Anda di halaman 1dari 29

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK (GGK) YANG MENDAPATKAN TRANSFUSI PACKED RED
CELL ( PRC ) DI RSU.CUT MUTIA ACEH UTARA TAHUN 2019

PUTRI YANI
20114R161

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI BANK DARAH POLITEKNIK


KESEHATAN BHAKTI SETYA INDONESIA JOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI

Halaman Pernyataan KeaslianKarya Tulis Ilmiah.............................................................i


Kata Pengantar.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6


E. Gagal Ginjal Kronik (GGK).....................................................................................6
F. Hemoglobin (Hb).........................................................................................9
G. Transfusi....................................................................................................11
H. Komponen Darah.......................................................................................13

I. Pembuatan Komponen Darah...................................................................16


J. Kerangka Teori..........................................................................................19
K. Kerangka Konsep......................................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................21


A. Jenis Penelitian.........................................................................................21
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................21
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................21
D. Variabel Penelitian.....................................................................................22
E. Cara Pengumpulan Data...........................................................................22
F. Cara Pengolahan dan Analisis Data..........................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIANKARYA TULIS ILMIAH
Saya Menyatakan Dengan Sesungguhnya Bahwa KTI Dengan Judul :

GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK (GGK) YANG MENDAPATKAN TRANSFUSI PACKED RED
CELL ( PRC ) DI RSU.CUT MUTIA ACEH UTARA TAHUN 2019

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah tersebut dibuat


untuk melengkapi sebagian persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya
Kesehatan. Sejauh yang saya ketahui karya tulis ini bukan tiruan atau duplikasi
dari KTI yang sudah diplukasikan dan tidak pernah dipakai untuk mendapatkan
gelar Ahli Madya Kesehatan di lingkungan Akademi Kesehatan maupun di
Perguruan Tinggi atau Institusi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya. Saya bertanggung jawab
atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
tanpaadanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun, serta bersedia
mendapat sanksi akademi jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak
benar.

Jogyakarta, 2021
Yang menyatakan,

PUTRI YANI

20114R161

i
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmannirrahim, Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis panjatkan puji


dan syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Gambaran Kadar Hemoglobin pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)Yang
Mendapatkan Transfusi PACKED RED CELL ( PRC ) DI RSU.CUT MUTIA
ACEH UTARA TAHUN 2019”. Penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
diploma D-III Teknologi Bank Darah di Politeknik Kesehatan Bhakti Setya
Indonesia. Sehubung terselesai nya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis
mengucap kan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu Dra.Hj.Yuli Puspito Rini, M.si. selaku direktur Politeknik Kesehatan Bhakti
Setya Indonesia.

2. Ibu Windadari Murni Hartini, SKM., MPH. Selaku ka.prodi D-III TTD Akademi
Bank Darah

3. Ibu Ika Sulis Setyia Ningsih, M.Pd selaku pembimbing 1

4. Bapak M. Imron Mawardi,SKM.,M.Kes,Epid selaku pembimbing 2


5. Semua yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang telah melancarkan proses
penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis mengerjakan penulisan karya tulis Ilmiah ini dengan usaha yang
semaksimal mungkin namun penulis menyadari bahwa tidak ada penelitian yang
sempurna,maka saran dan kritik penulis harapkan semoga karya tulis
ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
khususnya bidang kesehatan.

Jogyakarta, 2021

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang sulit diobati,
penyakit ini menyerang organ ginjal.Organ ginjal didalam setiap tubuh manusia
memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam proses penyaringan dan
membantu proses sirkulasi darah. Maka apabila fungsi ginjal terganggu, segala
aktivitas di dalam tubuh terganggu. Terganggunya aktivitas ginjal
mengakibatkan terjadinya penurunan Hemoglobin karena organ ginjal
merupakan salah satu tempat untuk menghasilkan dan sebagai pembantu
produksi eritrosit yang normal. Hemaglobin menurunkan dikarenanakan area
kepucatan dari Hemaglobin pada eritrosit meluas dari ukuran normal eritrosit.
Eritrosit diproduksi oleh sumsum tulang belakang dan dibantu oleh fungsi ginjal
untuk diedarkan keseluruh tubuh. oleh sebab itu apabila fungsi ginjal terganggu
maka asupan oksigen kejaringan tubuh akan terganggu dan inilah yang
mengakibatkan anemia. Anemia dapat terjadi pada berbagai penyakit
khususnya pada seseorang yang menderita gagal ginjal kronik yang melakukan
cuci darah (Aru sudoyo,2006).

Kadar Hemoglobin dalam dunia medis digunakan sebagai patokan dalam


mengukur Hemoglobin pada sejumlah darah, namun perbedaan ras, suku
bangsa,jenis kelamin dan umur sangat mempengaruhi dalam menentukan kadar
Hemoglobin normal seseorang. Oleh karena itu, hal tersebut WHO telah
menetapkan batas kadar Hemoglobin normal pada wanita dewasa 12.0 g/dl dan
pada pria dewasa 13,0 g/dl (Kiswari,2010).

Transfusi darah dilakukan dengan pemberian whole blood (WB), atau


dengan komponen darah lainnya yang sesuai kebutuhan.Whole Blood (WB),
terdiri dari berbagai komponen darah yaitu Red Blood Cells (RBC),Fresh Frozen
Plasma (FFP),Thrombocyte Concentrate (TC), dan Kriopresipitat, salah satu
komponen sel darah yang sering digunakan adalah Packed Red Cell (PRC).

