PUTRI YANI
20114R161
Jogyakarta, 2021
Yang menyatakan,
PUTRI YANI
20114R161
i
KATA PENGANTAR
1. Ibu Dra.Hj.Yuli Puspito Rini, M.si. selaku direktur Politeknik Kesehatan Bhakti
Setya Indonesia.
2. Ibu Windadari Murni Hartini, SKM., MPH. Selaku ka.prodi D-III TTD Akademi
Bank Darah
Jogyakarta, 2021
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang sulit diobati,
penyakit ini menyerang organ ginjal.Organ ginjal didalam setiap tubuh manusia
memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam proses penyaringan dan
membantu proses sirkulasi darah. Maka apabila fungsi ginjal terganggu, segala
aktivitas di dalam tubuh terganggu. Terganggunya aktivitas ginjal
mengakibatkan terjadinya penurunan Hemoglobin karena organ ginjal
merupakan salah satu tempat untuk menghasilkan dan sebagai pembantu
produksi eritrosit yang normal. Hemaglobin menurunkan dikarenanakan area
kepucatan dari Hemaglobin pada eritrosit meluas dari ukuran normal eritrosit.
Eritrosit diproduksi oleh sumsum tulang belakang dan dibantu oleh fungsi ginjal
untuk diedarkan keseluruh tubuh. oleh sebab itu apabila fungsi ginjal terganggu
maka asupan oksigen kejaringan tubuh akan terganggu dan inilah yang
mengakibatkan anemia. Anemia dapat terjadi pada berbagai penyakit
khususnya pada seseorang yang menderita gagal ginjal kronik yang melakukan
cuci darah (Aru sudoyo,2006).
1
2
Secara umum PRC diberikan untuk pasien anemia yang tidak desertai
penurunan volume darah, seperti pasien dengan anemia hemolitik, leukemia
kronik, penyakit keganasan, thalasemia, gagal ginjal kronik (Kritiawan, 2017).
Selama ini belum ada evaluasi pemberian transfusi Packed Red Cell
(PRC) pada pasien penderita Gagal ginjal kronik (GGK),maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang Gambaran kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal
kronik (GGK) yang mendapatkan transfusi Packed Red Cell (PRC) di RSU.CUT
MUTIA Aceh Utara Tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
E. Keaslian Penelitian
N Judul Penelitian Peneliti Metode Hasil Penelitian Perbedaan
o Penelitian
6
7
Fungsi Ginjal
a. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit
b. Ekskresi sisa metabolisme
c. Ekstresi zat-zat bioaktif yang mempengaruhi fungsi tubuh (Hormon dan
zat asing , seperti obat-obatan)
d. Pengaruh tekanan darah
e. Pengaruh produksi sel darah merah
f. Pengaturan produksi vitamin D
g. Glukogenesis.
1. Etiologi
Etiologi GGK menurut perhimpunan nefrologi Indonesi (Pernafri) tahun
2011, menyatakan bahwa pennyebab terbanyak adalah ginjal hipertensi dengan
insiden sebanyak 34 % (PERNEFRI,2011).
2. Patofisiologi
Sebuah ginjal berisikan 1 juta nefron yang masing – masing memberikan
kontribusi terhadap total GFR (Gromerular filtration Rate). Dalam menghadapi
cedera ginjal, ginjal memiliki kemampuan untuk mempertahankan GPR,
meskipun terjadi kerusakan nefron yang progresif. Adaptasi nefro ini
memungkinkan melanjutkannya clearance plasma zat terlarut secara normal.Sisa
nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan
seluruh beban kerja ginjal.
8
Peningkatan kecepatan filtrasi zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap
nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron menurun dibawah nilai
normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat
rendah (Arora dan Batuman, 2015)
Kadar plasma dari zat – zat seperti urea dan kreatinin mulai menunjukkan
peningkatan yang bermakna ketika GFR menurun hingga 50% . Nilai kreatinin
plasma akan sekitar dua kali lipat pada GFR <50%. Misalnya kenaikan Kreatinin
plasma dari nilai dasar 0,6 mg/dL menjadi 1,2 mg/dL pada pasien,walaupun
masih dalam kategori dewasa sebenarnya menunjukkan kehilangan 50% fungsi
masa nefron (Arora dan Batuman,2015).
3. Manifestasi Klinis
Pasien GGK stadium 1-3 (GFR>30 mL/min/1,73 m²), sering tanpa gejala
(asymtomatic), tapi sudah terjadi peningkatan kadar kreatinin serum. Umumnya
gangguan ini menjadi nyata secara klinis pada GGK stadium 4-5 (GFR <30
mL/min/1,73 m²). Pasien dengan penyakit tubulinterstitial, penyakit
kistik,seindrom nefrotik dan kondisi lain yang terkait dengan gejala
“positif”(misalnya poliuria, hematuria,edema) , memiliki risiko untuk meningkatkan
progresifitas GGK (Arora dan Batuman , 2015).
4. Penatalaksanaan
Pengobatan GGK bertujuan untuk memperlambat progresifitas dan untuk
mempersiapkan ESRD (End Stage Renal Disease), karena gejala GGK yang
progresif berkembang secara perlahan, terapi GGK biasanya diarahkan pada
asimtomatik yang dideteksi dengan tes laboratorium. Artinya penyebab utama
ESRD dapat dihindari untuk beberapa derajat dengan tindakan pencengah
primer atau konservatif seperti diet, mengontrol beraty badan dan olah raga.
Selanjutnya penyakit yang mendasari terjadinya GGK seperti, hipertensi dan
diabetes dapat diatasi dengan upaya pencengahan sekunder seperti kontrol
tekanan darah dan glukosa darah (Turner et al., 2012).
B. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah salah satu komponen dari sel darah
merah/eritrosit yang merupakan protein terkonjugasi yang berfungsi untuk
transportasi oksigen (O2) ,dan karbon dioksida (CO2) . Setiap gram Hb mengikat
1,34 mL O2, selain itu struktur hemoglobin mampu menarik CO2 dari jaringan
serta menjaga darah pada pH yang seimbang. Satu molekul hemoglobin
mengikat satu molekul oksigen di lingkungan yang kaya oksigen yaitu, di alveoli
paru-paru. Hemoglobin memiliki afinitas yang tinggi untuk oksigen dalam
lingkungan paru-paru karena, pada jaringan kapiler di paru-paru terjadi proses
difusi oksigen yang cepat (Kiswari, 2014). Hemoglobin adalah protein yang kaya
zat besi dan memiliki afinitas ( daya gabung) terhadap O2 dan dengan O2
tersebut akan membentuk oksi Hb didalam sel darah merah. Melalui difusi ini O2
dibawa dari paru-paru ke jaringan seluruh tubuh (pearce,2013).
Pembentukan hemoglobin ini dalam tubuh memerlukan bahan yang penting
yaitu terdiri dari Fe, vitamin B12 dan juga asam folat. Diperlukan 1 mg besi setiap
mililiter eritrosit yang di produksi oleh tubuh. Setiap hari 20 – 25 mg besi , sangat
diperlukan dalam pembentukan eritrosit (etitropoesis) dalam tubuh dimana
,sebanyak 95% didaur ulang dari besi yang berasal dari penghancuran eritrosit
dan katabolisme Hb. Apabila tubuh kekurangan besi (Fe) maka, pembelahan sel
akan menghasilkan eritrosit yang berukuran lebih kecil dari normal dan terjadi
penurunan kadar Hb (Riswanto, 2013).
C. Transfusi
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen dari
seorang donor kepada orang lain ( penerima).Pelaksanaan transfusi selain
memindahkan sel darah juga dapat mengalihkan : glukosa,laktat dan kalium ke
penerimanya. Darah transfusi berdasarkan lama penyimpanannya ada beberapa
macam yaitu: darah segar ,baru dan simpanan. Darah segar adalah darah yang
baru diambil dari donor yaitu berumur sampai eman jam sesudah pengambilan.
Darah baru adalah darah yang tersimpan antara enam jam sampai enam hari
sesudah diambil dari donornya. Darah simpan adalah yang disimpan lebih dari
enam hari sesudah diambil dari donornya (Sudjianto et al., 2014).
Transfusi darah adalah pemindahan secara aman komponen darah dari
donor ke resipien (penerima). Umumnya yang dipindahkan adalah sel darah yang
sebelumnya harus dicocokan antara donor dan resipien. Pemilihan donor yang
cermat dan pemeriksaan mikrobiologis membantu melindungi baik donor maupun
resipien. Seldarah merah mengandung lebih dari 400 antigen. Sistem ABO dah
Rh adalah yang paling penting dalam transfusi. Orang yang memiliki satu antigen
(misal golongan A atau B), dapat membentuk antibodi secara alami terhadapnya
biasanya IgM.
Antibodi ini dalam resipien dapat menyebabkan hemoliasis atau opsonisasi
sel darah merah donor jika sel-sel ini mengandung antigen tersebut. Antibodi
juga dapat terbentuk dari pajanan ke antingen atau melalui transfusi atau
kehamilan. Kerenanya dilakukan pencocokan silang sel darah merah donor
dengan plasma resipien untuk menjamin bahwa mereka cocok. Komplikasi
transfusi darah mencakup reaksi hemolitik, reaksi demam terhadap sel darah
putih atau protein kelebihan cairan dalam sirkulasi , penularan infeksi virus dan
dalam jangka panjang kelebihan besi (Hoffbrand dan Moss , 2013 ).
Transfusi adalah salah satu terapi penunjang yang penting tidak hanya
kelainan di bidang hematologi , namun juga pada kasus non hematologi seperti
sepsis, persiapan pre-operatif maupun penyakit lain. Tujuan transfusi darah
antara lain untuk mengembalikan volume darah normal , mengganti kekurangan
komponen darah, dan meningkatkan oksigenasi maupun hemostasis. Dasar
indikasi penggunaan komponen darah selain sfisien, ekonomis juga untuk
memperkecil reaksi transfusi (Nency dan Sumanti, 2011).
Tujuan utama memberikan transfusi adalah memberikan volume darah dan
memperbaiki daya transport untuk oksigen. Satu unit darah 500 mL, biasanya
menaikan kadar Hb 1 g/dL. Pada pendarahan akut usahakan agar Hb mencapai
lebih kurang 70% dari normal (8-9 g/dL). Untuk kehilangan darah yang kurang
berat dan tidak disertai hipovolemia dapat digunakan Packed Red Cell (PRC).
Seseorang membutuhkan darah apabila jumlah sel komponen darah nya tidak
mampu mencukupi untuk menjalan fungsinya secara normal. Untuk sel darah
merah mempunyai indikator kadar hemoglobin (Hb). Indikasi transfusi secara
umum adalah bila angka Hb mununjukan kurang dari 7 g/dL (Wakhidah, 2013).
D. Komponen Darah
Komponen darah diproduksi dari seluruh donor darah untuk memfasilitasi
perbedaan terapi pasien yaitu eritrosit , protein plasma dan trmbosit. Tujuan
pembuatan komponen darah untuk mempertahankan keawetan dan fungsi.
Untuk mencegah perubahan atau kontaminasi yang merugikan (Kiswari, 2014)
monitor pada suhu 1- 6 oC selama 21 hari jika dikumpulkan dalam CPD atau
selama 35 hari jika dikumpulkan dalam CPDA (Blaney & Howard, 2013). WB
harus berada pada suhu 2-6 oC dan tidak boleh melebihi suhu 10 ℃ selama
maksimal 24 jam (Kaitel,2011).
a. Indikasi PRC
Indikasi pemberian Pecked Red Cell (PRC) antara lain adalah :
1. Kehilangan darah massif
2. Anemia pada penyakit kronik
3. Hemoglobinopati
4. Sebelum operasi memelihara Hb, Hb > 10 g/dL tidak perlu transfusi untuk
mengganti hematinik ( obat yang digunakan untuk memperbaiki
pembentukan sel darah atau eritropoesis)
5. Untuk memperluas volume sirkulasi (Liumdruno et al.,2009).
c. Kekurangan PRC
Kekurangan penggunaan PRC adalah apabila masih cukup banyak
plasma, leukosit, trombosit yang tertinggal, sehingga masih ada sentisasi yang
dapat memicu timbulnya pembentukan antibodi terhadap donor. Untuk
mengurangi efek samping komponen non eritrosit maka dibuat PRC yang dicuci
(Muller et al., 2015).
3. Cryoprecipited Antihemophilic Factor
Cryoprecipitated Antihemophilic Factor adalah bagian yang larut dalam plasma
yang tesisa setelah Fresh Frozen Plasma(FFP) dicairkan pada suhu lemari es,
yang berisikan sekitar 50% factor VIII dan 20-40% fibrinogen dalam unit plasma
(Porter et al.,2014).
4. Konsentrat Trombosit
Konsentrat trombosit (platelet concentrat,PC), dibuat dari darah utuh dengan
sentrifugasi plasma yang kaya trombosit. Konsentrat trombosit harus
mengandung setidaknya 5,5 x 1010 trombosit per unit. Konsentrat trombosit
5. Komponen Leukosit
Granulosit dapat dibuat dengan aferesis. Granulosit dapat disimpan pada suhu
kamar sampai 24 jam, namun selain singkat masa penyimpanannya in vitro,
granulosit mungkin telah berkurang juga kemampuannya untuk berimigrasi ke
daerah peradangan. Maka dari itu sangat diharapkan dilakukan transfusi
sesegera mungkin setelah pengumpulan satu unit granulosit mengandung
sejumlah eritrosit sehingga ABO harus kompatibel dengan penerima (Kiswari,
2014).
Gambar 2.2 Pembuatan Komponen Darah
1. Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan tahap kritis yang digunakan untuk memisahkan
komponen darah seluler dari plasma. Tahap pemisahan sel darah dan plasma jika
trobosit tidak akan dibuat, harus dalam kondisi bersih. Jika trombosit akan dibuat
sentrifugasi harus memisahkan sel darah merah dari plasma kaya akan trombosit
(platelet-rich plasma), atau dari buffy coat dan plasma. Trombosit harus
dipisahkan saat tahap sentrifugasi kedua, parameter sentrifus yang digunakan
harus divalidasi sebelum komponen darah diolah (Kiswari,2014).
2. Sendimentasi
Jika sentrifus tidak tersedia , sel darah merah dapat dipisahkan dari
plasmanya dengan meletakkan kantong darah dengan posisi berdiri di dalam
reigerator darah untuk beberapa hari untuk membiarkan sel mengendap secara
gravitasi, namun demikian pemisahan tidak sempurna dan komponen darah
memiliki keterbatasan waktu penggunaan (Kiswari, 2014).
6. Pooling
Jika komponen darah di pool dan diberikan nomor identifikasi unit yang baru
harus ada pencatatan label, nomor donasi dari masing –masing komponen darah
yang terhubung dengan nomor baru pada kantong pooling. Nomor baru harus
dicetak oleh mesin atau ditulis secara manual dan diperiksa atas akurasinya oleh
orang kedua (Kiswari, 2014).
7. Pencucian
Komponen darah yang perlu dicuci untuk memenuhi keperluan klinis harus
dicuci dengan cairan yang cocok untuk menghilangkan hampir semua plasma
yang terkandung. Jika produk komponen darah cuci membutuhkan nomor baru
maka nomor harus dicetak oleh mesin atau ditulis secara manual , diperiksa atas
akurasinya oleh orang kedua (Kiswari,2014)
8. Iradiasi
Komponen darah yeng telah diiradiasi harus disiapkan dengan metode
yang telah divalidasi untuk menjamin bahwa iradiasi telah dilaksanakan dan
dosis yang diinginkan telah tercapai, label komponen darah harus
mengidentifikasikan bahwa komponen darah telah diiradiasi (Kiswari, 2014).
9. Apheresis
Mesin apheresis melakukan tahap sentrifugasi dan pemisahan secara
otomatis, mesin harus divalidasi untuk digunakan, dan dipelihara secara
teratur. Program operasional harus dipilih secara hati-hati untuk komponen
darah yang akan diambil dan cairan yang akan digunakan harus diperiksa
sebelum dihubungkan. Selama prosedur komponen darah yang tidak diambil
harus dikembalikan ke tubuh donor (Permenkes, 2015).
F. Kerangka Teori
TRANSFUSI PRC
Keterangan :
AREA YANG TIDAK DITELITI
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul “ Gambaran Kadar Hemoglobin Pasa Pasien
Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang Mendapatkan Transfusi Packed Red Cell
(PRC) di RSU.Cut Mutia Aceh Utara Tahun 2019?”, merupakan penelitian
yang bersifat kualitatif secara acak (random sampling).
1. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada Juni 2021
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSU. Cut Mutia Aceh Utara.
21
22
3. Ktriteria Penelitian
a. Kriteria Inklusi
1. Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK), yang mendapatkan transfusi
Packed Red Cell (PRC) di RSU. Cut Mutia Aceh Utara tahun 2019.
b. Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang mengalami perdarahan akut saat mendapatkan transfusi
2. Pasien yang tidak mempunyai data hb pasca transfusi
D. Variabel Penelitian
1. Veriabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah transfusi komponen darah
Packed Red Cell (PRC).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin.
Aru W.Sudoyo, b.s. 2006. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Depertemen
Penyakit Dalam.
Hoffbrand A.V & Moss P.A.H. 2013. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC.
Hal 379.
Kritiawan. 2017. Gagal ginjal dan gagal ginjal kronik. Jakarta: Medika sehat.
Limbruno G, Grazzini G, Zolla L. 2009. Red Blood Cell Storage: The Story So
Blood Transfusion, vol 8.
Muller et al. 2015. Transfusion of Packed Red Cell (PRC): Indications, Triggers
and Adverse Events. Deutsches Ärzteblatt International, 112: 507–18.
Nency & Sumanti. 2011. Latar Belakang Penyakit pada Penggunaan Transfusi
Komponen Darah pada Anak. Sari Pediatri, 13(3): 159-164.
Saraswati, Kuntil Dewi. 2015. Pengaruh Waktu Simpan Darah Terhadap Kadar
Laktat dehidrogenase pada packed red cells. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
Sudjianto et al. 2014. Kadar Kalium di Packed Red Cell (PRC). Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. Vol. 20. No. 2.