan pada 2 - 8°C. Terlindung dari cahaya dan

terhindar dari kontaminasi. Jangan membekukan

reagen.

d. Nilai Rujukan

<150 mg/dL.

2. Pemeriksaan Kolesterol Total

a. Prinsip

Penentuan kadar kolesterol diukur setelah hidrolisis

enzimatik dan oksidasi. Indikator kolorimetri adalah

quinoneimine yang dihasilkan dari 4-

aminoantipyrine dan phenol oleh hidrogen

peroksidase dalam kerja katalitik dan peroksidase

(Reaksi Trinder).

b. Metode

CHOD – PAP

c. Reagen
1) Good’s Buffer pH 6,7 50 mmol/L

2) Phenol 5 mmol/L

3) 4-Aminoantipyrine 0,3 mmol/L

4) Cholesterol Esterase (CHE) ≥200 U/L

5) Cholesterol Oxidase (CHO) ≥50 U/L

6) Peroxidase (POD) ≥3 kU/L

Reagen stabil sampai dengan akhir bulan

kadaluwarsa jika disimpan pada 2 – 8 °C, terlindung

dari cahaya dan terhindar dari kontaminasi. Jangan

membekukan reagen.

d. Nilai Rujukan

< 200 mg/dL

3. Pemeriksaan HDL

a. Prinsip

𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑟𝑜𝑙−𝑃𝐸𝐺
Cholesterol ester HDL + H20 → HDL -

cholesterol + RCOOH

Kolestrol HDL dioksidasi dengan bantuan kplestorl

oksidase menjadi 4- cholestenone dan H2O2

𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑟𝑜𝑙𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑒𝑃𝐸𝐺
HDL – cholestenone + O2 → 4-

cholestenone+ H202

dengan bantuan peroksidase, hydrogen eroksidase

yang terbentuk bereaksi dengan 4- amono-

antopyrine dan HSDA membentu warna ungu-biru


𝑝𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑒
2H202 + 4 aminoantipyrine → pigmen ungu-

biru + 5H20

Intensitas warna yang terbentuk berbanding lurus

dengan kadar kolestrol HDL dan diukur secara

fotometrik.

b. Metode

Pengkuran langsung kolestrol HDL menggunakan

polyethylene glycol (PEG)-modified enzyme dan

dextran sulphate.

c. Reagen

R1:

HEPES buffer

Ches pH 7,4

Dextran sulfate

Magnesium nitrate

Hecahydrat

HSDA

Ascorbate oxidase

Horseradish peroxidase

Perservatice

R2:

HEPES buffer

PEG- cholesterol extrase


PEG- cholesterol oxidase

Horseradish peroxidase

4 – amino – antipyrine

Perservative

Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa jika

disimpan pada 2 – 8 °C, terlindung dari cahaya dan

terhndar dari kontaminasi. Jaangan bekukan reagen.

d. Nilai rujukan

< 200 mg/ dl

4. Pemeriksaan LDL Kolesterol

a. Prinsip

Homogenous enzymatic colorimetric assay yang

terdiri dari 3 reaksi :

Kolestrol ester LDL dipecah secara kuantitatif oleh

koletrol esterase menjadi kolestrol bebas dan asam

lemak bebas

detergen
Kolestrol ester LDL + H2O → Koletrol bebas +

asam lemak bebas

Kolestrol LDL dioksidasi oleh kolestrol oksidase

menjadi ∆4- cholestenone dan hydrogen peroksida.

koletrol oksidase
Kolestrol ester LDL + O2→ ∆4-

cholestenone + H2O2 Dengan bantuan peroksidase,


hydrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan

4-aminoantipyrine dan sodium N- (2- hydroxy-3-

sulfopropyl)-3,5- dimethoxyaniline (HSDA)

menghasilkan warna biru-ungu

𝑝𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑒
2H202 + 4-Aminoantipyrine→ warna ungu-biru

+ 5 H20HSDA+ H2O + H+

Intensitaas warna yang terbentuk sebanding dengan

kadar kolestrol LDL dan diukur secara fotometrik

b. Metode

Homogenous enzymatic colorimetric assay

c. Reagen

R1 :

MOPS (3- morpholinopropane sulfonic acid) buffer

HSDA

Ascorbate oxidase

Peroxidase (horseradish)

R2:

MOPS buffer

4-aminoantipyrine.

MgSO4

Cholestrol esterase (Pseudomonas sp)

cholesterol oxidase (brevibacterium sp.,

recombinant)
peroxidase (horseradish)

Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa jika

disimpan pada 2 – 8 °C, terlindung dari cahaya dan

terhndar dari kontaminasi. Jaangan bekukan reagen.

d. Nilai rujukan :

< 100 mg/dl

5. Pemeriksaan Glukosa Darah

a. Prinsip

HK
Glucose + ATP Glucose-6-phospate +

ADP

Glucose-6-phospate + NAD+ G6P-FH

Gluconate-^-P + NADH + H+

b. Metode

Tes UV enzimatik menggunakan heksokinase dan

Glucometer

c. Reagen

R1 :

TRIS Buffer pH 7,8 100 mmol/L

Mg 2+ 4 mmol/L

ATP 2,1 mmol/L

NAD 2,1 mmol/L


R2 :

Mg 2+ 4 mmol/L

Hexokinase (HK) ≥ 7,5 kU/L

Glucose-6-phosphatedehydrogenase (G6P-DH)

≥ 7,5 kU/L

Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa jika

disimpan pada 2 – 8 °C, terlindung dari cahaya dan

terhndar dari kontaminasi. Jaangan bekukan reagen.

d. Nilai Rujukan

Glukosa Darah Puasa : < 100 mg/dl

Glukosa Darah Sewaktu : < 200 mg/dl

Glukosa 2 Jam Post Prandial : <140 mg/dl

6. Pemeriksaan SGOT/ AST

a. Prinsip

ASAT

L-Aspartate + 2-Oxoglutarate + L-Glutamate +

Oxalacetate

MDH

Oksaloasetat + NADH + H = L-Malate + NAD

Penambahan Pyrodoxal -5-Phospate dapat

menstabilkan aktifitas transaminase dan menghindari


terjadinya nilai rendah palsu pada sampel yang

kadar P-5-P endogennya rendah.

b. Metode

Tes UV optimal menurut IFCC (International

Federation of Clinical Chemistry and Laboratory

Medicine)

c. Reagen

R1 :

TRIS pH 7,65 110 mmol/L

L-Aspartate 320 mmol/L

MDH ≥800 U/L

LDH ≥1200 U/L

R2 :

2-Oxoglutrate 85 mmol

NADH 1 mmol

Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa jika

disimpan pada 2 – 8 °C, terlindung dari cahaya dan

terhndar dari kontaminasi. Jaangan bekukan reagen.

d. Nilai Rujukan

5 – 34 U/L
7. Pemeriksaan SGPT/ALT

a. Prinsip

ALAT

L-Alanine + 2-Oxoglutarate ↔ L-Glutamate +

pyruvate

LDH

Pyruvate + NADH + H ↔ D-Lactate + NAD

Penambahan pyrodoxal-5-phospat dapat

menstabilkan aktifitas transaminase dan menghindari

terjadinya nilai rendah palsu pada sampel yang

kadarP-5-P endogennya rendah.

b. Metode

Tes UV optimal menurut IFCC (International

Federation of Clinical Chemistry and Laboratory

Medicine)

c. Reagen

R1 :

TRIS 140 mmol/L

L-Alanine 700 mmol/L

MDH ≥ 800 U/L

LDH ≥ 1200 U/L

R2 :

2-Oxoglutarate 2300 U/L


NADH 1 mmol

Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa jika

disimpan pada 2 – 8 °C, terlindung dari cahaya dan

terhndar dari kontaminasi. Jaangan bekukan reagen.

d. Nilai Rujukan

0 – 55 U/L

8. Pemeriksaan Alkaline Phospatase

a. Prinsip

AP

p-Nitrophenylphospatase + H2O → Phospate + p-

Nitrophenol

b. Metode

Tes kinetik fotometri menurut IFCC (Internasional

Federation of Clinical Chemistry and Laboratory

Medicine )

c. Reagen

R1 :

2-amino-2metil-1-propanol pH 10,4 1,1 mmol/L

Magnesium acetate 2 mmol/L

Zinc Sulphate 0,5 mmol/L

HEDTA 2,5 mmol/L

R2 :
p-Nitrophenylphospate 80 mmol/L

Reagen stabil sampai akhir bulan kadaluarsa jika

disimpan pada suhu 2 – 8ᵒC, terlindung dari cahaya

dan terhindar dari kontaminasi.Jangan membekukan

reagen.

d. Nilai Rujukan

45 – 190 (IU/L)

9. Pemeriksaan Gamma-GT

a. Prinsip

Gamma – GT mengkatalisis perpindahan asam

glutamat ke akseptor yaitu glyclyglycine. Pada

proses ini akan dilepaskan 5-amino-2-nitrobenzoate

yang dapat diukur pada 546 nm. Peningkatan

absorbansi pada panjang gelombang ini langsung

berkaitan dengan aktivitas Gamma-GT.

b. Metode

Tes fotometric kinetic menurut Szasz/Persjin.

c. Reagen

R1 :

TRIS pH 8.25 135 mmol/L

Glyclyglycine 15 mmol/L

R2 :
L-Gamma-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide

22 mmol/L

d. Nilai Rujukan

6 – 28 (IU/L)

10. Pemeriksaan Bilirubin Total dan Bilirubin Indirect

a. Prinsip

Pada larutan asam, bilirubin direk memberikan

warnamerah, hasil reaksi antara senyawa azo

dengan 2,4-dichloroaniline. Bilirubin total dapat

diukur setelah penambahan detergent.

b. Metode

Tes fotometrik menggunakan 2,4-dichloroanilline

(DCA)

c. Reagen

R1 :

EDTA – NA 0,1 mmol/L

Nacl 150 mmol/L

Sulfamic Acid 100 mmol/L

R2 :

2,4 Dichlorophenyl - diazonium salt 0,5 mmol/L

HCL 900 mmol/L

EDTA – Na 0,13 mmol/L


Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa

jika disimpan pada 2 – 8°C. Terlindung dari

cahaya dan terhindar dari kontaminasi. Jangan

membekukan reagen.

d. Nilai Rujukan

Bilirubin Total : 0.1 – 1.2 mg/dl

Bilirubin Direk : 0.1 – 0.3 mg/dl

Bilirubin Indirek : 0.1 – 1.0 mg/dl

11. Pemeriksaan Protein Total

a. Prinsip

Bersama dengan ion tembaga, protein membentuk

kompleks warna biru – violet dalam larutan alkali.

Absorbansi warna berbanding lurus dengan

konsentrasi

b. Metode

Fotometrik sesuai dengan metode biuret.

c. Reagen

R1 :

Sodium Hydroxide 100 Mmol

Potassium Sodium Tartrate 17 mmol

R2 :

Sodium Hydroxide 500 Mmol


Potassium Sodium Tartrate 80 Mmol

Potassium Iodide 75 Mmol

Chopper Sulphate 30 mmol

Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa jika

disimpan pada 2 – 8 °C, terlindung dari cahaya dan

terhndar dari kontaminasi. Jangan bekukan reagen.

d. Nilai Rujukan

6.1 – 8.2 mg/dl

12. Pemeriksaan Albumin

a. Prinsip

Pada pH sedikit asam, albumin akan berikatan

dengan BromCresol Green, menghasilkan

perubahan intensitas warna dari kuning hijau ke

hijau biru yang digunakan sebagai indikator akhir

pengukuran.

b. Metode

Test fotometrik menggunakan BromCresol Green

c. Reagen

Citrat buffer pH 1,2 30 mmol/L

Bromcresol Green 0,26 mmol/L

Reagen stabil sampai dengan akhir bulan

kadaluarsa jika disimpan pada 2 – 25ᵒC,


terlindung dari cahaya dan terhindar dari

kontaminasi. Jangan membekukan reagen.

d. Nilai Rujukan

3.8 – 5.0 mg/dl

13. Pemeriksaan Asam Urat

a. Prinsip

Uric Acid bereaksi dengan O2 bereaksi dengan H2O

dengan bantuan uricase menghasilkan allantoin

bereaksi dengan H2O2 bereaksi dengan DCHBS

dengan CO2, H2O bereaksi dengan 4-AAP

bereaksi dengan DCHBS dengan bantuan

peroxidase quinoneimine bereaksi dengan H2O

b. Metode

Enzimatik

c. Reagen

4-Aminoantypirine

3,5-Dichioro-2-Hydrodybenz Ene Sulfonate

Uricase

Horseradish Peroxidase

Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa jika

disimpan pada 2 – 8 °C, terlindung dari cahaya dan


terhndar dari kontaminasi. Jaangan bekukan

reagen.

d. Nilai Rujukan

Pria : 3,5 – 7,2 mg/dl

Wanita : 2,6 – 6.0 mg/dl

14. Pemeriksaan Kreatinin

a. Prinsip

Kreatinin bereaksi dengan picric acid dengan

bantuan alkaline solution menghasilkan creatinin

picrate kompleks yang berwarna merah.

𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑒𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛
Creatinin + Pitric Acid → Creatine

picrate (Red Colored)

b. Metode

Jaffe Rate

c. Reagen

Pitric Acid

Buffer

Reagen stabil dengan akhir bulan kadaluwarsa jika

disimpan pada 2 – 8 °C, terlindung dari cahaya dan

terhndar dari kontaminasi. Jaangan bekukan

reagen.

d. Nilai Rujukan
Pria : 0,7 – 1,3 mg/dl

Wanita : 0,6 – 1,1 mg/dl.

15. Pemeriksaan Ureum

a. Prinsip

Ureum oleh urease dihidrolisis menjadi amonia dan

karbondioksida dengan bantuan GLDH dan

Nicotinamide Adenine DinucleotideHydride (NADH).

Amonia bergabung dengan α-ketoglutarat (α-KG)

membentuk Glutamat dan Nicotinamide Adenine

Dinucleotide (NAD). Adenosine Diphospat (ADP)

dipakai untuk mengaktifkan dan menstabilkan

GLDH.

b. Metode

Kinetik UV dengan Urease/ Glutamat

Dehidrogenase (GLDH).

Urease/GLDH (glutamate dehydroginase)

c. Nilai Rujukan

20 – 40 mg/dl.
16. Pemeriksaan Elektrolit

Pemeliharaan Alat Elektrolit NOVA 5 CRT

a. Pengertian

Pemeliharaan alat adalah kombinasi berbagai

tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu alat

atau memperbaikinya sampai kondisi yang bisa

diterima.

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam

melakukan pemeliharaan alat ELEKTROLIT NOVA

5 CRT

c. Metode

ISE ( Ion Selektive Elektrode)

d. Prinsip

Na, K+, Cl-, diukur dengan metode ISE (Ion

Selektive Elektrode) dengan menbandingkan ion

positif dan ion negatif. Dari pengukuran electrode di

flow cell dihasilkan sinyal analog dimana sinyal

akan diperkuat dan diubah ke dalam bentuk digital

yang disebut analog digital ( AD Board ), dari AD

Board sinyal dikirim ke digital board dan akan

diproses sehingga tampil di display.


e. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam

melakukan pemeliharaan alat ELEKTROLIT NOVA

5 CRT

e. Prosedur

1) Cleaning Flowpath P/N : 11272 (lakukan setiap

hari)

a) Tekan “Menu”

b) Pilih “Maintenance Menu” (no.2)

c) Pilih “Probe Cleaning” (no.4)

d) Tunggu jarum sampler keluar, masukan cup

sample (yang sudah berisi cairan cleaning

solution) ke jarum sanpler. Lalu tekan

“Analyze”, maka cairan akan terhisap.

e) Tunggu beberapa saat, sampai Cleaning

Flowpath selesai.

2) Conditioning Na/pH P/N : 00018 (lakukan 2x

seminggu)

a. Tekan “Menu”

b. Pilih “Maintenance Menu” (no.2)

c. Pilih “Conditioning Flowpath” (no.1)

d. Tunggu jarum sampai keluar, masukan cup

sample (yang sudah berisi cairan Na/ pH


conditioning solution) ke jarum sampler. Lalu

tekan “Analyze”, maka cairan akan terhisap.

e. Tunggu beberapa saat, sampai conditioning

flowpath selesai.

3) Ganti S-Line P/N : 13141 (lakukan setiap bulan)

4) Ganti W/R pump tubing P/N : 13195 (lakukan

setiap 4 bulan)

5) Ganti pump tubing harness P/N : 16728 (lakukan

setiap tahun)

f. Langkah Kerja

1) Tekan tombol ON yang ada dibelakang alat

2) Analis melakukan kebersihan tangan

3) Analis menggunakan APD yang sesuai

4) Pasien :

a) Pada menu “Ready” tekan tanda “Manual”

Masukkan identitas sampel lalu tekan Enter,

jarum probe akan keluar.

b) Masukkan sampel pada probe, lalu tekan

“Analyze” sampai jarum menghisap sampel

c) Tekan “View Result” untuk melihat hasil

pemeriksaan

d) Hasil akan tampak dilayar dan diprint secara

otomatis
e) Tekan “Home” untuk kembali ke menu awal

f) Setiap hari sebelum alat digunakan untuk

sampel pasien, lakukan quality control

5) Kontrol

a) Pada menu “Ready” tekan QC

b) Pilih analyze QC 1 atau QC 2 lalu tekan “Enter”

c) Setelah jarum keluar, masukkan QC 1 atau QC

2 lalu tekan “Analyze”

d) Hasil akan keluar dari print – out alat.

6) Nilai Rujukan

Natrium : 136 – 145 mmol/l

Kalium : 3.5 – 5.0 mmol/l

Klorida : 98 – 106 mml/l

Calcium : 7.6 – 11.0 mmol/l

Phospor : 2.5 – 7.0 mmol/l

17. Pemeriksaan Analisa Gas Darah

Pemeliharaan Alat AGD NOVA pHOx PLUS

a. Pengertian

Pemeliharaan alat adalah kombinasi berbagai

tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu alat

atau memperbaikinya sampai kondisi yang bisa

diterima.
b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam

melakukan pemeliharaan alat AGD NOVA pHOx

PLUS

c. Metode

Ion Selective Electrode (ISE)

d. Prinsip

Pengukuran berdasarkan pada potensial antara

elektroda sampel dengan elektroda standar.

e. Prosedur

Maintenance Harian

1) Flowpath Cleaning

a) Tekan menu, pindahkan cursor ke Flowpath

Cleaning, tekan Enter.

b) Tunggu sampai pump berhenti, kemudian

lepaskan NA sensor dan ganti dengan

Blank Electrode.

c) Melakukan Ampule Deproteinizing Solution

Ke Probe, kemudian tekan Continue.

d) Setelah nada Beep, jauhkan ampule dari

probe, kemudian tekan Analyze.

e) Tunggu sampai Flowpath Cleaning selesai.

f) Pilih Flowpath / Probe Maintenance.


g) Buka kembali Blank Electrode dan ganti

dengan NA sensor.

h) Kalibrrasi ulang dengan melakukan

Calibration, Enter.

2) Sensor Module Conditioning

a. Isi Syringe dengan Whole Blood.

b. Tekan “Menu”, pindahkan cursor ke sensor

conditioning dan tekan “Enter”.

c. Masukan Syringe ke probe dan tekan

“Continue”.

d. Setelah ada nada beep, jauhkan syringe

dari probe dan tekan “Analyze”.

e. Akan muncul pesan, sensor conditioning in

progress. Tunggu sampai tanda selesai

muncul. Untuk membatalkan conditioning

tekan “Cancel”.

f. Kalibrasi ulang dengan menekan calibrasi,

enter.

3) Jika terjadi bekuan / cloth

a) Tekan menu tekan “Service”, akan muncul

system test, tekan “Enter”.

b) Pindahkan cursor ke “Sample” tekan “Enter”,

pilih “Syringe”.
c) Jarum otomatis akan keluar dari tempatnya.

d) Lepas selang W yang berada direference

electrode.

e) Semprotkan syringe yang telah diisi dengan

air melalui selang W dan selang R ditekuk

dengan jari sehingga air mengalir lancer

melalui flowcell dan keluar di jarum.

f) Setelah air keluar dengan lancer pasang

kembali selang W yang dilepas kemudian

home.

g) Lakukan kalibrasi.

c. Pemeriksaan Urinalisa

1. Pemeriksaan Urinalisa Rutin

a. Pengertian

Urinalisa rutin adalah pemeriksaan urine dengan

menggunakan carik celup untuk pemeriksaan kimia urine.

b. Tujuan

Untuk mengetahui adanya leukosit, nitrit, glukosa, keton,

urobilin, bilirubin, blood, berat jenis dan pH urine secara

teliti dan cepat.

c. Metode

Carik celup
d. Prinsip

Urine analyzer mengevaluasi carik celup dengan cara

reflectance photometry menggunakan light-emithing diodes

pada panjang gelombang dan waktu pengukuran yang

dibuat. Secara tepat untuk reaksi kimia dan perubahan

warna dari bantalan pemeriksaan yang diamati. Dalam

perhitungan hasil, pengaruh warna urine dikoreksi dengan

mengukur bidang blanko pada carik celup ( compensation

field ).

e. Alat

1) Tabung Reaksi 12 ml.

2) Stik urine/carik celup.

3) Urine reader

f. Bahan

1) Urine segar atau urine sewaktu.

g. Prosedur Kerja

1) Analisa melakukan kebersihan tangan.

2) Analisa menggunakan APD yang sesuai.

3) Analisa menyiapkan tabung reaksi yang bersih.

4) Cara menampung urine lihat SPO penampungan urine.

5) Masukkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 12

ml.
6) Stik dimasukkan ke dalam urine sampai semua indikator

terendam, dibiarkan selama 1 menit, kemudian

diangkat.

7) Stik dimasukkan ke dalam alat urine reader, hasil

pembacaan akan keluar diprint out alat.

8) Hasil pembacaan otomatis masuk ke dalam sistem

informasi laboratorium.

9) Analis memvalidasi apakah hasil telah sesuai.

h. Nilai rujukan

1. Berat jenis : 1.010 – 1.032

2. Eritrosit : 0 – 1 Ery/ul

3. Leukosit : 1-6 Leuko/ul

4. Nitrit : Negatif

5. pH : 7.0 netral

6. Protein : Negatif

7. Glukosa : Negatif

8. Keton : Negatif

9. Urobilinogen : 0.2 - 1.1 mg/dL

10. Bilirubin : Negatif


2. Pemeriksaan Urinalisa Lengkap

a. Pengertian

Urinalisa lengkap adalah pemeriksaan urine secara

makroskopis,mikroskopis ( sedimen ) dan kimia ( carik

celup ).

b. Tujuan

Untuk mengetahui kelainan yang terdapat di urine.

c. Metode

1. Carik celup

2. Sedimen

d. Prinsip

1. Urine analyzer mengevaluasi carik celup dengan cara

reflectance photometry menggunakan light-emithing

diodes pada panjang gelombang dan waktu pengukuran

yang dibuat. Secara tepat untuk reaksi kimia dan

perubahan warna dari bantalan pemeriksaan yang

diamati. Dalam perhitungan hasil, pengaruh warna urine

dikoreksi dengan mengukur bidang blanko pada carik

celup (compensation field).

2. Berat jenis unsur-unsur sedimen organik dan anorganik

lebih besar dari pada berat jenis urine, sehingga dengan

sentrifuge maka zat – zat tersebut akan mengendap.


e. Alat :

1) Tabung Reaksi

2) Objek gelas

3) Kaca penutup

4) Mikroskop

5) Centrifuge

6) Stik urine

7) Urine Reader

f. Bahan :

1) Urine segar atau urine sewaktu.

g. Prosedur Kerja :

1) Analis melalkukan kebersihan tangan.

2) Analis menggunakan APD yang sesuai.

3) Analis menyiapkan tabung reaksi yang bersih, kering

dan bening.

4) Cara pengambilan urine mengacu ke SPO pengambilan

urine.

5) Masukkan urine sebanyak 12 ml ke dalam tabung

reaksi.

6) Periksa dengan menggunakan pencahayaan yang baik

warna dan kekeruhan urine tersebut. Kemudian bau

urine.
7) Kemudian masukkan carik celup kedalam urine sampai

semua indikator terendam, dibiarkan selama 1 menit,

kemudian diangkat.

8) Stik masukkan ke dalam alat urine reader, hasil

pembacaan alat akan keluar dihasil print out alat.

9) Sentrifuge tabung berisi urine tersebut pada kecepatan

2000 rpm selama 5 menit. Buang supernatan samapai

tersisa sekitar 0,5 ml. Sedimen lalu dicampur rata.

Tambahkan 1 tetes larutan Steinheimer Malbin, campur.

Ambil 1 tetes cairan sedimen, lalu letakkan pada kaca

objek glass dan tutup dengan kaca penutup. Baca

sedimen dibawah mikroskop cahaya dengan

pembesaran 10x10, nilai adanya sel epitel, silinder dan

kristal. Periksa sedikitnya 10 lapang pandang, laporkan

hasil pemeriksaan sebagai jumlah/LPK.

10) Lanjutkan pemeriksaan dengan pembesaran 10x40,

nilai jumlah eritrosit, leukosit dan adanya bakteri.

Periksa sedikitnya 10 lapang pandang. Laporkan hasil

pemeriksaan sebagai jumlah/LPB.

11) Hasil pemeriksaan kimia urine/carik celup akan otomatis

masuk ke dalam sistem informasi laboratorium

sedangkan hasil pemeriksaan makroskopis dan

mikroskopis dimasukkan secara manual.


12) Analis kemudian memvalidasi bila hasil telah sesuai.

h. Nilai Rujukan :

1. Berat jenis : 1.010 – 1.032

2. Eritrosit : 0 – 1 Ery/ul

3. Leukosit : 1-6 Leuko/ul

4. Nitrit : Negatif

5. pH : 7.0 netral

6. Protein : Negatif

7. Glukosa : Negatif

8. Keton : Negatif

9. Urobilinogen : 0.2 - 1.1 mg/dL

10. Bilirubin : Negatif

3. Konfirmasi Pemeriksaan Urinalisis

a. Pengertian

Pemeriksaan secara manual untuk hasil pemeriksaan carik

celup yang hasilnya meragukan.

b. Tujuan

Untuk menilai dengan pemeriksaan manual apakah hasil

pemeriksaan carik celup sesuai.

c. Prosedur

1) Analis melakukan kebersihan tangan.

2) Analis menggunakan APD yang sesuai.


3) Lakukan konfirmasi bila ditemukan :

4. Proteinuria

a. Prinsip

Protein dalam urine akan membentuk kekeruhan atau

gumpalan oleh asam karena mendekati titik isoelektrik

protein dibantu dengan pemanasan, sehingga terbentuk

kekeruhan, butiran, kepingan atau gumpalan sesuai dengan

banyaknya kandungan protein dalam urine.

b. Metode

Sulfosalisil 20 %

c. Alat dan Bahan

1) Tabung reaksi

2) Objek gelas

3) Kaca pentup

4) Mikroskop

5) Centrifuge

6) Stik urine

7) Urine Reader

8) Urine segar atau urine sewaktu

d. Regen

1) Sulfosalisil 20%
e. Cara Kerja

1) Masukkan 2 tabung reaksi masing-masing dengan 2 ml

urine jernih.

2) Tambahkan 8 tetes sulfosalisil 20% ke salah satu tabung.

3) Bandingkan kejernihan dengan tabung yang tidak ditetesi

sulfosalisil 20%, jika sama jernih berarti hasil negatif.

4) Jika hasil tetap keruh lakukkan pemanasan sampai

mendidih dan kemudian dinginkan dengan air mengalir.

5) Jika kekeruhan tetap ada selama pemanasan dan juga

setelah pendinginan kemungkinan besar albumin atau

globulin atau keduanya.

6) Jika kekeruhan hilang pada waktu pemanasan dan timbul

kembali pada saat pendinginan kemungkinan protein

Bence Jones dan perlu diselidiki lebih lanjut.

f. Interpretasi Hasil :

1) Negatif : Tidak ada kekeruhan sedikit juga.

2) Positif 1 : Kekeruhan ringan tanpa butir-butir, kadar

protein 0.01-0.05%.

3) Positif 2 : Kekeruhan mudah dilihat dan nampak butir-

butir dalam kekeruhan ( 0.05 – 0.2% ).

4) Positif 3 : Urine jelas keruh, kekeruhan berkeping-keping

( 0.2 – 0.5% ).
5) Positif 4 : Urine sangat keruh, berkeping-

keping/bergumpal/memadat ( >0.5% ).

6) Jika > 3% akan terjadi bekuan.

5. Bilirubinuria

a. Prinsip

Bilirubin dalam urine akan bereaksi dengan larutan iodium

menghasilkan biliverdin yang bewarna hijau.

b. Metode

Harison

c. Cara Kerja

1) 5 ml urine yang lebih dulu dikocok dimasukkan ke

dalam tabung reaksi.

2) Tambahkan 5 ml larutan Barium chlorida 10%, campur

dan saringlah.

3) Kertas saring yang berisi presipitat diangkat dari

corong, dibuka lipatannya dan ditaruh mendatar diatas

corong itu. Biarkan beberapa lama sampai agak kering.

4) Teteskan 2 – 3 tetes reagen Fouchet keatas presipitat

tersebut.

d. Interpretasi Hasil

1) Timbulnya warna hijau menandakan adanya bilirubin.


6. Glukosuria

Bila hasil pemeriksaan carik celup urine positif lihat hasil

glukosa pasien, bila kadar glukosa <150 mg/dl lakukan

pemeriksaan konfirmasi.

a. Prinsip

Glukosa akan mereduksi CuSO4 dalam suasana basa kuat

dan panas, membentuk Cu2O yang mengendap dan

bewarna kuning sampai merah bata sebanding dengan

kadar glukosa dalam urine.

b. Metode

Benedict

c. Cara Kerja

1. Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung

reaksi.

2. Teteskan 5 – 8 tetes urine ke dalam tabung tersebut.

3. Panaskan tabung tersebut diatas api bunsen hingga

mendidih.

4. Angkat tabung, dan baca hasil reduksi.

5. Menilai hasil semikuantitatif.

d. Interpretasi Hasil

1) Negatif : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan

agak keruh.
2) Positif : Hijau kekuning-kuningan dan keruh ( sesuai 0.5 –

1% glukosa ).

3) Positif 2 : Kuning keruh ( 1 – 1.5% glukosa ).

4) Positif 3 : Jingga atau warna lumpur keruh ( 2 – 3,5%

glukosa

5) Positif 4 : Merah keruh ( >3.5% glukosa )

7. Pemeriksaan B – Hcg Urine Rapid

a. Pengertian

Human Chorionic Gonadotropin merupakan suatu hormon

yang diproduksi oleh jaringan plasenta pada awal kehamilan,

hormon ini akan dikeluarkan melalui urine.

b. Prinsip

HCG didalam urine akan berikatan dengan anti HCG yang

akan menghasilkan garis merah pada control test.

c. Metode

Test Pack ( Strip )

d. Tujuan

Untuk mengetahui adanya hormon HCG sebagai deteksi dini

awal kehamilan.

e. Prosedur

1) Alat dan Bahan

Kit B-HCG Rapid


2) Bahan

Urine pagi atau urine sewaktu

3) Prosedur Kerja

a) Cuci tanga sebelum melakukan pemeriksaan dan

pakai sarung tangan.

b) Sediakan kit B-HCG Rapid.

c) Celupkan.

d) Tunggu samapi 5 menit , kemudian baca hasilnya

dengan membandingkan denga garis kontrol.