1
2

Secara umum PRC diberikan untuk pasien anemia yang tidak desertai
penurunan volume darah, seperti pasien dengan anemia hemolitik, leukemia
kronik, penyakit keganasan, thalasemia, gagal ginjal kronik (Kritiawan, 2017).

Transfusi darah digunakan sebagai salah satu terapi untuk menggantikan


fungsi ginjal yang memburuk, transfusi PRC dapat mengurangi resiko terjadinya
reaksi transfusi yang tidak diinginkan bagi pasien,dan diindikasikan untuk
peningkatan yang cepat dalam penyediaan oksigen ke jaringan dan mencengah
hipoksia jaringan (saraswati, 2015).

Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang


meliputi perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan
darah, pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah atau
komponen darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan (Permenkes RI No.83, 2014). Palang Merah Indonesia
(PMI) adalah organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
kepalangmerahan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.Unit
transfusi darah (UTD) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pendonor darah, penyediaan darah dan pendistribusian
darah. (Depkes RI, 2015).

Salah satu alasan tidak terpenuhinya kebutuhan transfusi darah untuk


pasien yang membutuhkan transfusi darah, termasuk di antaranya pasien GGK
yang ada di RSU.CUT MUTIA Aceh Utara , dikarenakan tingginya akan
kebutuhan darah di semua rumah sakit yang ada di Aceh Utara dan kota
Lhokseumawe, sehingga Unit Donor Darah PMI Aceh Utara tidak dapat
memenuhi semua kebutuhan akan darah tersebut, atau dalam hal ini dapat juga
di sebut ketidakimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan
rasional (WHO, 2007).

Banyak orang yang belum mengetahui tentang donor darah, pentingnya


melakukan donor darah dan manfaat melakukan donor darah. Kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang donor darah berdampak pada berkurangnya
atau terbatasnya ketersediaan darah dan produk darah di PMI maupun rumah
sakit, sehingga masyarakat yang memerlukan darah merasa kesulitan mencari
darah yang dibutuhkan.Indonesia membutuhkan sedikitnya satu juta pendonor
darah guna memenuhi kebutuhan 4,5 juta kantong darah pertahun. Sedangkan
di Aceh utara dan kota Lhokseumawe, rata-rata kebutuhan darah sebanyak
12.331 kantong pertahun, permintaan darah dari semua rumah sakit yang ada
di Aceh utara dan kota lhokseumawe mencapai 13.066 kantong pertahun (PMI
Aceh Utara, 2019).

Selama ini belum ada evaluasi pemberian transfusi Packed Red Cell
(PRC) pada pasien penderita Gagal ginjal kronik (GGK),maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang Gambaran kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal
kronik (GGK) yang mendapatkan transfusi Packed Red Cell (PRC) di RSU.CUT
MUTIA Aceh Utara Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut , maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut :“ Bagaimana Gambaran Kadar Hemoglobin
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang MendapatkanTransfusi Packed
Red Cell (PRC) Di RSU.CutMutia Aceh Utara Tahun 2019?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Tujuan Umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran


kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik (GGK)yang mendapatkan
transfusi Packed Red Cell (PRC) di RSU.CUT MUTIA Aceh Utara Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kadar hemoglobin sebelum transfusi Packed Red


Cell (PRC)
b. Mengetahui gambaran kadar hemoglobin setelah transfusi Packed Red Cell
(PRC)
c. Menganalisis jumlah kantong PRC yang dibutuhkan setiap pasien GGK yang
mendapatkan transfusi darah.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan serta informasi mengenai
transfusi darah, kadar hemoglobin pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di
RSU.Cut Mutia Aceh Utara Taahun 2019.
b. Bagi masyarakat
Penelitian ini bagi masyarakat dapat berguna untuk menambah
wawasan dan pengetahuan keluarga pasien GGK dalam mengontrol status
hemoglobin agar tidak terjadi anemia.
c. Bagi RSU.Cut Mutia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan
referensi bagi kalangan yang akan melakukan penelitian lebih lajut dengan
topik yang berhubungan dengan judul penelitian diatas.

E. Keaslian Penelitian
N Judul Penelitian Peneliti Metode Hasil Penelitian Perbedaan
o Penelitian

1. Hubungan Ma’shum penelitian mengetahui Pada gambaran Hasil


Asupan Protein ah (2014) diskriptif hubungan Asupan asupan makanan yang
Dengan Kadar analitik Protein Dengan kekurangan hemoglobin
Ureum, dan kadar pada penderita
Kadar ureum,Kreatinin, hemodialisa pasien
Hemaglobin dan Kadar GGK
Darah pada Hemoglobin Darah
Penderita Gagal pada Penderita
Ginjal Kronik Gagal Ginjal Kronik
Hemodialisa Hemodialisa Rawat
Rawat Jalan Di Jalan Di
RS.Tugurejo RS.Tugurejo
Semarang Semarang.
2. Status besi pada Ombuh desain untuk melihat Melakukan penelitian
pasien penyakit (2013) deskriptif stautus besi pada pada gambaran klinis
ginjal kronik pasien PGK. hemodialisa pada
yang sedang menunjukkan pada pasien PGK yang
menjalani pasien PGK yang mengalami anemia
hemodialisa di menjalani
BLU hemodialisis
RSU.Prof.Dr.R. semuanya
D Kandou mengalami anemia.
Manado. pemeriksaan status
besi dimana saturasi
transferin
< 20%. Ada juga
didapatkan
peningkatan
Feritin > 400 ng/ml
yang
disebabkan oleh
karena adanya
infeksi pada
anemia penyakit
kronis atau juga
bisa
disebabkan
karena seringnya
transfusi darah.
seperti
3 korelasi kadar Anisatul Deskriptif kadar krteatinin Perbedaan penelitian
Hemoglobin Hamidah analitik tinggi, dari penelitian
dengan saturasi (2011) kadar ureum tinggi, sebelumnya adalah
transperin pada dan pada gambaran
penderita Gagal kadar hemoglobin hemodialisa reguler
Ginjal Kronik rendah mengalami penurunan
yang anemia di yang memiliki kadar zat besi pada
RSU Dr.Iskak riwayat pasien GGK
Tulungagung. gagal ginjal kronik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Ginjal Kronik (GGK)


1. Definisi
Ginjal adalah organ yang memproduksi dan mengeluarka urien dalam
tubuh, sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan
hemeostatis (kesimbangan cairan dan elektrolit). Ginjal melakukan fungsi yang
paling penting dengan, menyaring plasma dan memindahkan zat darifiltrate pada
kecepatan yang bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh. Akhirnya ginjal
membuang zat yang tidak diinginkan dengan cara filtrasi darah menggeskresi
memlalui saluran urine sementara zat yang dibutuhkan akan kembali kedalam
darah (Mary B.,2005)
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan terjadi lebih dari 3 bulan. Kriteria
Gagal Ginjal Kronik(GGK) seperti yang tertulis pada tabel 2.1(National Kidney
Foundation, 2002).
Tabel 2.1 Kriteria Gagal Ginjal Kronik (GGK)
No Kriteria Gagal Ginjal Kronik (GGK)
1 Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan,
berupakan kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa
penurunan glomerulus filtration rate (GFR), dengan menifestasi: Kelainan
patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan darah atau urin,atau
kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests).
2 GFR kurang dari 60 mL/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau
dengan kerusakan
ginjal.

Sumber : National Kidney Foundation, 2002

6
7

Ginjal didalam tubuh berfungsi untuk mengeluarkan sisa metabolisme


tubuh dalam darah yang berasal dari aktifitas otot dan yang berasal dari
makanan yang dimakan. Setelah tubuh menggunakan makanan untuk energi ,
sisa metabolisme dikirim melalui darah apabila ginjal tidak sisa metabolisme
tersebut , maka akan menumpuk di ginjal dan mengaggu kesehatan tubuh. Ginjal
juga berfungsi sebagai keseimbangan dalam cairan tubuh, memproduksi hormon
yang mengontrol tekanan darah dan sistesis sel darah merah (Eritropoetin), yang
membantu pembuatan sel darah merah. Ginjal juga memproduksi vitamin D3
yang berguna untuk memelihara keshatan tulang (I Wayan S., 2005)

Fungsi Ginjal
a. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit
b. Ekskresi sisa metabolisme
c. Ekstresi zat-zat bioaktif yang mempengaruhi fungsi tubuh (Hormon dan
zat asing , seperti obat-obatan)
d. Pengaruh tekanan darah
e. Pengaruh produksi sel darah merah
f. Pengaturan produksi vitamin D
g. Glukogenesis.

1. Etiologi
Etiologi GGK menurut perhimpunan nefrologi Indonesi (Pernafri) tahun
2011, menyatakan bahwa pennyebab terbanyak adalah ginjal hipertensi dengan
insiden sebanyak 34 % (PERNEFRI,2011).

2. Patofisiologi
Sebuah ginjal berisikan 1 juta nefron yang masing – masing memberikan
kontribusi terhadap total GFR (Gromerular filtration Rate). Dalam menghadapi
cedera ginjal, ginjal memiliki kemampuan untuk mempertahankan GPR,
meskipun terjadi kerusakan nefron yang progresif. Adaptasi nefro ini
memungkinkan melanjutkannya clearance plasma zat terlarut secara normal.Sisa
nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan
seluruh beban kerja ginjal.
8

Peningkatan kecepatan filtrasi zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap
nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron menurun dibawah nilai
normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat
rendah (Arora dan Batuman, 2015)
Kadar plasma dari zat – zat seperti urea dan kreatinin mulai menunjukkan
peningkatan yang bermakna ketika GFR menurun hingga 50% . Nilai kreatinin
plasma akan sekitar dua kali lipat pada GFR <50%. Misalnya kenaikan Kreatinin
plasma dari nilai dasar 0,6 mg/dL menjadi 1,2 mg/dL pada pasien,walaupun
masih dalam kategori dewasa sebenarnya menunjukkan kehilangan 50% fungsi
masa nefron (Arora dan Batuman,2015).

3. Manifestasi Klinis
Pasien GGK stadium 1-3 (GFR>30 mL/min/1,73 m²), sering tanpa gejala
(asymtomatic), tapi sudah terjadi peningkatan kadar kreatinin serum. Umumnya
gangguan ini menjadi nyata secara klinis pada GGK stadium 4-5 (GFR <30
mL/min/1,73 m²). Pasien dengan penyakit tubulinterstitial, penyakit
kistik,seindrom nefrotik dan kondisi lain yang terkait dengan gejala
“positif”(misalnya poliuria, hematuria,edema) , memiliki risiko untuk meningkatkan
progresifitas GGK (Arora dan Batuman , 2015).

4. Penatalaksanaan
Pengobatan GGK bertujuan untuk memperlambat progresifitas dan untuk
mempersiapkan ESRD (End Stage Renal Disease), karena gejala GGK yang
progresif berkembang secara perlahan, terapi GGK biasanya diarahkan pada
asimtomatik yang dideteksi dengan tes laboratorium. Artinya penyebab utama
ESRD dapat dihindari untuk beberapa derajat dengan tindakan pencengah
primer atau konservatif seperti diet, mengontrol beraty badan dan olah raga.
Selanjutnya penyakit yang mendasari terjadinya GGK seperti, hipertensi dan
diabetes dapat diatasi dengan upaya pencengahan sekunder seperti kontrol
tekanan darah dan glukosa darah (Turner et al., 2012).
B. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah salah satu komponen dari sel darah
merah/eritrosit yang merupakan protein terkonjugasi yang berfungsi untuk
transportasi oksigen (O2) ,dan karbon dioksida (CO2) . Setiap gram Hb mengikat
1,34 mL O2, selain itu struktur hemoglobin mampu menarik CO2 dari jaringan
serta menjaga darah pada pH yang seimbang. Satu molekul hemoglobin
mengikat satu molekul oksigen di lingkungan yang kaya oksigen yaitu, di alveoli
paru-paru. Hemoglobin memiliki afinitas yang tinggi untuk oksigen dalam
lingkungan paru-paru karena, pada jaringan kapiler di paru-paru terjadi proses
difusi oksigen yang cepat (Kiswari, 2014). Hemoglobin adalah protein yang kaya
zat besi dan memiliki afinitas ( daya gabung) terhadap O2 dan dengan O2
tersebut akan membentuk oksi Hb didalam sel darah merah. Melalui difusi ini O2
dibawa dari paru-paru ke jaringan seluruh tubuh (pearce,2013).
Pembentukan hemoglobin ini dalam tubuh memerlukan bahan yang penting
yaitu terdiri dari Fe, vitamin B12 dan juga asam folat. Diperlukan 1 mg besi setiap
mililiter eritrosit yang di produksi oleh tubuh. Setiap hari 20 – 25 mg besi , sangat
diperlukan dalam pembentukan eritrosit (etitropoesis) dalam tubuh dimana
,sebanyak 95% didaur ulang dari besi yang berasal dari penghancuran eritrosit
dan katabolisme Hb. Apabila tubuh kekurangan besi (Fe) maka, pembelahan sel
akan menghasilkan eritrosit yang berukuran lebih kecil dari normal dan terjadi
penurunan kadar Hb (Riswanto, 2013).

1. Struktur Hemoglobin (Hb)


Struktur Hb terdiri dari dua struktur utama yaitu heme dan globin serta
struktur tambahan yang terdiri dari 4 rantai polipeptida. Polipeptida tersusun dari
asam amino yang terikat menjadi rantai dengan urutan tertentu , molekul heme
terjadi dari empat struktur heme dengan besi dipusat dan dua pasang rantai
globin. Struktur heme berada pada rantai globin. Hemoglobin mulai disintesis
pada tahap normoblast polikromatik dalam eritropoesis (kiswari, 2014).
2. Fungsi Hemoglobin
a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan
tubuh.
b. Mengambil oksigen yang dipakai untuk bahan bakar dari paru-paru dan
kemudian dibawa ke seluruh jaringan tubuh.
c. Membawa karbondioksida sebagai hasil metabolisme ke paru untuk
dibuang dari jaringan tubuh untuk mengetahui, apakah seseorang
kekurangan darah atau tidak melakukan pengukuran kadar hemoglobin.
Penurunan kadar hemoglobin dari normal biasanya disebut dengan
anemia.
3. Kadar Hemoglobin
Menurut Direktoraty Jendral Bina Kesehatan Masyarakat (2005), batasan normal
kadar Hb yaitu :
a. Anak balita 11 g/dL
b. Anak usia sekolah 12 g/dL
c. Wanita dewasa 12 g/dL
d. Pria dewasa 13 g/dL
e. Ibu hamil 11g/dL
f. Ibu menyusui 12 g/dL

4. Metode Pemeriksaan Hemoglobin


Menurut Kiswari (2014) metode untuk menentukan kadar hemoglobin adalah :
a. Metode Tallquist
Metode Tallquist adalah metode yang menggunakan prinsip
membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang mempunyai gradasi
mulai dari warna merah muda sampai dengan merah tua (10- 100%). Setiap
tahapan gradasi warna berbeda 10%, dan ada 10 gradasi warna. Pada
penggunaan metode ini tingkat kesalahannya diperkirakakan mencapai 30-50%.

b. Metode cupri (Cu) sulfat


Metode cupri sulfat ini adalah tes kualitatif yang berdasarkan dengan berat
jenis. Metode ini digunakan untuk penetapan kadar Hemoglobin(Hb) untuk donor
yang cocok dan sehat.
c. Metode Sahli
Metode ini merupakan salah satu penetapan kadar Hb secara visual, darah
di encerkan dengan larutan hidrogen klorida , kemudian Hb akan merubah
menjadi asam hematin. Untuk menyamakan warna dengan warna campuran
standar yang tersedia dalam tabung gelas menggunakan aquadest yang
ditambahkan sampai mendapatkan warna yang sama dengan standar. Tingkat
kesalahan dari metode ini adalah 15-30%.

d. Metode Fotoelektyrik kolorimetri


Metode ini mampu mendapatkan hasil kadar Hb yang lebih teliti
dibandingkan dengan menggunakan metode visual. Tingkat kesalahan dari
metode ini sekitar 2%. Penetapan kadar Hb ini memiliki banyak cara antara lain
yaitu, cyanmetHb, oksihemoglobin(HbO2) dan cara alkali hematin.

C. Transfusi
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen dari
seorang donor kepada orang lain ( penerima).Pelaksanaan transfusi selain
memindahkan sel darah juga dapat mengalihkan : glukosa,laktat dan kalium ke
penerimanya. Darah transfusi berdasarkan lama penyimpanannya ada beberapa
macam yaitu: darah segar ,baru dan simpanan. Darah segar adalah darah yang
baru diambil dari donor yaitu berumur sampai eman jam sesudah pengambilan.
Darah baru adalah darah yang tersimpan antara enam jam sampai enam hari
sesudah diambil dari donornya. Darah simpan adalah yang disimpan lebih dari
enam hari sesudah diambil dari donornya (Sudjianto et al., 2014).
Transfusi darah adalah pemindahan secara aman komponen darah dari
donor ke resipien (penerima). Umumnya yang dipindahkan adalah sel darah yang
sebelumnya harus dicocokan antara donor dan resipien. Pemilihan donor yang
cermat dan pemeriksaan mikrobiologis membantu melindungi baik donor maupun
resipien. Seldarah merah mengandung lebih dari 400 antigen. Sistem ABO dah
Rh adalah yang paling penting dalam transfusi. Orang yang memiliki satu antigen
(misal golongan A atau B), dapat membentuk antibodi secara alami terhadapnya
biasanya IgM.
Antibodi ini dalam resipien dapat menyebabkan hemoliasis atau opsonisasi
sel darah merah donor jika sel-sel ini mengandung antigen tersebut. Antibodi
juga dapat terbentuk dari pajanan ke antingen atau melalui transfusi atau
kehamilan. Kerenanya dilakukan pencocokan silang sel darah merah donor
dengan plasma resipien untuk menjamin bahwa mereka cocok. Komplikasi
transfusi darah mencakup reaksi hemolitik, reaksi demam terhadap sel darah
putih atau protein kelebihan cairan dalam sirkulasi , penularan infeksi virus dan
dalam jangka panjang kelebihan besi (Hoffbrand dan Moss , 2013 ).
Transfusi adalah salah satu terapi penunjang yang penting tidak hanya
kelainan di bidang hematologi , namun juga pada kasus non hematologi seperti
sepsis, persiapan pre-operatif maupun penyakit lain. Tujuan transfusi darah
antara lain untuk mengembalikan volume darah normal , mengganti kekurangan
komponen darah, dan meningkatkan oksigenasi maupun hemostasis. Dasar
indikasi penggunaan komponen darah selain sfisien, ekonomis juga untuk
memperkecil reaksi transfusi (Nency dan Sumanti, 2011).
Tujuan utama memberikan transfusi adalah memberikan volume darah dan
memperbaiki daya transport untuk oksigen. Satu unit darah 500 mL, biasanya
menaikan kadar Hb 1 g/dL. Pada pendarahan akut usahakan agar Hb mencapai
lebih kurang 70% dari normal (8-9 g/dL). Untuk kehilangan darah yang kurang
berat dan tidak disertai hipovolemia dapat digunakan Packed Red Cell (PRC).
Seseorang membutuhkan darah apabila jumlah sel komponen darah nya tidak
mampu mencukupi untuk menjalan fungsinya secara normal. Untuk sel darah
merah mempunyai indikator kadar hemoglobin (Hb). Indikasi transfusi secara
umum adalah bila angka Hb mununjukan kurang dari 7 g/dL (Wakhidah, 2013).

D. Komponen Darah
Komponen darah diproduksi dari seluruh donor darah untuk memfasilitasi
perbedaan terapi pasien yaitu eritrosit , protein plasma dan trmbosit. Tujuan
pembuatan komponen darah untuk mempertahankan keawetan dan fungsi.
Untuk mencegah perubahan atau kontaminasi yang merugikan (Kiswari, 2014)

1. Whole Blood (WB)


Whole Blood merupakan komponen yang tidak dimodifikasi, diambil dari
donor yang terdiri dari, eritrosit, leukosit,trobosit dan plasma protein dengan
pengawet anti koagulan CPD (Citrate Pospat Dekstrose) atau CPDA (Citrate
Prosspat Dektrose Adenine) ,Whole blood disimpan dalam refregerator yang di

monitor pada suhu 1- 6 oC selama 21 hari jika dikumpulkan dalam CPD atau
selama 35 hari jika dikumpulkan dalam CPDA (Blaney & Howard, 2013). WB

harus berada pada suhu 2-6 oC dan tidak boleh melebihi suhu 10 ℃ selama
maksimal 24 jam (Kaitel,2011).

2. Packed Red Cell (PRC)


Packed Red Cell(PRC) atau satu paket darah merah terbuat dari unit darah
utuh Whole Blood (WB) ,dengan sentrifugasi dan pengurangan sebagian besar
plasma secara langsung menyisakan unit dengan hemarokrit sekitar 60%. Satu
unit Packed Red Cell (PRC) ,akan meningkatkan hematokrit pada pasien dewasa
,standar sebesar 3% (atau sekitar 1%/mL/kg, pada anak – 12% / 25 kg dengan
unit PRBC (packed red blood cell) 300 mL standar). Packed Red Cell(PRC)
mengandung leukosit (kira-kira 2,5 – 3,0 x 109 sel) ,dan kandungan trombosit
yang bervariasi tergantung pada metode sentrifugasi. Jumlah plasma yang
dikeluarkan whole blood (WB) , akan bervariasi tergantung pada larutan
pengawet antikoagulan yang dipakai (Anggraini et al., 2015).
Komponen ini digunakan untuk menggantikan massa sel darah merah
ketika oksigenasi jaringan terganggu oleh anemia akut atau kronik. Packed Red
Cell (PRC), digunakan secara umum untuk transfusi sel darah merah pada
sebagian besar negara, whole blood sudah tidak digunakan secara rutin. Sel
darah merah harus kompatibel ABO dan Rhesus. Pada operasi elektif dilakukan
pre-operative pre- transfusion testing. Jika pre- operative pre-transfusion testing
tidak dapat dilakukan dan golongan darah tidak diketaui, uncrossmatched group
O red cell digunakan pada pendarahan di luar perkiraan. Jika waktunya cukup
untuk mengecek ABO dan Rhesus golongan darah, uncrossmatched spesifik sel
darah merah bisa di gunakan dalam kondisi darurat. Crossmatch membutuhkan
waktu 45 menit dan lebih lama jika terdeteksi antibodi terdahap sel darah merah.
Pada transfusi masif setelah 10 unit Pecked Rec Cell (PRC), dalam 24 jam maka
dapat diberikan walaupun tanpa crossmatch. PRC ditramsfusi untuk
mengoptimalkanpenghantaran oksigen ke jaringan (Anggraini et al.,2015).
Packed Red Cell (PRC) diberikan pada pasien anemia tanpa penurunan
volume darah (aplastik,leukimia,thalasemia,gagal ginjal kronik dan perdarahan
kronik) yang ada tanda “oksigen need”. Pecked Red Cell (PRC) diberikan sampai
tanda oksigen need hilang biasanya pada Hb 8-10g/dL. Dari 150-200 ml/kantong
diperoleh kanikan Hb dua kali lebih banyak (kurang lebih 0,5 g/dL), resiko
oveload lebih kecil. PRC berasal dari darah lengkap yang disendimentasi selama
penyimpanan atau dengan sentrifugasi Putaran tinggi (Muller et al.,2015).

a. Indikasi PRC
Indikasi pemberian Pecked Red Cell (PRC) antara lain adalah :
1. Kehilangan darah massif
2. Anemia pada penyakit kronik
3. Hemoglobinopati
4. Sebelum operasi memelihara Hb, Hb > 10 g/dL tidak perlu transfusi untuk
mengganti hematinik ( obat yang digunakan untuk memperbaiki
pembentukan sel darah atau eritropoesis)
5. Untuk memperluas volume sirkulasi (Liumdruno et al.,2009).

b. Kelebihan Packed Red Cell (PRC)


Kelebihan penggunaan PRC adalah :
1. Kemungkinan oveload sirkulasi menjadi minimal
2. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal
3. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal
4. Volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal
5. Meningkatkan daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat
digunakan menjadi komponen – komponen lain (Muller et al., 2015).

c. Kekurangan PRC
Kekurangan penggunaan PRC adalah apabila masih cukup banyak
plasma, leukosit, trombosit yang tertinggal, sehingga masih ada sentisasi yang
dapat memicu timbulnya pembentukan antibodi terhadap donor. Untuk
mengurangi efek samping komponen non eritrosit maka dibuat PRC yang dicuci
(Muller et al., 2015).
3. Cryoprecipited Antihemophilic Factor
Cryoprecipitated Antihemophilic Factor adalah bagian yang larut dalam plasma
yang tesisa setelah Fresh Frozen Plasma(FFP) dicairkan pada suhu lemari es,
yang berisikan sekitar 50% factor VIII dan 20-40% fibrinogen dalam unit plasma
(Porter et al.,2014).

4. Konsentrat Trombosit
Konsentrat trombosit (platelet concentrat,PC), dibuat dari darah utuh dengan
sentrifugasi plasma yang kaya trombosit. Konsentrat trombosit harus
mengandung setidaknya 5,5 x 1010 trombosit per unit. Konsentrat trombosit

disimpan pada suhu kamar (20-22 oC) (Porter et al., 2014)

5. Komponen Leukosit
Granulosit dapat dibuat dengan aferesis. Granulosit dapat disimpan pada suhu
kamar sampai 24 jam, namun selain singkat masa penyimpanannya in vitro,
granulosit mungkin telah berkurang juga kemampuannya untuk berimigrasi ke
daerah peradangan. Maka dari itu sangat diharapkan dilakukan transfusi
sesegera mungkin setelah pengumpulan satu unit granulosit mengandung
sejumlah eritrosit sehingga ABO harus kompatibel dengan penerima (Kiswari,
2014).
Gambar 2.2 Pembuatan Komponen Darah

(Sumber : Maharani, noviar)

Dasar pemberian transfusi darah secara rasional yaitu pemilihan


komponen yang tepat untuk ditransfusikan , jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan dengan cara yang benar dan saat yang tepat dan , waspada akan
efek samping yang dapat terjadi. Dengan demikian maka sebagai petugas
kesehatan yang berwenang dalam hal pemberian transfusi harus paham betul
tentang transfusi darah antara lain , berbagai macam komponen darah dan
manfaat dari masing - masing komponen , serta stabilitas dan umur berbagai
komponen darah , dan juga indikasi dan resiko efek samping dari pemberian
komponen darah itu sendiri (Kiswari, 2014).
E. Pembuatan Konponen Darah

1. Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan tahap kritis yang digunakan untuk memisahkan
komponen darah seluler dari plasma. Tahap pemisahan sel darah dan plasma jika
trobosit tidak akan dibuat, harus dalam kondisi bersih. Jika trombosit akan dibuat
sentrifugasi harus memisahkan sel darah merah dari plasma kaya akan trombosit
(platelet-rich plasma), atau dari buffy coat dan plasma. Trombosit harus
dipisahkan saat tahap sentrifugasi kedua, parameter sentrifus yang digunakan
harus divalidasi sebelum komponen darah diolah (Kiswari,2014).
2. Sendimentasi
Jika sentrifus tidak tersedia , sel darah merah dapat dipisahkan dari
plasmanya dengan meletakkan kantong darah dengan posisi berdiri di dalam
reigerator darah untuk beberapa hari untuk membiarkan sel mengendap secara
gravitasi, namun demikian pemisahan tidak sempurna dan komponen darah
memiliki keterbatasan waktu penggunaan (Kiswari, 2014).

3. Pemisahan Komponen darah


Setelah sentrifugasi kantong darah harus ditempatkan dengan hati-hati
pada ekstraktor plasma atau pada sistem pemisahan otomatik agar lapisan-
lapisan komponen darah dapat dipindahkan kedalam kantong satelit Yang
terangkai (Kiswari, 2014).
4. Pembekuan (Freezing)
Tahap pembekuan adalah kritis untuk menentukan mutu komponen darah
dan plasma harus dibekukan hingga bagian inti(paling dalam), dalam kurun
waktu yang menjamin bahwa mutu yang diinginkan dacapai. Untuk plasma segar
beku (fresh Frozen plasma=FFP) pembekuan harus cepat untukmeminimalkan
kehilangan faktor koagulasi lebih seperti faktor VIII. Sekali plasma beku,
perubahan suhu harus diminimalkan.Plasma beku harus ditangani dengan hati-
hati untuk mencengah keretakan kantong atau patahnya selang kantong darah.
Setiap ada kerusakan atau kebocoran kantong, komponen darah harus dibuang.
Plasma segar beku (fresh frozen plasma), harus dicairkan dalam kondisi yang
rewasi dan selanjutnya diproses untuk menghasilkan komponen darah
cryoprecipitate atau concentrated anti- haemophilic factor(AHF)(Kiswari,2014).
5. Pengurangan leukosit (Leukocyte Depletion)
Darah lengkap atau komponen darah individual dapat difilter untuk
menghasilkan komponen darah yang jumlal leukositnya berkurang (leukocyte
depleteled components), menggunakan kantong darah khusus dengan filter yang
terntegrasi. Proses dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecepatan aliran dan
suhu , dan harus divalidasi agar mutu yang diinginkan dapat dicapai secara
konsisten. Jumlah leukosit yang tersisa di dalam produk komponen darah akhir
harus dihitung secara reguler menggunakan metode yang telah divalidasi.
Buffy Coat Removal atau pemisahan buffy coat pada pengolahan trobosit
dapat menurunkan jumlah leukosit yang tersisa di dalam komponen darah sel
darah merah namun , tidak sesfisien pengurangan jumlah leukosit dengan
menggunakan filter (Kiswari,2014).

6. Pooling
Jika komponen darah di pool dan diberikan nomor identifikasi unit yang baru
harus ada pencatatan label, nomor donasi dari masing –masing komponen darah
yang terhubung dengan nomor baru pada kantong pooling. Nomor baru harus
dicetak oleh mesin atau ditulis secara manual dan diperiksa atas akurasinya oleh
orang kedua (Kiswari, 2014).

7. Pencucian
Komponen darah yang perlu dicuci untuk memenuhi keperluan klinis harus
dicuci dengan cairan yang cocok untuk menghilangkan hampir semua plasma
yang terkandung. Jika produk komponen darah cuci membutuhkan nomor baru
maka nomor harus dicetak oleh mesin atau ditulis secara manual , diperiksa atas
akurasinya oleh orang kedua (Kiswari,2014)

8. Iradiasi
Komponen darah yeng telah diiradiasi harus disiapkan dengan metode
yang telah divalidasi untuk menjamin bahwa iradiasi telah dilaksanakan dan
dosis yang diinginkan telah tercapai, label komponen darah harus
mengidentifikasikan bahwa komponen darah telah diiradiasi (Kiswari, 2014).
9. Apheresis
Mesin apheresis melakukan tahap sentrifugasi dan pemisahan secara
otomatis, mesin harus divalidasi untuk digunakan, dan dipelihara secara
teratur. Program operasional harus dipilih secara hati-hati untuk komponen
darah yang akan diambil dan cairan yang akan digunakan harus diperiksa
sebelum dihubungkan. Selama prosedur komponen darah yang tidak diambil
harus dikembalikan ke tubuh donor (Permenkes, 2015).

F. Kerangka Teori

PENDERITA GAGAL GINJAL

TRANSFUSI PRC

PEMERIKSAAN HB SEBELUM PEMERIKSAAN HB SESUDAH


Gambar 2.3 Kerangka Teori

Keterangan :
AREA YANG TIDAK DITELITI

AREA YANG DITELITI


3. Kerangka Konsep

TRANSFUSI PRC KADAR HEMOGLOBIN SEBELUM


DAN SESUDAH TRANSFUSI PRC
Variabel bebas
Variabel Terikat

Gambar2.4 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul “ Gambaran Kadar Hemoglobin Pasa Pasien
Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang Mendapatkan Transfusi Packed Red Cell
(PRC) di RSU.Cut Mutia Aceh Utara Tahun 2019?”, merupakan penelitian
yang bersifat kualitatif secara acak (random sampling).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada Juni 2021
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSU. Cut Mutia Aceh Utara.

C. Populasi Sampel Penelitian


1. Populasi
Pada penelitian ini, populasi targetnya adalah pasien Gagal ginjal Kronik
(GGK) yang mendapatkan Transfusi Packed Red Cell (PRC) di RSU.Cut Mutia
Aceh Utara Tahun 2019. Populasi dalam penelitian sebanyak 55.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK), yang
mendapatkanTransfusi Pecked Red Cell (PRC) di RSU.Cut Mutia Aceh Utara
Tahun 2019, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekskuli. Jumlah sampel
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi adalah 55 sampel.

21
22

3. Ktriteria Penelitian
a. Kriteria Inklusi
1. Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK), yang mendapatkan transfusi
Packed Red Cell (PRC) di RSU. Cut Mutia Aceh Utara tahun 2019.
b. Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang mengalami perdarahan akut saat mendapatkan transfusi
2. Pasien yang tidak mempunyai data hb pasca transfusi

D. Variabel Penelitian
1. Veriabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah transfusi komponen darah
Packed Red Cell (PRC).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin.

E. Cara Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dan
dikumpulkan dari informasi laboratorium, berdasarkan data pasien yang
melakukan pemeriksaan Hemoglobin di instalasi Loboratorium Rumah Sakit
Umum Cut Mutia di Aceh Utara Tahun 2019. Prosedur Penelitian dimulai dengan
tahap pengumpulan data di RSU.Cut Mutia Aceh Utara , serta pengumpulan data
hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi Pecked Red Cell (PRC) di RSU.Cut
Mutia Aceh Utara.

F. Cara Pengolahan dan Analisis Data


Data dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan rata-rata jumlah
kantong transfusi Packed Red Cell (PRC) berdasarkan, hasil pemeriksaan
kadar hemoglobin sebelum dan sesudah. Selanjutnya hasil pemeriksaan yang
diperoleh disajikan dengan bentuk tabel dan pengolahan data dengan
menggunakan metode kualitatif secara acak (random sampling).
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, et al.( 2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi Pada Pasien yang Berobat Di Poliklinik Dewasa
Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Skripsi.
Riau: Fakultas Kesehatan Universitas Riau.
Arora, P & Batuman, V. 2015. Chronic Kidney Disease. Medscape. 1-6.

Aru W.Sudoyo, b.s. 2006. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Depertemen
Penyakit Dalam.

Depkes RI. 2005. Managemen laktasi. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan


Masyarakat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2015. Buku pedoman Pelayanan transfusi darah:


Skrining untuk penyakit infeksi.Modul 2. Jakarta: Depkes RI

Hoffbrand A.V & Moss P.A.H. 2013. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC.
Hal 379.

Keitel. 2015. Conjugated bilirubin triggers anemia by inducing erythrocyte death.


Hepatology. 61: 275–284.

Kiswari. 2010. Hematologi Teori dan Praktikum. Semarang

Kiswari, R. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta: Erlangga.

Kritiawan. 2017. Gagal ginjal dan gagal ginjal kronik. Jakarta: Medika sehat.

Limbruno G, Grazzini G, Zolla L. 2009. Red Blood Cell Storage: The Story So
Blood Transfusion, vol 8.

Marry baradero. 2005. Klien Gangguan ginjal. Jakarta Pusat.

Muller et al. 2015. Transfusion of Packed Red Cell (PRC): Indications, Triggers
and Adverse Events. Deutsches Ärzteblatt International, 112: 507–18.

National Kidney Foundation. 2002. Clinical Practice Guidelines For Chronic


Kidney Disease: Evaluation, Classification and Stratification. New York:
National Kidney Foundation Inc. p. 4

Nency & Sumanti. 2011. Latar Belakang Penyakit pada Penggunaan Transfusi
Komponen Darah pada Anak. Sari Pediatri, 13(3): 159-164.

Pearce, E.C. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

PERNEFRI. 2012. 5th Annual Report of Indonesia Renal Registry.


http://www.pernefriinasn.org/laporan/5th%20annual%20report%20%20
IRR%20 2012

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 83.2014.Unit Transfusi


Darah, Bank Darah Rumah Sakit,dan Jejaring Pelayanan Transfusi
Darah.Retrieved December 17,2017.

Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia.


Hal 56.

Saraswati, Kuntil Dewi. 2015. Pengaruh Waktu Simpan Darah Terhadap Kadar
Laktat dehidrogenase pada packed red cells. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret

Sudana, I Wayan. 2005. Sistem ginjal. Jakarta: EGC

Sudjianto et al. 2014. Kadar Kalium di Packed Red Cell (PRC). Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. Vol. 20. No. 2.

World Health Organisation. 2007. Verba Autopsy Standards Ascertaining


and antributing Cause Of Death-Geneva.WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai