PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Semakin meningkatnya umur harapan hidup (UHH) menyebabkan
bertambahnya jumlah lanjut usia (lansia). Hal ini dapat menimbulkan
perubahan pola penyakit, dari penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif
seperti hipertensi.1,2 Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi
peningkatan UHH dari 69,43 tahun pada tahun 2010 menjadi 69,65 tahun
pada tahun 2011 dengan persentase populasi lansia adalah 7,58% dari total
penduduk Indonesia. Lansia perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Jenis
keluhan yang paling banyak dialami lansia terkait dengan penyakit kronis,
seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes. Penyakit
yang paling banyak diderita oleh pasien rawat jalan dalam kelompok usia 45-
64 tahun dan di atas 65 tahun adalah hipertensi.3
Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan dimana tekanan darah sistolik
(TDS) ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg yang
diukur oleh tenaga kesehatan minimal dua kali pengukuran atau
mengkonsumsi obat antihipertensi. Penyakit ini dikategorikan sebagai the
silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1
Hampir 1 miliar atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang
dewasa di dunia menyandang tekanan darah tinggi. Pada populasi lansia,
separuh populasi hipertensi berusia diatas 60 tahun. Pada tahun 2025
diperkirakan penderita tekanan darah tinggi mencapai hampir 1,6 miliar orang
di dunia. Hipertensi menyumbang 18,5% kematian. Hipertensi menjadi
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis dan jumlahnya
mencapai 6,8 % dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di
Indonesia.1
Menurut data riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%.4 Faktor risiko yang berperan
1
dalam terjadinya hipertensi adalah status gizi. Risiko hipertensi meningkat
sebesar 2,79 kali, gemuk 2,15 kali dan normal 1,44 kali dibandingkan dengan
mereka yang berstatus gizi kurus.
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya Hipertensi?
2. Apakah perubahan usia menjadi salah satu faktor risiko penyebab
Hipertensi?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dalam menyikapi
Hipertensi?
4. Bagaimana hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita
Hipertensi?
2
2. Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2): Mahasiswa mampu
mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan
budaya sendiri dalam penanganan Hipertensi, melakukan rujukan sesuai
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta
mengembangkan pengetahuan.
3. Komunikasi efektif (Kompetensi 3): Mahasiswa mampu melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga,
masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Hipertensi.
4. Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4): Mahasiswa mampu memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik
kedokteran.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5): Mahasiswa mampu
menyelesaikan masalah pengendalian Hipertensi secara holistik dan
komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan
landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum.
6. Keterampilan Klinis (Kompetensi 6): Mahasiswa mampu melakukan
prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Hipertensi dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan
keselamatan orang lain.
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7): Mahasiswa
mampumengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat
secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
3
1.4.1 Tujuan Umum:
Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah dapat
menerapkan penatalaksanaan pasien Hipertensi dengan pendekatan
kedokteran keluarga secara komprehensif dan holistik, sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis evidence based
medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko dan
masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan pasien Hipertensi dengan
pendekatan diagnostik holistik di Puskesmas Mamajang Makassar.
4
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita hipertensi.
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas
wawasan dan pengetahuan mengenai Evidence Based Medicine dan
pendekatan diagnosis holistik hipertensi serta dalam hal penulisan studi
kasus.
5
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
USIA
JENIS KELAMIN
RAS / ETNIK
HIPERTENSI
LIFE STYLE
OBESITAS
1. Penyakit Jantung
DISLIPIDEMIA 2. Stroke
3. Penyakit Ginjal Kronis
4. Penyakit Arteri Perifer
5. Retinopati
6
2.2.1 KONSEP MANDALA
Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup
- Kebiasaan mengkonsumsi
makanan asin
Lingkungan Psiko-Sosio-
Ekonomi
- Pasien sudah menikah dan
memiliki anak dan cucu
Perilaku Kesehatan Keluarga - Pengawasan dari anggota
- Hygiene pribadi dan - Riwayat keluarga tidak keluarga terhadap aktivitas
lingkungan kurang baik ada yang menderita pasien di rumah baik.