4) Interpretasi Hasil

a) Positif : Ditandai munculnya dua garis pada kit ( garis

kontrol dan tes ).

b) Negatif : terdapat satu garis pada kontrol

c) Invalid : terdapat satu garis hanya pada tes dan tidak

terdapat sama sekali garis ( pada kontrol dan tes ).

8. Pemeriksaan Tes Narkoba

a. Prinsip

Pada strip mengandung konjugat drugs IgG anti narkoba,

dimana substrat urine yang mengandung drugs ( AMP /

THC / MOR ) akan bereaksi dengan konjugat dimana hasil


( + ) ditandai dengan terbantuknya garis merah pada test

( - ) pada control.

b. Metode

Immunochromatografi Kompetitif

c. Tujuan

Untuk mengetahui asanya amphetamine didalam urine.

d. Prosedur

1) Alat dan Bahan

Urine

2) Reagen

Test Card

3) Prosedur Kerja

a) Analis melakukan kebersihan tangan.

b) Analis menggunakan APD yang sesuai.

c) Biarkan reagen dan urine pada suhu ruangan

sebelum digunakan.

d) Sampul test jangan dibuka sebelum digunakan.

e) Buka sampul pembungkus dan ambil card test.

f) Berikan lebel identitas pasien.

g) Teteskan 4 tetes ( 120 uL ) urine ke lubang sampel.

h) Baca hasil sebelum 5 menit , jangan membaca

hasil setelah 5 menit.


4) Interpretasi Hasil

a) Positif : Jika terbentuk satu garis pada bagian kontrol

( C ).

b) Negatif : Jika terbentuk dua garis , 1 garis pada bagian

kontrol ( C ) dan 1 garis pada bagian test ( T ).

c) Invalid : jika tidak terbentuk garis pada bagian kontrol

( C ) dan test ( T ).

5) Pemeriksaan Yang Dapat Dilakukan

a) Amphetamine (Ecstasy)

b) Opiate (Opium)

c) Morphine

d) Thc (Ganja)

9. Pemeriksaan Cairan Liquor Crebrospinalis (LCS)

a. Pengertian

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan terhadap cairan yang

diambil melalui lumbal punkis pada lumbal III dan IV dari

cavum subharachnoidale dan diperiksa secara makroskopik ,

mikroskipok dan kimia.

b. Tujuan

Untuk memberikan petunjuk kearah suatu penyakit susuna

saraf pusat baik kasus akut maupun kronik.


c. Prosedur

1. Peralatan

a) Tabung reaksi.

b) Mikropipet.

c) Objek gelas.

d) Mikroskop.

e) Automatic Chemical Analyzer

f) Reagen Nonne

g) Reagen Pandy

h) Reagen Kimia : Glukosa , Mikroprotein , Elektrolit

chlorida.

i) Cairan Otak.

2. Bahan

a) Cairan Otak

b) Darah beku sebanyak 3.5 ml.

Cairan harus segera diperiksa setelah pengambilan

spesimen karena bila tidak akan terjadi lisis dari eritrosit

dalam 1 jam dan disintergrasi dari leukosit dalam 2 jam.

Jika bahan memenuhi syarat , baru dilakukan

pemeriksaan.
1. Pemeriksaan Makroskopis

a. Metode

Visual

b. Prinsip

LCS diamati warna, kekeruhan, bau, bekuan dengan

menggunakan indra manusia dan pH diabaca dengan

skala pH.

1) Warna

Dilihat warna sampel setelah tiba diruang

laboratorium.

Warna dilaporkan : tidak berwarna/ merah/ coklat/

keabu-abuan.

2) Kejernihan

Dilihat kejernihannya : jernih/ keruh.

3) Sedimen

Dilihat ada tidaknya sedimen/ endapan.

4) Bekuan

Dilihat ada tidaknya bekuan, jika ada : halus,

berkeping, berserat, berupa selaput, atau kasar.


2. Pemeriksaan Mikroskopis

a. Jumlah Sel

1) Cairan Otak dimasukkan kedalam kamar hitung fuch

rosenthal dan dibiarkan selama 5 menit.

Hitung semua leukosit dalam seluruh bidang kamar

hitung ( 16 bidang ).

2) Jumlah sel per ul cairan otak – N x 1/3,2/ul.

Jika menggunakan kamar hitung improved neubauer

maka jumlah sel per ul - N x 1/0,9 – 10N/9/ul.

Untuk memperjelassel leukosit tambahkan sedikit

larutan methylen blue.

b. Hitung Jenis Sel

1) Jika pada hitung jumlah sel ditemukan sedikit ,

lakukakn hitung jenis bersamaan dengan hitung sel.

Yang harus dibedakan adalah limfosit/mononuklear (

MN ) dan Neutrofil/polinuklear ( PMN ).

2) Jika hitung sel banyak , cairan otak disentrifuge 1500

rpm selam 10 menit lalu supernatan dipisahkan ke

tabung lain.

3) Endapan dibuat sediaan apus dan dipulas dengan

pewarnaan wright.

4) Hitung jumlah limfosit ( MN ) dan neutrofil ( PMN )

sebanyak 100 sel.


5) Hasil dinyatakan dalam %

3. Pemeriksaan Kimia

Protein Kualitatif (Tes Pandy)

a. Metode

Pandy

b. Pinsip

Adanya protein dalam LCS akan bereaksi dengan phenol

jenuh dalam air akan membentuk kekeruhan yang dapat

dinilai secara semi kuantitatif.

1. Masukkan 0,5 ml Reagent Pandy kedalam tabung

reaksi kecil, kemudian tambahkan 1 tetes cairan otak

tanpa sedimen.

2. Segera dilihat derajat kekeruhannya.

Protein Kualitatif (Tes Pandy)

a. Metode

Nonne

b. Prinsip

Protein dalam suasan asam akan membentuk endapan

atau gumpalan.
1) Masukkan 0.5 ml reagent Nonne kedalam tabung

reaksi kecil.

2) Tambahkan 0,5 ml cairan otak ke kedalam tabung

dengan cara mengalirkan melalui dinding tabung,

sehingga membentuk 2 lapisan.

3) Biarkan selama 3 menit, kemudian lihat ada

tidaknya cincin kekeruhan pada perbatasan kedua

lapisan.

4. Protein Kuantitatif

Protein kuantitatif dikerjakan secara otomatik pada alat kimia

analyzer dan diperlakukan sebagai mikroprotein

(menggunakaan reagent mikroprotein ).

5. Glukosa

Cara pemeriksaan sama dengan pemeriksaan glukosa

darah.

6. Elektrolit

Cara pemeriksaan sama dengan pemeriskaan elektrolit

darah :

1) Normal kadar Natrium sama dengan kadar Natrium

darah.

2) Kadar Kalium lebih rendah dari kadar Kalium darah.


3) Kadar Chlorida lebih tinggi dari kadar Chlorida darah.

4) NaCl, lakukan pemeriksaan kadar Cl pada cairan otak.

Perhitungan :

NaCl = Cl x 5,85 mg/dl

Cl = Cl x 3,55 mg/dl

Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Sampel dikirm ke laboratorium kurang dari 15 menit

setelah pengambilan sampel.

2. Sampel dikerjakan oleh petugas laboratorium kurang dari

30 menit untuk mencegah rusaknya sel. ( tidak boleh

ditunda )

Nilai Normal

1. Warna : Tidak berwarna

2. Kejernihan : Jernih

3. Sediemen : Tidak ada sedimen

4. Bekuan : Tidak ada bekuan

5. Tes Nonne : Negatif

6. Tes Pandy : negatif

7. Protein : 15-40 mg/dl

8. Glukosa : 60-70 % kadar glukosa


10. Pemeriksaan Darah Samar Feses

a. Pengertian

Feses merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis

adanya kelainan pada sistem traktus gastrointestinal.

b. Tujuan

Untuk mendeteksi perdarahan didalam saluran

pencernaan yang dapat disebabkan oleh iritasi ringan

maupun kanker yang serius.

c. Metode

Immunochromatographic assay

d. Alat

1) Test device

2) Sample collection stick

3) Timer

e. Bahan

Feses, yaitu :

a. Feses diambil 3 hari sesudah haid berhenti, atau

perdarahan dari wasir.

b. Tidak perlu diet.

c. 48 Jam sebelum pemeriksaan tidak boleh minum

alkohol, makan aspirin, obat – obat lain yang

merangsang saluran cerna karena dapat

menimbulkan perdarahan.
d. Hindari pengambilan feses dari toilet.

e. Masukan sampe Collection Stick kedalam Sample

Collection Device ditutup rapat dan dicampur, hingga

homogen. Campuran ini dapat disimpan pada suhu

30°C selama 5 hari atau pada suhu 4 – 8°C selama 7

hari.

f. Reagen

Kit FOB disimpan pada suhu 4 – 30°C, jangan dibekukan

dan sensitive terhadap kelembaban dan panas

g. Prosedur Kerja

1) Disiapkan bahan pemeriksaan feses diatas meja kerja

2) Diambil sample collection device dan biarkan pada

suhu kamar

3) Dikeluarkan cassette dari wadahnya

4) Ditulis nomor Laboratorium diatas cassette

5) Dibuka tutup sampel collection stick

6) Diambil sedikit feses dari 6 tempat yang berbeda

kemudian masukkan kedalam sampel collection stick,

lalu ditutup rapat

7) Dicampur hingga homogen dengan cara membolak-

balik tabung

8) Dipatahkan ujung sampel collection stick


9) Diteteskan 3 tetes (campuran sampel + cairan dalam

tabung collection), ke dalam sampel well (lubang

berbentuk bulat)pada cassette

10) Dibaca hasil dalam 10 menit

11) Dilihat adanya garis warna ungu yang timbul pada

area huruf C dan T

h. Pelaporan Hasil

1) Negatif : Adanya garis warna ungu pada huruf C

saja

2) Positif : Adanya garis warna ungu pada huruf C

dan T

i. Nilai Rujukan

Negatif

d. Pemeriksaan Immunoserologi

1. Mini Vidas

Pemeriksaan yang dikerjakan pada alat Mini Vidas antara

lain :

TSH

T3

T4

FT4
Anti HAV IgM

Titer antibody Hepatitis B Surface (Anti HBS Titer)

Antigen Hepatitis B Suface (HBsAg)

HCV

Ferittin

a. Metode

Enzyme Linked Fluorence Assay (ELFA).

b. Sampel

Serum

c. Prinsip pemeriksaan

1) TSH

Mengkombinasikan satu tahap metode Sandwich

Enzim Immunoassay dengan Final Fluorescent

detection (ELFA). Sampel dimasukkan kedalam

sumur yang mengandung antibodi anti – TSH

yang dilebeli dengan alkali phosphatase

(konjugat) campuran sampel berputar keluar dan

masuk SPR. Antigen mengikat antibodi yang

dilapisi di SPR dan konjugat membentuk sebuah

“Sandwich”. Selama tahap deteksi akhir, substrat

(4-metil-umbelliferyl phosphate) berputar masuk

dan keluar di STR. Enzim konjugat mengkatalisis

hidrolisis dari substrat ke produk fluorescence (4-


metil-umbelliferon), fluorescence dihitung pada

450 nm. Intensitas dari fluorescence sebanding

dengan konsentrasi antigen bawaan pada

sampel. Pada tahap pemeriksaan akhir, hasil

secara otomatis dihitung oleh kurva kalibrasi yang

disimpan dalam memori dan kemudian dicetak.

2) T3

Sampel yang mengandung T3 ditransfer ke well 6

yang mengandung T3 berlabel ALP. Akan terjadi

kompetisi antara T3 disampel dan T3 berlabel

ALP untuk terikat pada antibody monoclonal anti-

T3 yang terdapat pada fase solid (SPR).

Komponen yang tidak terikat dicuci. Ditambahkan

substrat 4-metil phosfat di well 10 sehingga enzim

alkaline phosphatase akan mengkatalisis substrat

ini dan hasil akhir berupa fluorescent. Fluorescent

dibaca pada Panjang gelombang 450nm.

Intensitas fluorescent berbanding terbalik dengan

kadar.

3) T4

Sampel yang mengandung T4 ditransfer ke well 6

yang mengandung T4 berlabel ALP. Akan terjadi

kompetisi antara T4 disampel dan T4 berlabel


ALP untuk terikat pada antibody monoclonal anti-

T4 yang terdapat pada fase solid (SPR).

Komponen yang tidak terikat dicuci. Ditambahkan

substrat 4-metil phosfat di well 10 sehingga enzim

alkaline phosphatase akan mengkatalisis substrat

ini dan hasil akhir berupa fluorescent. Fluorescent

dibaca pada panjang gelombang 450nm.

Intensitas fluorescent berbanding terbalik dengan

kadar.

4) FT4

Pengujian mengkombinasikan metode enzim

immunoassay competition dengan final fluoresent

detection (ELFA). Sampel diambil dan

dimasukkan ke dalam sumur yang mengandung

antigen FT4 yang dilebeli dengan Alkaline

Phospatase (konjugat). Reaksi yang terjadi antara

antigen bawaan di sampel dan antigen yang

dilebeli untuk antibodi spesifik anti-FT4 yang

dulapisi pada interior SPR. Kompenen yang tidak

terkait dieliminasi selama tahap pencucian,

selama tahap akhir pendeteksian, substrat (4-

metil-umbelliferyl phosphate) berputar keluar dan

masuk dari SPR enzim konjugat mengkatalisis


hidrolisis substrate ke produk flourescence diukur

pada pajang gelombang 450 nm. Intensitas dari

flourescence berbanding terbalik pada

konsentrasi dari antigen bawaan dari sampel.

Pada akhir pemeriksaan, hasil secara otomatis

dihitung oleh kurva kalibrasi yang disimpan dalam

memori dan kemudian dicetak.

5) Anti HAV IgM

ELISA adalah suatu teknik deteksi dengan

metode serologis yang berdasarkan atas reaksi

spesifik antara antigen dan antibodi, mempunyai

sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan

menggunakan enzim sebagai indicator. Enzim ini

akan bereaksi dengan substrat dan menghasilkan

warna.

6) Anti HBS Titer

Anti HBs pada serum akan berikatan dengan

HBsAg pada fase solid. Kemudian Anti HBs akan

berikatan dengan antigen surface berlabel biotin.

Antibodi yang tidak terikat di phase solid di cuci.

Kemudian Antigen surface berlabel biotin terikat

dengan anti biotin antibody antibody berlabel

ALP. Pencucian kembali. Ditambahkan substrat


4-metil phosfat di well 10 sehingga enzim alkaline

phosfatase akan mengkatalisis substrat ini dan

hasil akhir berupa fluorescent. Fluorescent dibaca

pada panjang gelombang 450nm. Intensitas

fluorescent sebanding dengan kadar.

7) HBsAg

Antigen pada serum akan berikatan dengan

antibody monoclonal HBs di solid phase (well 1).

Kemudian berikatan dengan conjugat antibody

poliklonal anti-HBs berlabel biotin di well 2.

Antigen yang tidak terikat di phase solid di cuci.

Kemudian berikatan dengan enzim alkaline

phosfatase yang berlabel streptavidine (well 5).

Pencucian kembali di well 6. Ditambahkan

substrat 4-metil phosfat di well 10 sehingga enzim

alkaline phosfatase berlabel streptavidine akan

mengkatalisis substrat ini dan hasil akhir berupa

fluorescent . Fluorescent dibaca pada panjang

gelombang 450nm. Intensitas fluorescent

sebanding dengan kadar.

8) HCV

Antibodi pada serum akan berikatan dengan

antigen di solid phase Kemudian berikatan


dengan monoklonal anti – human IgG antibodi

(mouse) berlabel recombinant ALP di well 6.

Antigen yang tidak terikat di phase solid

Fluorescent dibaca pada panjang gelombang

450nm. di cuci. Pencucian kembali Ditambahkan

substrat 4-metil phosfat di well 10 sehingga enzim

alkaline phosfatase akan mengkatalisis substrat

ini dan hasil akhir berupa fluorescent. Intensitas

fluorescent sebanding dengan kadar

d. Cara Kerja

1) Menyalakan Alat

a) Nyalakan UPS

b) Hidupkan alat vidas dengan menekan

power switch yang terdapat pada bagian

belakang alat.

c) Kemudian hidupkan printer, monitor dan

CPU. Alat akan melakukan inisialisasi  3

menit.

d) Pada layer aka nada perintah tekan CTRL +

ALT + Delete.

e) Pada layar akan tampil login yang berisi :

1) User name

2) Password
f) Muncul tampilan menu windows

g) Tunggu 30 – 45 menit untuk proses

warning-up instrument, matikan alat

kemudian nyalakan kembali dengan

melakukan ulang langkah no 2 – 6 dan alat

siap digunakan.

Hal ini dilakukan untuk mengadjust solid

standard yang ada didalam alat pada suhu

optimum.

h) Klik icon Vidas

i) Tunggu beberapa saat akan muncul

tampilan menu utama vidas.

2) Maintanance Alat

Maintanance Mingguan

a) Membersihkan SPR Block

1. Buka pintu tempat SPR Block

2. Usap bagian dalam SPR Block menggunakan

dacron swab (cotton bud) yang sudah

dibasahi dengan larutan detergent.

3. Ulang dengan menggunakan dacron swab

(cotton bud) baru yang telah dibasahi dengan

larutan hipoklorit 0.5-0.6%

4. Diamkan selama 10 menit


5. Bilas dengan cara mengusap dracon swab

(cotton bud) yang telah dibasahi dengan

aquadest. Ulang proses pembilasan dengan

aquadest sebanyak 3kali.

6. Membersihkan bagian belakang SPR Block

7. Menggunakan Curved Forcepes, basahi

Sponge dengan detergent dan usap bagian

belakang SPR Block.

8. Ulangi dengan menggunakan Sponge baru

dengan menggunakan larutan hipoklorit 0.5-

0.6%

9. Diamkan selama 10 menit

10. Dengan Sponge baru basahi Sponge dengan

aquades, usap bagian belakang SPR Block

sebanyak 3 kali.

11. Tutup kembali pintu SPR Block.

Maintenance Bulanan

a. Membersihkan Reagent Stryp Trays

1) Matikan alat vidas

2) Buka Strip Preparation Tray

3) Secara manual majukan posisi reagen Strip

Trays
4) Menggunakan Curved Forceps, jepit sponge

dan basahi sponge dengan larutan detergent.

Dengan hati-hati usapkan sponge tersebut

pada 6 channel (lajur) reagen strip.

5) Ulangi dengan menggunakan sponge baru

yang sudah dibasahi dengan larutan hipoklorit

0.5-0.6%

6) Diamkan selama 10 menit

7) Bilas dengan cara mengusap sponge baru

yang sudah dibasahi dengan aquadest, bilas

ulang dengan aquadest sebanyak 3kali

8) Secara manual kembalikan posisi reagen strip

trays pada tempat semula dengan cara

mendorong trays.

b. Order Sampel

1) Pada main menu pilih status screen.

2) Pilih section yang dikehendaki.

3) Pilih posisi yang dikehendaki, sesuai dengan

posisi reagen strip, mis A1 (dengan menekan

tombol angka 1 pada KeyPad).

4) Pilih assay.

5) Pilih select assay yang dikehendaki.


6) Daftar kode assay akan ditampilkan pada layar,

kemudian pilih assay yang dikehendaki.

7) Pilih sampel ID.

8) Masukkan identitas sampel (maks 12 huruf).

9) Tekan tombol enter untuk meneruskan ke sampel

ID dengan assay yang sama untuk posisi

selanjutnya.

10) Tekan tombol previous screen bila tidak ada lagi

sampel yang akan di running.

11) Masukkan reagen SPR kedalam SPR blok dengan

reagen strip kedalam reagen stray sesuai jumlah tes

dan parameter yang diidentifikasi. Masukkan sampel

pasien sesuai identifikasi pada alat sesuai volume

masing-masing parameter.

12) Tekan start untuk memulai pemeriksaan.

13) Lampu section akan menyala berwarna hijau tanda

bahwa pemeriksaan sedang berlangsung.

14) Lampu section akan berwarna hijau berkedip-kedip

bila pemeriksaan sudah selesai dan akan

dikeluarkan melalui print out beberapa detik

kemudian.

c. Cara Kerja Sampel

1) Tekan tombol ON yang ada dibelakang alat


2) Analis melakukan kebersihan tangan

3) Analis menggunakan APD yang sesuai

4) Klik menu utama

5) Pilih status screen

6) Pilih section yang dikehendaki ( misalnya section A )

7) Pilih posisi A1 dengan menekan angka 1 pada

keyboard

8) Pilih Assay yang akan dirunning lalu klik sampel ID

9) Masukkan identitas sampel ( maksimum 12 karakter

angka/ huruf )

10) Masukkan SPR dan strip reagen sesuai dengan

jumlah dan section yang dikehendaki ( misalnya

section A atau B )

11) Masukkan sampel ke dalam reagen strip sebanyak

150µl

12) Klik icon START. Hasil akan keluar dari print – out alat

2. Pemeriksaan Widal

a. Tujuan

Mendeteksi adanya antibody terhadap Salmonella sp.


b. Prinsip

Antibodi Salmonella dalam serum penderita berekasi dengan

Salmonella membentuk kompleks yang dapat dilihat berupa

adanya aglutinasi.

c. Metode

Aglutinasi

d. Alat

1) Slide berlatar belakang putih

2) Pengaduk plastik

3) Rotator

4) Mikropipet 5 µl, 10 µl, dan 20 µl

5) Tip kuning

e. Bahan Pemeriksaan

Serum tahan 4 jam pada suhu 2 - 8°C, bila lebih dari 4 jam

harus disimpan pada suhu -20°C.

f. Reagen

1) Suspensi Salmonella antigen O group A (S.typhi AO)

2) Suspensi Salmonella antigen O group B (S.typhi BO)

3) Suspensi Salmonella antigen O group C (S.typhi CO)

4) Suspensi Salmonella antigen O group D (S.typhi O)

5) Suspensi Salmonella antigen H group A (S.typhi AH)

6) Suspensi Salmonella antigen H group B (S.typhi BH)

7) Suspensi Salmonella antigen H group C (S.typhi CH)


8) Suspensi Salmonella antigen H group D (S.typhi H)

g. Cara Kerja

1) Test Skrining cepat

a. Teteskan 40 uL serum penderita keatas slide.

b. Tambahkan 20 uL suspense antigen yang telah dikocok

dengan homogen.

c. Campur dengan diasuk beberapa detik dan sebarkan

memenuhi daerah pengamatan.

d. Putar slide dengan perlahan selama 1 menit dan amati

aglutinasi yang terjadi. Hasil positif harus dilanjutkan

dengan pengenceran.

2) Test skrining dengan pengenceran

a. Teteskan 40, 20, 10, 5 uL serum penderita ke atas slide.

b. Tambahkan 20, 20, 20, 20 dan 40 uL suspense antigen

yang telah dikocok dengan homogen. Pengenceran

tersebut setara dengan 1/20, 1/40, 1/80, 1/160 dan

1/320.

c. Campur dengan diaduk beberapa detik dan sebarkan

memenuhi daerah pengamatan.

d. Putar slide dengan perlahan selama 1 menit dan amati

aglutinasi yang terjadi.

h. Interpretasi Hasil

1) Negatif : bila tidak terjadi aglutinasi


2) Positif : bila terjadi aglutinasi dilaporkan sbb:

1. Bila menggunakan 20μl serum, berarti titer 1:80

2. Bila menggunakan 10μl serum, berarti titer 1:160

3. Bila menggunakan 5μl serum, berarti titer 1:320

3. Rheumatoid Faktor

a. Tujuan

Untuk menunjang diagnosis penyakit Rheumatoid Athritis (RA).

b. Prinsip

RF didasarkan pada freaksi imunologi antara ikatan igG latex

dan RF dalam serum penderita. Jika dalam serum mengandung

RF maka akan terbentuk aglutinasi.

c. Metode

Aglutinasi Latex

d. Alat

1) Slide berlatar belakang hitam.

2) Pipet semiotomatis 50 uL.

3) Larutan Nacl 0,9%.

4) Batang pengaduk.

e. Bahan Pemeriksaan

1. Serum tahan 4 jam pada suhu 2 – 8 °C, bila lebih dari 4 jam

harus disimpan pada suhu -20°C


2. Rheumatoid Factor Reagent Latex

Reagen harus dalam bentuk suspense yang homogen dan

diuji terhadap adanya aglutinasi sebelum digunakan.

f. Cara Kerja

1) Test Skrining cepat

a) Teteskan 50 uL serum, 50 uL control positif, 50 uL control

negative penderitas keatas slide.

b) Tambahkan 50 uL suspense reagen yang telah dikocok

dengan homogen.

c) Campur dengan diaduk beberapa detik dan disebarkan

memenuhi daerah pengamatan.

d) Putar slide dengan perlahan selama 2 menit dan amati

aglutinasi yang terjadi. Hasil positif harus dianjurkan

dengan pengenceran.

2) Test Skrining dengan pengenceran

a) Bila hasil positif sampel di encerkan dengan larutan NaCl

0,9% dengan perbandingan :

Tabel 3. Perbandingan Pemeriksaan Rheumatoid Faktor

DILUTION RF (IU/Ml)

1+1 16

1+2 24

1+4 40
1+8 72

1 + 16 136

etc…..

b. Lakukan prosedur pemeriksaan sesuai no 2, 3, dan 4.

g. Interpretasi Hasil

Positif : Jika terjadi aglutinasi

Negative : Jika tidak terjadi aglutinasi

4. Pemeriksaan ASTO

a. Tujuan

Untuk mengetahui titer Anti Streptolisin O didalam serum

sebagai pertanda adanya infeksi kuman Streptococcus.

b. Prinsip

Terbentuknya aglutinasi sebagai hasil reaksi antara serum yang

mengandung antibody ASO dengan suspense latex yang

mengandung pastikel yang dilapisi dengan streptolicyn O yang

diurnikan dan distabilkan.

c. Metode

Aglutinasi

d. Alat

1) Slide berlatar belakang hitam.

2) Pipet semiotomatis 50 uL.


3) Larutan NaCl 0,9%.

4) Batang pengaduk.

e. Bahan Pemeriksaan

1) Serum tahan 4 jam pada suhu 2-8°C, bila lebih dari 4 jam

harus disimpan pada suhu -20°C.

2) ASTO Reagen Latek.

f. Cara Kerja

1) Test Skrining cepat

a) Teteskan 50 uL serum, 50 uL control positif, 50 uL control

negative penderita keatas slide.

b) Tambahkan 50 uL suspensi reagen yang telah dikocok

dengan homogen.

c) Campur dengan diaduk beberapa detik dan sebarkan

memenuhi daerah pengamatan.

d) Putar slide dengan perlahan selama 2 menit dan amati

aglutinasi yang terjadi. Hasil positif harus dilanjutkan

dengan pengenceran.

Bila hasil positif sampel di encerkan dengan larutan NaCl

0,9% dengan perbandingan :

Tabel 4. Perbandingan Pemeriksaan ASTO

DILUTION ASTO (IU/ML)

1+1 400
1+2 600

1+3 800

1+4 1000

1+5 1200

1+6 1400

Dst….

e) Tiap pengenceran di perlakukan sama seperti prosedur

no. 2, 3 dan 4.

g. Interpretasi Hasil

Positif : Jika terjadi aglutinasi

Negatif : Jika tidak terjadi aglutinasi

5. Pemeriksaan Dengue Anti IgG / IgM

a. Tujuan

Untuk menunjang diagnose dengue fever.

b. Prinsip

Reaksi antar antigen dalam strip dengan antibody dalam serum

ditandai dengan adanya pembentukan garis pada strip.

c. Metode

ICT (Immuno Chromatografi Test)

d. Alat

Rapid test

e. Bahan Pemeriksaan
1) Serum atau plasma.

2) Buffer.

f. Cara Kerja

1) Biarkan komponen reagen mencapai suhu ruangan sebelum

digunakan.

2) Keluarkan card dari pembungkusnya, card harus segera

digunakan setelah dibuka.

3) Berikan identitas pasien pada test card.

4) Letakkan 5 ul serum atau plasma pada area “S1”

5) Teteskan 2 sampai 3 tetes dari sampel buffer pada area “S”

6) Baca hasil setelah 20 menit.

g. Interpretasi Hasil

1) Hasil Negatif : Hanya muncul 1 garis pada control.

2) Hasil IgM Positif : Mucul 2 garis pada control dan IgM.

3) Hasil IgG Positif : Muncul 2 garis pada control dan IgG.

4) Hasil IgM dan IgG Positif : Muncul 3 garis pada control IgG

dan IgM.

5) Hasil Invalid : Jika setelah 20 menit tidak muncul garis atau

hanya muncul garis ditempat lain sedangkan control tidak.

6. Pemeriksaan NS1 Dengue (Rapid)

a. Tujuan

Untuk menunjang dengue fever dalam 1-2 hari awal demam


b. Prinsip

Dengue NS1Ag test terdiri dari 2 garis reaksi yaitu, “T” (Garis

Test) dan “C” (Garis Control). Kedua garis ini tidak akan terlihat

sampai spesimen diaplikasikan kepada device. Garis kontrol

digunakan sebagai kontrol prosedur dan harus selalu muncul

jika prosedur sudah dilakukan dengan benar. Dengue NS1Ag

test dapat mendeteksi virus Dengue NS1 antigen dalam serum

atau plasma manusia dengan tingkat sensitifitas dan spesifitas

yang tinggi.

c. Metode

Immuno Chromatografi Test

d. Alat

Rapid

e. Bahan

Serum atau plasma

f. Cara kerja

1) Biarkan komponen reagen mencapai suhu ruangan sebelum

digunakan.

2) Keluarkan card dari pembungkusnya, card harus segera

digunakan setelah dibuka.

3) Berikan identitas pasien pada test card.

4) Letakkan 3 tetes serum atau plasma pada area “S”.

5) Baca hasil setelah 15 – 20 menit.


g. Interpretasi Hasil

1) Hasil negatif : hanya muncul 1 garis pada control

2) Hasil positif : Muncul 2 garis pada control dan test.

3) Hasil invalid : Jika setelah 20 menit tidak muncul garis atau

hanya muncul garis ditempat lain sedangkan control tidak.

7. Pemeriksaan HBsAg (Rapid)

a. Tujuan

Sebagai screening test awal untuk mendeteksi HbsAg dalam

serum atau plasma dan mendukung diagnose infeksi hepatitis

B.

b. Prinsip

Reaksi antara antigen dalam strip dengan antibody dalam

serum ditandai dengan pembentukan garis pada strip

c. Metode

Immuno Chromatografi Test

d. Alat

1) Test card HbsAg

2) Pipet tetes

e. Bahan

Serum atau plasma.

f. Cara Kerja
1) Keluarkanreagen dari kulkas sesuai dengan kebutuhan, dan

diamkan dalam suhu kamar 3 – 5 menit.