- Pasien minum obat hipertensi - Kehidupan sosial dengan
- Bersikap suportif dan lingkungan baik
hipertensi secara teratur - Pendapatan keluarga tergolong
mengingatkan pasien
untuk meminum obat sedang
secara rutin
--
Faktor Biologi Lingkungan Fisik
- Riwayat keluarga dengan - Ventilasi dan sinar
penyakit yang sama. matahari kurang
- Usia pasien yang rentan - Kebersihan rumah
terkena penyakit Komunitas kurang
- Pemukiman
padat dengan
Sanitasi yang
kurang baik
7
2.2 PENDEKATAN DIAGNOSIS HOLISTIK PADA PELAYANAN
KEDOKTERAN KELUARGA DI LAYANAN PRIMER
Pengertian holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural pada ekosistemnya. Sebagai makhluk biologis manusia
adalah merupakan sistem organ, terbentuk dari jaringan serta sel-sel yang
kompleks fungsionalnya.
Diagnostik holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan
dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang
diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko
internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004,
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnosis Holistik:
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam
kehidupannya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
7. Terproteksi dari risiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan terapi,
tujuannya yakni:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit
2. Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
8
5. Menentukan interfal kunjungan terapi. (Modul Pelatihan dan Sertifikasi
ASPETRI Jateng 2011)
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi
(penerimaan, pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien
3. Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan
lembaran penyaring
4. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
5. Melakukan anamnesis
6. Melakukan pemeriksaan fisik
7. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
8. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi
faktor individual termasuk perilaku pasien
9. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
10. Menilai aspek fungsi sosial.
9
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko-legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif
dan terus menerus demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu, artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
1. Comprehensive care and holistic approach
2. Continuous care
3. Prevention first
4. Coordinative and collaborative care
5. Personal care as the integral part of his/her family
6. Family, community, and environment consideration
7. Ethics and law awareness
8. Cost effective care and quality assurance
9. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari
beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Personal: Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran
2. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup
dengan diagnosis kerja dan diagnosis banding
10
3. Aspek Internal: Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
4. Aspek Eksternal: Psikososial dan ekonomi keluarga.
5. Derajat Fungsi Sosial:
a. Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
b. Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan
c. Derajat 3: Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan
d. Derajat 4: Banyak kesulitan, dapat melakukan aktifitas kerja,
bergantung pada keluarga
e. Derajat 5: Tidak dapat melakukan kegiatan
2.3. HIPERTENSI
2.3.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
istirahat (tenang).7 Hipertensi didefinisikan oleh Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.6
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga,
jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan
yang mengandung natrium dan lemak jenuh.7
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke,
kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan
lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti
otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian.
11
Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu
faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung
(cardiovascular).7,8
12
3 Kalimantan Timur 4.115.741 29,6 1.218.259 jiwa
4 Jawa Barat 46.300.543 29,4 13.612.359 jiwa
5 Gorontalo 1.134.498 29,4 33.542 jiwa
*berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun
2014, Pusdatin
Tabel 1. 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi dalam Jumlah Absolut
(Jiwa)
13
Tabel 3. Risiko Hipertensi Berdasarkan Faktor Risiko Perilaku
14
manusia dan lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat
satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit untuk menyebabkan
hipertensi. Penjelasan keterkaitan antara 3 faktor tersebut sebagai berikut:
A. Host (Penjamu)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu :
a. Daya Tahan Tubuh
Penyakit Hipertensi dipengaruhi oleh daya tahan tubuh manusia itu
sendiri. Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi,
aktifitas, dan istirahat. Kesibukan yang padat juga membuat orang kurang
berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok , minum
alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki
resiko terjadinya penyakit hipertensi.17
b. Genetik/keturunan
Pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.23
c. Umur
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tetapi di atas usia
tersebut, justru wanita (setelah mengalami menapouse ) berpeluang lebih
besar.17
Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya
hipertensi di kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi
tidak memandang golongan umur.23
d. Jenis Kelamin
Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan
dengan perempuan. Wanita > Pria pada usia> 50 tahun. Pria > wanita pada
usia< 50 tahun.23
15
e. Adat Kebiasaan
Kebiasaan - kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan
bagi orang tersebut seperti gaya hidup modern, kerja keras dalam situasi penuh
tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum
serta membuat orang kurang berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya
dengan merokok, minum alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam
daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.
Terbiasa untuk memakan makanan yang asin, sehingga sulit untuk dapat
menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol,
terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung,
restoran, hotel, dan lain-lain).18
Pola makan yang salah, dan salah dalam memilih makanan. Makanan yang
diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat
meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebih.18
f. Pekerjaan
Orang yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang
jabatan yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang
pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi
selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan mereka yang pekerjaannya
lebih ringan. Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya hipertensi,
penyakit jantung, dan stroke.23
g. Ras/Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia
penyakit hipertensi terjadi secara bervariasi.23
16
a. Faktor Nutrisi
· Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih
dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya,
konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang
umumnya boros menggunakan garam, serta kebiasaan memakan makanan yang
mengandung banyak garam sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang
agak tawar.
· Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik
ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi.
· Minuman berkafein dan beralkohol. Minuman berkafein seperti kopi dan
alkohol juga dapat meningkatkan resiko hipertensi. Konsumsi Makanan cepat saji
juga merupakan salah satu penyebab Hipertensi, karena mengandung penyedap
yang berlebihan.23
b. Faktor Kimia
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis (dalam jumlah
sangat besar).
c. Faktor Biologi
Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti telah
membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin
dan/ atau peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah
tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik ,
kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid, dan
HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah.23
Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun
hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang
17
beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang
berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.23
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian
telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap
sebagai faktor resiko terjadi hipertensi.23
d. Faktor Fisik
· Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Gaya
hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi
pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.23
· Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan
bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa
menggerakkan berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah
satu yang meningkatkan resiko hipertensi.23
C. Environment (Lingkungan)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta
pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
manusia.17
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup
kurang baik seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan (Stres). Stres yang
terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti hipertensi. Dalam
kondisi tertekan adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup
yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan;
bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.23
Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih
berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan,
karena daerah pantai lebih banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam
18
dapur sehingga Konsumsi natrium pada penduduk pantai lebih besar dari pada
daerah pegunungan.
Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan
prevalensi yang cukup tinggi. Dimana daerah perkotaan dengan gaya hidup
modern lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibandingkan dengan daerah
pedesaan.
19
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.9
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII),
klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.9
2.3.4. Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama
ginjal.10,11
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk
deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan
20
berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini
disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan
memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah,
pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. 11
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.11
2) Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.11
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.12
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.12
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
21
ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.13
22
3) Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita.14
4) Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum
minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.12
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.14
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan
darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan
bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh
darah.14,15
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.16
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.16
b. Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada
orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot
jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot
23
jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan
pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang
menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat
meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko
hipertensi meningkat.17,18
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur
memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15
mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan dengan
pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.
Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.18
24
4) Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan
rontgen.19
5) Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna
yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan
adrenal.19
b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi
(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).19
25
1) Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2) Otak
a. Stroke
b. Transient ishemic attack
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit Arteri Perifer
5) Retinopati
26
BAB III
27
3.2.2. Lokasi Studi Kasus
28
Gambar 4. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Mamajang
29
4 Mamajang 0,34 40 2 11 4,908 6,04 4,907
Luar
B. Penduduk menurut Jenis Kelamin sesuai hasil pendataan BPS dalam wilayah
kerja Puskesmas Mamajang sebanyak 33.506 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
JUMLAH PENDUDUK
Jumlah 33,506
30
Nama JUMLAH KELAHIRAN
Puskesmas
Laki-laki Perempuan Jumlah
31
10. 45-49 1.052 1.591 2.643
1 TK 615 Jiwa
2 SD 2736 Jiwa
3 SMP 3565 Jiwa
4 SMU/SMK 6421 Jiwa
5 DI-DIII 1644 Jiwa
6 SI-SII 1358 Jiwa
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah
Kerja Puskesmas Mamajang Makassar
32
F. Kegiatan Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Mamajang yang telah
terdaftar, tercatat sebagai berikut:
JUMLAH PENDUDUK
33
2. 3 Unit Mobil Ambulance
3. 4 Unit Sepeda Motor
1. Kepala Puskesmas
2. Kepala Subag Tata Usaha
3. Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
a. Unit Kesehatan Masyarakat
b. Unit Kesehatan Perorangan
34
4. Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas
a. Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu )
b. Unit Puskesmas Keliling ( Puskel )
c. Unit Bidan Komunitas
2. Misi
35
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang
penanganan masalah kesehatan.
b. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan yang berbasis
teknologi dan informasi
c. Meningkatkan Sumber daya manusia dan fasilitas kesehatan yang ada demi
mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat
4. Upaya Kesehatan
Puskesmas Mamajang sebagai unit teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar
yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas Mamajang berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
36
f. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Loket
Poli Umum
Poli Gigi Laboratorium
Ruang Tindakan
Apotik
Pasien
37
Gambar 6. Bagan Alur Pelayanan Puskesmas Mamajang
6. Hasil Kegiatan
Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas Mamajang
di tahun 2019 TW.III adalah:
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
39
e) Riwayat Sosio-Ekonomi
Pasien tinggal di rumah sendiri bersama anaknya dan menantunya beserta
ketiga cucunya. Pasien sehari-hari berada di lingkungan rumah, dan pasar
untuk melakukan urusan rumah. Didalam anggota keluarganya, semua
orang aktif bekerja.
f) Riwayat Kebiasaan
Merokok : disangkal
Konsumsi alkohol : disangkal
g) Riwayat Pengobatan
Pasien berobat teratur hipertensi mengkonsumsi obat amlodipine 5 mg,
neurodex.
40
- Exophtalmus : (-)
- Ptosis : (-)
- Strabismus : (-)
- Edema palpebra : (-)
- Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pterygium (-/-)
- Pupil : isokor, bulat, refleks (+/+)
- Kornea : normal
Telinga :
- Bentuk : normal
- Lubang telinga : normal, sekret (-/-)
- Nyeri tekan : (-)
- Pendengaran : normal
Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-)
- Perdarahan (-), secret (-)
Mulut :
- Simetris
- Bibir : sianosis (-)
- Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)
- Lidah : glositis (-), atrofi papil lidah (-)
- Mukosa : kering
Leher :
- JVP : normal
Thoraks :
Cor
- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra
- Perkusi : redup
- Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
41
- Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris,
penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi pernapasan 20
x/menit.
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba
dan vocal simetris, provokasi nyeri (-).
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen :
- Inspeksi : distensi (-), skar (-).
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
- Perkusi : timpani
Inguinal-genital-anus : tidak diperiksa
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : dalam batas normal
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
Ektremitas bawah :
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : nyeri pada daerah genu sinistra, krepitasi (-)
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
42
4.1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan
4.1.7 PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
a. Diet rendah garam
b. Istirahat cukup, Rajin berolahraga
c. Makan makanan bergizi
d. Rutin mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter.
e. Rutin Kontrol ke Puskesmas atau Rumah Sakit
Farmakologi
a. Amlodipine 5 mg 1x1
b. Neurodex 1x1
4.1.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam dan fungsional : dubia ad bonam
43
Status Jenis
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin
Kepala
1 Tn.S(Alm) Laki-laki - - -
keluarga
Jumlah penghuni dalam satu rumah : pribadi sejak 30 tahun lalu. Ny. R
44
5 orang tinggal dalam rumah yang kurang
Kamar tidur : 2
45
kesehatan tersebut
Tarif pelayanan Gratis Semua pelayanan dengan
kesehatan yang menggunakan BPJS kelas 3
dirasakan
Kualitas pelayanan Baik Pasien merasa pelayanan baik
kesehatan yang karena dimulai dari
dirasakan pendaftaran , pengambilan
kartu, konsul dokter,
pengambilan obat berjalan
dengan lancar.
Tabel 9. Pelayanan Kesehatan
46
Kebersihan dan kerapian rumah kurang rapi. Rumah memiliki
jamban. Air minum bersumber dari air isi ulang yang di beli.
4.1.3 Analisa Kedokteran Keluarga
1. Fungsi Fisiologis (APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang
dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok
keluarga, antara lain:
a. Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan
yang dibutuhkan.
b. Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi
dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
c. Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan
semua anggota keluarga.
d. Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang
serta interaksi emosional yang berlangsung.
e. Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
47
Tabel 9. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita Hipertensi
Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
Pernah
(2) (1)
(0)
1. Adaptasi
Jika obat Anda habis / jadwal kontrol
laboratorium tiba apakah ada √
anggota keluarga yang bersedia
mengantarkan Anda ke Puskesmas?
2. Partnership (Kemitraan)
Jika Anda lupa minum obat, apakah
ada anggota keluarga yang selalu √
mengingatkan untuk konsumsi obat
secara rutin?
3. Growth (Pertumbuhan)
Jika Anda tidak memasak karena
keterbatasan anda akibat penyakit √
yang anda derita, apakah anak anda
mau mengerti dengan anda?
4. Affection (Kasih Sayang)
Jika Anda merasa cemas akibat
penyakit anda, apakah anggota
√
keluarga yang lain selalu
mendampingi Anda dalam mengatasi
kecemasan tersebut?
5. Resolve (Kebersamaan)
Anda disarankan untuk mengurangi √
konsumsi makanan yang berlemak
48
dan rendah garam. Apakah anggota
keluarga yang lain mengkonsumsi
menu yang sama dan makan
bersama?
Total Skor 8
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 8 ini menunjukkan Fungsi keluarga
sehat.
49
pertama, Tn.N sebagai anak kedua, Ny. H sebagai anak ketiga, Tn. K sebagai anak
keempat
Tahapan siklus keluarga
Tahapan siklus keluarga Tn.S dan Ny.R termasuk ke dalam Tahap keluarga
dengan anak dan cucu.
: Laki-laki Normal
: Laki-laki Hipertensi
: Wanita Normal
: Wanita Hipertensi
4.3 PEMBAHASAN
50
tersebut namun tidak ada perubahan. Sejak kunjungan ke puskesmas pasien teratur
meminum obat yang diberikan.
Diagnosis hipertensi ditegakkan atas dasar anamnesis, pemfis dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan gejala tegang pada
daerah tengkuk dan susah tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tensi
140/90mmHg. Berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII), termasuk
hipertensi stage I apabila tekanan darah sistolik ≥140 -159 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥90-99 mmHg.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien saat berkunjung di
puskesmas Mamajang sesuai dengan keluhan yang dialami dan hasil pemeriksaan
fisis diberikan terapi medikamentosa yaitu Amlodipin 5 mg sekali sehari dan
neurodex 1 kali sehari.
Edukasi yang diberikan berupa cara mengontrol tekanan darah dengan
caramakanan yang perlu dihindari, komplikasi dari hipertensi yang mungkin
terjadi dan pentingnya pemeriksaan diri serta mengendalikan penyakit yang
dialami oleh pasien. Himbauan pada pasien agar berupaya untuk sering
mengatur pola makan dan mengurangi konsumsi makanan tinggi lemak dan
karbohidratyang sesuai dengan kondisi pasien.
51
4.3.1 Analisa Kasus
Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Hipertensi
Skor Resume Hasil SkorA
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Akhir Perbaikan khir
Faktor biologis
- Hipertensi 2 - Edukasi mengenai -Terselenggara 4
merupakan penyakit dan penyuluhan
penyakit pencegahannya -Keluarga
genetic melalui penyuluhan memahami bahwa
gaya hidup sehat penyakit hipertensi
dengan makanan yg dapat dicegah
bergizi dan olahraga -Keluarga mau
teratur menerapkan gaya
hidup sehat
Faktor
ekonomi dan
pemenuhan - Motivasi mengenai - Keluarga
kebutuhan perlunya memiliki menyisihkan
- Memiliki tabungan pendapatan untuk 4
tabungan 4 tabungan
52
Faktor perilaku
kesehatan
- Higiene 2 - Edukasi tentang - Anggota keluarga 4
pribadi yang pentingnya PHBS paham akan
kurang dan dirumah untuk pentingnya PHBS
lingkungan mencegah infeksi. dan mau
yang kurang mengaplikasikan
bersih dengan baik PHBS
dilingkungan dan
rumah mereka
- Minum obat 4 - Edukasi untuk - Pasien selalu 5
teratur minum obat sesuai minum obat teratur
anjuran dokter sesuai anjuran
dokter
Faktor
Psikososial
- Kurangnya 2 - Menyarankan - Anggota keluarga 4
perhatian kepada anggota bersedia memberi
keluarga keluarga untuk lebih perhatian lebih
pasien perhatian dengan kepada pasien
terhadap kondisi pasien
penyakit yang
diderita
pasien
- Motivasi 2 - Memotivasi pasien - Pasien termotivasi 4
untuk sembuh serta menjelaskan untuk sembuh
sangatlah kepada pasien
kurang bahwa penyakitnya
dapat sembuh
apabila pasien
53
berobat secara
teratur
Total Skor 20 29
Rata-rata Skor 2,8 4,1
54
8. Membuat diagnosis holistik pada pasien.
9. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis.
Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
penunjang, didapatkan diagnosis Hipertensi.
55
Aspek Fungsional
Ny. R masih mampu melakukan sendiri aktivitas dan menjalankan fungsi
sosial dalam kehidupannya, Ny. R banyak menghabiskan waktu di dalam rumah.
Derajat Fungsional
Derajat 2 yaitu pasien mengalami sedikit kesulitan.
56
Tabel 11 : Rencana Pelaksanaan (Plan Of Action)
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Memberikan Pasien Pada saat Pasien dapat Tidak Tidak
personal edukasi kepada kunjungan sadar dan ada menolak
pasien mengenai rumah mengerti
hipertensi dan akan
komplikasiserta pentingnya
memberikan rutin
informasi mengonsumsi
mengenai anti
perkembangan hipertensi
penyakitnya.
Aspek Memberikan Pasien Pada saat Tekanan Tidak Tidak
klinik obat anti pasien darah dapat ada menolak
hipertensi untuk datang ke terkontrol
mengontrol puskesmas
tekanan darah
Aspek Mengajarkan Pasien Pada saat Tekanan Tidak Tidak
risiko bagaimana pola kunjungan darah dapat ada menolak
internal makan yang rumah terkontrol.
baik,
menganjurkan
untuk menjaga
hygenitas diri
Aspek Menganjurkan Keluarg Pada saat Keluarga Tidak Tidak
risiko keluarga a kunjungan memberi ada menolak
external memberi rumah perhatian dan
dukungan dukungan
kepada pasien lebih kepada
57
agar selalu pasien dan
menjaga pasien lebih
kesehatannya termotivasi
dan selalu untuk
mengingatkan sembuh
pasien untuk
minum obat dan
kontrol tekanan
darah, dan
mendukung pola
diet pasien.
Menganjurkan
kepada keluarga
pasien untuk
meningkat-kan
komunikasi
yang baik
dengan pasien
Aspek Menganjurkan Pasien Pada saat Agar kondisi Tidak Tidak
fungsion untuk rajin kunjungan tubuh selalu ada menolak
al berolahraga rumah sehat dan
serta bugar.
menghindari
hal-hal yang
bisa mencederai
pasien.
58
4.3.4 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 140/90 mmHg, Nadi :
88 x/menit, Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36,6oC.
4.2.5.Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
4.2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga
pasien).
Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit
Hipertensi antara lain:
- Mengontrol tekanan darah dengan melakukan diet rendah garam
Pencegahan Sekunder
1. Pengobatan farmakologi berupa:
- Anti hipertensi : Amlodipine 5 mg 1x1
- Neurodex1x1
Pencegahan Tersier : Rehabilitasi fisik, mental dan sosial.
59
Terapi Untuk Keluarga
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang
berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota
keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi
kepada pasien untuk berobat secara teratur dan membantu memantau terapi
pasien. Selain itu apabila kita kembali mengingat bahwa silsilah keluarga ini
dengan resiko penyakit yang tinggi sehingga, penting mengingatkan ke anggota
keluarga untuk menjaga pola makan serta melakukan kebiasaan hidup yang sehat.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis :
Hipertensi .
- Diagnosis psikososial :
Kurangnya kesadaran akan pentingnya berobat teratur serta kurangnya
perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan pasien.
- Gambaran dari Genogram:
Dalam keluarga ada riwayat penyakit hipertensi.
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny. R, maka disarankan
untuk :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan Hipertensi.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang Hipertensi dan
DM serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak teratur
mengonsumsi obat.
- Memberi edukasi pada pasien tentang jenis fisioterapi ringan yang dapat
dilakukan sendiri di rumah.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan
dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.
- Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan
mengontrol penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.
61
DAFTAR PUSTAKA
62
14. Tugasworo D. Patogenesis aterosklerosis. Semarang: BP UNDIP. 2010: 3-14.
15. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal
Kronik Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009
[internet]. [cited 2018 Des 16]. p: 4-13. Available from:
http://repository.usu.ac.id
16. Guyton,AC. Hall,JE. Buku ajar fisiologi kedokteran .Jakarta: EGC. 2007.
17. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. 2002.
18. National Heart Lung and Blood Institute. What Is High Blood Pressure?
[internet]. [cited 2018 Des 16]. Available from :
(http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Hbp/HBP_WhatIs.html)
19. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh
Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe
[internet]. [cited 2018 Des 16]. p: 10-3. Available from:
http://repository.usu.ac.id/
20. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. [cited 2018
Des 16]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-
pressure/risk-factors/
21. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan
Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2018
Des 16]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/
22. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi. 2013. Jakarta.
Hal. 3-5
23. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18866/1/ikm-okt20059%20(4
).pdf (diakses pada tanggal 16 Desember 2018)
63
LAMPIRAN
64
Gambar 3. Dapur
65