2) Keluarkan test card dan letakkan di permukaan datar dan

kering.

3) Test card diberi label nama pasien atau identitas pasien

yang akan diperiksa.

4) Teteskan 3 tetes (100µl) serum atau plasma yang sudah

disiapkan tegak lurus ke lubang sampel.

5) Tunggu muncul warna merah keunguan pada area test.

6) Baca hasil antara 5-30 menit setelah meneteskan sampel.

7) Pembaacaan tidak boleh lebih dari 30 menit.

8) Hasil dilaporkan dengan negative atau positif.

g. Interpretasi Hasil

1) Negatif : Bila terjadi satu garis dibagian C / Control.

2) Positif : Bila terjadi dua garis dibagian C / Control dan T /

Pasien.

3) Invalid / gagal : Jika tidak timbul garis warna pada area garis

C. Ulangi test dengan alat baru.

8. Pemeriksaan CRP – Kuantitatif

a. Tujuan

Untuk menunjang diagnosis adanya infeksi bakteri atau virus.


b. Prinsip

Sampel (serum, plasma) dan konjugat diteteskan pada

membrane tes yang dilapisi antibody monoclonal spesifik CRP.

CRP dalam sampel tangkap oleh antibody yang terikat [ada

konjugat gold colloidal particle. Konjugat bebas dicuci dengan

larutan pencuci (washing solution). Jika terdapat CRP dalam

sampel pada level patologis, maka akan terbentuk warna

merah-coklat pada area tes dengan intnsitas warna yang

proporsional terhadap kadar. Intensitas warna diukur secara

kuantitatif menggunakan TMS 24i.

c. Metode

End Point

d. Alat

Tokyo Boeki Medisysinc (TMS 24i PREMIUM)

e. Bahan

1. Reagen R1(Buffer solution) CRP dan R2 (Latex) CRP

2. Serum, Plasma Heparin

f. Cara Kerja

1. Siapkan serum atau plasma sample pasien dengan jumlah

minimal 150 µl.

2. Tempatkan sampel pada posisi sampel yang sudah

ditetapkan di alat.

3. Order sampel dengan memasukkan ID pasien lalu running.


g. Nilai Normal

0.00 – 0.14 mg/dl

9. Pemeriksaan Uji Leptospira

a. Tujuan

Untuk mendeteksi keberadaan antibody Leptospira interrogans

dalam serum atau darah.

b. Prinsip

Uji Leptospira IgM merupakan alat uji cepat imunologi

kromatografik. Garis uji yang ddisemprotkan di atas membrane

nitroselulosa alat ini adalah antigen lipopolisakarida yang

diambil dari kultur bakteri Leptospira. Pada konjugat pad

terdapat antibody anti-human IgM yang diberi penanda partikel

koloid emas berwarna merah. Untuk melakukan pengujian,

sampel serum atau darah diteteskan dilubang sampel.

Selanjutnya diteteskan larutan buffer untuk mendorong sampel.

Antibody dalam sampel yang spesifik terhadap pathogen akan

menempel ke antigen LPS dan kemudian antibody ini akan

berikatan dengan partikel koloid emas dan terwarnai. Kehadiran

antibody yang spesifik akan ditandai dengan kemunculan warna

merah pada garis uji. Jika sampel tidak mengandung antibody

spesifik terhadap pathogen, sampel dan larutan buffer akan

bergerak melewati garis uji sehingga tidak menimbulkan warna.


Sedangkan garis kontrol harus selalu muncul apapun

sampelnya. Kemunculan garis control menandakan bahwa alat

uji bekerja dengan baik.

c. Metode

Immunokromatoggrafi

d. Alat

1) Rapid test

2) Pipet tetes

e. Bahan

Serum atau darah

f. Cara Kerja

1) Keluarkan alat uji dari sachetnya dan segera gunakan untuk

pengujian.

2) Tempatkan alat uji pada permukaan yang kering dan datar.

3) Masukkan 5 µl serum atau 10 µl darah ke lubang sampel S.

4) Masukkan 110 µl (3 tetes) larutan buffer ke lubang yang

sama.

5) Baca hasil pengujian pada menit ke-15.

g. Interpretasi Hasil

1) Positif : Muncul dua garis berwarna merah. Satu garis

di daerah control (C) dan satu garis di daerah uji (T).


2) Negative : Muncul satu garis merah muncul di daerah

control (C). Tidak ada kemunculan warna merah di daerah

garis uji.

3) Invalid : Jika tidak timbul garis warna pada area garis

C. Ulangi test dengan alat baru.

9. Pemeriksaan HIV

a. Tujuan

Untuk diagnosa cepat infeksi HIV yang merupakan penyaring

awal untuk mendeteksi adanya antibody terhadap HIV dalam

serum atau plasma pasien.

b. Prinsip

Terdiri dari membrane strip yang disalut ulang dengan

rekombinan HIV-I capture. Antigen pada daerah test satu dan

rekombinan HIV-II antigen pada daerah test 2. Secara berurutan

Conjugate rekombinan antigen HIV I/II Coluite emas dan sample

serum bergerak sepanjang membrane kromatografi menuju

daerah tes dan membentuk suatu garis tampak yang

merupakan kompleks antara antigen-antibody-antigen partikel

emas dengan derajat sensitivitas dan spesivisitas yang tinggi.

Keseluruhan garis tidak akan tampak sebelum kaset dibubuhi

sampel.

c. Metode
Immunokromatografi

d. Alat

1) Rapid test HIV

2) Pipet tetes

e. Bahan

1. Serum atau darah

2. Buffer

f. Cara Kerja

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dikeluarkan kit HIV dari wadah.

3) Diteteskan 3 tetes sampel kedalam lubang bertuliskan “S”.

4) Hasil dibaca setelah 10-15 menit.

5) Bila hasil reaktif, dikerjakan kembali 2 kali dengan reagen

berbeda dengan kit HIV berikutnya dengan sensitivitas yang

lebih tinggi.

g. Interpretasi Hasil

Gambar 4. Interpretasi Hasil HIV


10. Pemeriksaan HCV

a. Tujuan

Untuk mengetahui adanya antigen HCV dalam serum pasien.

b. Prinsip

Reagen strip yang dilapisi dengan anti HCV bila direaksikan

dengan serum mengandung antigen HCV maka akan terlihat

dua garis yang sejajar.

c. Metode

Immunokromatografi

d. Alat

1) Rapid test HCV

2) Pipet tetes

e. Bahan

1) Serum atau darah

2) Diluent HCV

f. Cara kerja

1) Disiapkan alat dan bahan.

2) Dikeluarkan kit HCV dari wadahnya.

3) Dipipet 10 μL serum/plasma, diletakkan pada lubang

bertuliskan “S”.

4) Ditambahkan 3 tetes diluent HCV.

5) Hasil dibaca 5-20 menit.


g. Interpretasi Hasil

Gambar 5. Interpretasi Hasil HCV

11. Pemeriksaan VDRL

a. Tujuan

Untuk mendeteksi adanya antibodi nontreponema (reagin)

dalam serum penderita.

b. Prinsip

Karbon yang dilapisi dengan kardiolipin bila direaksikan dengan

serum penderita akan terbentuk flokulasi.

c. Metode

Aglutinasi

d. Alat

1) Slide dasar putih

2) Rotator

3) Mikropipet

4) Tip kuning
5) Batang pengaduk

e. Bahan

1) Serum atau plasma

2) Control positif dan negative

3) Suspense karbon VDRL

f. Cara Kerja

1) Kulitatif

a) Disiapkan alat dan bahan yang ingin digunakan.

b) Dipipet 50 µl serum dan diletakkan pada slide dengan

dasar putih.

c) Kemudian ditambahkan 1 tetes suspensi karbon VDRL

dan dihomogenkan.

d) Setelah itu dirotator dengan kecepatan 100rpm selama 8

menit dan diamati hasilnya.

2) Kuantitatif

a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

b. Lakukan pengenceran berseri pada slide dengan cara 50

ul serum + 50 ul saline dihomogenkan kemudian hari

campuran tersebut dipipet 50 ul dan diletakkan pada

lingkaran ke dua pada slide yang sama kemudian

tambahkan 50 ul salin dan homogenkan kembali lalu

lakukan hal yang sam seperti pada lingkaran pertama

sampai lingkaran terakhir dima pada pengenceran


terakhir hasil pengenceran dibuang sebanyak 50 ul.

Maka hasil pengenceran adalah 1/2 , 1/4 , 1/8, 1/16,

1/32, 1/64, 1/128.

c. Kepada masing-masing pengenceran tambahkan 1 tetes

( 50 ul ) antigen VDRL ( reagen).

d. Kemudian dihomogenkan dan diputar dengan rotator

kecepatan 100 rpm selam 5-8 menit

e. Amati ada tidaknya flokulasi setiap pengenceran dan

tentukan titer pemeriksaannya ( yaitu pengenceran

trerakhir yang masih menunjukkan flokulasi )

g. Interpretasi Hasil

1) Reaktif (+) : Terjadi flokulasi

2) Non reaktif (-) : Tidak terjadi flokulas

12. Pemeriksaan TPHA

a. Tujuan

Untuk mendeteksi antibodi Hepatitis B dalam serum penderita.

b. Prinsip

Reaksi antara antibodi dengan antigen dalam serum ditandai

dengan proses pembentukan hemaglutinasi.

c. Metode

Hemaglutinasi

d. Alat
1) Mikropipet

2) Tip kuning

3) Timer

e. Bahan

1. Serum atau plasma

2. Diluent

3. Strip TPHA

4. Kontrol positif dan negatif

f. Cara Kerja

1) Kualitatif

a) Disiapkan alat dan bahan yang ingin digunakan disiapkan

terlebih dahulu.

b) Dimasukkan 190ul diluent ke lubang 1.

c) Dtambahkan 10ul sampel ke lubang 1, dihomogenkan.

d) Diambil 25ul dari lubang 1 ke lubang 2 dan 3.

e) Pada lubang 2 ditambahkan 75ul kontrol sel.

f) Pada lubang 3 ditambahkan 75ul tes sel.

g) Dihomogenkan, ditutup plate lalu diinkubasi selama 45-60

menit (semalaman di area yang jauh dari panas matahari

langsung dan guncangan).

2) Kuantitatif
Prosedurnya sama dengan prosedur kualitatif, hanya pada

prosedur kuantitatif pada pengenceran sampel di lobang ke

lima dilanjutkan lagi sampai lubang ke Sembilan, sehingga

pengenceran akhir yang didapa setelah masing-masing

ditambah 75 ul sel tes menjadi 1/160, 1/1320, 1/640, 1/1280,

1/2560. Hasil dibaca sampai pengenceran tertinggi yang

masih aglutinasi.

g. Interpretasi Hasil

1. Positif (+) : Terjadi hemaglutinasi.

2. Negatif (-) : Tidak terjadi hemaglutinasi

e. Pemeriksaan Mikrobiologi

1. Penerimaan Sampel

a. Pengertian

Nilai Diagnostik yang tinggi adalah hasil pemeriksaan yang

memenuhi unsur ketepatan, kecepatan dan ketelitian yang

tinggi

b. Tujuan

Memperoleh hasil Pemeriksaan yang mempunyai nilai kualitas

diagnostik yang tinggi

c. Prinsip
Prosedur ini berlaku untuk pengendalian mutu pemeriksaan

Mikrobiologi mulai dari penerimaan sampel sampai dengan

dikeluarkannya laporan hasil Mikrobiologi.

d. Pemeriksaan Mikrobiologi meliputi :

1)Preparat Direct

a) Preparat Gram

b) Preparat BTA

c) Preparat Jamur / Spora

2) Kultur / resistensi

a) Kultur Darah

b) Kultur Urine

c) Kultur Faeces

d) Kultur CSF, Cairan Pleura, Cairan Ascites, Cairan Sendi,

CAPD, Cairan Pus

e) Kultur Sputum, Sperma, Wash Bronchi

f) Kultur Sekret, Usap Mata, Usap Hidung Usap Telinga, Usap

Tenggorok, Ulkus

g) Kultur GO

h) Kultur Gall

i) Kultur Pus

j) Kultur Diphtheri

k) Kultur Jamur Kultur Mycobacterium tuberculosis.

e. Prosedur
1) Analis Pelaksana Mikrobiologi mengambil data Pemeriksaan

Mikrobiologi dari komputer induk, melalui “Laboratorium –

Kelompok pemeriksaan” dan mencatat pada Buku Kerja

Mikrobiologi (DP-P.05-LAB02E/001 s/d DP-P.05-LAB02E/004)

2) Menyiapkan alat dan reagensia, melakukan pemeliharaan dan

kalibrasi sesuai instruksi kerja yang ditetapkan (P.05-IK-

UMUM01/010 dan P.05-IK-UMUM01/012)

3) Bersama Tim Mutu Laboratorium melakukan pemantapan mutu

dengan mengerjakan kuman kontrol. Bila pemantapan mutu

sudah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan, pemeriksaan

dapat dilanjutkan

a) Bila kontrol “memenuhi” syarat diteruskan ke proses

berikutnya proses pengujian pemeriksaan.

b) Bila “tidak memenuhi” dicari penyebabnya dan melakukan

proses pemeriksaan bahan kontrol kembali.

4) Mengajukan order dan mengambil sampel kepada petugas

Pengelolaan Sampel (DP-P.05-LAB01/001) dan melakukan

verifikasi kelengkapan dan mutu sampelnya. Bila ada yang

belum terpenuhi segera dikonfirmasikan ke petugas

Pengelolaan Sampel untuk diambil tindakan segera (DP-P.05-

LAB01/002).
5) Melakukan proses analisa / pengujian sesuai intruksi kerja dari

masing-masing “Pemeriksaan Mikrobiologi” (P.05-IK-

LAB02E/005 s/d P.05-IK-LAB02E/040)

6) Kemudian melakukan verifikasi hasil-hasil pemeriksaan sesuai

dengan prosedur yang ditetapkan, melakukan pemeriksaan

ulang dan pemeriksaan konfirmasi bila ada hasil pemeriksaan

yang ekstrim, tidak relevan dan tidak masuk akal sesuai

dengan Instruksi Kerja Delta Check & Verifikasi Hasil

Pemeriksaan (P.05-IK-LAB02/003).

a) Bila pemeriksaan ulang tidak memerlukan sampel baru

maka langsung dilakukan proses pemeriksaan

b) Bila pemeriksaan ulang memerlukan sampel baru, maka

kembali ke prosedur Pengelolaan Sampel (LAB-02)

7) Bila hasil sudah keluar, mencatat hasil pemeriksaan pada Buku

Kerja Mikrobiologi (DP-P.05-LAB02E/001 s/d DP-P.05-

LAB02E/004) untuk dokumentasi.

8) Memasukkan data tersebut pada komputer induk.

9) Melakukan verifikasi dan delta check terhadap hasil

pemeriksaan yang telah dimasukkan pada komputer induk

terhadap kemungkinan adanya kesalahan ketik dan adanya

kecenderungan atau trend hasil, sesuai dengan Instruksi Kerja

Delta Check & Verifikasi Hasil Pemeriksaan (P.01-IK-

LAB02/003).
10) Bila sudah selesai semua, petugas melakukan pemeliharaan

alat sebelum mematikannya, sesuai dengan instruksi kerja

yang telah ditentukan. (P.05-IK-LAB02E/001 s/d P.05-IK-

LAB02E/004).

11) Membersihkan dan merapihkan tempat kerja, menyimpan

kembali reagensia.

2. Masa Simpan Spesimen Mikrobiologi

a. Pengertian

Masa simpan specimen adalah jangka waktu penyimpanan media

primer, media primer adalah media yang digunakan untuk

mengkultur specimen untuk pertama kali.

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

penyimpanan spesimen.

c. Prosedur

1) Media primer diberi identitas pasien dan tanggal kultur.

2) Specimen dikultur ke dalam media primer.

3) Spesimen kemudian dibuang di tempat sampah infeksius.

4) Media primer disimpan dalam lemari es pada suhu 2-8°C

sampai hasil kultur dikeluarkan oleh Lab. Mikrobiologi Patologi

Klinik RSUD Pasar Minggu.


5) Media primer dengan hasil kultur positif akan disimpan selama

3 hari sejak hasil kultur disetujui dan dikeluarkan.

6) Media primer dengan hasil kultur negative akan langsung

dibuang.

3. Inkubator

a. Prinsip

Inkubator adalah suatu alat yang digunakan untuk inkubasi dari

pembiakan mikroorganisme dengan suhu tertentu. Tata cara

penggunaan dan perawatan dilakukan dengan tujuan agar

incubator bisa digunakan dengan maksimal sesuai dengan suh

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kuman.

b. Tujuan

Sebagai alat laboratorium yang biasanya digunakan untuk

menginkubasi/menumbuhkan mikroorganisme seperti bakteri, fungi

dan sel mikroba lainnya pada kondisi tertentu.

c. Prosedur

1) Sambungkan dengan aliran listrik, pastikan tegangan listrik

sesuai.

2) Nyalakan alat dengan menekan tombol power “ON”.

3) Set suhu, Fresh air dan waktu.

4) Suhu diputar sampai angka 35.

5) Fresh air menunjukan angka 6.


6) Suhu di display menunjukkan angka 35

7) Masukkan semua media pemeriksaan mikrobiologi yang telah

ditanami kuman untuk diinkubasi.

8) Tutup pintu inkubator.

9) Bila Inkubator telah selesai digunakan, inkubator dimatikan

dengan cara:

a) Pastikan didalam inkubator tidak ada pemeriksaan atau

alat-alat.

b) Tekan tombol power ke posisi “OFF”.

c) Cabut kabel dari sumber listrik.

d. Pemeliharaan Alat

1) Cek suhu didalam inkubator, harus sesuai yang dikehendaki.

2) Bersihkan kaca yang ada di dalam.

3) Bersihkan bagian dalam maupun luar inkubator.

4) Harian : perhatikan suhu sesuai untuk inkubasi kuman 37°C 

1,5°C pada layar digital, bila tidak memenuhi standar, lihat

perintah pada Cara Mengatur Suhu di buku Manual.

5) Mingguan : Bersihkan bagian dalam incubator.

6) Bulanan : berikan ol/pelumas pada engsel pintu.

4. Oven

a. Prinsip
Oven adalah suatu alat yang digunakan untuk sterilisasi alat-alat

pada pemeriksaan Mikrobiologi dengan metode kering.

b. Metode

Metode kering

c. Prosedur

1) Sambungkan dengan aliran listrik, pastikan tegangan listrik

sesuai.

2) Nyalakan alat dengan mengalihkan tombol power.

3) Set suhu, Fresh air.

4) Suhu diputar sampai angka 100.

5) Fresh air menunjukan angka 6.

6) Set Jam, menunjukan angka 24.

7) Suhu di display menunjukkan angka 100

8) Masukkan semua alat-alat pemeriksaan mikrobiologi atau

bioteknologi/PCR.

9) Tutup pintu oven.

10) Bila oven telah selesai digunakan, oven dimatikan. Caranya:

11) Pastikan didalam oven tidak ada alat-alat pemeriksaan.

12) Tekan Tombol Power ke posisi “OFF”.

13) Cabut kabel dari sumber listrik.

d. Pemeliharaan Alat

1. Cek Suhu di dalam oven, harus sesuai yang dikehendaki


2. Bersihkan bagian dalam maupun luar oven.

5. Penggunaan Laminar Air Flow

a. Prinsip

Pemeriksaan Mikrobiologi dan Bioteknologi/PCR dengan alat

LAMINAR AIR FLOW adalah untuk mencegah adanya kontaminasi

dan tetap terjaga kesterilannya.

b. Prosedur

1. Menghidupkan alat

1) Hidupkan “ON” (tombol Main Switch On) pada panel.

2) Tekan tombol “FAN” untuk menghidupkan Siroco Fan

(untuk mengatur kecepatan fan, putar tombol speed)

3) Tekan tombol “UV 1” (di ruang kerja) dan “UV 2” (di

belakang Pre filter). Nyalakan selama 15 menit.

4) Setelah 15 menit matikan lampu UV 1 dan UV 2.

5) Nyalakan tombol lampu kerja 1 dan 2.

Hidupkan Siroco Fan selama 15 menit sebelum ruang kerja


digunakan.
Saat ruang kerja digunakan Sirocco fan harus tetap menyala
(dihidupkan)
Lampu UV hanya dihidupkan saat ruang kerja tidak digunakan,
karena dapat membahayakan mata dan dapat mengiritasi
mata.

2. Mematikan alat:
1) Bersihkan meja kerja LAMINAR AIR FLOW BENCH dengan

di-lap alkohol 70 %

2) Demikian pula dengan tutup mika/ kaca penutupnya.

3) Nyalakan lampu UV untuk sterilisasasi selama 15 menit

sesudah kerja.

4) Matikan power.

c. Tindakan Keamanan

Gunakan alat pelindung diri standart pada saat menangani reagen

dan sampel serta buang limbah dari proses sesuai prosedur yang

berlaku.

6. Kontrol Laminar Air Flow Dan Ruangan

a. Prinsip

Dengan meletakkan media BAP pada laminar air flow, inkase, dan

ruang preparasi sample, adanya kontaminasi udara oleh bakteri

maupun jamur akan terdeteksi.

b. Metode

Konvesional

c. Sampel

Laminar Air Flow

Ruang preparasi reagen/ inkase


d. Reagen

Media BAP (Blood Agar Plate)

Kristal Violet Oxalat 3 % (Gram 1)

Lugol (Gram 2)

Aceton-alkohol (Gram 3)

Safranin (Gram 4)

Oil imersi

Alkohol 70 %

Desinfektan(Surfanios)

e. Penyimpan

Semua reagen disimpan pada suhu kamar (25–27 ºC) kecuali

media BAP pada suhu 2–8 C.

f. Alat

Lampu Spirtus (Bunsen)

Inkubator 37 C

Ose

Obyek glass

Mikroskop

Rak pengecatan

Pipet Pasteur
g. Prosedur

1) Bersihkan permukaan meja laminar air flow dan meja preparasi

sampel dengan cara mengelap memakai tissue tebal yang

dibasahi alkohol 70 % dan keringkan.

2) Selanjutnya bersihkan permukaan meja inkase, laminar air flow,

dan meja preparasi sampel dengan cara mengelap memakai

tissue tebal yang dibasahi desinfektan (Surfanios) dan

keringkan.

3) Nyalakan lampu UV pada laminar air flow dan inkase selama

15 menit.

4) Siapkan media BAP yang akan digunakan. Keluarkan dari

kulkas dan biarkan pada suhu ruang selama 10-15 menit.

5) Letakkan media BAP tersebut pada tempat yang akan dikontrol

(laminar, inkase, ruang preparasi sampel) dalam keadaan

terbuka selama 15 menit.

6) Inkubasi selama 18–24 jam pada suhu 37 ºC dalam posisi

cawan petri terbalik.

7) Evaluasi adanya pertumbuhan koloni kuman maupun jamur.

8) Jika tidak terdapat pertumbuhan koloni kuman maupun jamur,

maka laminar air flow, inkase, dan ruang preparasi sampel

layak untuk digunakan. Catat tindakan yang dilakukan dan

hasilnya pada formulir kontrol laminar dan ruangan


9) Jika terdapat pertumbuhan koloni, dilakukan pengecatan Gram

sesuai dengan instruksi kerja No. P.01-IK-05E-006.

Hasil pengecatan Gram :

a) Bakteri (batang, coccus) :

1. Lakukan pengulangan seluruh prosedur kontrol laminar

dan ruangan.

2. Catat tindakan yang dilakukan dan hasilnya pada

formulir kontrol laminar dan ruangan

b) Jamur (yeast, hyphae, spora) :

1. Cek suhu dan kelembaban ruangan. Pastikan suhu

ruangan pada range antara 22 – 25 ºC, kelembaban

ruangan pada range antara 40 – 80.

2. Lakukan pengulangan seluruh prosedur kontrol laminar

dan ruangan.

Tindakan yang dilakukan dan hasilnya pada formulir kontrol laminar


dan ruangan.
h. Pembacaan hasil

a. Laminar air flow, inkase, dan ruang preparasi sampel layak

untuk digunakan : Jika tidak terdapat pertumbuhan koloni

kuman maupun jamur.

b. Laminar air flow, inkase, dan ruang preparasi sampel tidak

layak untuk digunakan : Jika terdapat pertumbuhan koloni

kuman maupun jamur.


7. Prosedur Otoklaf Sleed Equitron

a. Pengertian

Prosedur tetap penggunaan otoklaf Sleed Equitron

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

prosedur penggunaan Sledd Equitron.

c. Persiapan

Instrument yang akan disterilkan dibungkus menggunkan kantung

pembungkus (pouches).

d. Cara Kerja

1) Buka cover/tutup dengan memutar tuasnya.

2) Masukkan air kedalam chamber alat sebanyak batas dudukan

rak (tidak terendam).

3) Hidupkan alat dengan menaikkan kedua saklat yan terletak

disamping kiri kanan alat.

4) Tampilkan menu utama layar yaitu TMP:temperature (suhu alat

pada saat ini)

5) Siapkan instrument yang akan disterilkan (di dalam pouches)

dan masukkan kedalam Dressing Drums dengan isi mencapai

70%.

6) Masukkan Dressing Drums ke dalam chamber alat kemudian

tekan tombol SET untuk pengaturan mode yang akan

digunakan dan tampilan berubah menjadi :


7) Tekan tombol (F1) untuk pindah, (F2) dan (F3) untuk

menaikkan atau menurunkan angka.

8) Setelah di setting, tekan enter dan kembali ke tampilan menu

utama layar yakni TMP, untuk memulai proses tekan tombol F3

pada panel control.

9) Seluruh proses sterilisasi memakan waktu kurang lebih 1 jam.

10) Setelah proses selesai akan mengeluarkan bunyi bib, dan

monitor akan menampilkan tulisan END CYCLE.

11) Pengambilan bahan bisa dilakukan setelah dengan membuka

tutup TUNGGU SELAMA 10 menit.

e. Yang Harus Diperhatikan

1) Penggunaan alat menggunakan air aquades, aqua DM/air RO.

2) Jika ingin membuka tutup alat, pastikan jarum tekanan

menunjuk angka nol.

3) Suhu air dalam penampungan dry masih dalam kondisi panas,

jadi apabila akan menggunakan kembali, harap hati-hati.

Jangan membuka tutup cover saat proses sterilisasi.

8. Penggunaan Autoclave

a. Pengertian

Sterilisasi menekan atau memroses membinasakan

mikroorganisma secara lengkap baik itu bakteri, spora, jamur dan

virus.
b. Prinsip

Prinsip alat ini membunuh bakteri, spora dengan menggunakan

uap air bertekanan 1 atmosfir suhu 121C selama 20 menit. Panas

lembab yang digunakan untuk sterilisasi lebih efektif dari pada

panas kering.

c. Tujuan

Alat untuk mensterilkan media pembiakan, berbagai macam alat

dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap

air panas bertekanan

d. Metode

Sterilisasi basah

e. Prosedur

1) Sebelum dihidupkan periksa alat AUTOCLACE-PRESSURE

STEAM STERILIZERS, sudah bersih atau belum.

2) Isi air dalam alat sebatas sarangan.

3) Masukkan bahan-bahan yang akan disterilisasi. Sebelumnya

diberi indikator tanda sudah steril / belum dengan Autoclave

tape.

4) Tutup covernya dengan mencocokkan dengan tanda kunci-nya.

5) Rapatkan kunci-kunci secara diagonal sampai rapat betul.

Posisi alat pada High.


6) Tekan Power / ON dengan menutup katup agar uap air tidak

keluar.

7) Bila tekanan sudah sampai pada tanda 20 (tekanan sudah

mencapai 121C ) atau caution

8) Maka buka katup sampai uap air keluar dan tanda jarum turun

hingga nol.

9) Bila sudah sampai tanda 0 ulangi dengan menutup katub. Bila

sudah sampai tanda 20 ( tekanan sudah mencapai 121C )

atau caution

10) Tekan timer selama 20 menit.

11) Bila sudah 20 menit, maka katub dibuka. Bersamaan dengan

itu matikan power .

12) Bila alat sudah dalam posisi 20 menit, maka buka katub.

Biarkan alat dingin dahulu

13) Buka metal to metal secara diagonal.

14) Ambil hasil sterilan, lihat indikator Autoclave tape-nya.

15) Bila berubah warna dari krem menjadi coklat kehitaman berarti

sudah steril.

f. Pemeliharaan

1) Bersihkan kunci – kunci dengan air, lalu beri pelumas, agar

mudah untuk membuka.

2) Buang air yang ada di dalam alat.

3) Bersihkan skala meteran dengan air.


4) Bersihkan katub dengan acetone

5) Cuci wadah Autoclave dengan detergen.

9. Pembuatan Dan Inokulasi Media

Mac Conkey Agar (MCA)

a. Pengertian

MCA merupakan suatu media diferensial/ selektif untuk isolasi

bakteria Gram negatif. Pertumbuhan bakteria positif dihambat oleh

Kristal violet dan garam empedu di media MCA. Selain

membedakan gram positif dan negative, media ini juga dapat

digunakan untuk membedakan kuman lactose fermenter dan non

lactose fermenter.

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pembuatan media MCA.

c. Prinsip

Melarutkan media dalam aquabidest dengan perbandingan yang

telah ditentukan, kemudian dilakukan sterilisasi dengan autoclave

pressure steam dan dituang dalam cawan petri steril dengan

volume yang telah ditentukan.

d. Metode

Konvesional

e. Reagen
Media dehydrated MacConkey (OXOID)

Formula

Pepton 20 g

Laktosa 10 g

Garam empedu no 3 1,5 g

Sodium Klorid 5g

Neutral red 0,03 g

Kristal violet 0,001 g

Agar 15 g

f. Penyimpanan

Pada suhu kamar (10–30 C) sampai dengan expired date. Tutup

rapat dan hindarkan dari cahaya terang.

g. Cara pembuatan

1) Ambil campuran diatas sebanyak 51.5 g masukkan dalam 1 L

air.

2) Panaskan di atas api hingga sampai larut sempurna.

3) Sterilkan dalam autoklaf pada 121°C selama 15 menit.

4) Dinginkan di air mengalir hingga suhu 50-60°C.

5) Tuangkan dalam cawan petri steril.

6) Biarkan sampai membeku

7) Simpan dalam suhu 4°C pada posisi tutup dibawah.

8) Sebelum dipakai inkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam

untuk menilai sterilitas.


h. Penilaian

1) Bakteri Gram Negatif : tumbuh koloni

2) Bakteri Gram Positif : tidak tumbuh koloni

3) Bakteri yang memfermentasikan laktosa : koloni berwarna

merah

4) Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa : koloni tidak

berwarna

i. Cara inokulasi

1. Inokulasi pada cawan petri dengan 4 penipisan.

2. Inkubasi pada 35°C, selama 18-24 jam.

Brain Heart Infusion (BHI) Broth

1.) Pengertian

Media yang sangat nutritive untuk menumbuhkan berbagai jenis

bakteria terutama yang sulit tumbuh.

2.) Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pembuatan media agar BHI broth.

3.) Prinsip

Melarutkan media dalam aquabidest dengan perbandingan yang

telah ditentukan, kemudian dilakukan sterilisasi dengan autoclave

pressure steam dan dituang dalam tabung reaksi steril dengan

volume yang telah ditentukan.


4.) Metode

Konvesional

5.) Reagen

Formula

Calf brain infusion 200 g/L

Beef heart infusion 250 g/L

Bacto proteose peptone 10 g/L

Bacto dextrose 2 g/L

Sodium chloride 5 g/L

Dissodium phosphate 2.5 g/L

6.) Cara pembuatan

1. Ambil campuran diatas sebanyak 37 g masukkan dalam 1 L

air.

2. Panaskan di atas api hingga sampai larut sempurna.

3. Tuangkan dalam tabung biakan, tutup dengan kapas lemak.

4. Sterilkan dalam autoklaf pada 121°C selama 15 menit.

5. Simpan pada suhu ruangan sebelum pemakaian.

7.) Penyimpanan

Pada suhu kamar (10–30 C) sampai dengan expired date. Tutup

rapat dan hindarkan dari cahaya terang.

8.) Cara inokulasi

Inokulasikan kuman tes dengan menggunakan sengkelit, kemudian

inkubasi pada suhu 37°C selama 18 – 24 jam.


Blood Agar Plate (BAP)

1.) Pengertian

BAP Agar adalah media general yang digunakan untuk

menumbuhkan semua bakteri (batang dan coccus) yang

ada dalam sample, dan sifatnya dalam menghemolisa

eritrosit.

2.) Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam

melakukan pembuatan media agar bile esculin

3.) Prinsip

Melarutkan media dalam aquabidest dengan perbandingan yang

telah ditentukan, kemudian dilakukan sterilisasi dengan autoclave

pressure steam. Pada kondisi suhu yang ditentukan, larutan media

dicampur dengan DMD (Darah Merah Domba) dan dituang dalam

cawan petri steril dengan volume yang telah ditentukan.

4.) Metode

Konvesional

5.) Reagen

 Aquabidest steril

 Defibrinated DMD (Darah Merah Domba)

 Media dehydrated Columbia Blood Agar Base dengan

komposisi (g/L):
Formula

Special peptone 23,0

Starch 1,0

Sodium chloride 5,0

Agar 10,0

6.) Penyimpanan

Pada suhu kamar (10–30 C) sampai dengan expired date. Tutup

rapat dan hindarkan dari cahaya terang.

7.) Cara pembuatan

1. Siapkan semua bahan dan alat-alat yang diperlukan.

2. Timbang media dehydrated Columbia Blood Agar Base sesuai

dengan ketentuan (39 g dalam 1 L). Misal : 10 g media

dehydrated Columbia Blood Agar Base dalam 250 mL

aquabidest steril.

3. Masukkan dehydrated Columbia Blood Agar Base dalam

tabung erlenmeyer 500 mL yang telah berisi aquabidest steril.

4. Tutup tabung erlenmeyer dengan gumpalan kapas berlemak

yang dibungkus kasa, lapisi dengan plastik bening dan diikat

dengan karet gelang. Goyang-goyang erlenmeyer sampai

media tercampur dengan aquabidest.

5. Panaskan erlenmeyer diatas api bunsen sambil digoyang-

goyang untuk melarutkan media.


6. Setelah semua butiran media terlarut, ukur pHnya dengan

kertas pH dengan range pH 7,3 +/- 0,2 pada suhu 25 C dan

lekatkan indikator steril.

7. Steril dalam autoclave pressure steam pada tekanan 1 atm dan

temperatur 121 C selama 15 menit sesuai dengan instruksi

kerja No. P.01-IK-LAB02E-005.

8. Selesai proses sterilisasi, dinginkan larutan media dengan cara

merendam dalam bejana air sampai suhu media mencapai 50-

55 C.

9. Tambahkan 8 – 10 % DMD dan goyang perlahan larutan media

sampai tercampur dengan rata. Hindari timbulnya gelembung

udara.

10. Tuang pada petridish steril dengan volume +/- 25 mL.

11. Setelah media beku, simpan media dalam almari es suhu 2–

8 C.

8.) Cara inokulasi

1. Inokulasi pada cawan petri dengan 4 penipisan.

2. Inkubasi pada suhu 5°C, selama 18-24 jam.

SSA (SALMONELLA SHIGELLA AGAR)

a. Pengertian

Salmonella – Shigella Agar adalah media selektif yang digunakan

untuk mengisolasi bakteri Salmonella dan Shigella.


b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam

melakukan pembuatan media SSA.

c. Prinsip

Melarutkan media dalam aquabidest dengan perbandingan yang

telah ditentukan, kemudian dilakukan pemanasan secara hati-hati

menggunakan lampu spirtus/bunsen (jangan dididihkan atau

diautoclave), dan dituang dalam cawan petri steril dengan volume

yang telah ditentukan.

d. Metode

Konvesional

e. Reagen

1) Aquabidest steril

2) Media SSA (Salmonella Shigella Agar) (OXOID)

dengan komposisi (g/L):

Formula

Peptone 5,0

Lactose 10,0

’Lab-Lemco’ Powder 5,0

Bile salts 8,5

Sodium thiosulphate 8,5

Sodium citrate 10,0


Ferric citrate 1,0

Brilliant green 0,00033

Neutral red 0,025

Agar 15

9.) Cara pembuatan

1) Siapkan semua bahan dan alat-alat yang diperlukan. Steril

erlenmeyer 1000 mL yang sudah ditutup dengan gumpalan

kapas berlemak yang dibungkus kasa dalam oven sesuai

dengan instruksi kerja No. P.01-IK-05E-003 terlebih dahulu

sebelum digunakan.

2) Timbang media dehydrated SSA sesuai dengan ketentuan (63

g dalam 1 L). Misal : 31,5 g media dehydrated SSA dalam 500

mL aquabidest steril.

3) Masukkan dehydrated SSA dalam tabung erlenmeyer 1000 mL

steril yang telah berisi aquabidest steril.

4) Tutup tabung erlenmeyer dengan gumpalan kapas berlemak

yang dibungkus kasa steril, lapisi dengan plastik bening dan

diikat dengan karet gelang. Goyang-goyang erlenmeyer sampai

media tercampur dengan aquabidest.

5) Panaskan erlenmeyer diatas api bunsen sambil digoyang-

goyang untuk melarutkan media (jangan sampai mendidih).

6) Setelah semua butiran media terlarut, ukur pHnya dengan

kertas pH dengan range pH 7,0 +/- 0,2 pada suhu 25 C.


7) Dinginkan larutan media dengan cara merendam dalam

bejana air sampai suhu media mencapai 50-55 C.

8) Goyang-goyang perlahan larutan media dan tuang pada

petridish steril dengan volume +/- 25 mL.

9) Setelah media beku, simpan media dalam almari es suhu 2–

8 C.

10) Cara inokulasi

1) Inokulasi pada cawan petri dengan 4 penipisan.

2) Inkubasi pada 35°C, selama 18-24 jam.

11) Stabilitas

1) Bahan dasar media yang berupa bubuk dapat disimpan pada

suhu dibawah 25°C sampai tanggal kadaluarsa yang tertera

di label.

2) Media yang sudah jadi, disimpan pada suhu 2-8°C dan tidak

dapat digunakan apabila terdapat kontaminasi atau media

menjadi kering, pecah dan atau warna berubah.

Mueller Hinton

a. Pengertian

Agar mueller – hinton merupakan media yang digunakan untuk tes

kepekaan antibiotika.
b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pembuatan media agar Mueller – hinton.

c. Reagen

Formula :

Beef, dehydrated infusion form 300 g/l

Casein hydrosylate 17.5 g/l

Starch 1.5 g/l

Agar 17 g/l

pH 7,4  0.2

d. Cara pembuatan

1) Timbang media MHA sebanyak 38 g.

2) Larutkan dengan 1 liter aquadest di labu erlenmeyer.

3) Panaskan diatas kompor listrik aduk perlahan menggunakan

batang pengaduk hingga homogen.

4) Sterilisasi media yang sudah homogen di autoclave dengan

suhu 121֯c selama 15 menit.

5) Setelah media steril, tunggu hingga hangat.

6) Kemudian tuang ke petri disk kecil  25 ml atau petri disk besar

 50 ml.

e. Cara inokulasi

Inokulasi sesuai dengan SPO tes kepekaan antibiotika.


10. PEWARNAAN GRAM

a. Tujuan

Pengecatan Gram digunakan sebagai dasar klasifikasi bakteri

dengan melihat bentuk dan reaksi bakteri tersebut terhadap

pengecatan Gram. Untuk mengetahui apakah sampel yang

diperiksa mengandung Gram positif atau Gram negatif.

b. Prinsip

Bakteri disebut Gram positip jika waktu diwarnai dengan kristal

violet akan berwarna ungu gelap yang tidak dapat dilunturkan

dengan Aceton-alkohol. Bakteri disebut Gram negatip jika waktu

diwarnai dengan kristal violet dan dilunturkan dengan Aceton-

alkohol akan kehilangan warnanya dan akan berwarna merah jika

diwarnai dengan safranin. Larutan iodine yang terkandung dalam

lugol akan memperkuat penyerapan warna kristal violet oleh

bakteri.

c. Metode

Pengecatan Gram secara konvensional.

d. Sampel

1) Sputum

2) Cairan sendi

3) Cairan pleura

4) Cairan transudat exudat

5) PUS
6) Sekret mata

7) Sekret vagina

8) Sekret urethra

9) Sekret telinga

10) Urine

11) Cairan ascites

12) Usap tenggorok

13) Sekret hidung

14) Liquor/CSF

15) Sekret tracheostomy

e. Reagen

1) Kristal Violet Oxalat 3 % (Gram 1)

2) Lugol (Gram 2)

3) Aceton – alcohol (Gram 3)

4) Safranin (Gram 4)

5) Oil imersi

Simpan pada suhu kamar ( 25–27 ºC)

f. Prosedur

1) Sampel dari urine, cairan sendi, cairan transudat exudat, cairan

pleura, cairan ascites, dan liquor/ CSF dicentrifuge 3000 rpm

selama 10 menit.
2) Buang supernatantnya, ambil 30 L sedimen dan teteskan pada

obyek glass kemudian ratakan dengan menggunakan ose yang

telah disteril. Biarkan preparat mengering pada suhu kamar.

3) Sampel dari sekret vagina, sekret urethra, sekret mata, sekret

telinga, sekret hidung, sekret tracheostomy, PUS, dan usap

tenggorok diambil menggunakan lidi kapas steril dan oleskan

pada obyek glass. Biarkan preparat mengering pada suhu

kamar.

4) Sampel dari sputum diambil menggunakan ose steril dan ratakan

pada obyek glass. Biarkan preparat mengering pada suhu

kamar.

5) Fiksasi preparat dengan cara melewatkannya diatas nyala api

bunsen sampai dengan tiga kali.

6) Letakkan pada rak pengecatan.

7) Teteskan larutan Gram 1 (Gentian Violet) pada preparat, tunggu

selama 30 – 60 detik.

8) Bilas dengan air mengalir.

9) Teteskan larutan Gram 2 (Lugol), tunggu selama 30 – 60 detik.

10) Bilas dengan air mengalir.

11) Teteskan larutan Gram 3 (Aceton-alkohol), tunggu selama

beberapa detik (5 – 10 detik), tergantung tebal tipisnya preparat.

12) Bilas dengan air mengalir.

13) Teteskan larutan Gram 4 (Safranin), tunggu selama 2 menit.


14) Bilas dengan air mengalir, bersihkan bagian belakang preparat

dengan tissue dan keringkan pada suhu kamar.

15) Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran obyektif 100 x

(Oil imersi).

g. Interpretasi hasil

1) Gram Negatf : Bakteri berwarna merah pucat sampai merah

gelap.

2) Gram Positip : Bakteri berwarna ungu gelap.

11. Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA)

a. Pengertian

Pengecatan BTA adalah cara cepat untuk menemukan BTA dan

dapat digunakan untuk memantau hasil pengobatan anti-

mycobacteria.

b. Tujuan

Untuk mengetahui apakah di dalam sampel tersebut mengandung

BTA (Mycobacterium tuberculosis).

c. Prinsip

Basil Tahan Asam (BTA) akan tetap mengikat zat warna primer

(karbol fuchsin) dan tidak akan dilepaskan pada pencucian

dengan asam alcohol (resisten terhadap pelunturan dengan

alkohol asam) karena mengandung kadar lemak tinggi (asam

mycolic) pada dinding selnya, serta tidak akan mengikat zat warna
sekunder (Methylen Blue), sedangkan Basil Tidak Tahan Asam

(BTTA) akan melepaskan zat warna primer dan pencucuian

dengan asam alkohol dan akan mengikat zat warna sekunder.

d. Metode

Ziehl – Nelsen

e. Sampel

1) Sputum

2) Cairan ascites (minimal 1 mL)

3) Cairan pleura (minimal 1 mL)

4) Sekret tracheostomy

f. Reagen

1) Carbol fuchsin

2) HCl alcohol

3) Methylene blue

4) Oil imersi

Simpan pada suhu kamar (25–27 C)

g. Alat

1) Lampu spirtus (bunsen)

2) Objek gelas

3) Mikroskop

4) Ose

5) Rak pengecatan

6) Pipet Pasteur
h. Prosedur

Pembuatan preparat dari bahan sputum dan sekret

tracheostomy

1) Tulis nomor identitas pasien pada bagian ujung obyek glass.

2) Pilih dan ambil bagian dari sampel yang purulen

menggunakan ose.

3) Buat preparat dengan diameter 2 x 3 cm. Usahakan preparat

tidak terlalu tipis untuk menghindari preparat menjadi kering

sebelum diratakan.

4) Untuk meratakan preparat, buat spiral-spiral kecil sewaktu

preparat setengah kering dengan menggunakan lidi lancip

sehingga didapat sebaran lekosit lebih rata dan area baca

lebih homogen. Jangan membuat spiral-spiral kecil pada

preparat yang sudah kering karena dapat terkelupas dan

menjadi aerosol yang berbahaya.

5) Ose yang telah digunakan, dicelupkan ke dalam botol pasir

disinfektan kemudian bakar sampai ose membara.

6) Lidi yang telah digunakan, langsung dibuang ke dalam botol

yang berisi disinfektan.

7) Keringkan preparat di udara.

8) Setelah kering, lakukan fiksasi dengan pemanasan. Pastikan

preparat menghadap ke atas dan lewatkan 3 x melalui api dari


lampu spirtus (masing-masing +/- 1 detik). Gunakan pinset

atau penjepit kayu untuk memegang kaca preparat.

9) Letakkan pada rak pengecatan (hindari sinar matahari

langsung).

Pembuatan preparat dari bahan cairan ascites dan cairan

pleura

1) Centrifuge cairan ascites atau cairan pleura dalam tabung

kaca dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.

2) Buang supernatan.

3) Tulis nomor identitas pasien pada bagian ujung obyek glass.

4) Ambil sedimen dengan menggunakan ose.

5) Buat preparat dengan diameter 2 x 3 cm. Usahakan preparat

tidak terlalu tipis untuk menghindari preparat menjadi kering

sebelum diratakan.

6) Ose yang telah digunakan, dicelupkan ke dalam botol pasir

disinfektan kemudian bakar sampai ose membara.

7) Keringkan preparat di udara.

8) Setelah kering, lakukan fiksasi dengan pemanasan. Pastikan

preparat menghadap ke atas dan lewatkan 3 x melalui api dari

lampu spirtus (masing-masing +/- 1 detik). Gunakan pinset

atau penjepit kayu untuk memegang kaca preparat.

9) Letakkan pada rak pengecatan (hindari sinar matahari

langsung).
Pengecatan BTA metode Ziehl Neelsen :

1) Letakkan preparat dengan bagian apusan menghadap ke atas

pada rak pengecatan. Antara satu preparat dengan preparat

lainnya masing-masing berjarak +/- satu jari.

2) Genangi seluruh permukaan preparat dengan larutan carbol

fuchsin.

3) Panaskan pada lampu spirtus (bunsen) sampai terlihat uap,

tetapi jangan sampai mendidih.

4) Diamkan minimal selama 5 menit.

5) Bilas dengan air mengalir secara hati-hati, jangan ada

percikan ke preparat lain.

6) Miringkan preparat menggunakan pinset untuk membuang air.

7) Genangi dengan larutan HCl alcohol, sampai tidak tampak

warna merah carbol fuchsin, kemudian bilas dengan air

mengalir pelan.

8) Genangi dengan larutan Methylene blue, tunggu selama 10 -

20 detik.

9) Bilas dengan air mengalir secara hati-hati, jangan ada

percikan ke preparat lain.

10) Miringkan preparat menggunakan pinset untuk membuang air.

11) Keringkan pada suhu kamar.

12) Amati dibawah Mikroskop dengan pembesaran obyektif 100 x

(Oil imersi).
i. Interpretasi hasil

Kuman Batang Tahan Asam (BTA) berwarna merah keunguan

pada latar belakang warna biru.

Hasil pemeriksaan menurut skala IUATLD (Internasional

Union Against Tuberculosis and Lung Disease) sebagai

berikut:

-/Negatif :0 bakteri /100 LP

Scanty : 1-9 bakteri /100 LP

+ :10-99 bakteri /100 LP

++ :1-10 bakteri dalam 50 LP

+++ :>10 bakteri dalam 1 Lp

12. Pemeriksaan Jamur KOH

a. Prinsip

Dengan larutan KOH 10 % akan tampak bentukan jamur yang

spesifik.

Dengan pengecatan Gram akan tampak bentukan jamur yang

berwarna ungu gelap.

b. Metode

Konvesional (basah dan kering)

c. Sampel

1) Kerokan kulit

2) Sekret vagina
3) Sekret urethra

4) Sekret telinga

d. Reagen

1) Kristal Violet Oxalat 3 % (Gram 1)

2) Lugol (Gram 2)

3) Aceton-alkohol (Gram 3)

4) Safranin (Gram 4)

5) K O H 10 %

6) Oil imersi

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar (25–27 C)

e. Alat

1) Lampu Spirtus (Bunsen)

2) Objek gelas

3) Kaca penutup

4) Mikroskop

5) Lidi kapas steril

6) Pipet pasteur

7) Lancet steril

f. Prosedur

1) Sampel dari kerokan kulit diambil menggunakan lancet `steril

dan letakkan pada obyek glass.


2) Teteskan larutan KOH 10 % dengan pipet pasteur pada

preparat tersebut.

3) Tutup dengan cover glass.

4) Lewatkan di atas api bunsen 2 – 3 kali tetapi tidak boleh sampai

mendidih.

5) Amati di bawah mikroskop pembesaran obyektif 40 X.

6) Sampel dari sekret diambil menggunakan lidi kapas steril dan

oleskan pada obyek glass. Biarkan preparat mengering pada

suhu kamar.

7) Fiksasi preparat dengan cara melewatkannya diatas nyala api

bunsen sampai dengan tiga kali.

8) Letakkan pada rak pengecatan.

9) Teteskan larutan Gram 1 (Gentian Violet) pada preparat,

tunggu selama 30 – 60 detik.

10) Bilas dengan air mengalir.

11) Teteskan larutan Gram 2 (Lugol), tunggu selama 30 – 60 detik.

12) Bilas dengan air mengalir.

13) Teteskan larutan Gram 3 (Aceton-alkohol), tunggu selama

beberapa detik (5 – 10 detik).

14) Bilas dengan air mengalir.

15) Teteskan larutan Gram 4 (Safranin), tunggu selama 2 menit.

16) Bilas dengan air mengalir, bersihkan bagian belakang preparat

dengan tissue dan keringkan pada suhu kamar.


17) Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran obyektif 100 x

(Oil imersi).

18) Amati bentukan hyphae, yeast, dan spora jamur

g. Interpretasi hasil

1) Hyphae, yeast, dan spora jamur akan terlihat dengan bentuk

yang spesifik dengan KOH 10 %.

2) Hyphae, yeast, dan spora jamur akan tampak berwarna ungu

gelap dengan bentuk yang spesifik pada pewarnaan Gram.

13. Pemeriksaan Bakteriologi Cairan Pleura

1) Pengertian

Cairan pleura adalah cairan yang terdapat di rongga pleura

paru dan berfungsi sebagai pelumas. Pada keadaan normal,

volume cairan pleura sangat sedikit sekitar 10 - 200 ml.

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan

pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura,

yang disebabkan oleh ketidak seimbangan antara

pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.

Etiologi terjadinya efusi pleura bermacam-macam, diantaranya

penyakit infeksi, penyakit sistemik atau keganasan baik pada

pleura maupun diluar pleura.


2) Tujuan

Sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan

bakteriologi cairan pleura dan menemukan mikroorganisme

penyebab infeksi pada rongga pleura paru-paru.

3) Cara kerja

1) Tanam spesimen dengan cara menggoreskan pada media

agar darah dan agar mac conkey dengan menggunakan

ose/sengkelit.

2) Inkubasi agar mac conkey pada inkubator 35-37 c

sedangkan agar darah pada sungkup lilin keluarkan dan

amati koloni yang tumbuh pada media agar.

4) Cara interpretasi

a. Pada agar darah

a) Koloni bening, cekung hemodigesti, diameter 0,5 - 1 mm,

tersangka streptococcus pneumoniae.

b) Koloni kuning emas, emolise, diameter 1 - 2 mm

tersangka Staphylococcus aureus.

c) Koloni tersangka Streptococcus pneumoniae,

Staphylococcus aureus dibuat sediaan dan diwarnai

pewarnaan gram.

b. Pada agar Mac Conkey

a) Koloni tersangka transparan agak hijau, lengkat dengan

diameter 1 - 1 mm, tersangka Pseudomonas sp.


b) Koloni pink berlendir, dengan diameter 2 -3 mm,

tersangka Klesiella pneumoniae.

c. Identifikasi bakteri juga dapat dilakukan dengan alat vitek2

compact.

d. Jika tidak ditemukan ciri-ciri koloni tersebut diatas maka

pemeriksaan ditujukan pada koloni yang tumbuh.

5) Cara pelaporan

1. Secara mikroskopis, hasil pewarnaan gram (kokus/batang,

positif/negatif) dilaporkan.

2. Dari biakan, dilaporkan sampai spesies yang ditemukan.

3. Jika tidak ada pertumbuhan, dilaporkan tidak ditemukan

pertumbuhan bakteri.

14. Pemeriksaan Oksidase

a. Pengertian

Enzim sitokrom oksidase adalah enzim yang digunakan bakteri

untuk mengkatalis keluarnya H⁺ dari substrat, dengan

menggunakan oksigen sebagai akseptor pada sistem transport

electron. Oleh karena itu enzim ini hanya terdapat pada bakteri

yang menggunakan oksigen dalam metabolismenya. Pemeriksaan

dilakukan bakteri non lactose/farmenter. Pemeriksaan ini bertujuan

untuk mendeteksi adanya enzim sitokrom oksidase pada bakteri.

b. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pemeriksaan oksidase.

c. Cara Kerja

1) Ambil koloni murni dari biakan berumur 18-24 jam pada media

padat yang tidak mengandung gula dengan lidi kayu steril.

2) Goreskan pada ketas saring Whatman yang sudah ditetesi

kovacks.

3) Perhatikan warna yang timbul pada goresan.

4) Lakukan poin 1-3 pada control terlebih dahulu.

d. Pelaporan

1) Ada warna ungu pada goresan kuman dilaporkan sebagai

positif.

2) Tidak ada warna ungu pada goresan kuman dilaporkan sebagai

negatif.

15. Pemeriksaan Katalase

a. Pengertian

Katalase/ peroksidase adalah enzim yang merubah H2O2 -

H2O + O2. Katalase adalah hemoprotein, pH optimum untuk

aktivasi katalase adalah 7.0. Katalase dimiliki oleh bakteri

yang memetabolisme karbohidrat secara aerob untuk

memecah H2O2. H2O2 dapat membunuh bakteri sehingga

bakteri membutuhkan enzim katalase. Pemeriksaan ini


mendeteksi adanya enzim katalase pada bakteri sehingga

dapat digunakan untuk membedakan antar genera

Staphylococcus yang menghasilkan katalase dengan

Streptococcus yang tidak menghasilkan.

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pemeriksaan kultur darah dan uji resistensi, serta

mengidentifikasi bakteri patogen di dalam darah.

c. Prosedur

1) Alat

a) Pipet pasteur

b) Kaca slide

c) Tabung

2) Reagen

a) Larutan H2O2 3% (cara tabung) atau 30% (cara slide).

3) Cara kerja

i. Cara slide (yang di rekomendasikan)

1. Ambil satu koloni murni (yang telah diinkubasi 18-24 jam),

menggunakan ose, kemudian diletakkan dalam kaca objek

yang bersih (jangan sampai ada agar darah)

2. Dengan menggunakan pipet pasteur.dropper tambahkan

setetes H2O2 30%

3. Perhatiakn timbulnya gelembung udara.


ii. Cara tabung

1. Inokulat pada slant agar (yang telah di inkubasi 18-24 jam)

+ 1ml H2O2 3% (jangan gunakan agar darah).

2. Perhatikan timbulnya gelembung udara.

4) Cara pelaporan

i. Ada gelembung udara dilaporkan sebagai positif

j. Tidak ada gelembung udara dilaporkan sebagai negatif

5) Cara penilaian

Hasil positif berarti bakteri mempunyai enzim katalase,

termasuk genera Staphylococcus.

16. Pemeriksaan Koagulase

a. Pengertian

Staphylocoagulase adalah enzim yang dihasilkan oleh S.aureus

yang dapat ditemukan di permukaan dinding sel, dan terdiri dari 2

bentuk yaitu terikat dan bebas. Koagulase terikat mengabsorbsi

fibrinogen dan merubahnya menjadi fibrin tanpa keterlinatan factor

plasma., selain itu, koagulase juga dapat berikatan dengan

fibrinogen/fibrinpada permukaan Staphylococcus yang

menyebabkan penggumpalan. Terdapat dua cara untuk

mendeteksi enzim koagulase. Tes slide hanya dapat mendeteksi

enzim koagulase terikat, sedangkan cara tabung memiliki


kemampuan untuk mendeteksi baik koagulase terikat maupun

bebas.

b. Tujuan

Pemeriksaan koagulase ini bertujuan untuk membedakan

organisme yang mampu menggumpalkan (mengkoagulasi) plasma

dengan bantuan enzim koagulase (Staphylocoagulase) dengan

yang tidak mampu (non Staphylocoagulase).

c. Prosedur

a. Reagen

Plasma manusia/kelinci/kuda/domba segar steril atau plasma

dengan antikoagulan, dan tidak boleh mengandung NaF.

b. Alat

Spuit steril

1) Slide test :

a) Teteskan 1 tetes aquades/NaCl 0.85% pada kaca hapus

bersih.

b) Buat suspense kuman dengan jumlah banyak dari kultur

kaldu murni atau koloni terpisah murni pada media padat

usia 18-24 jam.

c) Campur perlahan plasma manusia segar pada suspense

kuman sampai dengan homogeny.


d) Perhatikan pembentukan presipitat segera, secara

makroskopik, bentk seperti bekuan putih.

e) Koagulase positif terjadi dalam 5-20 detik.

2) Cara tabung :

a) Pada tabung gelas steril (13x100 nm)+ 0.5 mL plasma

manusia/kelinci + 0.5 mL kultur kuman sampai pada

kaldu atau 1 loop murni dari media padat (usia kultur 18-

24 jam)

b) Tabung harus diputar perlahan untuk mensuspensikan

bakteri, jangan dikocok.

c) Inkubasi pada 37°C, 4 jam, amati 30°C adanya bekuan.

d) Ketika memeriksa jangan dikocok, miringkan saja.

e) Keyika bekuan tidak terlihat setelah 4 jam, biarkan

tabung diinkubasi 1 malam (pada penangas/inkubator).

c. Pelaporan

1) Positif : Adanya bekuan pada slide atau tabung.

2) Negatif : Tidak adanya bekuan pada slide atau tabung.

3) Bila dengan cara slide tidak ada bekuan/ koagulasi harus

dikonfirmasi dulu dengan cara tabung baru melaporkan

hasil.
17. Pemeriksaan Novobiocin

a. Pengertian

Merupakan pemeriksaan yang diapakai untuk membedakan tes

untuk membedakan bakteri Staphylococcus koagulase negatif,

antara Staphylococcus epidermidis dengan Staphylococcus

sapropitycus.

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk

membedakan spesies Staphylococcus epidermidis dengan

Staphylococcus sapropitycus.

c. Prosedur

1) Alat

a) Desintometer

b) Inkubator 37 oC

2) Reagen

a) Media mha

b) Cakram novobiocin 5 ug

3) Cara kerja

a) Buat suspensi kuman 0,5 mcf

b) Oleskan pada media mha

c) Letakkan disk novobiocin 5 ug

d) Inkubasi dalam inkubator 18-24 jam pada temperatur 35-

37 c suasana aerob
e) Ukur zona yang terjadi

d. Interpretasi

1) Positif : > 16 mm ( Staphylococcus epidermidis )

2) Negatif : < 16 mm ( Staphylococcus saprophyticus

18. Genexpert Mtb/Rif

a. Pengertian

Pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF adalah pemeriksaan real-

time pcr otomatis yang mendeteksi dna kompleks MTB pada

sputum dan secara bersamaan dapat mengidentifikasi mutasi

pada gen rpob yang berhubungan dengan resistensi terhadap

rifampicin.

b. Tujuan

1) Konfirmasi diagnosis terutama pada pasien dengan gejala

infeksi tuberkulosis paru.

2) Konfirmasi kecurigaan adanya resistensi rifampisin pada

pasien tuberkulosis paru.

3) Memberikan petunjuk langkah pemeriksaan yang harus

dilkukan oleh petugas laboratorium.

4) Menjamin pemerikaan laboratorium dilakukan secara baik

dan benar.

c. Prosedur

1) Alat
a) Alat mtb/rif : Cepheid GeneXpert

b) Pipet steril disposable

2) Reagen

i. Cartridge mtb/rif

3) Cara kerja

a) Persiapan alat

1. Hidupkan komputer

2. Hidupkan alat GeneXpert

3. Pada tampilan komputer, klik 2 kali icon “shortcut

genexpert dx”

4. Log in ke system perangkat lunak genexpert dengan

menggunakan nama pengguna dan kata sandi

Klik “ check status” dan periksa apakah modul siap, bila

tidak siap lakukan “troubleshooting” mengacu pada buku

panduan.

b) Persiapan bahan pemeriksaan

1. Lakukan tindakan desinfeksi pada area kerja.

2. Tandai cartridge dengan identitas bahan

pemeriksaan, jangan menempelkan label pada

penutup cartridge atau menutupi barcodepada

cartridge. Tuliskan identitas atau tempelkan label

pada dinding cartridge.


3. Masukkan bahan pemeriksaan ke dalam wadah

sputum yang tidak bocor.

4. Bukalan penutup wadah sputum, tambahkan reagen

dengan perbandingan 1 bagian volume sampel dan

2 bagian volume reagen

5. Kocok sampai homogen

6. Biarkan selama 5 menit pada suhu kamar

7. Kocok kembali

8. Biarkan selama 10 menit pada suhu kamar

c) Persiapan cartridge

1. Hisap bahan pemeriksaan dengan menggunakan

pipet steril sampai miniskus tanda minimum (2 ml)

2. Buka penutup cartridge

3. Pindahkan bahan pemeriksaan kedalam ruang

cartridge xpert MTB/RIF

4. Alirkan perlahan untuk mencegah aerosol

5. Tutup cartridge. Pastikan penutup terpasang kuat

6. Uji harus dilakukan dalam waktu 30 menit setelah

bahan pemeriksaan dimasukkan kedalam cartridge.

d) Uji dengan alat GeneXpert


1. Lihat tampilan pada genexpert dx system, klik

“create test”

2. Pindai barcode pada cartridge xpert mtb/rif

3. Akan tampil create test window

4. Menggunakan informasi barcode, mesin secara

otomatis akan mengisi kotak-kotak pada: select

assay, reagent lot id, cartridge sn, and expiration

date.

5. Pindai atau ketik identitas bahan pemeriksaan,

pastikan identitas benar, identitas bahan

19. Bact/Alert 3D

a. Pengertian

Prosedur prainstrumentasi adalah prosedur yang dilakukan

sebelum sampel diperiksa menggunakan alat Bact/Alert 3D dengan

cara memeriksa kelayakan sampel dan kelayakan botol Bactec.

Prosedur pemeriksaan sampel menggunakan alat Bact/Alert 3D

dilakukan untuk mendeteksi mikroorganisme aerobic dan anaerobic

fakultatif. Prosedur perawatan alat Bact/Alert 3D dilakukan harian,

mingguan dan bulanan untuk memastikan alat dalam keadaan

optimal.
b. Tujuan

Prosedur pemeriksaan sampel menggunakan alat Bact/Alert 3D

dilakukan untuk mendeteksi mikroorganisme aerobic dan anaerobic

fakultatif.

c. Prinsip

Pemeriksaan mikrobiologi dengan alat BacT/Alert 3D 120

menggunakan sistem yang dilengkapi LED Illuminates Sensor.

Adanya organisme yang tumbuh pada media akan menghasilkan

CO2 sebagai hasil metabolisme, dimana CO2 akan menurunkan

pH pada media dan akan mengakibatkan sensor pada dasar botol

menjadi kuning. Photodiode pada sistem akan mengumpulkan

cahaya yang direfleksikan, dan sinyal ditransmisikan ke komputer

untuk dianalisa. Nilai pembacaan dinyatakan dalam Reflactance

Unit (RTU), yang akan dibuat grafik pertumbuhan mikroorganisme

terhadap waktu inkubasi. Hasil positip akan ditampilkan secara

visual pada monitor alat dan ditandai dengan bunyi ”beep”. Tidak

adanya pertumbuhan mikroorganisme pada botol dalam waktu

tertentu akan diindikasikan sebagai hasil negatip.

d. Metode

Kolorimetri

e. Sampel

Jenis : Darah (whole blood)

Jumlah : 0,5 – 4 mL (media Bact/Alert PF)


5 – 10 mL (media Bact/Alert FA)

Untuk anak: tabung tutup merah muda 4ml

Untuk dewasa: tabung tutup hijau 5 ml.

Stabilitas : 2 - 25°C selama 3 hari / Maksimal 12 jam pada

suhu kamar(25–27C)

f. Prosedur

1) Persiapan

a) Sampel yang layak adalah sampel darah dan cairan tubuh

yang diambil secara streril dan aseptic sebelum pemberian

antibiotic.

b) Periksa kelayakan botol Bactec. Jangan digunakan bila

segel dan warna di bawah botol berubah.

c) Masukkan darah ke dalam botol BacT/Alert PF atau

BacT/Alert FA.

d) Campur dengan cara membolak – balik botol.

2) Cara memulai sistem

a) Tekan tombol Power Switch On dibagian belakang alat

1. Periksa suhu pada layar LCD alat. Pastikan bahwa

suhunya adalah 37 C (+/- 1,5C).

2. Periksa suhu pada termometer di dalam alat. Pastikan

bahwa suhunya adalah 37 C (+/- 1,5C).

b) Tunggu hingga keluar menu utama


3) Cara memasukkan botol biakan

a) Dari menu utama pilih “Load Bottles”

b) Tampilan akan berubah menjadi “Load Screen”

c) Scan barcode pada botol biakan


#
d) Masukkan nomor lab ID dengan memilih menu

disamping kanan menu nomor botol.

e) Masukkan nomor rekam medis pasien dengan memilih menu



f) Masukkan nama dari pasien, dengan memilih menu

g) Masukkan nomor ruangan pasien (jika ada) dengan memilih

menu

h) Rubah waktu tes maksimum botol (jika diperlukan), pilih

“Change Maximum Test Time”.

i) Buka pintu ruang inkubasi

j) Masukkan botol kedalam cell yang lampu indikatornya hidup

(lampu hijau).

k) Tutup pintu ruang inkubasi, dan tekan gambar “Check”

4) Cara melihat status botol

a) Dari menu utama tekan gambar “instrument”, kemudian

akan muncul tampilan berikut :

1. Cell

2. Rack

3. Tombol me-restart ruang inkubasi.

b) Tampilan hasil tes :


Negative (Hijau)

Positif (Kuning)
+

Negatif sampai saat ini


*

Tidak ada identitas botol


?

Cell yang tidak digunakan

5) Cara mengeluarkan botol

a) Pada MAIN SCREEN, tekan tombol “mengeluarkan botol”

yang aktif (berwarna biru).

b) Tarik botol pada drawer/rak yang lampunya menyala yang

menandakan bahwa botol yang akan dikeluarkan berada di

sana.
c) Lampu cell di dalam drawer/rak di mana botol yang akan

dikeluarkan juga terlihat menyala.

d) Keluarkan botolnya.

e) Scan barcode botol bila tidak muncul nomernya pada kolom

scan barcode botol.

f) Keluarkan botol lain bila ada.

g) Tekan tombol “simpan data”.

6) Cara menonaktifkan instrument

Pastikan di dalam alat BacT/Alert 3D 60 sudah tidak ada botol

yang diinkubasi.

a) Tekan tombol “Esc” pada keyboard.

b) Tekan YES.

c) Tunggu program bekerja hingga muncul C prompt (C:/>)

dilayar monitor.

d) Tekan tombol Power Switch Off di belakang alat.

Matikan tombol dan printer.

7) Pemeliharaan Alat

a) Lakukan pemeliharaan alat harian, mingguan, bulanan (lihat

buku perawatan dan pemecahan masalah BD Bact/Alert 3D)

Harian : Catat suhu pada layar LCD dan vial QC alat

Bact/Alert 3D. pastikan suhu adalah 35°C  1,5°C. bila tidak

memenuhi standar, lihat perintah pada Pemecahan Masalah

di Buku Perawatan dan Pemecahan Masalah.


b) Mingguan : Cuci dan bersihkan kedua filter udara dikedua

sisi alat dengan air bersih, kemudian keringkan. Jika

lingkungan berdebu, periksa saringan lebih sering. Saringan

ini harus selalu bersih dan tidak tersumbat; terhambatnya

aliran udara bisa mengakibatkan vial mencapai suhu yang

berlebihan, yang bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan

organisme. Bagian luar dibersihkan dengan kain halus dan

bersih.

c) Bulanan : Bersihkan jendela barcode, permukaan display,

pintu bagian dalam dengan kain lembut, bebas lemak, bersih

dan kering, lalu dilap dengan kain halus dan kering.

d) Bila ada kerusakan, segera panggil teknisi.

8) Kewaspadaan keselamatan

a) Semua materi yang digunakan diperlakukan sebagai bahan

potensial infeksius.

b) Melaksanakan semua prosedur kewaspadaan standar dalam

menangani semua sampel dan reagen laboratorium.

c) Melaksanakan prosedur penenganan limbah RS terhadap

semua bahan bekas pemeriksaan.


20. VITEC 2 COMPACT

a. Prinsip

Vitec 2 compact adalah instrument otomatis untuk identifikasi

bakteri serta tes sensivitas antibiotik. Instrumen Vitek 2 compact 30

memiliki kapasitas 30 tes masing – masing 30 tes untuk identifikasi

danh atau sensitivitas antibiotik dalam satu waktu.

b. Metode

Kolorimetri Dan Turbidimetri

c. Sampel

Suspensi kuman dari campuran koloni kuman murni yang akan di

identikasi dalam larutan NaCI 0,45 % Ph 5,6 sebanyak 3 mL yang

setara dengan Mc Farland 0,5 – 0,63 McF. Suspensi kuman harus

cepat di gunakan setelah reparasi.

d. Reagen

1) NaCL 0,45

2) Kartu Vitec

3) AST N 93

4) AST GP 67

5) GP

6) AST ST 01

Reagen dalam kit tertutup stabil pada suhu 2 – 8 C sampai

tanggal kadaluarsa.
b. Persiapan alat

1) Nyalakan sistem vitec2 compact dengan urutan :

a) Power conditoiner

b) UPS

c) Instrumen Vitek 2 compact

d) Komputer

2) Masukkan username dan password ( contoh :

labtach/labtach)

3) Selama beberapa menit awal instrument dinyalakan akan

berada pada status WARMING.Tunggu instrumen hingga

menunjukkan status : OK

c. Persiapan sample

1) Gunakan isolate bakteri yang muda dan koloni murni

2) Siapkan masing – masing 2 tabung untuk setiap isolate

3) Setiap tabung diisi dengan 3 ml Larutan NaCL 0,45 % Ph 5,0

4) Ambil koloni bakteri, buat suspensi larutan NaCl, kemudian

dihomogenisasi .

5) Ukur kekeruhan inokulum dengan menggunakan alat

6) Densicheck dengan cara :

a) Tabung inokulum yang akan di ukur di bersihkan terlebih

dahulu bagian luarnya dengan tissue .

b) Masukkan tabung ke lubang pengukuran pada

densicheck, putar 360 ° selama 2 detik .


c) Angka hasil pengukuran akan muncul dalam satuan Mc

Farland. Bakteri Gram negatif dan Positif = 0,51 – 0,63

Mc F,

d) Jika kekeruhan kurang maka tambahkan koloni bakteri

e) Jika kekeruhan berlebih, makan ambil sejumlah volume

inokulum dan encerkan dengan menambahkan larutan

NaCL.

7) Untuk sensitivitas antibiotik ambil 145 µl untuk bakteri

8) Gram negatif / 280 µl bakteri Gram positif dari tabung

9) Inokulum pertama ke tabung ke dua dengan

10) Menggunakan mikro pipet dan tip steril .

11) Susun tabung pertama untuk identifikasi kemudian

12) Tabung ke 2 untuk test sensitivitas antibiotik pada kaset.

13) Letakkan kartun vitec 2 , sesuai dengan urutan untuk

14) Identifikasi dan atau sensitivitas antibiotik .

Kartu vitec untuk identifikasi berpipa warna BIRU


Kartu vitec untuk test sensitivitas antibiotik berpipa warna ABU-ABU
d. Memasukkan data

1) Buka software vitek 2 pada monitor dengan meng ”klik” 2 kali

pada gambar vitek 2 software

2) Masukkan username dan passsword (Labtach)

3) Pilih gambar orang+

4) Lengakapi data yang harus diisi antara lain:

a) Patient ID
b) Nama pasien

c) Lab ID = No lab mikrobiologi

d) Tipe sample, contoh : Darah, Sputum, Pus, dll

e) Tekan OK

e. Memasukkan informasi cassete

1) Pilih gambar : Cassete

2) Jika mengerjakan dengan MAINTAIN VIRTUAL CASSETTE :

a) Klik gambar “Cassette” di pojok kiri atas

b) Klik gambar “Cassette & Bintang”

c) Letakkan cursor monitor pada cassette ID, masukkan no

cassette yang dipakai

d) dengan cara menscan atau memilih dari pilihan no cassette

yang ada

e) Letakkan cursor monitor pada kolom barcode, scan setiap

kartu maka informasi tentang kartu tersebut akan muncul

f) Hubungkan kartu identifikasi dan sensitifitas antibiotic dari

isolate yang sama dengan cara memblok 2 baris data kartu

kemudian klik “tanda buku dan pensil”

g) Lengkapi data seperti : Lab ID = Lab ID yang dimasukkan di

data pasien.

h) Akan muncul nama pasien dan nomor pasien yang memiliki

Lab ID tersebut.

i) Ulangi untuk isolate-isolate yang lain


j) Jika selesai jangan lupa tekan gambar “disket” untuk

menyimpan

Pemasukkan ke ruang pengisian :

a) Masukkan cassette ke ruang pengisian

b) Tekan “START FILL”

c) Pengisian akan memerlukan waktu beberapa menit

d) Jika selesai, maka alarm berbunyi, tanda indicator akan

berkedip-kedip dan cassette harus segera dipindahkan ke

incubator

Pemasukkan ke Incubator :

a) Masukkan segera cassette ke ruang incubator

b) Proses yang akan dilalui antara lain :

c) Pembacaan barcode (barcode reading)

d) Pemotongan pipa (sealing)

e) Pemasukkan incubator (loading card)

f) Jika selesai, maka alarm berbunyi, tanda indicator akan

berkedip-kedip dan cassette harus segera dikeluarkan

g) Proses incubator akan berlangsung beberapa jam dan hasil

akan tercetak secara otomatis


21. Kultur Darah

a. Pengertian

Prosedur tetap penggunaan BACT/ALERT 3D 120

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam

menggunakan BACT/ALERT 3D 120

c. Prinsip

Darah dimasukkan ke dalam media BacT/Alert PF atau media

BacT/Alert FA (BacT/Alert Biomerieux) yang mengandung

charcoal, yang berfungsi untuk mengikat antibiotik, sehingga

efek antibiotik dapat dinetralisasi dan memungkinkan

tumbuhnya mikroba. Media BacT/Alert diinkubasi pada suhu

+/- 37 C suasana aerob selama 1–4 hari di dalam alat

BacT/Alert 3D 120. Adanya pertumbuhan kuman dalam

sampel akan ditampilkan secara visual pada monitor alat dan

ditandai dengan bunyi ”beep”, kemudian dilakukan

penanaman pada media MC, BAP, dan dilanjutkan dengan tes

identifikasi lainnya, yang bertujuan untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi adanya bakteri aerob penyebab bakterimia,

beserta uji kepekaan terhadap antibiotika. Tidak adanya

pertumbuhan mikroorganisme pada botol dalam waktu

tertentu (5 hari) akan diindikasikan sebagai hasil negatip.


d. Metode

Kolorimetri dan Turbidimetri

e. Sampel

1) Whole blood

2) 0,5 - 4 mL (dalam media BacT/Alert PF )

3) 5 - 10 ml (dalam media BacT/Alert FA)

Stabilitas : Maksimal 12 jam pada suhu kamar (25–27 C)

f. Reagen

1) NaCL 0,45 %

2) Kartu Vitec :

a) AST GN 93

b) GN

c) AST GP 67

d) GP

e) AST ST 01

3) Media BacT/Alert PF atau media BacT/Alert FA (BacT/Alert

Biomerieux)

4) Media MC (MacConkey)

5) MEDIA BAP (Blood Agar Plate)

6) Oil imersi

7) Aquabidest steril

8) Standar DensiCHEK plus Biomeriux (Standar McFarland 0,5).

Penyimpanan :
Semua media dan reagen disimpan pada suhu 2–8 C, kecuali

NaCl 0,45 %, oil imersi, aquabidest steril disimpan pada suhu

kamar (25–27 C).

g. Alat

1) BacT/Alert 3D 60 Biomerieux

2) Ose

3) Pinset

4) Lampu Spirtus (Bunsen)

5) Inkubator 37 C

6) Obyek Glass

7) Mikroskop

8) Pipet 100-1000 mL

9) Rak pengecatan

10) Pipet pasteur

11) Tabung kaca 5 mL steril

12) DensiCHEK plus Biomerieux

h. Prosedur

1) Hari ke-1

Masukkan media BacT/Alert PF atau media BacT/Alert FA yang

sudah terisi sampel ke dalam alat BacT/Alert 3D 60 untuk

diinkubasi selama 1-5 hari. Adanya pertumbuhan kuman dalam

sampel ditampilkan secara visual pada monitor alat dan

ditandai dengan bunyi ”beep”.


2) Hari ke-2 dan 3

a) Sampel yang positip dari alat BacT/Alert 3D 60, diambil

menggunakan spuit steril +/- 1 mL, diteteskan 1-2 tetes pada

media MC dan BAP, selanjutnya di strike dengan ose yang

sudah disteril dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 18-24

jam.

b) Sampel yang negatip pada hari ke 2, tetap diinkubasi dalam

alat BacT/Alert 3D 60 dan terus dievaluasi sampai hari ke 5,

jika tetap negatip maka tes identifikasi tidak dilanjutkan.

c) Apabila pada hari ke 2 sampai hari ke 5 alat BacT/Alert 3D

60 menunjukkan sinyal positip, maka pemeriksaan

dilanjutkan sesuai prosedur sampel positip.

d) Mengevaluasi hasil penanaman pada media MC dan BAP.

e) Jika tidak terdapat pertumbuhan koloni kuman, tes

identifikasi tidak dilanjutkan.

f) Jika terdapat pertumbuhan koloni kuman, dilakukan

pengecatan Gram sesuai dengan instruksi kerja No. P.05-IK-

02E-005.

g) Hasil pengecatan Gram :

a) Batang Gram Negatif


Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi GN dan resistensi

AST-GN 93

b) Coccus Gram Positip

Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi GP dan resistensi

AST-GP 67

c) Streptococcus

Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi ST 01

i. Interpretasi hasil

1) Jika tidak terdapat pertumbuhan kuman maka dilaporkan :

Tidak terdapat pertumbuhan kuman.

2) Jika terdapat pertumbuhan kuman maka dilaporkan : Jenis

kuman sesuai hasil identifikasi vitec 2 compact. Hasil uji

kepekaan antibiotika dilaporkan Sensitip, Intermediate, dan

Resisten terhadap antibiotika.

22. Kultur Sputum

a. Prinsip

Sampel diinokulasi pada media MC dan BAP kemudian

dilanjutkan dengan tes identifikasi lainnya, yang bertujuan

untuk mengisolasi dan mengidentifikasi lebih lanjut adanya

bakteri aerob di dalam sampel, beserta uji kepekaan terhadap

antibiotika.

b. Metode
Kolorimetri dan Turbidimetri

c. Sampel

1) Sputum dalam wadah steril (Volume minimal 1 mL)

Stabilitas :

Kurang dari 1 jam pada suhu kamar (25–27 C)

Maksimal 3 hari pada suhu 2–8 C

d. Reagen

1) NaCL 0,45 %

2) Kartu Vitec

a) AST GN 93

b)GN

c) AST GP 67

d) GP

e)AST ST 01

3) Media BacT/Alert PF atau media BacT/Alert FA (BacT/Alert

Biomerieux)

4) Media MC (MacConkey)

5) MEDIA BAP (Blood Agar Plate)

6) Oil imersi

7) Aquabidest steril

8) Standar DensiCHEK plus Biomeriux (Standar McFarland

0,5).

Penyimpanan :
Semua media dan reagen disimpan pada suhu 2–8

C,kecuali NaCl 0,45 %, oil imersi, aquabidest steril

disimpan pada suhu kamar (25–27 C).

e. Prosedur

1) Hari ke-1

Sampel diinokulasi dengan ose yang sudah disteril pada

media MC dan BAP dan diinkubasi pada suhu 37 C selama

18-24 jam.

2) Hari ke-2 dan 3

a) Mengevaluasi hasil penanaman pada media MC dan BAP.

b) Jika tidak terdapat pertumbuhan koloni kuman, dilanjutkan

inkubasi selama 24 jam.

c) Jika masih tetap tidak terdapat pertumbuhan koloni

kuman, inokulasikan sampel pada media BHI.

d) Jika terdapat pertumbuhan koloni kuman, dilakukan

pengecatan Gram sesuai dengan instruksi kerja No. P.05-

IK-02E-005

e) Jika pada media BHI terdapat pertumbuhan kuman

dilanjutkan inokulasi pada media MC dan BAP

f) Jika terdapat pertumbuhan koloni kuman, dilakukan

pengecatan Gram sesuai dengan instruksi kerja No. P.05-

IK-02E-005.
g) Hasil pengecatan Gram :

1. Batang Gram Negatif

Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi GN dan

resistensi AST-GN 93

2. Coccus Gram Positip

Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi GP dan

resistensi AST-GP

3. Gram positip Streptococcus

Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi GP dan

resistensi ST-01

f. Interpretasi hasil

1) Jika tidak terdapat pertumbuhan kuman maka dilaporkan :

Tidak terdapat pertumbuhan kuman.

2) Jika terdapat pertumbuhan kuman maka dilaporkan : Jenis

kuman sesuai hasil identifikasi vitec 2 compact. Hasil uji

kepekaan antibiotika dilaporkan Sensitip, Intermediate, dan

Resisten terhadap antibiotika.

23. Kultur Feses

a. Prinsip

Sampel Faeces langsung kita tanam pada media MCA dan

SSA dilanjutkan dengan uji indentifikasi lainnya.Untuk


mengisolasi dan mengidentifikasi adanya bakteri dalam sampel

Faeces tersebut, beserta uji kepekaan terhadap antibiotika.

b. Metode

Kolorimetri dan Turbidimetri

c. Sampel

1) Feses dalam tabung steril (minimal feses sebesar biji

kacang)

Stabilitas : Kurang dari 2 jam

d. Reagen

1) NaCL 0,45 %

2) Kartu Vitec :

a) AST GN 93

b) GN

c) AST GP 67

d) GP

e) AST ST 01

3) Media BacT/Alert PF atau media BacT/Alert FA (BacT/Alert

Biomerieux)

4) Media MC (MacConkey)

5) MEDIA BAP (Blood Agar Plate)

6) Oil imersi

7) Aquabidest steril
8) Standar DensiCHEK plus Biomeriux (Standar McFarland

0,5).

Penyimpanan : simpan Suhu 4 - 8C kecuali Aquadest dan

NaCl pada suhu kamar( 25 - 37C)

e. Prosedur

a. Hari ke-1

Sampel diinokulasi dengan ose yang sudah disteril pada

media MC dan SSA dan diinkubasi pada suhu 37 C selama

18-24 jam.

b. Hari ke-2 dan 3

1) Mengevaluasi hasil penanaman pada media MC dan SSA.

2) Jika terdapat pertumbuhan koloni kuman, dilakukan

pengecatan Gram

3) Hasil pengecatan Gram :

a) Batang Gram Negatip

Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi GN dan

resistensi AST-GN 93

b) Gram Positip

Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi GP dan

resistensi AST-GP 67

c) Gram positip Streptococcus dilanjutkan ke Kaset

identifikasi GP dan resistensi ST-01


f. Interpretasi hasil

1) Jika tidak terdapat pertumbuhan kuman maka dilaporkan :

Tidak terdapat pertumbuhan kuman.

2) Jika terdapat pertumbuhan kuman maka dilaporkan : Jenis

kuman sesuai hasil identifikasi vitec 2 compact. Hasil uji

kepekaan antibiotika dilaporkan Sensitip, Intermediate, dan

Resisten terhadap antibiotika.

24. Kultur Dengan Sampel : Sekret Vagina, Urethra, Usap Mata,

Tenggorok, Hidung, Telinga, Usap Pus/Luka (Ulkus)

a. Prinsip

Sampel diinokulasi pada media MC dan BAP kemudian

dilanjutkan dengan tes identifikasi lainnya, yang bertujuan untuk

mengisolasi dan mengidentifikasi lebih lanjut adanya bakteri

aerob di dalam sampel, beserta uji kepekaan terhadap

antibiotika.

b. Metode

Kolorimetri dan Turbidimetri

c. Sampel

1) Sekret vagina

2) Sekret urethra

3) Usap mata

4) Usap tenggorok
5) Usap hidung

6) Usap/ sekret telinga

7) Usap pus/luka (ulkus)

8) Sampel sekret diambil dengan lidi kapas steril dan

dimasukkan ke dalam media transport.

Jumlah : Minimal 1 media transport

Stabilitas :

Tanpa media transport sampel harus segera diinokulasikan.

Dengan media transport sampel stabil 1 hari pada suhu kamar

(25–27 C).

d. Reagen

1) NaCL 0,45 %

2) Kartu Vitec :

a) AST GN 93

b) GN

c) AST GP 67

d) GP

e) AST ST 01

3) Media BacT/Alert PF atau media BacT/Alert FA (BacT/Alert

Biomerieux)

4) Media MC (MacConkey)

5) MEDIA BAP (Blood Agar Plate)


6) Oil imersi

7) Aquabidest steril

8) Standar DensiCHEK plus Biomeriux (Standar McFarland

0,5).

Penyimpanan :

Semua media dan reagen disimpan pada suhu 2–8 C,kecuali

NaCl 0,45 %, oil imersi, aquabidest steril disimpan pada suhu

kamar (25–27 C).

e. Prosedur

a. Hari ke-1

Sampel di dalam media transport dioleskan pada media MC

dan BAP dengan lidi kapas dalam media transport tersebut,

kemudian diinokulasi dengan ose yang sudah disteril, dan

diinkubasi pada suhu 37 C selama 18-24 jam.

b. Hari ke-2 dan 3

1) Mengevaluasi hasil penanaman pada media MC dan

BAP.

2) Jika tidak terdapat pertumbuhan koloni kuman,

dilanjutkan inkubasi selama 24 jam

3) Jika masih tetap tidak terdapat pertumbuhan koloni

kuman, inokulasikan sampel pada media BHI.

4) Jika pada media BHI terdapat pertumbuhan kuman

dilanjutkan inokulasi pada media MC dan BAP.


5) Jika terdapat pertumbuhan koloni kuman, dilakukan

pengecatan Gram sesuai dengan instruksi kerja No.

P.05-IK-02E-005.

6) Jika masih tetap tidak terdapat pertumbuhan koloni

kuman, tes identifikasi tidak dilanjutkan.

7) Hasil pengecatan Gram :

a) Batang Gram Negatif

Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi GN dan

resistensi AST-GN 93

b) Coccus Gram Positip

Dilanjutkan ke Vitec Kaset identifikasi GP dan

resistensi AST-GP 67

c) Gram positip Streptococcus

Dilanjutkan ke Kaset identifikasi GP dan resistensi

ST-01

f. Interpretasi hasil

1) Jika tidak terdapat pertumbuhan kuman maka dilaporkan :

Tidak terdapat pertumbuhan kuman.

2) Jika terdapat pertumbuhan kuman maka dilaporkan : Jenis

kuman sesuai hasil identifikasi vitec 2 compact. Hasil uji

kepekaan antibiotika dilaporkan Sensitip, Intermediate, dan

Resisten terhadap antibiotika.


a. Pelayanan Bank Darah

1. Pengadaan Darah Rutin Dari PMI

a. Pengertian

Seluruh darah yang di butuhkan rumah sakit dimuntakan ke

UTD PMI DKI jakarata, sesuai golongan darah yang di

butuhkan dimana darah tersebut sudah dilakukan skrining

pemeriksaan HBsAg, anti HCV dan anti HIV dan VDRL

b. Tujuan

sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

permintaan darah rutin ke UTD PMI DKI Jakarta

c. Prosedur

1) Analis membuat permintaan darah/komponen darah setiap 3

hari atau sesuai kebutuhan dengan terlebih dahulu mengecek

persediaan darah yang ada di bank darah

2) Analis bank darah membuat permintaan darah dengan

mengisi formulir Droping darah dan komponen darah, sesuai

dengan golongan darah dan komponen darah yang di

butuhkan.

3) Analis bank darah menghubungi kurir laboratorium untuk

mengambil darah darah ke UTD PMI DKI Jakarta


4) Analis bank darah mempersiapkan rantai dingin darah dan

memcatat suhu darah yang ada coolbox. Rantai dingin darah

meliputi :

a) Coolbox

b) Thermometer

c) Ice pack dan buku expedisi suhu droping darah.

5) Analis bank darah dan kurir melakukan serah terima formulir

droping darah untuk permintaan darah rutin ke UTD PMI DKI

Jakarta

6) Kurir berangkat ke UTD PMI DKI Jakarta menggunakan

ngkutan mobil dinas /Ambulance

7) Sampai di UTD PMI DKI Jakarta. Kurir melakukan surah

terima formulir droping darah dan menyerahkan coolbox darah

ke petugas UTD PMI DKI Jakarta.

8) Kurir menunggu di ruang tunggu droping darah di UTD PMI

DKI Jakarta

9) Kurir RSUD Pasar minggu dipanggil oleh petugas droping

darah, melalui loket pengambilan darah droping.

10) Kurir mecocokan komponen darah yang di minta oleh Analis

bank darah

11) Kurir mecocokan nomor nomor kantong donor dengan formulir

pemberian darah yang di serahkan oleh petugas UTD PMI

DKI Jakarta. Bila permintaan tidak sesuai petugas kurir RSUD


Pasar Minggu akan mengembalikan darah tersebut, jika

permintaan sesuai kurir akan menyusun kantong kantong

darah.

12) Kurir mencatat suhu darah di buku suhu droping dan meminta

tandatangan petugas UDD PMI DKI Jakarta sebagai bukti

serah terima darah buku expedisi suhu droping darah.

13) Kurir kembali ke RSUD Pasar minggu.

14) Sampai di bank darah RS Pasar minggu, kurir melakukan

surah terima darah dengan Analis bank darah

15) Analis melakukan kebersihan tangan dan menggunakan APD

16) Analis bank darah memeriksa suhu darah pada coolbox

darah, dan mencatat suhu darah di buku expedisi suhu

droping darah

17) Analis memeriksa kantong darah satu persatu dan mecocokan

formulir pemberian darah yang dari UTD PMI DKI Jakarta,

apakah ada perubahan pelasma darah, kantong yang rusak,

bekuan atau perubahan warna dan tanggal kadaluarsa, jika

ada tanda-tanda seperti di atas, Analis bank darah akan

melakukan menelpon petugas UTD PMI DKI Jakarta untuk

mengklarifikasikan. Jika dari semua darah yang di minta tidak

bermasalah Analis bank darah akan mengenti data nomor-

nomor kantong darah di computer


18) Analis bank darah menyusuh kantong-kantong darah di tempat

yang sesuai dengan jenisnya, missal :

a) WB (Whole Blood)

Berisi darah lengkap (suhu simpan 2-6ºC).Kandungan

hemoglobin 28-47 g/unit, hematrokit 38-51%.

b) PC (Packed Red Cell)

Berisi utama darah merah pekat dengan plasma dan

leukosit (suhu simpan 2 – 6ºC).Kandungan hematrokit 70-

80% (suhu simpan 2 – 6ºC).

c) PC Leukodepleted

Berisi darah merah pekat dengan sedikit leukosit (suhu

simpan 2 – 6ºC). Kandungan hematrokit 50-60%, leukosit

<1,2x1011/µL.

d) WE (Washed Erythrocyte)

Berisi sel darah merah. Kandungan hematrokit 50-60%

(suhu simpan 2 – 6ºC).

e) TC (Thrombocyte Concentrate)

Berisi trombosit pekat.Kandungan trombosit 3-5 x 1010/ µL

(suhu simpan 20-24ºC).

f) TC Aferasis

Berisi trombosit pekat (suhu simpan 20-24ºC).Kandungan

trombosit 3x1011/ µL.


g) Cryoprecipitate AHF (Anti Hemofilik Faktor)

Berisi factor VIII, XIII, Von willebrond dan fibrinogen pekat

(suhu simpan kurang dari -30ºC). Kandungan 70 IU/unit

FVIII dan >140 mg/unit Fibrinogen.

h) FFP (Fresh Frozen Plasma)

Berisi faktor pembekuan labil. Kandungan Faktor VIII >0,7

IU/Ml (suhu simpan kurang dari -30ºC).

19) Analis bank darah menyusun kantong-kantong darah sesuai

dengan goloongan darahnya masing-mising dan melihat

tanggal kadaluarsa, makin dekat tanggal kadaluarsa makin

dekat dengan pintu (first in fist out).

20) Analis bank darah menyimpan formulir pemberian darah dari

UTD PMI DKI Jakarta sebagai bukti untuk pembayaran yang

akan direkap setiap bulannya.

21) Analis bank darah melepaskan APD dan melakukan

kebersihan tangan.

2. Pengadaan Darah Darurat

a. Pengertian

Pengadaan darah darurat adalah pengadaan darah ketika PMI tidak

dapat memenuhi persediaan rutin karena sesuatu keadaan yang sulit

(missal pada kecelakaan atau bencana alam)

b. Tujuan
sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pengadaan darah darurat

c. Prosedur

1) Donor yang dikirim ke PMI

2) Analis bank darah informasikan setiap bagian keperawatan bahwa

untuk setiap permintaan darah di sertakan keluarga pasien untuk

donor darah, memgingat kondisi darah yang mulai sedikit/koskng

di bank darah RSUD Pasar minggu dan di UTD PMI DKI.

3) Perawat infirmasikan pada keluarga pasien untuk persiapan donor

keluarga

4) Analis bank darah informasikan kembali keperawat, bahwa

keluarga pasien yang akan donor untuk ambil formulir pengiriman

donor langsung/ pengganti ke bank darah sebagai bukti surat

pengantar donor.

5) Perawat informasikan kekeluarga pasien, untuk ambil formulir

pengiriman donor langsung / pengganti di bank darah.

6) Keluarga pasie ke bank darah untuk mengambil formulir

pengiriman donor langsung/ leluarga.

7) Analis bank darah isi formulir pengiriman donor langsung/

pengganti ke UTD PMI DKI dengan tulis identitas pasien,

golongan darah,jenis permintaan yang di perlukan, nama jelas dan

tanda tangan analis bank darah


8) Analis bank darah berikan penjelasan proses donor langsung ke

keluarga pasien, bahwa donor diambil di UTD PMI DKI dan proses

pemeriksaan setelah pengambilan danor k, urang lebih 24 jam,

bila ada kelainan dalam proses pemeriksaan ≥ 24 jam.

9) Analis bank darah berikan formulir pengiriman donor langsung/

pengganti keluarga pasien yang di rujuk untuk UTD PMI DKI.

10) Keluarga pasien donor langsung/ pengganti pergi ke UTD PMI DKI

untuk di lakukan pengambilan darah donor.

11) Keluarga pasien dari petugas UTD PMI DKI lakukan surah terima

formulir pengiriman donor langsung/ pengganti

12) Petugas UTD PMI DKI lakukan proses donor darah sesuai dengan

(SPO UTD PMI DKI )

13) Setelah proses donor langsung/ pengganti,petugas UTD PMI DKI

serahkan kartu bukti donor langsung/pengganti ke pendonor/

keluarga pasien.

14) Keluarga pasien kembali ke bank darah RSUD Pasar Minggu dan

melakukan serah terima formulir tanda bukti donor ke petugas bukti

darah.

15) (setelah proses donor ± 24 jam) analis bank darah menghubungi

UTD PMI DKI untuk tanyakan kapan darah donor langsung/

pengganti dapat di ambil.

16) Petugas UTD PMI DKI informasikan bahwa darah donor langsung

dan pengganti sudah dapat di ambil di UTD PMI DKI.


17) Analis bank darah siapkan rantai dingin darah untuk pengambilan

darah di UTD PMI DKI.

18) Analis bank darah dan kurir lakukan serah terima formulir bukti

donor untuk pengambilan darah di UTD PMI DKI.

19) Kurir berangkat ke UTD PMI DKI gunakan jasa angkutan mobil

dinas/ambulance

20) Analis bank darah lakukan kebersihan tangan dan menggunakan

APD.

21) Setelah sampai di bank darah RSUD pasar minggu, analis bank

darah cocokan nomor kantong darah di formulir bukti pemberian

darah golongan darah, nama pasien pada lebel darah dan

masukan nomor kantong darah di computer.

22) Analis bank darah lakukan crossmatch.

23) Analis bank darah laporkan hasil crossmatch keperawat

24) Analis lepaskan APD dan lakukan kebersihan tangan.

d. Unit yang terkait

Intalasi rawat inap

Intalasi critical care

Instalasi gawat darurat

Kamar operasi

PMI

Kurir
3. Permintaan Darah/ Komponen Darah Ke UTD PMI DKI Jakarta

Diluar Jadwal Rutin

a. Pengertian

Permintaan darah pada ke adaan dimana persediaan darah di bank

darah RSUD pasar minggu habis atau permintaan washed eritrosit

yang masa kadaluarsa sangat pendek (± 4 jam) dan lain-lain yang

dapat terjadi sewaktu-waktu.

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

permintaan darah ke PMI diluar jadwal rutin

c. Prosedur

1) Permintaan Darah Rutin Diluar Jam Kerja.

a) Analis bank darah cek persediaan darah di bank darah

b) Persediaan darah yang ada di bank darah tidak cukup untuk

persediaaan jumlah darah .

c) Analis bank darah buat permintaan darah dengan isi formulir

dropping darah dan komponen darah.

d) Analis bank darah hubungi kurir untuk pergi ke UTD PMI DKI.
e) Analis bank darah buat surat permintaan angkutan mobil dinas

ke supervisor untuk antar kuriri ke UTD PMI DKI.

f) Analis bank darah dan kurir lakukan terima formulir drppping

darah untuk permintaan darah rutin diluar jam kerja dan surat

permintaan angkutan mobil dinaske UTD PMI DKI.

g) Analis bank darah persiapkan rantai dingin darah dan catat

suhu cool box di buku suhu dropping darah.

h) Kurir berangkat ke UTD PMI DKI gunakan angkutan mobil

dinas RSUD Pasar minggu.

2) Permintaan Darah Cuci / WE (Wash Erytrocite)

a) Analis bank darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan

APD

b) Analis bank darah cocockan identitas pasien pada formulir

permintaan darah dan sampel darah pasien yaitu nama pasien

tanggal lahir dan no.rekam medis.

c) Analis bank darah informasikan ke perawatan, bahwa untuk

permintaan darah cuci / WE dilakukan UTD PMI DKI

d) Analis bank darah catat dibuku permintaan darah

e) Analis bank darah tulis permintaan darah di buku expedisi

permintaan darah ke UTD PMI DKI.

f) Analis bank darah siapkan sampel darah pasien yang sudah

diberi identitas pasien dan formulir permintaan darah yang


sudah diisi lengkap identitas pasien dan jelas permintaan darah

cuci/ wash Eritrosit.

g) Analis bank darahhubungi kurir untuk pergi ke UTD PMI DKI.

h) Analis bank darah buat surat angkutan mobil dinas supervisor

untuk antar kurir ke UTD PMI DKI

i) Analis bank darah siapkan rantai dingin darah.

j) Analis bank darah dan kurir lakukan serah terima surat

permintaan angkutan mobil dinas, formulir permintaan darah

cuci dan sample darah pasien.

k) Analis lepaskan APD dan lakukan kebersihan tangan.

l) Sebelum berangkat ke UTD PMI DKI , kurir serahakn formulir

permintaan mobil dinas ke superviser

m) Kurir berangkat ke UTD PMI DKI gunakan angkutan mobil

dinas/ambulance

n) Kurir dan petugas UTD PMI DKI lakukan serah terima sample

darah pasien dan formulir permintaan darah cuci,

o) Petugas UTD PMI DKI cocokan identias yang ada di sampel

darah pasien dengan identitas yang ada di formulir permintaan

darah.

p) Petugas UTD PMI DKI berikan surat tanda terima kurir

q) Kurir kembali ke bank darah RSUD pasar minggu gunakan

ambulam mobil dinas / ambulance


r) Sampai di bank darah RSUD pasar minggu, kurir dan analis

bank darah lakukan serah terima surat tanda terima yang

diberikan oleh UTD PMI DKI untuk bank darah RS pasar

minggu, surat tersebut sebagai bukti untuk pengambilan darah

yang dalam proses pemeriksaan di UTD PMI DKI. Surat tanda

terma di simpan di buku permintaan darah / komponen ke UDD

PMI DKI.

s) Analis bank darah dan tugas UTD PMI DKI saling

berkomunikasi untuk pengambilan permintaan darah ash

Eritrosit / darah cuci.

t) nalis bank darah kurir lakukan serah terima, surat tanda terima

dari UTD PMI DKI

d. Unit terkait

Instalasi rawat inap

Analis bank darah

Instalasi gawat darurat

Kamar operasi

PMI

Kurir

3) Permintaan Darah Incompetible Dan Penentuan Golongan Darah

a. Pengertian
Ditemukan kesulitan/ atau ketidak cocokan (incompatible) dalam

pemeriksaan crossmatch antara darah pasien dan darah donor. Dan

kesulitan dalam membaca golongan darah. Antara golongan darah

donor/ pasien

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan

permintaan darah incompatible dan penentuan golongan

darah.Kebijakan: keputusan direktur rumah sakit Umum Daerah

Pasar Minggu nomor : 1071 tahun 2015 Tentang kebijakan

pelayanan instalasi laboratorium di Rumah Sakit Umum Daerah

Pasar Minggu

c. Prosedur

1) Analis bank darah lakukan pemeriksaan crossmatch darah pasien

dan darah donor.

2) Analis bank darah ketidak cocokan antara darah pasien dan

donor atau kesulitan dalam pembacaan golngan darah.

3) Analis bank darah informasikan ke ruangan perawatan bahwa di

temukan ketidak cocokan dalam pemeriksaan crossmatch

(incompatible) atau kesulitan dalam pembacaan golongan darah

4) Analis bank darah informasikan ke perawatan untuk kirim sampel

baru pasien untuk diperiksa ulang, yaitu : dewasa ± 3ml dengan


antikoagulan ± 5 ml darah beku, untuk baby dan anak-anak :± 2ml

darah dengan anti koagulan, ±3 ml darah beku.

5) Contoh darah dalam tabung EDTA dan beku serta di tutup rapat.

Sampel darah di beri nama pasien, dan nomor rekam medis.

6) Analis bank darah dan perawat serah terima formulir

pemberitahuan crossmatch incompatible dan kesulitan

pembacaan golongan darah.

7) Perawat dan analis bank darah melakukan serah terima sampel

darah yang sudah di lengkapi identitas pasien sesuai dengan

identitas diformulir permintaan darah.

8) Analis bank darah mencocokan kembali identita pasien

9) Analis bank darah masukan identitas pasien dibuku permintaan

darah

10) Analis bank darah cek ulang crossmatch dengan sampel baru,

jika hasil crossmatch compatible, darah dapat dikeluarkan

(penyebab kemungkinan darah terkontaminasi , lipemik atau

bekuan ) jika hasil crosmatch incompatible darah akan dikrim ke

UTD PMI DKI

11) Analis bank darah laporkan hasil crossmatch incompatible ke

perawat dan akan informasikan ke DPJP

12) Analis bank darah informasika ke perawat, bahwa darah pasien

tersebut tidak dapat di keluarkan dari bank darah , dan darah

tersebut akan di kirim ke UTD PMI DKI untuk di lakukan skrining


antibody.Analis bank darah isi formulir rujukan ke UTD PMI DKI

dengan isi identitas pasien, nomor kantong incompatible dan

golongan darah pasien dan golongan darah donor

13) Analis bank darah dan kurir lakukan serah terima untuk pengiriman

sampel darah pasien, beserta formulir permintaan darah dan

formulir pemberitahuan cross incompatible dan kesulitan

pembacaan golongan darah ke UTD PMI DKI. Pengiriman darah

berujuk pada SPO pengadaan darah rutin.

14) Kurir berangat ke UTD PMI DKI gunakan jasa angkutan mobil

dinas/ ambulance

15) Kurir dan petugas UTD PMI DKI lakukan serah terima sampel

darah pasien dan formulir permintaan darah juga formulir

pemberitahuan cross incompatible

16) Petugas UTD PMI DKI dan kurir lakukan serah terima surat tanda

terima

17) Kurir kembali ke bank darah RSUD pasar minggu, gunakan jasa

angkutan mobil dinas/ ambulance

18) Sampai di bank darah RSUD pasar minggu, kurir dan analis bank

darah, melakukan serah terima surat tanda terima

19) Analis bank darah omformasikan ruangan perawat bahwa darah

dalam proses pemeriksaan skrining antibody di UTD PMI DKI

20) Analis bank darah dan tugas UTD PMI DKI saling beri infirmasi ,

untuk mengambil surat pemeriksaan incompatible


21) Petugas UTD PMI DKI informasikan ke analis bank darah bahwa

surat pemeriksaan incopatible sudah dapat di ambil

22) Analis bank darah dan kurir lakukan serah terima untuk

pengambilan surat pemeriksaan incompatible di UTD PMI DKI

23) Kurir pergi ke UTD PMI DKI gunakan jasa angkutan mobil dinas /

ambulance

24) Kurir dan petugas UTD PMI DKI lakukan serah terima surat

pemeriksaan incompatible

25) Kurir kembali ke bank darah RSUD pasar minggu gunakan ajsa

mobil dinas/ ambulance

26) Kurir dan analis bank darah lakukan srah terima surat pemeriksaan

incompatible

27) Analis bank darah copy surat incompatible yang di teruskan

keperawatan.

28) Hasil pemeriksaan lajutan diketahui oleh dokter DPJP, dan untuk

pengambilan darahnya diperlukan surat persetujuan darah

incompatible dari DPJP, dan surat persetujuan tersebut dikirm ke

UTD PMI DKI melalu kurir bank darah, jika DPJP setuju darh akan

di ambil ke UTD PMI DKI, jika DPJP tidak menyetujui, pemeriksan

cukup sampai di sini

29) Perawat dan kurir lakukan serah terima surat persetujuan dari

DPJP untuk bank darah


30) Kurir dan analis bank darah lakukan serah terima surat persetujuan

darah incompatible dari DPJP

31) Kurir ke UTD PMI DKI untuk ambil darah incompatible yang di

lengkapi dengan surat tanda terima pengambilan darah merujuk

pada SPO pengambilan darah ke UTD PMI DKI

32) Kurir ke UTD PMI DKI gunakan jasa angkutan mobil dinas/

ambulance

33) Kurir dan analis bank darah RSUD pasar minggu gunakan

angkutan jasa mobil dinas /ambulance

34) Kurir dan analis bank darah lakukan serah terima darah

35) Kurir dan analis bank darah terima darah incompatible dari UTD

PMI DKI, dan cocokan identitas pasien, no kantong darah, label

darah, suhu darah dan formulir bukti pemberian darah, dan

mengantri no kantong darah incomepetible di computer.

36) Analis bank darah informasikan keperawat bahwa darah pasien

yang incompatible sudah dapat di transfusikan

37) Pasien yang pernah dapat surat pemeriksaan incompatible dari

UTD PMI DKI, dan surat persetujuan darah incompatible yang di

tanda tangani oleh DPJP, setiap kali membutuhkan darah, harus

menyerahkan fotocopy surat pemeriksan incompatible

38) Analis lepaskan APD dan lakukan kebersihan tangan.

39) Pastikan surat pemeriksaan incompatible disimpan dalam berkas

rekam medis pasien


d. Unit terkait

Instalasi rawat inap

Instalasi critical care

Kamar operasi

Kurir

4. Permintaan Komponen Darah Berseri

a. Pengertian

Pemberian darah/ komponen darah yang direncanakan memenuhi

kebutuhan maksimal 3 hari

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

permintaan komponen / darah berseri

c. Prosedur

1) Analis bank darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD

2) Analis bank darah klarifikasi ke perawat ruangan sebelum

permintaan darah/komponen darah berseri diproses

3) Analis bank darah catat perberi infirmasi, jam dan tanggal, nama

perawat

4) Analis bank darah cek hasil laboratorium terkhir pasien terakhir

datang untuk data pendukung

5) Analis bank darah catat dibuku expedisi permintaan darah ke PMI


6) Analis bank darah proses permintaan darah tersebut pada tanggal

yang di perlukan setelah klarifikasi

7) Analis bank darah dan kurir lakukan serah terima untuk kirim

sampel pasien dan formulir ke UTD PMI DKI

8) Kurir kirim permintaan darah komponen / darah berseri UTD PMI

DKI gunakan jasa angkutan mobil dinas/ambulance

9) Petugas UTD PMI DKI dan kurir lakukan serah terima permintaan

darah / komponen darah beserta dengan sempel darah

10) Petugas UTD PMI DKI dan kurir lakukan serha terima formulir

tanda terima

11) Kurir kembali ke RSUD Pasar minggu gunakan jasa angkutan mobil

dinas/ambulance

12) Kurir dan analis bank darqh lakukan serah terima formulir tanda

terima dari UTD PMI DKI

13) Analis bank darah informasikan keperawatan untuk pengambilan

permintaan darah / komponen darah berseri.

14) Perawat informasikan kembali ke bank darah RSUD pasar minggu

untuk pengambilan darah / komponen darah .

15) Analis bank darah catat jam, tanggal dan nama perawat di buku

permintaan darah ke UTD PMI DKI.

16) Analis bank darah lakukan serah terima formulir tanda terima untuk

pengambilan darah / komponen darah di UTD PMI DKI .

17) Analis bank darah siapkan rantai dingin darah


18) Kurir berangkayt UTD PMI DKI gunakan jasa angkutan mobil dinas/

ambulance

19) Kurir dan petugas UTD PMI DKI lakukan serah terima formulir

tanda terima dan formulir permintaan darah

20) Kurir cocokan identitas pasien, golongan darah, jenis permintaan

dan no.kantong darah pada formulir permintaan darah darah

formulir bukti pemberian darah, setelah cocok kurir catat dibuku

ekspedisi droping darah dan carat suhu darah dan bawa komponen

darah ke bank darah dengan gunakan jasa angkutan mobil

dinas/ambulance

21) Kurir lakukan serah terima perintaan darah kepada Analis bank

darah.

22) Analis bank darah cocokan identitas pasien. Golongan darah

no,kantong darah jenis permintaan darah, formulir permintaan

darah, formulir bukti pemberian darah dan cek suhu darah,

darah/komponen darah disimpan pada suhu yang sebenarnya.

23) Analis bank darah masukan data pasien dan no,kantong darah ke

computer untuk proses pembayaran.

24) Analis bank darah informasikan keperawatan, bahwa permintaan

darah / komponen darah sudah tersedia di bank darah dan catat

tanggal,jam,nama perawat penerima informasi.


25) Jika permintaan darah tidak di perlukan lagi, perawat informasikan

ke bank darah, bahwa permintaan darah/ komponen darah

berikutnya tidak di perlukan lagi.

26) Analis bank darah informasikan ke UTD PMI DKI untuk proses

pembatalan.

27) Bila permintaan adalah komponen yang ada di bank darah RSUD

Pasar minggu, petugas bank darah dapat siapkan stok untuk hari

berikutnya.

28) Darah/ komponen yang sudah di ambil dari bank darah dan UTD

PMI DKI di kenakan biaya pengolahan.

29) Analis lepaskan APD dan lakukan kebersihan tangan.

d. Unit Terkait

Instalasi rawat inap

Instalasi critical care

Kamar operasi

Kurir

PMI

e. Penerimaan Darah Dan Komponen Darah Dari PMI

a. Pengertian

Mengatur tata cara penerimaan darah dan komponen

b. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

penerimaan darah dan komponen darah dari PMI

c. Prosedur

1) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan

APD.

2) Petugas kurir dan Analis Bank Darah lakukan serah terima

droping darah dari UTD PMI DKI.

3) Analis Bank Darah periksa suhu darah dan catat dibuku expedisi

suhu droping darah, saat darah datang dari UTD PMI DKI.

4) Suhu transportasi :

a) PC, WB : 4-8 ◦C.

b) AHF dan FFP tetap beku pada suhu : -18-30◦C.

c) Plasma dan TC suhu ruangan 20-24◦ C

5) Analis Bank Darah cocokkan darah dan komponen yang diterima

dengan formulir tanda terima darah.

6) Analis Bank Darah periksa kondisi darah.

7) Analis Bank Darah periksa kantong darah satu persatu dan

cocokan di formulir pemberian darah yang dari UTD PMI DKI.

Apakah ada perubahan pada plasma darah, kantong yang rusak,

bekuan atau perubahan warna dan tanggal kadaluarsa. Jika ada

tanda – tanda seperti diatas Analis Bank Darah akan telepon


petugas UTD PMI DKI untuk klarifikasikan. Jika dari semua darah

yang diminta tidak bermasalah Analis Bank Darah mengentri data

nomor kantong darah di komputer.

8) Analis Bank Darah simpan darah donor sesuai dengan jenis

darahnya sesuai prosedur penyimpanan darah.dan disusun

sesuai tanggal kadaluarsanya, makin dekat tanggal

kadaluarsanya makin dekat dimuka pintu.

9) Analis simpan formulir pemberian darah yang dari UTD PMI DKI

DKI di bagian Administrasi Bank Darah untuk repakan tagihan

bulanan.

10) Analis Bank Darah lepaskan APD dan melakukan kebersihan

tangan.

d. Unit terkait

a) Kurir

f. Dentifikasi Kantong Donor Darah/ Komponen Darah Dan Penerima

Transfusi

a. Pengertian

Kantong darah/ komponen darah donor yang berasal dari UTD PMI

DKI yang diberikan kepada pasien yang dirawat di RS Pasar Minggu

harus didokumentasi

b. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah langkah dalam melakukan

Identifikasi kantong darah/komponen dan penerima transfusi.

c. Prosedur

1) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD.

2) Analis Bank Darah identifikasi kantong darah/ komponen darah

3) Analis Bank Darah cocokan dan periksa kondisi darah satu

persatu, setiap darah yang datang dari UTD PMI DKI dengan

formulir tanda terima darah.dan masukan nomor kantong darah

dikomputer.

4) Analis Bank Darah simpan darah dalam refrigerator/ frezzer.

Disusun menurut golongan darahnya dan tanggal kadaluarsanya.

Makin dekat tanggal kadaluarnya makin dekat dengan pintu

refrigerator (first in first out).

5) Analis Bank Darah catat dibuku droping darah, bila darah dipakai,

identitas pemakai dicatat pada kolom identitas pemakai meliputi :

tanggal, jumlah, golongan/ jenis darah dan nama yang ada dalam

kolom buku darah droping.

6) Analis Bank Darah melepaskan APD dan melakukan kebersihan

tanggan.

d. Unit terkait

1) PMI
g. Permintaan Darah Ke Bank Darah Rsud Pasar Minggu Dan

Penyerahan Darah

a. Pengertian

Merupakan langkah-langkah dalam melakukan permintaan darah ke

Bank Darah RSUD Pasar Minggu

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

permintaan darah ke Bank Darah RSUD Pasar Minggu dan

penyerahan darah dari Bank Darah

c. Prosedur

1) Perawat membawa formulir permintaan darah ke Bank Darah

yang telah diisi lengkap dengan ketentuan sebagai berikut :

2) Berkas Permintaan darah harus asli bukan fotocopy.

3) Pada berkas permintaan darah wajib mengisi diagnosis klinis dan

alasan transfusi darah.

4) Jika jenis permintaan darah berupa PRC, WB, PCL, WE, dan FFP

maka hasil Hb pasien harus diisi.

5) Jika Jenis permintaan darahnya berupa TC, TC Polled, TC

Apheresis maka hasil Trombosit pasien harus diisi.

6) Identitas pasien harus sesuai KTP dan Kartu Keluarga.

7) Tanggal pengambilan sampel darah dan tanggal permintaan

darah harus diisi.


8) Tanggal pengambilan sampel darah pasien harus sesuai dengan

tanggal permintaan darah.

9) Nama penerima sampel harus diisi disertai ttd penerima sampel.

10) Nama pemeriksa crossmatch dan pemberi darah harus diisi disertai

dengan ttd.

11) Cap atau Stempel Rumah Sakit harus jelas.

12) Nama Dokter yang meminta harus diisi disertai dengan ttd.

13) Untuk KK harus ada cap dan stempel RT/ RW dan Camat/ Lurah

yang jelas.

14) Jika E-KTP belum jadi bias menggunakan fotocopy resi

pengurusan KTP.

15) Warna tinta pulpen harus sama dalam formulir permintaan darah

mulai dari menulis identitas sampai kolom penyerahan darah.

16) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD.

17) Analis Bank Darah terima permintaan darah dan sampel darah dari

ruang perawatan yang sebelumnya sudah melakukan cek golongan

darah di laboratorium (untuk double cross check sampel darah

pasien) dan cocokkan identitas pasien. Bila isi formulir tidak

lengkap petugas bank darah informasikan keruang perawatan

untuk dilengkapi.

18) Permintaan darah disertai contoh darah EDTA 3 ml, dan pada

tabung sampel contoh darah pasien dan diberi identitas pasien

(Nama, No Rekam medis, dan Ruangan).


19) Analis bank darah periksa kualitas darah, apakah ada (lisis,

bekuan, ikterik, lipemik), jika semuanya memenuhi syarat, petugas

bank darah mengisi formulir tanda terima, yang diserahkan kepada

petugas perawat, tujuannya untuk bukti pengambilan darah.

20) surat tanda diberikan ke perawat ruangan mengunakan aerocom

untuk bukti pengambilan darah.

21) Analis Bank Darah catat dibuku register permintaan darah

22) Analis bank darah lakukan crossmatch darah donor dengan darah

pasien, bila dari hasil pemeriksaan crosmatch Incompatible,

pemeriksaan dilanjutkan ke UTD PMI DKI, dan bila hasil crosmatch

Compatible, darah dapat diberikan. .

23) Bila darah akan diambil, catat pemberi informasi.

24) Darah akan diberikan kepada Perawat/keluarga dengan membawa

surat tanda terima permintaan darah.

25) Analis lepaskan APD dan lakukan kebersihan tangan.

26) Darah yang sudah keluar dari Bank Darah bila disimpan dalam cool

box dapat dikembalikan kurang dari 30 menit dan di kenakan biaya

pengolahan darah sedangkan bila tidak disimpan dalam cool box

akan tetap dikenakan biaya keseluruhan

d. Unit terkait

Instalasi Rawat Inap

Instalasi Critical Care

Kamar Operasi
Instalasi Gawat Darurat

h. Penyerahan Darah Yang Akan Ditransfusikan

a. Pengertian

Menyerahkan darah/ komponen yang aman yang akan ditransfusikan

ke pasien melalui perawat ruangan ke pasien

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan

penyerahan darah yang akan ditransfusikan

c. Prosedur

1) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD.

2) Analis Bank Darah simpan darah/komponen darah ditempat yang

sesuai dengan jenis darahnya.

3) Analis Bank Datah tempelkan stiker di kantong darah yang sudah

dicross, dengan menuliskan nama pasien, golongan darah,

tanggal diperlukan dan lantai dimana pasien dirawat.

4) Analis Bank Darah lapor ke ruang perawatan, bahwa darah sudah

siap untuk di taransfusikan..

5) Analis Bank Darah catat nama perawat yang dihubungi dan catat

jam dan tanggal pelapor.

6) Analis Bank Darah simpan formulir permintaan darah di tempat

yang telah disediakan.(di rak penyimpanan formulir permintaan

darah).
7) Perawat ruangan datag ke bank darah membawa kertas tanda

terima dan cool box

8) Setelah sampai di bank darah perawat serahkan formulir tanda

terima ke Analis Bank Darah.

9) Analis Bank Darah dan Perawat cocokan ulang identitas pasien,

nama pasien, tanggal lahir dan no.rekam medik.

10) Analis Bank Darah tulis diformulir tanda keluar darah.

11) Analis bank darah cocokan no. kantong darah, label darah dan

stiker yg ada di kantong darah,mencatat suhu darah,dan

no.kantong darah di buku expedisi darah keluar dan formulir

permintaan darah.

12) Analis Bank Darah berikan copy formulir permintaan darah (warna

merah muda), formulir tanda keluar,dan label kantong darah, darah

diletakan didalam cool box yang sudah diisi dengan jeli beku dan

thermometer yg menunjukan suhu 2 – 6 C


̊ .

13) Copy formulir permintaan darah berwarna biru, klat kerja dan copy

tanda keluar berwarana merah muda untuk dokument bank darah.

14) Untuk permintaan TC, Darah cuci, darah incompatibel yang diambil

langsung dari UTD PMI DKI juga dilakukan seperti pada langkah –

langkah diatas.

15) Analis lepaskan APD dan lakukan kebersihan tangan.

16) Darah yang sudah keluar dari Bank Darah bil disimpan dalam cool

box suhu 2 – 6 ֯C dapat dikembalikan bila kurang dari 30 menit dan


hanya dikenakan biyaya pengolahan darah, sedangkan bila

dikembalikan lebih dari 30 menit dan tidak didalam cool box akan

dikenakan biaya keseluruhan.

d. Unit terkait

Instalasi Rawat Inap

Instalasi Critical Care

Kamar Operasi

Instalasi Gawat Darurat

i. Pengembalian Darah Yang Tidak Terpakai Dari Ruangan Ke Bank

Darah

a. Pengertian

Pengembalian darah dari ruangan ke Bank Darah RSUD Pasar

Minggu

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pengembalian darah yang tidak terpakai

c. Prosedur

1) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD.

2) Perawat lantai informasikan ke Bank Darah, bahwa ada pasien

yang tidak jadi ditransfusi.


3) Analis Bank Darah informasikan kembali ke perawatan dan

tanyakan alasan darah dikembalikan dan catat tanggal ,jam, nama

perawat/pemberi informasi.

4) Analis Bank Darah persiapkan rantai dingin darah,buku expedisi

pengembalian darah

5) Perawat lantai lakukan serah terima pengembalian darah yang

tidak jadi di transfusi, petugas cocokan Identitas pasien, nomor

kantong darah, suhu kemudian catat darah dibuku expedisi darah

kembali.

6) Analis Bank Darah cek kembali darah yang sudah diambil (keluar)

/ tidak jadi ditransfusi, cocokan kembali Identitas pasien, nomor

kantong darah dan lihat jam berapa darah keluar dari Bank

Darah.dan catat suhu darah setelah sampai di Bank Darah.

7) Analis Bank Darah lihat suhu darah jika suhu darah ± 6-8◦C dan

fisik darah terlihat masih utuh (tidak ada tusukan) dan < dari 30

menit setelah pengambilan, darah bisa disimpan dilemari

penyimpanan sebagai stock darah. Bila > dari 30 menit dari

pengambilan darah dan suhu darah >10◦C, fisik darah masih

terlihat utuh(tidak ada tusukan), darah dimasukan kedalam

kantong infeksius, untuk selanjutnya dibuang di Incenerator dan

tetap dikenakan biaya pengolahan darah.

8) Analis Bank Darah catat dibuku expidisi darah terpakai kembali/

rusak. Mencatat identitas pasien, Nomor kantong darah, golongan


darah, tanggal pembuatan darah dan tanggal kadaluarsa darah,

sebagai bukti darah tidak dapat dipergunakan lagi.

d. Unit terkait

Instalasi Rawat Inap

Instalasi Critical Care

Kamar Operasi

IGD

j. Pembuatan Suspensi Sel (2%, 5%, 10%, 40%,50%)

a. Pengertian

Setiap reaksi antigen dan antibodi diperlukan suspensi sel yang

berbeda agar didapat hasil reaksi yang sempurna

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pembuatan suspensi sel. (2%,5%,10%,40%,50%).

c. Prosedur

1. Pembuatan suspensi sel darah merah 2%, siapkan tabung

reaksi 12 x 75%, 2 tetes sel darah merah pekat yang sudah

dicuci + 98 tetes NaCl 0,9% kocok dengan pipet Pasteur

pelan-pelan.

2. Pembuatan suspensi sel darah merah 5%. 1 tetes sel darah

merah pekat yang sudah dicuci + 19 tetes NaCl 0,9%


3. Pembuatan suspensi sel darah merah 10%. 1 tetes sel darah

merah pekat yang sudah dicuci + 9 tetes NaCl 0,9%

4. Pembuatan suspensi sel darah merah 40%. 2 tetes sel darah

merah pekat yang sudah dicuci + 3 tetes NaCl 0,9%.

5. Pembuatan suspensi sel darah merah 50%. 1 tetes sel darah

merah pekat yang sudah dicuci + 1 tetes NaCl 0,9%.

Tabel 5. Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah

PERBANDINGAN

SUSPENSI PERBANDINGA SDM SALINE 0,9%

N PEKAT

100%

2% 2 : 100 2 tetes 98 tetes

5% 5 : 100 1 tetes 19 tetes

10 % 10 : 100 1 tetes 9 tetes

40% 40 : 100 2 tetes 3 tetes

50% 50 : 100 1 tetes 1 tetes

k. Pemeriksaan Golongan Darah (ABO Dan Rhesus)

a. Pengertian
Setiap orang mempunyai golongan darah ABO sendiri begitu juga

golongan rhesus. Golongan darah perlu diketahui sebelum

melakukan uji cocok serasi

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pemeriksaan golongan darah (ABO dan Rhesus)

c. Prinsip

Antigen + antibodi → aglutinasi.

d. Metode

Slide test dan Tube test

e. Cara Kerja

a) Slide test

a) Analis Bank Darah periksa kualitas specimen (lisis, bekuan,

clot, ikterik, lipemik dll).

b) Analis Bank Darah siapkan slide, dan beri label.

c) Pada 4 bidang yang berbeda, teteskan darah yang diperiksa.

d) Analis Bank Darah teteskan masing-masing 1 tetes anti – A, 1

tetes anti – B, 1 tetes anti – AB, 1 tetes anti – D pada 4 tetes

darah tadi.

e) Analis Bank Darah aduk masing – masing dengan pengaduk

yang berbeda.
f) Sambil goyang – goyang slide perhatikan reaksi.

Pembacaan :

1. Bila terjadi aglutinasi : ada antigen pada sel darah.

2. Bila tidak terjadi aglutinasi : tidak ada antigen pada sel darah

merah

3. Jadi bila ada aglutinasi pada :

1. Darah + anti A → golongan A.

2. Darah + anti B → golongan B.

3. Darah + anti A, anti B, anti AB → golongan AB.

4. Bila tidak terjadi aglutinasi pada anti – A, anti – B, anti – AB

→ golongan O.

5. Darah + anti D → golongan rhesus positif.

4. Analis lepaskan APD dan lakukan kebersihan tangan.

f. Metode tube test

1) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan

APD.

2) Analis Bank Darah siapkan 4 tabung dan masing-masing beri

tanda dengan spidol tahan air.

3) Analis Bank Darah buat suspensi 5% pada darah yang diperiksa.

4) Analis Bank Darah teteskan pada masing-masing tabung 1 tetes

suspensi tersebut.
5) Analis Bank Darah teteskan anti A 1 tetes pada tabung I, 1 tetes

anti B pada tabung II, 1 tetes anti AB pada tabung III dan 1

tetes anti D pada tabung IV.

6) Analis Bank Darah mengocok ke 4 tabung dan putar 15 detik ±

3000 rpm atau 1 menit 1000 rpm, baca reaksi aglutinasi.

7) Pembacaan sama dengan metode slide test.

8) Analis lepaskan APD dan lakukan kebersihan tangan.

Untuk perhatian :

a) Penyimpanan anti sera yang salah, terkontaminasi dan

kondisi sample yang tidak baik sangat mempengaruhi pada

pemeriksaan golongan darah.

b) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan

APD.

c) Analis Bank Darah simpan anti sera dan letakkan pada

urutannya di lemari pendingin sesuai suhu simpan (lihat

leaflet).

d) Analis Bank Darah teteskan anti sera harus tegak dan dijaga

jangan sampai terkontaminasi dengan zat lain atau sample

yang akan diperiksa

e) Analis Bank Darah beri jarak tetesan anti sera dengan sel

yang diperiksa tidak boleh lebih dari 2 menit.


f) Analis Bank Darah harus perhatikan kondisi sample yang

akan diperiksa untuk darah tali pusat (bayi) cuci dengan

saline yang sudah dipanaskan 37ºC – 3 kali untuk

menghilangkan whartons jelly yang sering menyelubungi.

g) Analis Bank Darah lepaskan APD dan lakukan kebersihan

tangan.

l. Pemeriksaan Cross Match Dengan metode Manual

a. Pengertian

Crossmatch adalah mencocokan antara darah donor dan

darah pasien.

Mayor cross match yaitu uji antara serum penderita dan sel-

sel darah donor.

Minor cross match yaitu antara sel-sel darah merah

penderita dan serum donor.

Tes kecocokkan/ uji kecocokkan adalah uji kecocokkan

golongan darah ABO dan rhesus.

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

crossmacth dan tes kecocokan.

c. Reagensia
1) Anti – A

2) Anti – B

3) Anti – AB

4) Bovine Albumin

5) Anti Human Globulis

6) NaCl 0,9%

d. Sampel

Darah EDTA 3cc

e. Prinsip

Cara tabung

d. Cara kerja

1) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan

APD.

2) Analis Bank Darah persiapkan kertas kerja.

3) Tulis pada kertas kerja nama pasien, ruangan, dokter yang

meminta dan nomor urut pada buku penerimaan.

4) Analis Bank Darah cocokkan label (nomor laboratorium dan

nama pasien)

5) Analis Bank Darah pisahkan serum dan eritrosit dari darah

pasien dan darah donor.

6) Analis Bank Darah cuci eritrosit 2 atau 3x sampai supernatan

bersih dengan NaCl 0,9% (lihat kondisi sampel).


7) Analis Bank Darah buat suspensi 5% dari eritrosit tersebut (1

tetes eritrosit tambahkan dengan 19 tetes NaCl 0,9%).

8) Analis Bank Darah periksa golongan darah pasien dan donor.

9) Analis Bank Drah tulis hasil reaksi pada kertas kerja setiap

tahap tanpa tunda.

10) Setelah dilaksanakan cross match dan compatibel, Analis beri

label pada kantong darah sesuai golongan darahnya.

11) Golongan A warna putih

12) Golongan B warna biru

13) Golongan AB warna kuning

14) Golongan O warna merah.

15) Analis Bank Darah simpan sisa sampel pemeriksaan pada rak

yang sudah ditentukan selama 7 hari di dalam kulkas

Dengan 1 kantong donor

Analis menyiapkan 3 tabung reaksi

Mayor : Minor Auto control

2 tetes serum os 2 tetes serum donor 2 tetes serum os

1 tetes sel donor 5% 1 tetes sel os 5% 1 tetes sel os 5%

Dengan 2 kantong darah donor

Analis menyiapkan 6 tabung reaksi

I. Mayor 1 : II. Mayor 2 III. Minor 1


2 tetes serum os donor 2 tetes serum donor 2 tetes plasma donor

1 tetes eri donor 5% 1 tetes eri donor 5% 1 tetes eri os 5%

IV. Minor 2 : V. Auto control VI. Auto pool

2 tetes serum 2 tetes serum os 2 tetes plasma pool donor

1 tetes sel os 5% 1 tetes sel os 5% 1 tetes sel pool donor 5%

Phase I

1) Putar 3000 rpm 15 menit

2) Baca reaksinya

3) Hasil positif – ada aglutinasi/ hemolisa (makroskopis).

4) Hasil negatif – tidak ada aglutinasi/ tidak ada hemolisa.

Phase II

1) Tambahkan 2 tetes bovine albumin 22%.

2) Inkubasi 370C, 15 menit

3) Putar 3000 rpm 15 menit

4) Baca reaksinya : adakah aglutinasi/ hemolisa? (makroskopis)

5) Hasil positif – ada aglutinasi / hemolisa

6) Hasil negatif – tidak ada aglutinasi/tidak ada hemolisa.

Phase III

1) Cuci dengan NaCl 0,9% - 3x.


2) Tambahkan 2 tetes coomb’s serum.

3) Kocok, putar 3000 rpm 15 menit

Analis baca reaksinya : adakah aglutinasi / hemolisa

1) Hasil positif – ada aglutinasi / hemolisa

2) Hasil negatif – tidak ada aglutinasi / hemolisa.

3) Bila pada phase I, II, III negatif berarti darah donor tersebut

compatibel.

4) Bila pada phase I atau II atau III positif berarti darah tersebut

incompatibel.

Analis Bank Darah teteskan 1 tetes coomb’s control cell putar 15

detik, 3000 rpm, baca hasil.

Pemeriksaan uji cocok serasi untuk 1 unit darah membutuhkan

waktu 1 jam.

Untuk darah >1 unit darah membutuhkan waktu 2 jam.

Pemeriksaan cross match dilakukan single test.

Analis melepaskan APD, dan melakukan kebersihan tangan.

Sumber : 1. Modul 3, buku pedoman pelayanan transfusi darah

2.Quality Assurance tahun 2003

3. Buku panduan serologi golongan darah UTDP PMI

Auto pool donor maksimal 3 kantong donor cross mayor dan minor
masing - masing kantong (tidak boleh di pool).

m. PEMERIKSAAN CROSS MATCH DENGAN METODE GEL TES


a. Pengertian

Crossmatch adalah mencocokan antara darah donor dan

darah pasien.

Mayor cross match yaitu uji antara serum penderita dan sel-

sel darah donor.

Minor cross match yaitu antara sel – sel darah merah

penderita dan serum donor.

Tes kecocokkan/ uji kecocokkan adalah uji kecocokkan

golongan darah ABO dan rhesus.

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan

pemeriksaan crossmatch metode gell test.

c. Prosedur

1) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan

APD.

2) Analis Bank Darah periksa golongan darah pasien dan

golongan darah donor.

3) Analis Bank Darah buat suspensi sel os dan donor 0,8 – 1%

dalam larutan liss (500 ul larutan liss ditambah 5 ul ery)

4) Analis Bank Darah ambil Liss / Coombs Card, tandai dengan

identitas os / donor, buka penutup aluminium.

5) MAYOR : 50 ul suspensi sel donor + 25 ul serum os.

6) MINOR : 50 ul suspensi sel os + 25 ul serum donor.


7) AC : 50 ul suspensi se los + 25 ul serum os

8) Analis Bank Darah masukkan liss coomb’s card ke incubator,

inkubasi 370 C, 15 menit (tekan tombol timer 1/2/3)

9) Analis Bank Darah pindahkan liss coomb’s card ke centrifuge.

Tekan tombol start (centrifuge sampai waktu yang diperlukan,

centrifuge akan berhenti).

10) Analis Bank Darah baca reaksi, bila endapan eritrosit ada di

dasar, hasil : negatif, dan bila endapan eritrosit tidak di dasar,

hasil : positif.

11) Analis Bank Darah lepaskan APD dan lakukan kebersihan

tangan.

Untuk cross lebih dari 1 kantong (maksimal 3 kantong) tambahkan


auto pool donor. Sel donor pool 5 ul dalam larutan liss 500 ul, ambil
50 ul ery suspensi teteskan ke dalam liss coomb’s card dan
tambahkan 25 ul plasma pool donor.

15.Pembuangan Limbah Bank Darah

a. Pengertian

Penanganan khusus bahan infeksius yaitu dengan cara melakukan

praktek laboratorium yang benar, cara penanganan, penyimpanan,

pembuangan spesimen yang benar sesuai prinsip – prinsip universal

precaution.

b. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan

pembuangan limbah Bank Darah.


c. Prosedur

1) Limbah Umum

b) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan

APD.

c) Bak penampung limbah dilapisi kantong plastik warna hitam

dan ditempatkan pada setiap ruangan Bank Darah untuk

pembuangan kertas, kardus sisa reagen (Non Infeksius).

d) Usahakan isi kantong tidak melebihi 2/3 bagian ikat.

e) Kirim ke Tempat Pembuangan limbah Sementara (TPS) setiap

hari atau jika kantong sudah terisi 2/3 bagian segera dibuang.

f) Analis Bank Darah melepaskan APD dan melakukan kebersihan

tangan.

2) Limbah Khusus (medis)

a) Analis Bank Darah lakukan kebersihan tangan dan gunakan

APD.

b) Semua bahan pemeriksaan (spesimen/ tabung/ selang sisa

crossmatch dianggap infeksius diletakkan di rak dengan rapi

disimpan dalam lemari es khusus penyimpanan sampel dan

dibuang pada hari ke tujuh pada kantong kuning.

c) Limbah jenis padat (tabung/ selang darah/ pipet/ objek gelas/

kertas golongan darah/ liss coomb card) dapat dibuang

langsung kedalam bak panampung bahan infeksius (kantong

kuning).
d) Kotak limbah infeksius di meja dapat digunakan sebagai

penampung sementara setelah diberikan cairan chlorox 5%

dan bila penuh dapat dibuang ke bak penampung spesimen

bahan infeksius.

e) Limbah darah dalam kantong darah dibuang langsung ke bak

penampung bahan infeksius.

f) Maksimal penampungan bak infeksius 2/3 bagian. Ikat

kantong dengan sempurna sebelum dibuang ke Tempat

Pembuangan Sampah RSUD Pasar Minggu.

g) Analis melepaskan APD dan melakukan kebersihan tangan.

Bak penampung bahan infeksius dilapisi kantong kuning harus


diletakkan di lokasi kerja.
Bak penampung limbah medis dan non medis harus dibuang
setiap hari.

f. Pelayanan Patologi Anatomi

1. Fiksasi Jaringan

a. Pengertian

Mengawetkan jaringan sehingga jaringan terhindar dari

pembusukan dan dapat dilakukan proses selanjutnya.

b. Tujuan

1) Mencegah terjadinya autolisis dan pengaruh bakteri.


2) Mempertahankan bentuk dan isi jaringan mendekati

keadaan sebelum fiksasi.

3) Memungkinkan proses pengolahan selanjutnya dapat

berjalan dengan baik.

4) Mempertahankan komponen – komponen jaringan atau

sel

(mengusahakan agar sesedikit mungkin molekul yang

hilang pada proses selanjutnya).

c. Prosedur

1) Persiapkan wadah yang besarnya sesuai dengan ukuran

jaringan yang akan difiksasi.

2) Isi wadah dengan formalin buffer 10% dengan volume

minimal 10 kali volume jaringan.

3) Masukkan sesegera mungkin (kurang dari 30 menit)

jaringan segar ke dalam wadah formalin.

4) Jika jaringan berukuran besar lakukan irisan sejajar

berjarak kira – kira 1 cm agar seluruh bagian jaringan

terpapar formalin. Irisan harus sedemikian rupa sehingga

masih dapat dengan mudah dilakukan rekontruksi oleh

Spesialis Patologi Anatomik.

5) Tutup wadah dengan sempurna agar tidak terjadi tumpah

atau menebar bau formalin yang menganggu.


6) Beri label berisi identitas pasien yang sesuai dengan data

dalam formulir dan jam mulai difiksasi.

7) Jika jaringan besar dan klinisi/perawat tidak dapat

melakukan fiksasi sesuai ketentuan, jaringan harus

dikirim segera ke laboratorium PA saat itu juga dalam

wadah yang aman dan diberi label sesuai ketentuan.

2. Pemeriksaan FNAB Dan Tindakan Di Laboratorium Patologi

Anatomi

a. Pengertian

Mengambil specimen dengan jarum dengan memeriksanya

dengan melihat morfologi sel setelah diwarnai sehingga dapat

dilihat bentuk sel yaitu terdiri dari sitoplasma dan inti sel.

b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnosa pasti.

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi.

3) Membantu dalam memonitor efek terapi.

c. Prosedur

1) Tindakan pengambilan spesimen FNAB dilakukan oleh

dokter spesialis Patologi Anatomi.

2) Objek gelas yang sudah dipulas spesimen diserahkan ke

laboratorium
3) Spesimen dan formulir yang di terima di Laboratorium

Patologi Anatomi akan di sesuaikan sesuai identitas dalam

formulir.

4) Formulir di catat di buku register, diberi nomor sediaan pada

formulir dan tempat spesimen.

5) Spesimen akan di pulas dengan pulasan Papiniculaou dan

Giemsa.

3. Pemeiksaan Histopatologi Dilaboratorium Anatomi Patologi

a. Pengertian

Memeriksa jaringan dengan melihat morfologi sel dan jaringan

yang sedang di proses dan di warnai sehingga dapat dilihat

bentuk sel yaitu terdiri dari sitoplasma dan inti sel dan susunan

selnya.

b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnose pasti.

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi.

3) Membantu dalam memonitor efek terapi.

c. Prosedur

1) Semua spesimen jaringan yang akan diperiksa, difiksasi

dalam formalin buffer 10% lalu diserahkan ke Laboratorium

Patologi Anatomi disertai dengan formulir permintaan yang

ditandatangani oleh dokter yang meminta pemeriksaan.


2) Spesimen dan formulir yang diterima di Laboratorium

Patologi Anatomi akan disesuaikan antara identitas

spesimen dengan identitas dalam formulir.

3) Formulir dicatat di buku register, diberi nomor sediaan pada

formulir dan tempat spesimen.

4) Jaringan diproses dan dipotong setebal 3 - 5 mikron.

5) Spesimen akan dipulas dengan pulasan HE.

6) Pemeriksaan selesai dalam waktu 5 - 7 hari kerja. Hasil

pemeriksaan diketik dan diambil di Laboratorium Patologi

Anatomi dengan membawa bukti pembayaran asli dari kasir

RSUD Pasar Minggu pada jam kerja.

4. Pemeriksaan Pap Smear

a. Pengertian

Memeriksa sel pada apus serviks/ vagina dengan melihat

morfologi sel yang telah diwarnai sehingga dapat dilihat bentuk

sel yaitu terdiri dari sitoplasma dan inti sel.

b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnose pasti.

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi.

3) Membantu dalam memonitor efek terapi.

c. Prosedur
1) Objek gelas yang sudah dipulas sitrobush diserahkan ke

laboratorium Patologi Anatomi disertai dengan formulir permintaan

yang di tandatangani oleh dokter yang meminta pemeriksaan.

2) Spesimen dan formulir yang diterima di Laboratorium Patologi

Anatomi akan di sesuaikan antara identitas spesimen dengan

identitas dalam formulir.

3) Formulir di catat di buku register, di beri nomor sediaan pada

formulir dan tempat specimen.

4) Spesimen akan dipulas dengan pulasan Papiniculaou dan

Giemsa.

5) Pemeriksaa selesai dalam waktu 3 - 5 hari kerja. Hasil

pemeriksaan diketik dan diambil di Laboratorium Patologi Anatomi

dengan membawa bukti pembayaran asli dari kasir RSUD Pasar

Minggu pada jam kerja.

5. Pembuangan Sisa Limbah dan Jaringan

a. Pengertian

Pembuangan sisa limbah jaringan adalah pembuangan pada

sampel jaringan dan cairan yang telah dilakukan pemotongan

gross maupun dibuat slide dan telah disimpan minimal 3bulan.

b. Tujuan

1) Menbuang sisa jaringan yang telah disimpan selama 3 bulan.

2) Membuang sisa cairan sitologi.

c. Prosedur
1) Siapkan wadah untuk membuang sisa jaringan atau cairan

limbah.

2) Siapkan masker, google, sarung tangan dan aprone.

3) Masukkan semua sisa jaringan dalam plastic kuning dan

dirigen (botol plastik) untuk wadah limbah cair.

4) Untuk botol bekas ataupun plastic yang tidak di pakai

masukkan kedalam plastic kuning besar.

5) Untuk limbah sisa jaringan di buang setelah disimpan minimal

selama 3 bulan.

6) Kemudian hubungi petugas sanitasi untuk di bawa ke tempat

pembuangan limbah.

6. Potong Beku

a. Pengertian

Pemeriksaan potong beku adalah pemeriksaan cepat jaringan

segar dengan crytostat.

b. Tujuan

Membuat diagnosis yang cepat yang diperlukan untuk mengambil

tindakan pembedahan lebih lanjut pada saat penderita masih di

meja operasi.
c. Prinsip

Jaringan segar diproses di dalam lemari cryostat pada suhu

tertentu. Potongan yang didapat kemudian diwarnai dengan

pewarnaan Hematoxylin-Eosin.

d. Prosedur

1) Petugas VC (teknisi, dan SpPA) menerima dan memeriksa

kesesuaian identitas, data klinik, dan jaringan yang diterima.

2) Petugas VC (teknisi dan SpPA) mengukur, mencatat

gambaran makroskopik dan memotong bagian yang

representatif dari jaringan hasil operasi/ biopsi

3) Jaringan ditempelkan ke plate yang telah diberi cairan

cryomatrix kemudian dimasukkan ke dalam lemari cryostat

sampai beku kemudian dipotong dengan pisau di dalam lemari

cryostat (DP Cryostat).

4) Potongan jaringan ditempelkan langsung ke slaid.

5) Sediaan diwarnai dengan Hematoksilin Eosin (HE) (DP

pewarnaan Hematoxylin-Eosin).

6) Jika diagnosis definitif berbeda dengan diagnosis VC, SpPA

memberitahukan kepada dokter klinik sesegera mungkin

7) Sediaan dibaca, dianalisa dan dibuat diagnosis potong beku.

8) Hasil diagnosis ditulis rangkap di kertas jawaban dan

disampaikan kepada ahli bedah.


9) Sisa jaringan potong beku disimpan di dalam plastik dan

difiksasi dengan formalin buffer .

10) Sediaan mikroskopik VC dan sisa jaringan potong beku dikirim

ke Laboratorium Patologi Anatomi untuk diproses rutin/blok

parafin. Sisa jaringan yang tidak diproses disimpan selama 3

bulan, kemudian dimusnahkan.

11) Dibuat diagnosis definitif/ parafin slide.

12) Hasil diagnosis pasti/ definitif dikirim kepada ahli bedah

13) Blok parafin disimpan di Arsip Laboratorium Patologi Anatomi.

7. Pemeriksaan Sitologi Cairan

a. Pengertian

Memeriksa sel dalam cairan tubuh dengan melihat morfologi sel

yang telah diwarnai sehingga dapat dilihat bentuk sel yaitu terdiri

dari sitoplasma dan inti sel.

b. Tujuan

1. Membantu menegakkan diagnosa pasti.

2. Membantu dalam menentukan rencana terapi.

3. Membantu dalam memonitor efek terapi.

c. Prinsip
Sediaan dibuat slide yang kemudian diwarnai menggunakan pewarnaan

papanicolaou.

d. Prosedur

1) Spesimen cairan yang dikeluarkan dari tubuh pasien langsung

dibawa ke Laboratorium Patologi Anatomi disertai dengan

formulir permintaan yang ditandatangani oleh dokter yang

meminta pemeriksaan.

2) Spesimen dan formulir yang diterima di Laboratorium Patologi

Anatomi akan disesuaikan antara identitas spesimen dengan

identitas dalam formulir.

3) Formulir dicatat di buku register, diberi nomor sediaan pada

formulir dan tempat spesimen.

4) Pasien / keluarga pasien membayar biaya pemeriksaan di

kasir RSUD Pasar Minggu dan menyerahkan kwintansi ke

laboratorium Patologi Anatomi.

5) Spesimen dicentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan

1500 RPM

6) Buang supernatan dan sisakan endapan. Apabila ada

endapan mengumpal akan diproses sebagai blok parafin dan

dipulas dengan HE.

7) Buat apusan dari endapan pada objek glass sebanyak 4 buah

lalu fiksasi ke dalam alkohol 96% minimal 30 menit.

8) Sediaan akan dipulas dengan pulasan Papaniculaou.


8. Pemeriksaan Sitologi Sputum

a. Pengertian

Memeriksa sel dalam sputum dengan melihat morfologi sel yang

telah diwarnai sehingga dapat dilihat bentuk sel yaitu terdiri dari

sitoplasma dan inti sel

b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnose pasti.

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi.

3) Membantu dalam memonitor efek terapi.

c. Prinsip

Sediaan sputum dibuat slide yang kemudian diwarnai menggunakan

pewarnaan papanicolaou.

d. Prosedur

1) Objek glass yang sudah dipulas sputum diserahkan ke

Laboratorium Patologi Anatomi disertai dengan formulir

permintaan yang ditandatangani oleh dokter yang meminta

pemeriksaan.

2) Spesimen dan formulir yang diterima di Laboratorium Patologi

Anatomi akan disesuaikan antara identitas spesimen dengan

identitas dalam formulir.

3) Formulir dicatat di buku register, diberi nomor sediaan pada

formulir dan tempat spesimen.


4) Pasien / keluarga pasien membayar biaya pemeriksaan di kasir

RSUD Pasar Minggu dan menyerahkan kwintansi ke

laboratorium Patologi Anatomi.

5) Spesimen akan dipulas dengan pulasan Papaniculaou.

6) Pemeriksaan selesai dalam waktu 7 - 10 hari kerja. Hasil

pemeriksaan diketik dan diambil di Laboratorium Patologi

Anatomi dengan membawa bukti pembayaran asli dari kasir

pada jam kerja.

9. Pemeriksaan Sitologi Urine

a. Pengertian

Memeriksa sel dalam urine dengan melihat morfologi sel yang telah

diwarnai sehingga dapat dilihat bentuk sel yaitu terdiri dari sitoplasma

dan inti sel.

b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnose pasti.

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi.

3) Membantu dalam memonitor efek terapi.

c. Prinsip

Sediaan urine dibuat slide yang kemudian diwarnai menggunakan

pewarnaan papanicolaou.

d. Prosedur

1) Urine yang dikeluarkan dari tubuh pasien langsung dibawa

ke Laboratorium Patologi Anatomi disertai dengan formulir


permintaan yang ditandatangani oleh dokter yang meminta

pemeriksaan.

2) Spesimen dan formulir yang diterima di Laboratorium

Patologi Anatomi akan disesuaikan antara identitas

spesimen dengan identitas dalam formulir

3) Formulir dicatat di buku register, diberi nomor sediaan pada

formulir dan tempat spesimen.

4) Spesimen dicentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan

1500 RPM.

5) Buang supernatan dan sisakan endapan.

6) Buat apusan dari endapan urine pada objek glass sebanyak

4 buah lalu fiksasi ke dalam alcohol 96% minimal 30 menit.

7) Sediaan dipulas dengan pulasan Papaniculaou.

8) Pemeriksaan selesai dalam waktu 3 - 5 hari kerja. Hasil

pemeriksaan diketik dan diambil di Laboratorium Patologi

Anatomi dengan membawa bukti pembayaran asli dari kasir

pada jam kerja.

10. Peminjaman Slide Pa / Block Parafin

a. Pengetian

Peminjaman Slide PA/ Blok Parafin adalah untuk second opinion dan

atau untuk pemeriksaan lebih lanjut misalnya pemeriksaan

imunohistokimia.
b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnose pasti.

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi.

3) Membantu dalam memonitor efek terapi.

c. Prosedur

1) Buat surat permintaan peminjaman slide PA/ blok parafin

berisi identitas dokter yang minta tinjau ulang, data pasien,

nomor sediaan PA, tanggal pemeriksaan dan alasan

peminjaman.

2) Kirimkan ke Instalasi PA

3) Memberikan jaminan slide PA dan blok parafin akan

dikembalikan

4) Memberikan copy hasil pemeriksaan

11. Penerimaan Sample HIV

a. Pengertian

Penerimaan Sample HIV merupakan penerimaan sample pada

jaringan dari pasien yang terjangkit HIV.

b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnosa pasti

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi

3) Membantu dalam memonitor efek terapi

4) Mencegah proses penularan penyakit


c. Prosedur

1) Sample jaringan yang telah diberi Formalin buffer 10 %

dibawa ke Laboratorium Patologi Anatomi beserta formulir.

2) Sample sebelumnya diberikan keterangan HIV.

3) Petugas penerima sample memakai APD lengkap.

4) Sample dibawa ke laboratorium Patologi Anatomi.

5) Formulir diinput berdasarkan besar kecilnya jaringan.

12. Pengambilan Hasil Pemeriksaan Pa Oleh Pasien / Keluarga

Pasien

a. Pengertian

Pengambilan hasil pemeriksaan PA merupakan pemberian

hasil pemeriksaan oleh petugas PA kepada keluarga pasien

atau pasien untuk selanjutnya diberikan kepada dokter klinis.

b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnosa pasti

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi

3) Membantu dalam memonitor efek terapi

c. Prosedur

1) Pasien atau keluarga pasien datang ke Laboratorium

Patologi Anatomi dengan membawa surat pengambilan

2) Lalu diserahkan kepada petugas Lab PA


3) Selanjutnya hasil dicari sesuai dengan identitas yang tertulis

pada surat pengambilan

4) Hasil diberikan kepada keluarga pasien atau pasien untuk

selanjutnya diberikan kepada dokter klinis untuk dilakukan

pengobatan lanjutan.

5) Petugas menanyakan nama dan alamat pengambil hasil lalu

ditulis pada buku pengambilan hasil.

6) Jika keluarga pasien atau pasien tidak membawa surat

pengambilan (hilang), maka petugas menanyakan nama

pasien dan tanggal operasi.

7) Lalu petugas mencari hasil tersebut menggunakan buku

hasil atau mencari menggunakan program komputer.

13. Pengambilan Hasil Pemeriksaan PA

a. Pengertian

Hasil pemeriksaan PA adalah catatan medik tentang gambaran

makroskopik dan mikroskopik jaringan yang diperiksa PA.

b. Tujuan

Memberikan hasil pemeriksaan PA kepada dokter yang

merawat pasien.

c. Prosedur

1) Spesimen yang telah didiagnosa, data pasien dan hasil

diagnosa dimasukkan dalam komputer.


2) Data pasien dan hasil pemeriksaan di cetak.

3) Data dicatat dalam buku ekspedisi.

4) Hasil pemeriksaan diambil pasien/ keluarnya pada saat

kontrol.

5) Hasil pemeriksaan disimpan pada status pasien.

14. Penggunaan Alat Centrifuge

a. Pengertian

Centrifuge merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan

specimen sitologi (cairan pleura, sputum) dengan cara diputar

dengan kecepatan tertentu sehingga mendapatkan endapan

yang dibutuhkan.

b. Tujuan

1) Memisahkan cairan dari endapan

2) Menghasilkan keakuratan dan ketepatan hasil pemeriksaan

laboratorium

c. Prinsip

Sampel cairan diputar pada kecepatan dan waktu tertentu. Lalu

cairan akan terpisah dengan endapan nya.

d. Prosedur

1) Sambungkan kabel pada arus listrik

2) Buka penutup centrifuge


3) Masukkan sample dalam tabung centrifuge dalam posisi

seimbang secara berhadapan

4) Tutup kembali penutup centrifuge

5) Atur kecepatan sesuai yang diinginkan

6) Atur waktu sesuai yang diinginkan

7) Tekan tombol Start untuk menghidupkan

8) Tekan tombol Stop setelah centrifuge berhenti berputar.

Lalu buka tutup sentrifuge.

15. Penggunaan Alat Cold Plate

a. Pengertian

Cold plate adalah alat yang di gunakan untuk mendinginkan

block paraffin sebelum dilkukan pemotongan dengan mikrotom.

b. Tujuan

Untuk mendinginkan blok paraffin sebelum dilakukan

pemotongan dengan mikrotom.

c. Prinsip

Blok paraffin di dinginkan dengan dengan plate dengan

konsistensi nya memadat agar mudah dalam proses

pemotongan.

d. Prosedur

1) Sambungkan kabel pada arus listrik.

2) Tekan tombol on/off pada bagian layar depan alat.


3) Dinginkan kaset berisi jaringan yang sudah melewati

tahapan embedding pada cold plate. Bila wax sudah

membeku, lepaskan kaset pada base mould dan trimming

dapat dilakukan menggunakn para trimmer (HATI – HATI!

Para trimmer panas dan tajam).

4) Kaset sampel yang sudah dibersihkan (menggunakan para

trimmer) diletakan di atas cold plate hingga siap di potong

(Trim and Fine).

5) Untuk membersihkan sisa wax yang tertampung, buka

bagian penampunagn dan buang wax. Pastikan pemanas

tissue storage tank dalam keadaan menyala.

6) Setelah selesai digunakan, matikan cold plate dengan cara

menekan tombol sleep/off pada layar kembali.

16. PENGGUNAAN ALAT HOT PLATE LEICA HI 1220

a. Pengertian

Leica HI 1220 adalah alat yang digunakan untuk memanaskan

dan merekatkan pita jaringan yang telah diletakan pada objek

gelas sehingga sisa parafin akan meleleh dan jaringan akan

menempel pada objek gelas.

b. Tujuan

Menguapkan kadar air yang tersisa pada preparat yang belum

diwarnai.
c. Prinsip

Pita jaringan diletakan diatas hot plate, kandungan air dan

parafin akan menguap karena pemanasan sehingga

memudahkan proses penyerpan zat warna pada jaringan.

d. Prosedur

1) Sambungkan kabel daya.

2) Hidupkan tombol utama di bagian belakang instrumen.

Indikator POWER hijau di panel kontrol di bagian depan

akan menyala.

3) Tekan tombol RUN / STOP pada panel kontrol untuk

memanaskan HI 1220 Leica sampai suhu yang ditetapkan

sebelumnya. Tampilan membaca nilai sebenarnya.

4) Suhu yang dibutuhkan dipilih menggunakan tombol

ARROW. Pada tahap ini, nilai yang ditunjukkan pada layar

adalah suhu yang disetel. Setelah suhu yang tepat

ditunjukkan, tombol ARROW harus dilepaskan. Nilai yang

ditentukan akan diingat secara otomatis. Setelah sekitar 2

detik, layar kembali ke suhu sebenarnya. Untuk memilih

suhu yang diperlukan, tahan tombol ARROW tertekan.

Untuk 8 langkah digital pertama, indikasinya akan berubah

perlahan. Setelah itu, kecepatan langkah indikasi akan


meningkat. Suhu yang disetel dapat diverifikasi untuk

menekan tombol SET.

5) Suhu yang ditetapkan tetap terjaga meski Leica

6) HI1220 dimatikan (dengan tombol RUN / STOP atau saklar

utama), terputus dari sumber daya atau jika terjadi

gangguan sumber arus listrik.

17. Penggunaan Alat Water Bath

a. Pengertian

Water bath adalah alat yang digunakan untuk memekarkan

jaringan yang telah dipotong berbentuk pita jaringan untuk

selanjutnya di rekatkan pada objek gelas.

b. Tujuan

Water bath adalah alat yang digunakan untuk memekarkan

jaringan yang telah di potong berbentuk pita jaringan untuk

selanjutnya di rekatkan pada objek gelas.

c. Prinsip

Blok paraffin di dinginkan dengan dengan plate dengan

konsistensi nya memadat agar mudah dalam proses

pemotongan.

d. Prosedur

1) Sambungkan kabel ke sumber listrik


2) Tekan tombol ON yang berada di belakang alat. Lampu

berwarna hijau akan menyala.

3) Tekan tombol RUN / STOP pada panel denpan untuk

memulai proses alat Leica HI1210 sampai suhu yang di

tetapkan sebelumnya.

4) Suhu yang di butuhkan di pilih menggunakan tombo panah.

5) Pada tahap ini, nilai yang di tunjukan adalah suhu yang di

setel. Setelah suhu yang sesuai di tampilkan, tombol panah

harus di lepaskan. Set yang di tunjukan nilai akan di ingat

secara otomatis. Setelah sekitar detik layar kembali ke suhu

sebenarnya. Untuk memilih suhu yang di inginkantahan

tombol panah sampai suhu yang di inginkan. Untuk 8 digit

pertama indikasi suhuakan berubah perlaha. Setelah itu,

kecepatan indikasi suhu akan meningkat.

6) Suhu yang di set dapat di verifikasi dengan menekan tombol

7) Suhu yang di tetapkan terjaga mesti instrumennya

dimatikan(dengan tombol RUN / STOP atau menekan

tombol ON/OFF pada stop kontak), terputus dari listrik, atau

dalam hal masalh gangguan listrik.


18. Penyimpanan Block Parafin

a. Pengertian

Penyimpanan block paraffin adalah penyimpanan block paraffin

yang telah di simpan minimal 2 tahun.

b. Tujuan

Menyimpan block paraffin minimal 2 tahun.

c. Prosedur

1) Block parafin yang telah selesai dijawab oleh dokter

disimpan dalam lemari arsip.

2) Simpan block parafin minimal 10 tahun.

19. Permintaan Pemeriksaan Patologi Anatomi

a. Pengertian

Permintaan pemeriksaan PA adalah saran untuk membantu

menegakkan diagnose atas jaringan dan cairan yang

dikeluarkan dari tubuh, baik melaui operasi, kuretasi, aspirasi

dan lain – lain.

b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnosa pasti

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi

3) Membantu dalam memonitor efek terapi


c. Prosedur

1) Siapkan wadah bertutup tempat penyimpanan spesimen

sesuai dengan besar jaringan yang akan dikeluarkan dari

tubuh. Lakukan pula hal yang sama pada spesimen cairan.

2) Siapkan larutn fiksasi kurang lebih sebanyak 10 x besar

specimen (terendam) hanya untuk spesimen jaringan.

3) Jaringan dan cairan yang di keluarkan dari tubuh pasien

sesegera mungkin di masukkan ke dalam wadah yang telah

di sediakan.

4) Beri identitas pasien pada wadah.

5) Buat formulir permintaan berisikan identitas pasien, identitas

dokter pengirim, data klinik/ diagnosa sebelum operasi,

temuan pada saat dan diagnosa sesudah operasi di lakukan.

6) Lakukan pembayaran di kasir utama pada jam kerja.

7) Formulir dan specimen di kirim ke Laboratorium PA.

8) Keluarga pasien / pasien di berikan lembar untuk

pengambilan hasil.

20. Permintaan Pemeriksaan Ulang Patologi Anatomi

a. Pengertian

Pemeriksaan ulang adalah permintaan tertulis dokter yang

merawat untuk memeriksa ulang specimen karena ada ketidak

sesuaian diangnosa PA dengan keadaan klinik pasien.


b. Tujuan

1) Membantu menegakkan diagnosa pasti.

2) Membantu dalam menentukan rencana terapi.

3) Membantu dalam memonitor efek terapi.

c. Prosedur

1) Buat surat permintaan tinjau ulang berisi identitas dokter

yang minta tinjau ulang,

2) data pasien, nomor sediaan PA, dan alasan/ sebab di minta

tinjauan ulang.

21. Pewarnaan Hematoxyln – Eosin

a. Pengertian

Pewarnaan hematoxilin eosin adalah pewarnaan yang

digunakan untuk mewarnai slide jaringan dengan pewarna

utama hematoxilin dan eosin.

b. Tujuan

1) Untuk mewarnai slide jaringan.

2) Melakukan pulasan/pewarnaan hematoxylin - eosin (HE)

sesuai prosedur.

c. Prosedur

1) Slide di rendam dalam Xylol I selama 5 menit Slide di

angkat lalu di rendam dalam Xylol II selama 5 menit

2) Slide di keringanginkan sampai kering


3) Slide di rendam dalam Ethanol selama 5 menit

4) Slide di rendam dalam Alkohol 96 % selama 5 menit

5) Slide di rendam dalam Alkohol 70 % selama 5 menit

6) Slide di aliri air mengalir

7) Slide di rendam dalam Hematoxylin selama 5 – 10 menit

8) Angkat slide lalu aliri dengan air mengalir selama 5-10

menit

9) Slide di celup ke dalam larutan HCL 0.4 % sebanyak 1-2

celup

10) Slide di rendam dalam larutan Lithium Carbonat selama 30

detik

11) Angkat slide lalu aliri dengan air mengalir

12) Slide di rendam dalam Eosin selama 1-2 menit

13) Angat slide celupkan kedalam Ethanol I, II, III @ 10 celup

14) Angkat slide rendam dalam Xylol I, II, III @ 5 menit

15) Yang terakhir slide di angkat dan di tetesi 1tts Entelan lalu

di tutup dengan kaca penutup.

22. Pewarnaan Papinicolaou

a. Pengertian

Pewarnaan Papanicolaou adalah pewarnaan yang digunakan

untuk mewarnai slide yang berasal dari cairan (sitologi).


b. Tujuan

1. Melakukan pulasan / pewarnaan Papanicolaou sesuai

prosedur.

2. Untuk mewarnai slide sitologi.

c. Prinsip

Sampel yang sudah dislide akan diwarnai dengan pewarnaan

papanicolaou dalam beberapa tahapyaitu rehidrasi, pewarnaan

HE, dehidrasi, pewarnaan OG 6, pewarnaan EA 50, dehidrasi,

dan clearing.

d. Prosedur

1. Slide di Fiksasi dengan alkohol 95 % selama minimal 15

menit.

2. Slide di keringanginkan sampai kering.

3. Slide di rendam dalam alkohol 70% & 50% masing masing

10 celup.

4. Slide di aliri air mengalir.

5. Slide di rendam dalam Hematoxylin selama 5 – 10 menit.

6. Angkat slide lalu aliri dengan air mengalir selama 5-10 menit.

7. Slide di rendam dalam larutan Lithium Carbonat selama 30

detik.

8. Angkat slide aliri dengan air mengalir.

9. Angkat slide celupkan kedalam alkohol I, II, III & IV @ 10

celup.
10. Slide di rendam dalam OG 6 selama 5-10 menit.

11. Angkat slide celupkan kedalam alkohol I & II @ 10 celup.

12. Slide di rendam dalam EA 50 selama 5-10 menit.

13. Angkat slide celupkan kedalam alkohol I, II, III & IV @ 10

celup.

14. Angkat Slide dari alkohol lalu slide di keringanginkan sampai

kering

15. Slide direndam dalam Xylol I, II @ 5 menit.

16. Yang terakhir slide di angkat dan di tetesi Entelan lalu di

tutup dengan kaca penutup.

17. Bersihkan pingiran slide dari sisa-sisa entelan dengan

menggunakan tissue.

18. Selanjutnya slide dibaca oleh dokter spesialis patologi

anatomi.

23. Penggunaan Alat Tissue Embedding Center

a. Pengertian

Tissue Embedding Center adalah alat yang digunakan untuk

pembuatan block paraffin pada jaringan yang telah dipotong dan

diproses di Tissue Processing.

b. Tujuan

1) Membuat block paraffin pada jaringan yang telah di proses

untuk selanjutnya dipotong pada alat microtome.


c. Prosedur

1. Hidupkan Histostar, tungguhingga Embedding Module dan

Cold Modulstabil.

2. Letakan tissue cassettes yang telahdiprosesdalam tissue

storage tank.

3. Siapkan base mould yang sesuai, letakan di hot spot, isi

paraffin 1/3 bagianmenggunakan wax dispenser.

4. Ambil jaringan dari cassette, letakan dalam base mould

berisi paraffin.

5. Pindahkan base mould ke cold spot, biarkan hingga

mengeras (transparan).

6. Tekan tombol Sleep / Off pada layar jika sudah selesai

digunakan.

24. Penggunaan Alat Tissue Processor

a. Pengertian

Tissue Processor adalahalat yang digunakan untuk pematangan

jaringan yang sebelumnya telah dipotong gross.

b. Tujuan

Untuk pematangan jaringan yang sebelumnya telah dipotong

gross.
c. Prinsip

Pematangan jaringan dengan melalui beberapa tahapan yaitu

fiksasi, dehidrasi, clearing dan infiltrasi parafin. Sel pada

jaringan akan dipertahankan pada proses fiksasi ulang dengan

formalin buffer 10%. Lalu kadar air dihilangkan dari dalam

jaringan pada proses dehidrasi menggunakan alcohol dengan

kadar bertingkat. Kemudian kadar alcohol dalam jaringan ditarik

keluar pada proses clearing menggunakan xylol. Kemudian

rongga rongga pada jaringan setelah ditinggalkan oleh cairan

sebelumnya (xylol) di isi oleh paraffin cair pada proses infiltrasi

paraffin.

d. Prosedur

1) Buka tutup reaction chamber, akan tampak Reaction

Chamber Available screen.

2) Masukan kaset kedalam organised basket atau random

basket

3) Masukan basket kedalam chamber

4) Tutup reaction chamber, tarik handle untuk memastikan

sudah tertutup dengan benar.

5) Starting Program

6) Pastikanpemilihan program yang benar

7) Cek End time dan Start Step sudahbenar


8) Jikamenggunakan delayed start, pastikan Delay Setting dan

Delay Step sudahbenar,

jikabelumsesuaidapatdigantidenganmenekan End Time

danmasukan jam dantanggal yang diinginkan.

9) Tekan IMMEDIATE START atau DELAYED START.

(Jikatertekan Back, tekan Process pada Main Screen untuk

re-display Reaction Chamber Available screen dan Start

processing)

10) Detail status program akantampakpada display, sebagai

Monitoring Screen

11) Jikamuncul Quality Control Screen padasaatmenekan

IMMEDIATE START atau DELAYED START,

artinyasudahmencapai limit penggunaanreagen, wax atau

filter. Atasimasalahpada Quality Control Screen, baru

program dapat di Start.

12) Tekan Lid Release

13) Tungguhingga downdraft fan dan vacuum berhenti

14) Bukatutup chamber

15) Tambahkankaset, tekan Restart atau Refill and Restart

16) Jikaadapenambahan basket, tekan Level,

sesuaikandenganpengisian basket

17) Tekan Restart atau Refill and Restart


18) Tekan Drain All, tungguhingga draining berhentidantampak

Process Complete screen

19) Cleaning and Flushing Reaction Chamber

20) Bersihkan Reaction Chamber menggunakan towel tissue

setiapsetelahprosesingsampel, lanjutkandengan flush cycle.

21) Tekan Start padatampilan Flush,

jikafluhingselesaiakamtampak Flush Complete screen

22) Tekan OK

25. Permintaan Potong Beku (Vc)

a. Pengertian

Permintaan Pemeriksaan Potong beku adalah sarana untuk

membantu menegakkan diagnose cepat saat pasien masih di

meja operasi.

b. Tujuan

1) Membantu dalam menentukan tindakan operasi berikutnya.

2) Membantu menegakkan diagnose cepat.

c. Prosedur

1) Memberitahu ke laboratorium PA minimal 1 hari sebelum

operasi.

2) Formulir permintaan pemeriksaan potong bekudi isi dengan

lengkap.
C. TAHAP PASKA ANALISA

Pada tahapan ini dilakukan pengarsipan dan laporan hasil

pemeriksaan.

1. Pencatatan Hasil

Di RSUD Pasar Minggu hasil pemeriksaan laboratorium langsung

terkoneksi ke dalamSIMRS,ada juga yang di tulis di lembar kerja

manual , lalu di masukkan ke dalam SIMRS.

2. Pelaporan hasil.

Bila hasil didapat dibawah atau diatas nilai normal, maka hasil

diserahkan pada dokter penanggung jawab untuk dianalisa dengan

cara konfirmasi dengan diagnosa atau memeriksa kembali hasil quality

control (QC). Bila ditemukan nilai QC tidak masuk kedalam nilai range

dilakukan pengulangan QC untuk yang ke 2 kali, bila masih tidak masuk

kedalam nilai range selanjutnya dilakukan kalibrasi dengan rangen

calibrator.

3. Verifikasi.

Apabila hasil memasuki nilai kritis, maka dilakukan pelaporan

kepada Dokter Patologi Klinik.

4. Penyerahan hasil.

Hasil pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap bias langsung

dilihat di computer keperawatan setelah di ACC di bagian laboratorium.


Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien rawat jalan diambil

oleh pasien tersebut keesokan harinya di loket administrasi rawat jalan.

D. Pengendalian Mutu.

1. Penngendalian Mutu Laboratorium

a. Pemantapan mutu External.

Kegiatan secara periodik yang dilaksanakan oleh pihak

laboratorium untuk memantau ketepatan hasil pemeriksaan yang

dilaksanakan oleh suatu laboratorium dan membandingkan dengan

laboratorium lain yang mempunyai metode yang sama ataupun

berbeda.

1. Pengendalian Mutu Pelayanan.

a. Sebelum melakukan pemeriksaan harus dilakukan

pemantapan mutu pra analitik,analitik,dan pasca analitik

b. Bila ada keluhan dari dokter klinik bahwa hasil pemeriksaan

tidak sesuai dengan gejala klinik,harus dilakukan tindakan

berikut : Perhatikan apakah sampel tersebut benar,apakah

sampel representative (lakukan sampling ulang) dan

apakan pemantapan mutu pra analitik , analitik, dan pasca

analitik baik.

c. Bila pada validasi ditemukan hasil pemeriksaan yang tidak

sesuai,harus dilakukan seperti poin di atas.


2. Evaluasi Pelayanan.

Audit adalah proses menilai dan memeriksa kembali secara

kritis berbagai kegiatan yang dilaksanakan di dalam

laboratorium.

3. Audit Internal

Penilaian untuk menilai penampilan laboratorium (dengan

membuat laporan beberapa kesalahan

sampel,sampling,pelaporan hasil),kecepatan pelayanan

(adanya pelaporan pemakaian waktu untuk pemeriksaan

emergency),jumlah pasien rawat inap dan rawat

jalan,jumlah pemesanan dan pemakaian reagen serta

ketelitian hasil.

4. Audit Eksternal

Penilaian dilakukan oleh pihak luar laboratorium atau

pemakai jasa laboratorium untuk memperoleh masukan

terhadap pelayanan dan mutu laboratorium.

5. Sistem Pelaporan

Setiap akhir tahun koordinator laboratorium membuat

laporan tahunan kepada Kepala Instalasi Laboratorium,

meliputi :

a. Jumlah pasien yang berkunjung ke Laboratorium klinik

selama 1 tahun (Rawat Inap dan Rawat Jalan)


b. Jenis sampel berdasarkan prioritas (Emergency atau

biasa)

c. Jumlah pemeriksaan per sub bagian (Hematologi,

Kimia Klinik, Urinalisa, Serologi, Feses, Cairan Tubuh,

mikrobiologi, Patologi Anatomi, Genetika, Kebutuhan

darah dan Komponen darah).

1) Ketenagaan (perkembangan ketenagaan,

kebutuhan dan rencana Pendidikan dan pelatihan).

2) Kegiatan PME yang telah diikuti beserta hasil.

3) Kesalahan – kesalahan yang telah terjadi

(kesalahan sampel,sampling,dan hasil)

4) CV Quality Control selama 1 tahun

5) Kerusakan reagen karena kadaluarsa

6) Realisasi rencana kerja tahun sekarang dan

rencana kerja untuk tahun mendatang.

b. Pemantapan Mutu Internal (PMI)

Untuk meningkatkan mutu pelayanan laboratorium ,

maka kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium

harus dilakukan setiap hari.Pemantapan mutu internal

dimulai dari tahap pra analitik,analitik,dan pasca

analitik.
1. Pemantapan Mutu Pra Analitik

a. Identifikasi pasien

b. Persiapan pasien

c. Penerimaan dan pengambilan specimen

d. Penampungan specimen

e. Penanganan spesimen

f. Uji kualitas reagen dan antigen antisera

2. Pemantapan mutu Analitik

a. Persiapan alat : pengecekan semua system pada alat.

b. Pengecekan reagen : pengecekan masa

kadaluarsa,kualitas dan kuantitas reagen.

c. Pengujian ketelitian dan ketetapan : melaksanakan

pemeriksaan kontrol dan kalibrasi.

3. Pemantapan Mutu Pasca Analitik

a. Mencatat hasil pemeriksaan : semua hasil dari alat

yang tidak terkoneksi SIMRS dan tidak dapat di

backup datanya dilampirkan dilembar kerja

laboratorium dan di buku kerja.

b. Lakukan pemeriksaan kecocokan nama,nomor

laboratorium,jenis pemeriksaan dan hasil pemeriksaan

dari lembar kerja dengan hasil yang diinput ,kemudian

dilakukan persetujuan.Setelah semua cocok,diperiksa


ulang oleh supervisor/dokter penanggung jawab,lalu di

ACC dan hasil di keluarkan

c. Interpretasi hasil.

d. Pencatatan dan pelaporan hasil.


E . Pengolahan Limbah

ALUR LIMBAH / SAMPAH RSUD PASAR MINGGU

SAMPAH / LIMBAH
RS
SAMPA LIMBA
H H

NON INFEKSIUS SAMPAH B3 LIMBAH B3 INFEKSIUS DOMESTIK


INFEKSIUS

LIMBAH CAIRAN EKSKRE


ORGANI ANORGANI TERKONTAMIN BENDA TUMPAHAN BATERAI, IPAL, OLI TUBUH SI
K K ASI CAIRAN TAJAM B3 LAMPU , AKI BEKAS PASIEN
TUBUH PASIEN DAN BEKAS
JARUM

WADAH SPOELHOOK,
KANTONG KANTONG KANTONG SAFETY KANTON KANTONG
TAHAN
PLASTIK PLASTIK PLASTIK
G PLASTIK WESTAFLE,
BERWARN BERWARN BERWARN BOX BERLABEL BOCOR,
PLASTIK TERTUTUP, TOILET
A HITAM A HITAM A KUNING B3
BERLABEL BERLABEL BERLABEL B3 KEDAP AIR
ORGANIK ANORGAN INFEKSIUS
IK

IPAL
TPS DOMESTIC TPS INFEKSIUS TPS B3
1. Limbah Cair.

Limbah cair yang berasal dari kegiatan laboratorium yang

kemungkinan mengandung mikroorganisme dan bahan kimia. Limbah

cair daat berasal dari pelarut organik, bahan kimia (untuk pengujian

pemeriksaan), air bekas pencucian alat, sisa spesimen (darah, urin dan

cairan tubuh lainnya).

Penanganan :

a. Limbah cair (yang tidak mengandung mikroorganisme) dibuang ke

lubang pembuangan/tempat pencucian yang telah disediakan oleh

Rumah Sakit. Limbah tersebut akan ditampung di tempat

penampungan limbah cair untuk diproses lebih lanjut oleh pihak

ketiga

b. Limbah cair yang memiliki wadah (botol/tabung disposable)

dibuang ke plastik kuning kemudian diberikan ke petugas

kebersihan untuk ditangani lebih lanjut ke STP

c. Limbah cair yang mengandung organisme (botol/tabung reusable)

disterilisasi dengan menggunakan autoklaf 121oC selama 15 menit

d. Limbah cair yang mengandung B3 tidak boleh dibuang ke IPAL

rumah sakit. Masukkan limbah tersebut ke kantong plastik merah

kemudian berikan ke petugas kebersihan. Buat pencatatan

penyerahan limbah B3 dari Laboratorium ke Petugas kebersihan.

Limbah akan itangani lebih lanjut yakni dibawa ke tempat


penampungan sementara yang kemudian di proses lebih lanjut

oleh pihak ketiga.

2. Limbah Padat

Limbah padat secara umum dibagi menjadi :

a. Sampah Domestik Infeksius

Sarung tangan, kapas botol spesimen disposable, kemasan

reagen, sisa spesimen, media pembenihan bekas pakai, kapas lidi,

plastik spesimen. Limbah padat infeksius dimasukkan dalam

kantong plastik kuning. Pada saat pembuangan, isi kantong plastik

tersebut tidakBoleh dipilah-pilah, tetapi langsung dibawa petugas

untuk ditindaklanjuti di Insenerator.

b. Sampah Domestik Tidak Infeksius

Kertas,karton/dus,kantong makanan dan plastik dimasukkan ke

kantong plastic hitam.kantong plastic hitam akan dibawa oleh

petugas kebersihan untuk dibawa ke tempat penampungan

sampah sementara dan selanjutnya diangkut ke lokasi/tempat

pembuangan akhir.

c. Jarum suntik/ Lancet.

Masukkan jarum suntik/lancet ke wadah yang tahan tusuk dan

bertutup rapat. Wadah tersebut akan dibawa oleh petugas

kebersihan untuk ditindak lanjuti di Insenerator.


d. Limbah bahan Tajam (kaca objek, kaca penutup)

Masukkan bahan/limbah ke dalam wadah yang tahan

tusukan,tutup rapat. Serahkan wadah tersebut ke petugas

kebersihan untuk ditindak lanjuti.

e. Botol penampung spesimen dari cairan tubuh.

Masukkan botol penampung bekas pakai (tutup rapat) ke dalam

kantong plastik kuning . Serahkan kantok plastik kuning tersebut

ke petugas kebersihan untuk ditindak lanjuti.

f. Vacutainer (tabung penampung spesimen darah)

Tutup vacutainer dengan rapat, kumpulkan menjadi satu

bagian,masukkan ke kantong palstik kuning kemudia berikan ke

petugas kebersihan untuk dibawa ke penampungan sementara

untuk di proses lebih lanjut (dibawa ke Insenerator)

g. Tip

Tip dari laboratorium Mikrobiologi di rendam pada suatu wadah

yang telah diberi larutan Chlorin 0.5 % / Na.Hipoklorit 0.78 % ,

biarkan beberapa lama . Buka kran air, biarkan air mengalir ,

buang bekas larutan ke tempat pencucian , untuk tip bekasnya

dibuang ke dalam plastik kuning.


BAB IV

MASALAH DAN PEMECAHANNYA

A. Pra Analitik

1. Pasien yang akan melakukan pemeriksaan gula darah

puasa didapatkan puasanya melebihi dari apa yang

disarankan (10 - 12 jam). Sedangkan pasien sudah puasa

selama 14 jam.

Pemecahan masalahnya yaitu petugas laboratorium

menjelaskan kepada pasien dan meminta pasien supaya

mengulang puasanya lagi sebelum pemeriksaan.

2. Pemeriksaan Napza pada saat pengambilan spesimen

(Urin) tidak disaksikan secara langsung oleh petugas

laboratorium sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan.

Pemecahannya yaitu dengan menjelaskan kembali kepada

pasien dan meminta pasien untuk mengambil urin ulang

dengan disaksikan petugas laboratorium.

B. Analitik

1. Ditemukan sampel darah EDTA untuk pemeriksaan

Hematologi dalam keadaan ada bekuan (Clot) sehingga

hasil pemeriksaan menjadi tidak akurat.


Pemecahannya petugas laboratorium harus mengecek

ulang sampel sebelum dimasukkan ke dalam alat

hematologi.

2. Ditemukan sampel darah Kimia untuk pemeriksaan Kimia

Klinik dalam keadaan lisis sehingga hasil pemeriksaan

menjadi tidak akurat.

Pemecahannya yaitu dengan mengambil sample darah

ulang pasien.

C. Pasca Analitik

Didapatkan janji hasil pemeriksaan yang tidak sesuai pada

saat pasien di registrasi yaitu hasil pemeriksaan harusnya

selesai 3 hari, malah belum selesai karena terlewat.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan :

1) Diberikan kesempatan dalam melakukan sampling darah, baik

darah vena, arteri maupun perifer.

2) Bertambahnya pengetahuan tentang alat-alat pemeriksaan

laboratorium yang sudah komputerisasi, dan berkesempatan untuk

mengoperasikannya.

3) Bertambahnya pengetahuan mengenai proses perlakuan terhadap

sampel yang baik dan benar.

4) Beberapa hal yang perlu dicermati antara lain pada tahap pra-

analitik adalah informasi yang tepat kepada pasien, pada tahap

analisa dalam pelabelan sampel, penggunaan reagen dan teknik

kerja yang akurat, sedangkan pada tahap pasca analitik dalam

memasukkan data hasil pemeriksaan ke komputer.

5) Di RSUD Pasar Minggu telah melakukan pemisahan sampah baik

sampah infeksius, non infeksius maupun benda tajam pada tempat

yang berbeda. Untuk K3 karyawan dan karyawati dilengkapi

dengan Alat Pelindung Diri (APD).


B. Saran

1. Untuk Lahan PKL

Kepada seluruh pihak rumah sakit dan laboratorium klinik di

RSUD Pasar Minggu :

a. Mempertahankan kualitas alat dan cara kerja yang sesuai

dengan SOP yang sudah ada, serta tenaga kerja yang

semakin kompeten.

b. Kedisiplinan kerja pegawai dan pelayanan laboratorium sudah

baik dan perlu ditingkatan demi peningkatan mutu pelayanan

laboratorium.

2. Untuk Institusi Pendidikan

a. Tetap menjadikan RSUD Pasar Minggu sebagai tempat PKL

untuk mahasiswa dan mahasiswi.

b. Kepada institusi agar lebih memperhatikan mahasiswa dan

mahasiswinya dalam segi teori dan praktek sebelum

memasuki lahan PKL.

3. Untuk Peserta PKL

Diharapkan kepada peserta PKL selanjutnya agar lebih

mempersiapkan teori sebelum memasuki lahan PKL dan jangan patah

semangat untuk selalu belajar agar bisa terus maju dan berkembang

ilmunya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai