Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada
beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena masih banyak kasus belum terselesaikan,
bahkan beberapa penyakit menular yang semula dapat dikendalikan
muncul kembali dengan penyebaran tidak mengenal batas-batas daerah
maupun batas antar negara. Dilain pihak telah terjadi peningkatan kasus
penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya
hidup serta penyakit-penyakit degeneratif. Kecenderungan ini juga dipacu
oleh berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan
globalisasi.1

Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan insidens dan


prevalensi PTMsecara cepat, yang merupakan tantangan utama masalah
kesehatan dimasa yang akan datang. WHO memperkirakan, pada tahun
2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan
di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah
negara berkembang termasuk Indonesia.1

Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat


serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent
killer.Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena
beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih
banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun
yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.1
Pada saat ini hipertensiadalah faktor risiko ketiga terbesar yang
menyebabkan kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung

1
kongestif serta penyakit cerebrovascular.Gejala-gejalanya antara lain
pusing, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal, dan lain-lain. Hipertensi dikenal sebagai heterogeneouse
group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai
kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya gaya
hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan
sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan
hipertensi.1,2

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi umum yang


tampak pada pelayanan kesehatan primer dan kondisi tersebut
mengakibatkan penyakit infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan
kematian,jika tidak dideteksi dan diterapi dengan cepat. Proses
pengendalian hipertensi harus memiliki standar penurunan tekanan darah
(batas penurunan, batas titik tekanan darah untuk tujuan terapi serta obat
yang berperan dalam proses pengobatan), karena terapi hipertensi dapat
mencetus kondisi hipotensi yang mengakibatkan pasien jatuh dalam
kondisi yang buruk.1
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua
golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita
hipertensi terus bertambah;terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa
Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%,
Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi
berkisar 6-15%.1
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa
adanya hipertensi (underdiagnosed condition).Hal ini disebabkan tidak
adanya gejala atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita
hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak
organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak
jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi
disebut sebagai silent killer.1

2
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC 8
(The Eight Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan
ini juga telah disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi
hipertensi International (ISH), maupun organisasi hipertensi regional,
termasuk Indonesia (InaSH).2
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa
jatuh kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita
hipertensi berlanjut menjadi Krisis Hipertensi, dan banyak terjadi pada
usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada
penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab
sebelumnya.Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden
krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.1,2

2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya hipertensi pada
pasien?
2. Apakah dengan gaya hidup yang tidak sehat menjadi salah satu
faktor risiko penyebab hipertensi?
3. Bagaimanakah fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran
keluarga ditinjau dari aspek biologis, fungsi sosial, fungsi afektif,
fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan?
4. Bagaimanakah hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita
hipertensi?

3 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis


Holistik Komprehensif pada Penderita Hipertensi
Untuk pengendalian permasalahan Hipertensi pada tingkat individu
dan masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program
profesi dokter Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan
kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Komunitas dilayanan primer (Puskesmas) dengan tujuan
untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh profesionalitas yang

3
luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif.
Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa pengelolaan
informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan
pengelolaan masalah kesehatan.

Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


1 Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1) : untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan dalam
pengendalian Hipertensi secara individual, masyarakat maupun
pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik moral dan peraturan
perundangan.
2 Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa
mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis,
psikis , sosial dan budaya sendiri dalam penangan Hipertensi,
melakukan rujukan bagi kasus Hipertensi, sesuai dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta
mengembangkan pengetahuan.
1.3.3 Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu
melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada
individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam
pengendalian Hipertensi.
1.3.4 Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi
kesehatan dalam praktik kedokteran.
1.3.5 Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa
mampu menyelesaikan masalah pengendalian Hipertensi secara
holistik dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun
komunitas berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk
mendapatkan hasil yang optimum.
1.3.6 Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu
melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah

4
Hipertensi dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien,
keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.
1.3.7 Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa
mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun
masyarakat secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif
dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan
primer.

4 Tujuan Dan Manfaat Studi Kasus


Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah
menatalaksanakan masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai
individu yang utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan
prinsip pencegahan penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan
pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine).

1.4.1 Tujuan Umum:


Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita hipertensi dengan pendekatan
kedokteran keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistik, sesuai
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis evidence
based medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko
dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan penderita hipertensi
dengan pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas Jongaya tahun
2016.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
penunjang, serta mengintepretasikan hasilnya dalam mendiagnosis
hipertensi.

5
2. Untuk melakukan prosedur tatalaksana hipertensi sesuai standar
kompetensi dokter Indonesia.
3. Untuk menggunakan landasan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan
Masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dalam pengendalian hipertensi.
4. Untuk dapat menggunakan dan menjelaskan epidemiologi, etiologi dan
patogenesis hipertensi.
5. Untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian
ilmiah dari data di lapangan, untuk melakukan pengendalian
hipertensi.
6. Untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada
level individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam
pengendalian hipertensi.

1.4.3 Manfaat Studi Kasus


1 Bagi Institusi pendidikan.
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut
sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2 Bagi Penderita (Pasien).
Menambah wawasan akan hipertensi yang meliputi proses
penyakit dan penanganan menyeluruh hipertensi sehingga dapat
memberikan keyakinan untuk tetap berobat secara teratur.
3 Bagi tenaga kesehatan.
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pemerintah daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis
yang terlibat di dalamnya mengenai pendekatan diagnosis
holistik penderita hipertensi.
4 Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidence
based dan pendekatan diagnosis holistik hipertensi serta dalam
hal penulisan studi kasus.

5 Indikator Keberhasilan Tindakan

6
Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan
penatalaksanaan penderita hipertensi dengan pendekatan diagnostik
holistik, berbasis kedokteran keluarga dan evidence based medicine
adalah:
1.5.1 Kepatuhan pasien datang berobat di layanan primer (puskesmas)
1.5.2 Perbaikan gejala dapat dievaluasi setelah pengobatan
antihipertensi baik terapi farmakologis maupun terapi
nonfarmakologis dan dengan dilakukannya pencegahan terhadap
penyakit hipertensi.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian


keberhasilan tindakan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan
tekanan darah dan menghilangnya gejala.Hal ini disebabkan pengobatan
antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian pengobatan
cepat atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai
seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian,
ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat anti
hipetensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah
pasti serta tetap patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis, seperti diet
rendah garam, olahraga teratur, menurunkan berat badan, dan menjaga
pola makan sehat.

7
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS

2.1 Kerangka Teori

Gambar 1: Gambaran Penyebab Hipertensi

8
2.2 Pendekatan konsep Mandala

Gaya Hidup
Pola makan: makanan bergaram &
berlemak

Ling. Psiko-Sosio-Ekonomi
Perilaku Kesehatan
Memeriksakan tekanan Kecemasan pasien penyakitnya akan memburuk
darah secara teratur Kurangnya tingkat pengetahuan tentang penyakit
Kebersihan diri baik hipertensi
Kondisi ekonomi baik
Kurang berolahraga KELUARGA

PENDERITA HIPERTENSI

Status Generalis : Gizi cukup

Tegang pada leher, terus-menerus.Disertai sakit


Pelayanan Kesehatan Lingkungan Kerja
kepala.Ada riwayat penyakit hipertensi
Jarak rumah dengan sebelumnya sejak sekitar 2 tahun yang lalu. Ada
PKM mudah Kebersihan terjaga
riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
dijangkau yaitu ayah dan saudara perempuan Ny. Ida R
Jaminan kesehatan yang juga menderita penyakit hipertensi.
digunakan adalah
BPJS Tekanan Darah: 170/90 mmHg

Faktor Biologi Lingkungan Fisik


Kekakuan pembuluh darah karena
faktor usia Kebersihan lingkungan baik
Ayah pasien menderita penyakit
hipertensi
KOMUNITAS

Kebersihan lingkungan di
sekitar rumah baik

Gambar 2: Pendekatan Konsep Mandala

9
2.3 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga
di Layanan Primer
Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai
mahluk biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya.Sebagai
mahluk biologis manusia adalah merupakan sistem organyang terbentuk
dari jaringan serta sel-sel yang kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta
kegawatan yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal,
riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang,
penilaian risiko internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien
serta keluarganya. Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem
Kesehatan Nasional 2004, maka dokter keluarga secara bertahap akan
diperankan sebagai pelaku pelayanan pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnostik Holistik :
1 Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2 Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3 Pembatasan kecacatan lanjut
4 Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam
kehidupannya)
5 Jangka waktu pengobatan pendek
6 Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
7 Terproteksi dari resiko yang ditemukan
8 Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah

Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan


terapi, tujuannya yakni:
1 Menentukan kedalaman letak penyakit
2 Menentukan kekuatan serangan pathogen penyakit
3 Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan
fungsi organ
4 Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan
dipilihnya
5 Menentukan interval kunjungan terapi.

10
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi
(penerimaan, pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan
lembaran penyaring
3. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. Melakukan anamnesis
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala,
komplikasi, prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi
faktor individual termasuk perilaku pasien
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
9. Menilai aspek fungsi sosial.

Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran


keluarga di layanan primer antara lain :
1 Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan
upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2 Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai
bagian dari keluarga dan lingkungan komunitasnya
3 Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan
secara terpadu dan paripurna (komprehensif).
4 Pelayanan medis yang bersinambung
5 Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan
proteksi khusus (preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan
(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai
dengan mediko legal etika kedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang
disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang

11
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus
demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.

Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:

a Comprehensive care and holistic approach


b Continuous care
c Prevention first
d Coordinative and collaborative care
e Personal care as the integral part of his/her family
f Family, community, and environment consideration
g Ethics and law awareness
h Cost effective care and quality assurance
i Can be audited and accountable care

Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien


adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat
dari beberapa aspek yaitu:
I. Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup
dengan diagnosis kerja dan diagnosis banding.
III. Aspek Internal: Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. DerajatFungsi Sosial :
o Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
o Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan.
o Derajat3 : Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.

12
o Derajat 4: Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja, tergantung
pada keluarga.
o Derajat 5: Tak dapat melakukan kegiatan

2.4 PENYAKIT HIPERTENSI


2.4.1 DEFINISI
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
meningkat diatas batas normal. Batas tekanan darah normal
bervariasi sesuai dengan usia. Hipertensi bergantung pada
peningkatan tekanan arteri sistemik dan bersifat asimtomatik.
Keadaan ini diikuti dengan peningkatan resistensi arteri dan dapat
disebabkan oleh berbagai penyebab (multifaktorial).3,4
Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus
merujuk pada kriteria diagnosis Joint National CommitteeEight
(JNC 8).5,6JNC 8 menyusun sebuah panduan penatalaksanaan
hipertensi untuk orang dewasa.Guideline yang diajukan oleh JNC
8 merupakan sebuah guideline yang melengkapi dari JNC 7 yang
telah dikeluarkan sebelumnya. Inti pokok yang menjadi fokus
dalam JNC 8 adalah 3 pertanyaan berikut ini, pertama apakah
dengan memulai terapi antihipertensi dengan batas tekanan darah
tertentu pada orang dewasa dengan hipertensi dapat
meningkatkan kualitas kesehatannya, kedua apakah dengan terapi
farmakologi anti hipertensi dengan menurunkan tekanan darah
sampai pada batas tekanan darah tertentu pada orang dewasa
penderita hipertensi dapat meningkatkan kualitas kesehatannya
Ketiga pada orang dewasa dengan hipertensi pemberian berbagai
obat hipertensi atau berbagai kelas obat berbeda apakah dapat
menyebabkan perbedaan dari segi manfaat dan kerugian tertentu
pada kualitas kesehatan.6

Tabel 1:Perbedaan antara JNC 7 dan JNC 86


Topik JNC 7 JNC 8
Metodologi Literatur review yang tidak Critical questions dan review criteria

13
sistematis dari para ahli (expert didefiniskan oleh para ahli dari
committee) termasuk batasan dari berbagai instansi penelitian (expert
desain penelitiannya. panel) dan digabungkan oleh team
metodologi.
Tinjauan sistematis awal dilakukan
oleh ahli metodologi terbatas pada
RCT evidance
Peninjauan kembali dari RCT evidance
dan rekomendasi dari setiap panel akan
disesuaikan dengan protokol standart
yang berlaku.
Definisi Menetapkan hipertensi ke dalam Tidak menetapkan prehipertensi dan
kriteria pre-hipertensi dan hipertensi namun lebih menetapkan
hipertensi thresholds pemberian terapi
farmakologi
Tujuan terapi Menetapkan tujuan terapi secara Menetapkan tujuan terapi yang sama
terpisah yaitu untuk terapi untuk semua populasi kecuali jika
hipertensi tanpa komplikasi dan terdapat bukti yang kuat untuk
hipertensi disertai dengan menerapkan terapi yang berbeda pada
penyakit komorbid subpopulasi tertentu
Rekomendasi Rekomendasi yang diberikan Rekomendasi yang diberikan
Gaya Hidup berdasarkan literature review dan berdasarkan pada rekomendasi yang
pendapat ahli telah didukung sejumlah bukti
penelitian dari Lifestyle Work Group
Terapi Merekomendasikan 5 kelas obat Rekomendasi berupa pilihan obat yang
farmakologi yang dapat dipertimbangkan terdiri dari 4 kelas obat antihipertensi
dalam terapi awal tetapi terapi spesifik (ACEI atau ARB, CCB atau
yang paling direkomendasikan diuretik), dan dosis obat berdasarkan
untuk hipertensi tanpa komplikasi penelitian RCT.
adalah thiazide-obat type diuretik
dibandingkan kelas obat yang Rekomendasi obat untuk kondisi ras
lain. tertentu, CKD dan DM berdasarkan
bukti penelitian RCT
Beberapa terapi hipertensi yang
spesifik di indikasikan khusus Panel terapi obat yang dibuat dalam
pada hipertensi dengan ko tabel merupakan hasil dari clinical trial
pada penderita hipertensi dan sudah
terbuti memiliki efikasi dan
mplikasi seperti DM, CKD, gagal efektivitasnya
jantung, myocardial infraction,
stroke, dan resiko tinggi
CVD(termasuk tabel
komprehensif yang terdiri dari
nama obat dan ukuran dosis obat
yang biasa digunakan)
Ruang lingkup Menunjukan kepada berbagai Ulasan bukti RCT ditujukan untuk

14
topic yang dibahas masalah yaitu metode pengukuran menjawab beberapa pertanyaan yang
tekanan darah, komponen menjadi perioritas utama panel
evaluasi pasien, hipertensi
sekunder, kepatuhan terhadap
regimen, resistent hipertensi, dan
hipertensi pada populasi khusus,
berdasarkan literature review dan
pendapat ahli.

Proses ulasan Di ulas oleh National High Blood Diulas oleh para ahli yang terdiri
sampai Pressure Education Program profesional, masyarakat, dan lembaga
terpublikasi Coordinating Committee, sebuah federal dan tidak memiliki sponsor.
koalisi dari 39 orang profesional,
masyarakat, dan organisasi
sukarela dan 7 lembaga federal

2.4.2 ETIOLOGI
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul
terutama karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor
risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah
seperti diet, asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetik.2
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu
primer dan sekunder.Hipertensi primer (hipertensi esensial) artinya
hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.Berbagai
faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar
90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.1
Golongan kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya
boleh dikatakan telah pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi,
pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon
yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.2

2.4.3 FAKTOR RISIKO


Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor
risiko yang reversible dan irreversibel. Faktor risiko yang reversibel

15
adalah usia, ras Afrika-Amerika, dan riwayat keluarga yang memiliki
hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang bersifat reversible adalah
prehipertensi, berat badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan
yang mengandung natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolik.7,8

2.4.3.1 Usia
Tekanan darah meningkat seiring dengan berjalanya usia.
Tekanan sistolik meningkat sesuai dengan usia, sedangkan
tekanan diastolik tidak berubah mulai dekade ke-5. Hipertensi
sistolik isolasi merpakan jenis hipertensi yang paling ditemukan
pada orang tua. 7,8
2.4.3.2 Ras Afrika-Amerika
Hipertensi lebih sering terdapat pada ras Afrika-Amerika
dibandingkan dengan orang kulit putih, dan pada kedua ras
tersebut biasanya lebih banyak pada golongan sosio-ekonomi
rendah. 7,8
2.4.3.3 Berat Badan Berlebih
Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan.Volume darah meningkat di dalam pembuluh darah dan
terjadi peningkatan tekanan dinding arteri. 7,8
2.4.3.4 Kurang Aktivitas
Orang yang kurang aktivitas cenderung memiliki denyut
jantung yang lebih banyak.Semakin tinggi denyut jantung,
semakin berat jantung harus bekerja pada setiap kontraksi dan
lebih kuat tekanan pada arteri. 7,8
2.4.3.5 Konsumsi Tinggi Natrium
Konsumsi makanan yang mengandung banyak natrium
dapat menyebabkan tertahannya air di dalam pembuluh darah,
sehingga meningkatkan tekanan darah. Kalium membantu
menyeimbangkan banyaknya natrium di dalam sel. Jika kurang

16
mengkonsumsi natrium, maka akan banyak terakumulasi natrium
di dalam darah. 7,8

2.4.3.6 Merokok
Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan
pada dinding arteri yang menyebabkan penyempitan arteri
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. 7,8

2.4.3.7 Sindroma Metabolik


Sindroma metabolik didefinsikan sebagai jika tiga dari
criteria terpenuhi: lingkar perut membesar (pria: > 100 cm,
wanita: 90 cm), gula puasa darah terganggu (normal < 126
md/dl), peningkatan tekanan darah 130/85 mmHg, trigliserida
plasma 150 mg/dl, atau kolesterol HDL <40 mg/dL ,<50 mg/dL
pada wanita. Di hipotesiskan bahwa resistensi insulin mungkin
merupakan patofisiologi teradinya sindroma metabolik. 7,8

2.4.4 EPIDEMIOLOGI
2.4.4.1 Trias Epidemiologi
a. Agent
Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur,
stres psikologis, dan herediter (keturunan).Sekitar 90%
pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori
ini.Kombinasi perubahan ini sangat mungkin
mencerminkan adanya kekakuan pembuluh darah`dan
penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini
mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan
umur.Seperti diketahui, tekanan nadi merupakan
prediktok terbaik dari adanya perubahan struktural di
dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia
belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan normal

17
terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta
dan pembuluh darah sistemik.Penebalan dinding aorta dan
pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh
darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan
penurunan compliance aorta dan pembuluh darah besar
dan mengakibatkan peningkatan TDS.9,10

b. Host
Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi dan
tingginya indeks massa tubuh merupakan faktor risiko
hipertensi.Semakin tinggi berat badan, semakin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan. Volume darah meningkat di
dalam pembuluh darah dan terjadi peningkatan dinding
arteri.7,8
c. Environment
Hipertensi diderita oleh hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang
menderita hipertensi terus bertambah; terdapat sekitar 50
juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita
hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura
24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi
hipertensi berkisar 6-15%.Prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat
minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan
bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat
belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan.1,9

2.4.4.2 Variabel Epidemiologi


a. Distribusi menurut orang (Person)
1. Distribusi menurut umur

18
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan
merupakan bagian normal dari ketuaan, insiden hipertensi
pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur 69 tahun,
prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun
1988-1991 National Health and Nutrition Examination
Survey menemukan prevalensi hipertensi pada kelompok
umur 65-74 tahun sebagai berikut: prevalensi keseluruhan
49,6% untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99 mmHg),
18,2% untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109
mmHg), dan 6.5% untuk hipertensi derajat 3 (>180/110
mmHg). Prevalensi hipertensi adalah sekitar berturut-turut
7%, 11%, 18% dan 25% pada kelompok umur 60-69, 70-
79, 80-89, dan diatas 90 tahun. Pada penelitian di
Rotterdam, Belanda ditemukan:dari 7983 penduduk
berusia diatas 55 tahun, prevalensi hipertensi (160/95
mmHg) meningkat sesuai dengan umur. Data
epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin
meningkatnya usia, maka resiko hipertensi makin
bertambah. 9,10
2. Distribusi menurut jenis kelamin
Hipertensi lebih sering ditemukan pada
perempuan dari pada laki-laki, lebih tinggi pada
perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia,
penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil
sebagai berikut: penelitian pada usia diatas 65 tahun
dengan kriteria hipertensi berdasarkan JNVC, ditemukan
prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki- laki 59,1% dan
perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis
hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan
33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3%
(laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Hal ini

19
dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa
premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih
tinggi daripada laki-laki. Penyebabnya sebelum
menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakit
kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar
estrogen menurun setelah menopause.9,10
3. Distribusi menurut etnik
Hipertensi lebih sering terdapat pada ras Afrika-
Amerika dibandingkan dengan orang kulit putih, dan pada
kedua ras tersebut biasanya lebih banyak pada golongan
sosio-ekonomi rendah. 7,8
b. Distribusi menurut Tempat (Place)
Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
kasus hipertensi adalah merupakan wilayah yang dominan di pesisir
daripada di pegunungan. Penduduk yang berdomisili di daerah
pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat
mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah
pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan.11
c. Distribusi menurut Waktu (Time)
Normalnya tekanan darah meningkat saat bangun tidur di
pagi hari, sesuai ritme circardian tubuh. Ritme circardian adalah
siklus 24 jam, yang mempengaruhi pola tidur/bangun, serta rasa
lapar. Di pagi hari tubuh melepaskan hormon seperti adrenalin yang
memberikan suntikan tenaga sekaligus meningkatkan tekanan darah,
umunya terjadi pada pukul 06.00-12.00.Tekanan darah yang tinggi di
pagi hari (morning hypertension), yaitu tekanan darah >135/85
mmHg dalam 1-2 jam setelah bangun tidur. Pasien hipertensi yang
spesifik memiliki morning hypertension berisiko lebih tinggi
terhadap stroke, gangguan jantung dan pembuluh darah lain.Yang

20
berisiko mengalami morning hypertension adalah para penderita
hipertensi, kolesterol tinggi, DM tipe I dan 2, perokok, peminum
alkohol, kegemukan, dan mereka yang berusia di atas 65 tahun.
Pasien hipertensi yang terkontrol pun 50% dapat mengalami morning
hypertension.12

2.4.5 PATOGENESIS
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu
primer dan sekunder.Hipertensi primer (hipertensi esensial) artinya
hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.Berbagai
faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar
90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.11,12
Pada usia lanjut pathogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut

sedikit berbeda dengan yang terjadi pada dewasa muda. Baik TDS maupun

TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.TDS meningkat secara

progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat samapi

umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit

menurun.Kombinasi perubahan ini sangat mungkin


mencerminkan adanya
kekakuan pembuluh darah`dan penurunan kelenturan (compliance) arteri
dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan
umur.Scperti diketahui, takanan nadi merupakan predictok terbaik dari
adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi
pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan normal
terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh
darah sistemik.Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar
meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur.Perubahan ini menyebabkan penurunan compliance aorta dan
pembuluh darah besar dan mengakibatkan pcningkatan TDS. Penurunan

21
elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler
perifer.Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur.Perubahan
mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan adanya
variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus
menerus.11,12
Penurunan sensitivitas baroreseptor jugamenyebabkan kegagalan
refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering
terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi
adrenergic dan vasokonstriksi adrenergik- akan menyebabkan
kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya mengakibatkan pcningkatan
resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah. Resistensi Na akibat
peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan dalam terjadinya
hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin plasma dan respons
renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak mempunyai
peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia.Perubahan- perubahan di
atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac
output), penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard,
hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan
penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi
glomerulus.13,14
Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh
darah yang dilakukan oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output)
dan tonus dari arteri (peripheral resisten).Faktor-faktor ini menentukan
besarnya tekanan darah.Banyak sekali faktor yang mempengaruhi cardiac
output dan resistensi perifer. Hipertensi terjadi karena kelainan dari salah
faktor tersebut.15

22
Gambar 3: Patofisiologi Hipertensi15
Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac
output secara logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan
(preload) atau peningkatan kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis.
Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar cardiac output tidak meningkat yaiutu
dengan cara meningkatkan resistensi perifer.16
Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi
karena peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload, sehingga
meningkatkan cardiac output.16

23
Gambar 4: Patofisiologi Natrium dan Kalium pada Hipertensi16

24
2.4.6 KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial
dan hipertensi sekunder.17,18
2.4.6.1 Hipertensi Esensial
Hipertensi ini juga disebut sebagai hipertensi primer atau
idiopatik, yaitu hipertensi yang tidak jelas etiologinya.Lebih dari
90 % kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan
hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan
resistensi perifer.17,18
Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri
dari faktor genetik dan lingkungan.Faktor predisposisi genetik
dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap
stres, peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriktor),
dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor yang dapat
menyebabkan hipertensi, yakni makan garam (natrium)
berlebihan, stres psikis, dan obesitas.3,17
2.4.6.2 Hipertensi Sekunder
Prevalensi hipertensi sekunder sekitar 5-8 % dari seluruh
penderita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi
endokrin), obat (misalnya kontrasepsi hormonal, kortikosteroid,
dll) dan penyakit lain misalnya koarktasio aorta, kelainan
neurologik (tumor otak, ensefalitis), stres akut (luka bakar, bedah,
dsb), polisitemia.18,19
Menurut The Eight Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure (JNC 8) klasifikasi tekanan darah pada
orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2.2,19

Tabel 2: Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 86

25
Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Tekanan Darah
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120 - 139 atau 80 89
Hipertensi derajat 1 140 159 atau 90 99
Hipertensi derajat 2 160 atau 100

Ket:
TDS = Tekanan Darah Sistolik
TDD = Tekanan Darah Diastolik

2.4.7 FASE HIPERTENSI


2.4.7.1 Fase Hipertensi Dini
Merupakan fase peningkatan tekanan darah tahap awal,
dimana terdapat peningkatan curah jantung yang besar,
sedangkan resistensi perifer masih dalam batas normal.Secara
klinis ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan
denyut jantung sehingga dikatakan sebagai hipertensi
hiperkinetik atau hiperdinamik. Peningkatan curah jantung
berkisar 10-15% dari normal.5
Ciri-ciri hipertensi hiperkinetik atau hiperdinamik berupa :20,21
- Curah jantung yang besar kadar norepineprin yang
meningkat.
- Ditemui pada populasi dewasa muda
- Didapatkan pada populasi yang mempunyai riwayat orang tua
menderita hipertensi.
- Usia relatif muda, berkisar 18-42 tahun, rentang usia
produktif.
Meningkatnya curah jantung dan denyut jantung pada
hipertensi hiperkinetik sebab hiperaktifitas saraf simpatis terbukti
dari tingginya kadar hormon norepinefrin dalam plasma. Hal ini
diduga berkaitan dengan kinerja kerja yang tinggi, stress dan
factor emosional.5
2.4.7.2 Fase Hipertensi Menetap

26
Hipertensi dini dengan sebab curah jantung yang tinggi,
bila terus berlanjut terjadi hiperperfusi ke seluruh jaringan tubuh.
Hal ini menstimulir vasokonstriksi pembuluh darah arteriol, yang
bertujuan melindungi organ tubuh dari hiperperfusi dan tekanan
darah sistemik yang tinggi.4,22
Vasokonstriksi pembuluh darah arteriol menaikkan
resistensi perifer, sehingga tekanan darah diastolik
meningkat.Pada kondisi dimana ditemukan tekanan darah
diastolik sudah meningkat, secara klinis hal ini dipakai sebagai
tanda bahwa hipertensi sudah berlangsung lama, disebut
hipertensi menetap (established or chronic
hypertension).Vasokonstriksi pembuluh darah arteriole
mengakibatkan volume sirkulasi berkurang, sehingga pada fase
hipertensi menetap curah jantung kembali normal atau sedikit
berkurang.Resistensi perifer yang tinggi memaksa jantung untuk
berkontraksi lebih kuat supaya darah tetap dapat sampai ke
jaringan. Jika faktor inotropik miokard masih baik maka tekanan
darah sistol akan bertambah tinggi lagi sebagai respon terhadap
beban akhir (afterload) yang meningkat.5

2.4.8 MANIFESTASI KLINIS


Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hipertensi
yang meningkat dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti
somnolen, bingung, gangguan penglihatan, mual dan muntah.17
Pada aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot,
polyuria, dan nocturia karena hypokalemia. Hipertensi kronik sering
menyebabkan pembesaran jatung kiri, yang dapat menimbulkan gejala
sesak napas yang berhubungan dengan aktivitas dan paroxysmal
nocturnal dyspnea. Keterlibatan cerebral karena stroke yang disebabkan
oleh trombosis atau hemoragik dari mikroaneurisma.17

27
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh,
termasuk berat dan tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah
diukur pada kedua lengan, dan lebih baik dikukur pada posisi terlentang,
duduk, dan berdiri untuk mengevaluasi hipotensi postural. Dilakukan
palpasi leher untuk mempalpasi dari pembesaran tiroid dan penilaian
terhadap tanda hipotiroid atau hipertiroid. Pemeriksaan pada pembuluh
darah dapat dilakukan dengan funduskopi, auskultasi untuk mencari bruit
pada arteri karotis. Retina merupakan jaringan yang arteri dan arteriolnya
dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan peningkatan derajat
beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan
funduskopi dapat ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol,
hemoragik, eksudat, dan papiledema. Pemeriksaan pada jantung dapat
ditemukan pengerasan dari bunyi jantung ke-2 karena penutuan dari
katup aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi
dengan iktus kordis yang bergeser ke arah lateral.17

2.4.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang rutin yang direkomendasikan sebelum
memulai terapi termasuk elektrokardiogram 12 lead, urinalisis, glukosa
darah, dan hematokrit, kalium serum, kreatinin, dan profil lipid
( termasuk HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida. Test
tambahan termasuk pengukuran terhadap ekskresi albumin atau albumin/
kreatinin rasio.17

Tabel 3: Pemeriksaan penunjang untuk skrining etiologi hipertensi 16

28
2.4.10 DIAGNOSIS HIPERTENSI
Diagnosis hipertensi tidak boleh ditegakkan berdasarkan sekali
pengukuran, kecuali bila Tekanan Darah Diastolik 120 mmHg dan/atau
Tekanan Darah Sistolik 210 mmHg. Pengukuran pertama harus
dikonfirmasi pada sedikitnya 2 kunjungan lagi dalam waktu 1 sampai
beberapa minggu. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila dari pengukuran
berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata Tekanan Darah Diastolik
90 mmHg dan/atau Tekanan Darah Sistolik 140 mmHg.2

2.4.11 PENATALAKSANAAN
Faktor gaya hidup dan rekomendasi pengobatan adalah topik di
dalam pedoman penanganan hipertensi resisten yang dikeluarkan oleh
American Heart Association (AHA) April 2008. Regimen dosis ganda,
waktu pemberian dan kepatuhan pasien terhadap pengobatan juga
ditampilkan dalam pedoman yang dipublikasikan secara online pada
jurnal Hypertension.3, 4

2.4.11.1 Tujuan pengobatan

29
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat
tekanan darah tinggi. Pada umumnya sasaran tekanan
darah pada penderita muda adalah < 140/90 mmHg
(sampai 130/85 mmHg), sedangkan pada penderita usia
lanjut sampai umur 80 tahun < 160/90 mmHg (sampai
145 mmHg sistolik bila dapat ditoleransi).Selain
pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor risiko
atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes melitus
atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga
mencapai target terapi masing-masing kondisi.Pengobatan
hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan
farmakologis. Terapi non farmakologis harus
dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-
faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya.10,11,20

2.4.11.2 Manfaat terapi hipertensi


Menurunkan tekanan darah dengan antihipertensi
telah terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular, yaitu stroke, iskemia jantung, gagal
jantung kongestif, dan memberatnya hipertensi.5
2.4.11.3 Pedoman umum terapi hipertensi
Keputusan untuk memulai pengobatan hipertensi
tidak hanya ditentukan oleh tingginya tekanan darah,
tetapi juga oleh adanya faktor resiko kardiovaskular
lainnya.5
2.4.11.4 Modifikasi pola hidup
- Menurunkan berat badan bila gemuk.
- Latihan fisik (aerobik) secara teratur.
- Mengurangi makan garam menjadi < 2,3 gr Natrium
atau < 6 gr NaCl sehari.

30
- Makan K, Ca dan Mg yang cukup dari diet.
- Membatasi minum alkohol (maksimal 20-30 ml
etanol sehari).
- Berhenti merokok serta mengurangi makan
kolesterol dan lemak jenuh untuk kesehatan
kardiovaskular secara keseluruhan.5
2.4.11.5 Terapi farmakologik
Beberapa golongan antihipertensi adalah sebagai berikut :
1. Diuretik
Diuretik meningkatkan ekskresi natrium,
klorida, dan air, sehingga mengurangi volume
plasma dan cairan ekstrasel. Dengan demikian
tekanan darah akan turun akibat berkurangnya
curah jantung. Contohnya adalah tiazid
(hidroklorotiazid), diuretik kuat (furosemid),
diuretik hemat kalium (spironolakton)
2. Penghambat adrenergik
Terdiri dari 2 jenis, yaitu -Blocker dan -
Blocker.-blocker menyebabkan pengurangan
denyut jantung dan kontraktilitas miokard
sehingga menyebabkan curah jantung berkurang,
sedangkan -Blocker menghambat reseptor 1 di
pembuluh darah terhadap efek vasokonstriksi
norepinefrin dan epinefrin sehingga terjadi dilatasi
arteriol dan vena sehingga menurunkan resistensi
perifer dengan demikian menurunkan tekanan
darah.Contoh -blocker adalah kardioselektif
(asebutolol, bisoprolol), nonselektif (propanolol,
timolol).Contoh -blocker adalah doxazosin,
prazosin.Yang mengandung -Blocker dan -
Blocker adalah labetalol.

31
3. Vasodilator
Secara umum vasodilator merelaksasi
secara langsung otot polos arteriol.Contohnya
adalah hidralazin, minoksidil. Antihipertensi kerja
sentral (misalnya klonidin, metildopa, monodiksin
bekerja pada adrenoreseptor alpha-2 atau reseptor
lain pada batang otak, menurunkan aliran
simpatetik ke jantung, pembuluh darah dan ginjal,
sehingga efek akhirnya menurunkan tekanan
darah.
4. Penghambat enzim konversi angiotensin
Penghambat ACE mengurangi
pembentukan angiotensin II sehingga terjadi
vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron
yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium
dan air, serta retensi kalium.Akibatnya terjadi
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
esensial maupun hipertensi
renovaskular.Contohnya adalah kaptopril,
enalapril, lisinopril.
Dalam jurnal terkenal Diabetes Care
dilaporkan bahwa obat antihipertensi golongan
penghambat ACE dapat mengurangi LVH (Left
Ventricular Hypertrophy) pada pasien dengan
diabetes tipe 2. Seorang peneliti bernama Piero
Ruggenenti dari Mario Negri Institute for
Pharmacological Research, Bergamo, Italia
mengatakan pada Reuters Health bahwa semua
orang dengan diabetes tipe 2 dengan hipertensi
perlu diberikan obat antihipertensi penghambat
ACE sebagai terapi awal, dan penurunan tekanan

32
darah perlu dilakukan hingga tekanan darah
mencapai di bawah 130/80 mmHg.
5. Antagonis kalsium
Pada otot jantung dan otot polos vaskuler,
ion Ca2+ terutama berperan dalam peristiwa
kontraksi, apabila hal ini dihambat maka dapat
mengurangi tekanan darah.Contohnya
adalahverapamil, diltiazem, nifedipin.

Tabel 4:Dosis Obat Hipertensi berdasarkan JNC 82


Inisial Jumlah
Dosis Target
Obat Antihipertensi Dosis Harian, Obat /
RCT, mg
mg Hari
ACE inhibitors
1. Captopril 50 150-200 2
2. Enalapril 5 20 1-2
3. Lisinopril 10 40 1
Angiostensi receptor blockers (ARB)
1. Eprosartan 400 600-800 1-2
2. Candesartan 4 12-32 1
3. Losartan 50 100 1-2
4. Valsartan 40-80 160-320 1
5. Irbesartan Dewasa 18 75 tahun + Hipertensi 300 1
-Blockers
1. Atenolol 25-50 100 1
2. Pengaturan
Metoprolol Lifestyle (terus50 100-200 terapi)1-2
berlangsung sepanjang
Calcium Channel Blockers
1. Amlodipine 2,5 10 1
2. Diltiazem extended 120-180 360 1
Mengatur tekanan darah sesuai target dan memulai terapi obat sesuai dengan usia, diabtes, CKD
release
3. Nitredipine 10 20 1-2
Pilih strategi terapi titrasi obat
Thiazide-type diuretics
Dosis maksimum obat pertama sebelum tambahkan obat k
1. Bendroflumethiazide 5 10 1
Tambahakan obat kedua sebelum mengunakan obat pertam
2. Chlorthalidone 12,5 12,5-25 1
Mulai
Semua dengan
umur 2+ kelas obat terpisah
tanpaDM
Semua umur + atau mengunakan kom
3. Hydrochlorothiazide
Umur Umur < 60 tahun 12,5-25
60 tahun 25-100 1-2
CKD CKD dengan/tanpa DM
4. Indapamide 1,25 1,25-2,5 1
Apakah tujuan TD tercapai ?

Target TD Target TD Target TD


Tidak
Target TD
Memperkuat terapi dan mengatur
SBP < 150agar pola<lifestyle
SBP
mmHg 140 mmHgtetap sesuai
SBP < 140 mmHg SBP < 140 mmHg
Untuk strategi A dan B tambahakan danDBP
DBP < 90 mmHg titrasi
< 90thiazide-type
mmHg diuretic
DBP <atau ACEI DBP
90 mmHg atau<ARB
90 mmHg
atau CCB (gunakan terapi ke
Untuk strategi C, dosis dititrasi dan inisiasi medikasi sampai maksimum
Non Kulit Hitam Kulit Hitam Semua Kasus

33 Tidak
Populasi Umum ACEI Apakah
ARB, tujuan TD tercapai ?
Inisiasi
nisiasi thiazide-type diuretic atau ACEI thiazide-type
atau ARB atau CCB,diuretic
sendiri atau Populasi
atau CCB, CKD &
sendiri
kombinasi DM atau
atau kombinasi
tanpa CKD & DM sendiri atau kombinasi dengan obat golonganTidaklain
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuai
Tambahkan obat dan titrasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB (gunakan terapi kelas obat yang tidak

Ya
Apakah tujuan TD tercapai ?

Tidak
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuai
Tambahkan obat golongan lain ( -blocker, aldosterone antagonist atau yang lainnya) dan rujuk pasi

Tidak Ya
Apakah tujuan TD tercapai ?
Lanjutk

Gambar 5: Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi JNC 82

2.4.12 PENANGANAN HIPERTENSI PADA INDIKASI KHUSUS


2.4.12.1 Penyakit jantung Iskemik
Penyakit jantung iskemik merupakan kerusakan
organ target yang paling sering ditemukan pada pasien
dengan hipertensi. Pada hipertensi dengan angina pectoris
stabil obat pilihan pertama b-blocker dan sebagai
alternative calcium channel blocker (CCB). Pada pasien
dengan sindroma koroner akut (angina pectoris tidak
stabil atau infark miokard), pengobatan hipertensi dimulai
dengan BB dan ACEI dan kemudian dapat ditambahkan
anti hipertensi lain bila diperlukan. Pada pasien pasca
infark miokard, ACEI, BB, dan antagonis aldosteron
terbukti sangat mengutungkan tanpa melupakan
penatalaksaan profil lipid yang intensif dan penggunaan
aspirin.16,23

2.4.12.2 Gagal Jantung

34
Gagal Jantung dalam bentuk disfungsi ventrikel
sistolik dan diastolic terutama disebabkan oleh hipertensi
dan penyakit jantung iskemik.Sehingga penatalaksaan
hipertensi dan profil lipid yang agresif merupakan upaya
terjadinya gagal jantung.Pada pasien asimptomatik
dengan terbukti disfungsi ventrikel rekomendasinya
adalah ACEI dan BB. Pada pasien simptomatik dengan
disfungsi ventrikel atau penyakit jantung end stage
direkomendasikan untuk menggunakan ACEI, BB dan
ARB bersama dengan pemberian diuretik loop.16
2.4.12.3 Penyakit Arteri Perifer
a. Kelas I
Pemberian antihipertensi pada PAP
ekstrimitas inferior dengan tujuan untuk mencapai
target tekanan darah <140/90 mmHg atau target
tekanan darah < 130/80 mmHg (untuk diabetes).
BB merupakan agen hipertensi yang efektif dan
tidak merupakan kontraindikasi untuk pasien
hipertensi dengan PAP.16
b. Kelas IIa
Penggunaan ACEI pada pasien
simptomatik PAP ekstrimitas bawah beralasan
untuk menurunkan kejadian kardiovaskular.16
c. Kelas IIb
Penggunaan ACEI pada pasien
asimptomatik PAP ekstrimitas bawah dapat
dipertimbangkan untuk menurunkan kejadian
kardiovaskular.Antihipertensi dapat menurunkan
perfusi tungkai dan berpotensi mengeksaserbasi
klaudikasio ataupun iskemia tungkai
kronis.Kemungkinan tersebut harus diperhatikan
saat memberikan antihipertensi. Namun sebagian
besar pasien dapat mentoleransi terapi hipertensi

35
tanpa memperburuk symptom PAP dan
penanggulangan sesuai pedoman diperlukan untuk
tujuan menurnkan risiko kejadian kardiovaskular.16
d. Gangguan Fungsi Ginjal
Hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal
Pada keadaan ini penting diketahui derajat
gangguan fungsi ginjal ( CCT, kreatinin) dan
derajat proteinuri. PAda CCT < 25 ml/menit
diuretic golongan thiazid (kecuali metolazon)
tidak efektif. Pemakaian golongan ACEI/ ARB
perlu memperhatikan penurunan fungsi ginjal dan
kadar kalium. Pemakaian golongan BB dan CCB
relative aman.16,23
Hipertensi akibat gangguan ginjal/ adrenal
Pada gagal ginjal terjadi penumpukan
garam yang membutuhkan penurunan asupan
garam/diuretic golongan
furosemid/diaslisis.Penyakit ginjal renovaskuler
baik stenosis arteri renalis maupun aterosklerosis
renal dapat ditanggulangi secara intervensi
(stening/opererasi) ataupun medical (pemakaian
ACEI dan ARB tidak dianjurkan bila diperlukan
terapi obat).Aldosteronisme primer (baik adenoma
maupun hyperplasia kelenjar adrenal) dapat
ditanggulangi secara medical (dengan obat
antialdosteron) ataupun intervensi.DIsamping
hipertensi, derajat proteinuri ikut menentukan
progresi gangguan fungsi ginjal, sehingga
proteinuri perlu ditanggulangi secara maksimal
dengan pemberian ACEI/ARB dan CCB golongan
non hdihidropiridin. Pedoman pengobatan

36
hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal: (1)
tekanan darah diturunkan sampai <130/80 mmHg
(untuk mencegah progresi gangguan fungsi
ginjal). (2) bila ada proteinuria dipakai ACEI/ARB
(sepanjang tak ada kontraindikasi).(3)bila
proteinuria > 1g/24 jam tekanan darah diusahakan
lebih rendah ( 125/75 mmHg).(4)perlu
diperhatikan untuk perubahan fungsi ginjal pada
pemakaian ACEI/ARB (kreatinin tidak boleh naik
> 20%) dan kadar kalium (hiperkalemia).16
2.4.12.4 Usia Lanjut
Pengobatan dimulai jika: (1) tekanan sistolik 160 mmHg bila
kondisi harapan hidup baik. (2) Tekanan sistolik 140 bila disertai DM
atau merokok atau disertai factor risiko lainya. Obat-obat yang
biasanya dipakai meliputi diuretic (HCT) 12,5 mg, terbukti mencegah
komplikasi terjadinya penyakit jantung kongestif. Keuntunganya
murah dan dapat mencegah kehilangan kalsium tulang. Target tekanan
sistolik < 140 mmHg dan target tekanan diastolic sekitar 85-90
mmHg.16
2.4.12.5 Stroke Iskemik Akut
Tidak direkomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik
akut, kecuali terdapat hipertensi berat dan menetap yaitu > 220 mmHg
atau diastolik > 120 mmHg dengan tanda-tanda ensefalopati atau
disertai kerusakan target organ lain.16,23

2.4.12.6 Stroke Hemoragik Akut


Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan darah
sistolik > 140 mmHg: berikan nicardipin/ diltiazem/nimodipin drip dan
dititrasi dosisnya sampai dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolic 90 mmHg.16
2.4.12.7 Diabetes

37
Indikasi pengobatan jika tekanan darah sistolik 130 mmHg
dan atau tekanan diastolik 80 mmHg. Sasaran target penurunan
tekanan darah: (1) tekanan darah < 130/80 mmHg. (2) bila disertai
proteinuria 1 g/24 jam, target 125/75 mmHg.16

2.4.13 KOMPLIKASI
2.3.13.1 Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang
tersering menyebabkan kematian pada pasien
hipertensi.Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil
dari perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan
pembesaran jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal
jantung.23
2.3.13.2
Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting
terhadap infark dan hemoragik otak.Sekitar 85 % dari
stroke karena infark dan sisanya karena hemoragik.
Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring
dengan peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia>
65 tahun. Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden
baik stroke iskemik ataupun stroke hemorgik.16
2.3.13.3 Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis,
penyebab yang sering terjadi pada renal
insufficiency.Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan
darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya
ketika ada proteinuria.16,23
2.4.14 PROGNOSIS
WHO membuat tabel stratifikasi dan membuat tiga kategori
risiko yang berhubungan dengan timbulnya kejadian penyakit
kardiovaskular selama 10 tahun ke depan: (1) risiko rendah, kurang dari
15 %. (2) risiko menengah , sekitar 15-20 %. (3) risiko tinggi, lebih dari
20 %.22

38
Tabel 5: Faktor yang Mempengaruhi Prognosis Hipertensi22

Tabel 6: Prognosis Hipertensi22

2.4.15 PEMANTAUAN
Pasien yang telah mulai mendapatkan pengobatan harus datang
kembali untuk evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis obat sampai
target tekanan darah tercapai.5
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada pengobatan :5
2.4.15.1 Empati dokter untuk meningkatkan kepercayaan,
motivasi dan kepatuhan pasien

39
2.4.15.2 Dokter harus mempertimbangkan latar belakang
budaya, kepercayaan pasien serta sikap pasien terhadap
pengobatan.
Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian
pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai
seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian, ada
kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat anti hipetensi secara
bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap patuh
terhadap pengobatan nonfarmakologis.5,6

BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS

3.1 Metode Studi Kasus


Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan anamnesis dan observasi
terhadap penderita hipertensi.

40
3.2 Lokasi dan WaktuMelakukan Studi Kasus
3.2.1 Lokasi StudiKasus
Studi kasus bertempat di Puskesmas Jongaya Makassar.

Gambar 6 : Puskesmas Sudiang Raya Tampak Depan


3.2.2 Waktu Studi Kasus
Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang
berobat di puskesmas Jongaya pada tanggal 27 Desember 2016.
Selanjutnya dilakukan home visit untuk mengetahui secara
holistik keadaan dari penderita.
3.2.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
3.2.3.1 Letak Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Jongaya yang berlokasi di Jalan
Andi Tonro No. 37 terbagi menjadi 3 (tiga) kelurahan, yaitu
Kelurahan Pabaeng-baeng, Kelurahan Jonga, dan Kelurahan
Bongaya dengan batas-batas sebagai berikut :
a Sebelah Utara : Kel. Parang Kec. Mamajang
b Sebelah Timur : Kelurahan Manuruki
c Sebelah Barat : Kelurahan Sambung Jawa
d Sebelah Selatan : Kel. Maccini Sombala
Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Jongaya berada
dalam wilayah kelurahan Gunung Sari dengan luas 26.372 km
dan kelurahan Karunrung 10,6 km.

41
Tabel 5.Luas Wilayah, Jumlah RW/RT menurut kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Jongaya tahun 2015

NO KELURAHAN LUAS (ha) RW

1 Pabaeng-baeng 54,99 9

2 Jongaya 52,95 13

3 Bongaya 96,4 12

Jumlah 204,25 24

3.2.3.2. Keadaan Demografis


Kependudukan merupakan permasalahan yang dihadapi dewasa ini, bukan
hanya menyangkut jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan arus urbanisasi
dengan segala dampak sosial ekonomi, dan keamanan menjadi keharusan untuk
mengendalikan angka kelahiran dan kematian.

Pembahasan mengenai kependudukan mencakup masalah pertumbuhan


penduduk dan struktur penduduk menurut kelompok umur.

Dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk dilaksanakan melalui


tingkat kelahiran dan penurunan angka kematian (bayi, anak balita dan ibu)
dimana pertumbuhan yang tinggi akan menambah beban pembangunan. Jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Jongaya pada tahun 2015 disajikan dalam
tabel berikut

Tabel 7.Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan & Jenis Kelamin


Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya Tahun 2015

N Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk


Kelurahan
o Laki-laki Perempuan

1 Pabaeng-baeng 7.942 8.281 16.223

2 Jongaya 6.682 6.953 13.635

3 Bongaya 4.379 5.372 9.751

42
Jumlah 19.003 20.606 39.609

Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan serta


masalah sosial ekonomi.Hal ini terjadi karena faktor gizi yang berhubungan
dengan lingkungan, perumahan dan sanitasi yang kotor menyebabkan berbagai
macam penyakit yang muncul.Disamping itu kepadatan penduduk sebagai
lambang perkembangan suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Puskesma Jongaya, kepadatan penduduk adalah jiwa per kilometer persegi,
jumlah kepala keluarga (KK) tahun 2015 di wilayah kerja Puskesmas Jongaya
adalah 4.250 KK melebihi jumlah rumah yang ada 2.998 rumah.

Berdasakan komponen umur dan jenis kelamin maka karakteristik


penduduk dari suatu negara dapat debedakan menjadi 3 macam yaitu:

- Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada dalam


kelompok umur termuda.
- Konstruktif, jika penduduk berada dalam kelompok termuda
hampir sama besarnya.
- Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap
kelompok umur tertentu.

Komposisi umur di wilayah kerja Puskesmas Jongaya dapat dilihat seperti


berikut:

Tabel 8.Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Wilayah Kerja


Puskesmas Jongaya tahun 2015

Golongan Umur (tahun) Jumla


Puskesmas 0-4 5-6 7-12 13-15 16-18 >19 h
Jongaya
21.16
3.032 2.958 4.586 2.757 3.400 37.897
4

43
Pendidikan salah satu upaya membentuk manusia terampil dan produktif
sehingga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Tabel 9 .Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah


Kerja Puskesmas Jongaya tahun 2015

Ke
Jumlah Penduduk
No Kelurahan t

TK SD SMP SMA Sarjana

1 Pabaeng-baeng 116 629 403 310 131

2 Jongaya 60 200 163 102 80

3. Bongaya 72 74 130 99 84

Jumlah 248 903 646 511 295

Pendapatan dan pengeluaran perkapita.rata-rata pengeluaran perkapita


penduduk wilayah kerja Puskesmas Jongaya belum terdata. Mata pencaharaian
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Jongaya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10.Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan di Wilayah Puskesmas


Jongaya tahun 2015

Mata Pencaharian Distribusi (Persentase)

PNS 3.092

ABRI 3.396

Pensiunan 840

Buruh industry 913

Lain-lain 9333

Jumlah 17.574

44
3 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan milik pemerintah, swasta dan partisipasi
masyarakat yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Jongaya
turut berperan dalam peningkatan status derajat kesehatan masyarakat
dalam wilayah kerja Puskesmas.

Jenis sarana kesehatan yang tersedia berupa:

Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah:


1 Puskesmas : 1 buah
2 Puskesmas Pembantu : 1 buah

Fasilitas pelayanan kesehatan swasta:


1. Dokter praktek swasta : 11 buah
2. Bidan praktek swasta : 5 buah
3. Toko obat berizin : 9 buah
Fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat:
Posyandu : 22 buah

4 Tenaga dan Struktur Organisasi


1 Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Jongaya :

Tabel 11. Jumlah Tenaga Kesehatandi Wilayah Puskesmas Jongaya

Tahun 2015

K
NO JENIS PENDIDIKAN DPB DPK PTT JUMLAH E
T

1. Dokter Umum 3 0 0 3

2. Dokter Gigi 2 0 0 2

3. SKM 6 0 0 6

4 Sarjana Keperawatan 1 0 0 1

5 Sarjana Farmasi 1 0 0 1

45
6 Sarjana Ekonomi 1 0 0 1

6 AKPER 4 0 0 4

7 Bidan 6 0 0 6

8 SPK 8 0 0 8

9 SPRG 2 0 0 2

10 S PAG 1 0 0 1

11 SMF 1 0 0 1

12 SPPH 1 0 0 1

Jumlah 37 0 0 37

2 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Puskesmas Jongaya berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nomor :800/1682/SK/IV/2010 Tanggal
21 April 2014 terdiri atas:

o Kepala Puskesmas
o Kepala Subag Tata Usaha
o Kelompok Jabatan Fungsional
- Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
- Jaringan Pelayanan Puskesmas
- Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
o Unit Kesehatan Masyarakat
o Unit Kesehatan Perorangan
- Jaringan Pelayanan Puskesmas
o Unit Puskesmas Pembantu
o Unit Puskesmas Keliling
o Unit Bidan/Komunity

46
Gambar 7. Stuktur Organisasi Puskesmas Jongaya

5 Visi dan Misi Puskesmas Jongaya


1 Visi

Visi Puskesmas Jongaya adalah untuk mewujudkan Puskesmas Jongaya


sebagai Masyarakat Jongaya Hidup Sehat.

2. Misi

Misi Puskesmas Jongaya sebagai berikut :

a Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan


masyarakat beserta lingkungannya.
b Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
c Peningkatan kerjasama lintas sector dan lintas program.
d Mendorong kemandiriann masyarakat untuk hidup sehat.

6 Upaya Kesehatan

Dari visi dan misi tersebut dilakukan dengan cara melaksanakan 6 upaya
kesehatan wajib puskesmas dan upaya pengembangan kesehatan.

47
1 Upaya kesehatan wajib puskesmas tersebut adalah:
- Upaya Promosi Kesehatan
- Upaya Kesehatan Lingkungan
- Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana
- Upaya Perbaikan Gizi
- Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
- Upaya Pengobatan
2 Upaya kesehatan pengembangan
- Upaya Kesehatan Sekolah
- Uapaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
- Upaya Kesehatan Kerja
- Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
- Upaya Kesehatan Jiwa
- Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Gambar 8.Bagan Alur Pelayanan Puskesmas Jongaya

7 Hasil Kegiatan

48
Data sepuluh besar penyakit umum yang tercatat di Puskesmas Jongaya
di bulan Desember tahun 2016 adalah:

1 Common Cold : 138 Kasus


2 Hipertensi : 42 Kasus
3 Gastrisis : 33 Kasus
4 Diare : 29 Kasus
5 Dermatitis : 27 Kasus
6 ISPA : 21 Kasus
7 Myalgia : 21 Kasus
8 Diabetes Melitus : 20 Kasus
9 Otitis Media Unspesifik : 18 Kasus
10 Rheumtoid Artritis : 13 Kasus

49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1 HASIL STUDI KASUS


1 PASIEN
1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Ida Riyani
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Andi Tonro No. 57
Tanggal Pemeriksaan : 27 Desember 2016
Anamnesis
Seorang perempuan usia 60 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan tegang pada leher dirasakan
sudah sejak 2 hari lalu, tegang pada leher dirasakan terus
menerus. Tegang pada daerah leher disertai dengan sakit
kepala dirasakan sejak 2 hari lalu, sakit kepala dirasakan
terus menerus, sakit kepala tidak berdenyut.. Nafsu makan
dan tidur baik. Demam (-) Mual (-), Muntah (-), Nyeri
ulu hati (-),BAB kuning biasa, BAK kuning lancar.

4.1.1.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi (+) sekitar 2tahun yang
lalu, dikontrol secara teratur di PuskesmasJongaya.

3 Riwayat Penyakit Keluarga


Ayah dan saudara perempuan memiliki
penyakit yang sama dengan pasien.
4.1.1.2.4 Riwayat Sosial Ekonomi

50
Pasien merupakan janda beranak tiga dan pekerjaan sehari
harinya hanya sebagai ibu rumah tangga.

4.1.1.2.5 Riwayat Kebiasaan


Ny. Ida Riyani mengaku sering makan makanan berlemak dan
asin asin.

4.1.1.2.6 Riwayat Pengobatan


Pasien secara teratur memeriksakan tekanan darahnyadi
puskesmas Jongaya.

4.1.1.2.7 Riwayat Alergi


Alergi obat atau makanan tidak diketahui, riwayat alergi orang
tua pasien tidak diketahui

3 PEMERIKSAAN FISIS
4.1.1.3.1 KeadaanUmum
Pasien tampak sakit ringan, gizi cukup, kesadaran compos
mentis
2 Vital Sign
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,7oc
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 55 kg
3 Status Generalis
1 Kepala : Biasa
Ekspresi :Simetris
Muka : Simetris ki=ka
Rambut : Hitam, sulit dicabut
Mata : Eksoptalmus atau enoptalmus: (-)

51
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak mata : Dalam batas normal
Konjungtiva : Anemi (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm
2. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
3. Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut :
Bibir : Kering (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Tonsil : Hiperemis (-)
4. Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
DVS : R-2 cmH2O
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
5. Dada
Inspeksi : Simetris ki=ka
Bentuk : Normochest
Pembuluh darah : Bruit (-)
Buah dada : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak ada pelebaran
6. Thorax
Palpasi : Fremitus Raba : Ki=Ka
Nyeri tekan : (-)
Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior

52
Batas paru belakang kanan : V Th IX Dextra Posterior
Batas paru belakang kiri : V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi :
Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/-,Wh -/-
7. Punggung
Inpeksi : skoliosis (-), kifosis (-)
Palpasi : MT (-), NT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : Rh -/-, Wh -/-
8. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak,batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)

9. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
10. Ekstremitas
Edema : (-)
Kulit : Ruam (-)
11. Status lokalis
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan rectum : Tidak dilakukan pemeriksaan

4.1.1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

4.1.1.5 PENATALAKSANAAN
- Amlodipine 10 mg 0-0-1
- Vitamin B Complex1x1

53
4.1.1.6 ANJURAN
- Pemeriksaan kolesterol, trigliserida, asam urat, dan EKG
- Diet Rendah Garam
- Menjaga pola makan sehat dan bergizi
- Olahraga secara teratur
- Konsumsi obat hipertensi secara rutin

i. KELUARGA
4.1.2.1 Profil Keluarga
Pasien Ny. Ida Riyani tinggal bersama suami dalam satu rumah
bersama 3 orang anaknya laki laki 2 orang dan perempuan 1 orang.
Masing-masing berumur 24 tahun, 23 tahun dan 15 tahun.

4.1.2.2 Karakteristik Demografi Keluarga


a Identitas Kepala keluarga : (alm) Tn. A. Hilal
b Identitas Pasangan : Ny. Ida Riyani
c. Alamat : Jl. Andi Tonro no. 57
c Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 12: Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Kedudukan
Gende Pendidika
No Nama dalam Umur Pekerjaan
r n Terakhir
keluarga

1. (alm) Ayah L 67 SMA Swasta


Tn. A.
Hilal
2. Ny. Ida Ibu P 60 SMA IRT
Riyani
3. A. Anak L 24 SMK Pegawai
Aslam swasta

4. A. Anak L 23 SMK Tidak


Aswin bekerja

5. A. Astri Anak P 15 SMP Pelajar

54
4.1.2.3 Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
Pekerjaan sehari-hari pasien adalah seorang buruh jahit.
Pendapatan setiap bulan cukup dan bisa untuk membiayai kebutuhan
sehari-hari keluarganya dan biaya sekolah anaknya.Pasien ini tinggal di
rumah pribadi yang terletak di Jl. Andi Tonro no. 57 Makassar. Rumah
pasien dalam kondisi baik, tertata rapi serta terawat. Rumah terdiri dari 2
kamar dan 1 kamar mandi.Keadaan di sekitar cukup bersih.Berbatasan
dengan rumah batu yang juga bersih.

Tabel13: Lingkungan Tempat Tinggal


Status kepemilikan rumah :
Daerah perumahan :
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 15 x 6m2 Keluarga Ny. Ida Riyani
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 5 orang
tinggal di rumah dengan
Luas halaman rumah : -
Tidak bertingkat kepemilikian milik sendiri.
Lantai rumah dari : semen Ny. Ida Riyani tinggal dalam
Dinding rumah dari : tembok
Jamban keluarga : ada rumah yang sehat dengan
Tempat bermain : tidak ada lingkungan rumah yang padat
Penerangan listrik : 450 watt
Ketersediaan air bersih : ada (PAM) dan ventilasi yang memadai
Tempat pembuangan sampah : ada yang dihuni oleh 5 Orang.
Dengan penerangan listrik
450 watt. Air PAM umum
sebagai sarana air bersih
keluarga.

Kepemilikan barang barang berharga


Ny. Ida Riyani memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara
lain yaitu, Satu buah televisi, yang terletak di ruang tamu, satu buah kompor gas
yang terletak di dapur. Ny. Ida Riyani juga memiliki 1 buah sepeda motor .

55
.
4.1.2.4Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
- Jenis tempat berobat : Puskesmas
- Asuransi / JaminanKesehatan : BPJS

4.1.2.5Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)


Tabel 14: Pelayanan Kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat Keluarga menggunakan Letak Puskesmas
pelayanan kesehatan Kendaraan pribadi Jongaya tidak jauh dari
berupa motor atau jalan tempat tinggal pasien,
kaki untuk menuju ke sehingga untuk mencapai
puskesmas. puskesmas keluarga
Tarif pelayanan Menurut keluarga biaya
pasien dapat
kesehatan pelayanan
menggunakan sepeda
kesehatancukup murah.
motor pribadi ataupun
Kualitas pelayanan Menurut keluarga
berjalan kaki. Untuk
kesehatan kualitas pelayanan
biaya pengobatan diakui
kesehatan yang didapat
oleh keluarga pasien
memuaskan.
yaitu setiap kali datang
berobat tidak dipungut
biaya dan pelayanan
Puskesmas pundirasakan
keluarga pasien
memuaskan pasien.

4.1.2.6 Pola Konsumsi Makanan Keluarga


Kebiasaan makan : keluarga Ny. Ida Riyani memiliki kebiasaan
makan antara 2-3 kali dalam sehari. Namun

56
Ny. Ida Riyani dan keluarganya mengaku
lebih sering konsumsi telur dadar, ikan asin
daripada buah dan sayur.
4.1.2.7 Pola Dukungan Keluarga
4.1.2.7.1 Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam
keluarga
Di antara yang merupakan faktor pendukung dalam
penyelesaian masalah keluarga seperti ada komunikasi
yang baik dalam keluarga.Selain adanya hubungan yang
harmonis.Keluarga juga sangat terbuka untuk setiap
masalah kesehatan yang dihadapi dan pasien teratur
memeriksakan tekanan darah di puskesmas.
4.1.2.7.2 Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam
keluarga
- Faktor kecemasan yang dialami pasien dan
keluarga jika penyakit itu semakin memburuk.
- Konsumsi obat antihipertensi yang tidak rutin.
- Pola makan yang buruk, yaitu ketidakmampuan
menahan diri untuk mengkonsumsi makanan
bergaram dan berlemak.

4.1.2.8 Analisa Kedokteran Keluarga (Family Assesment Tools)


4.1.2.8.1 Fungsi Fisiologis (APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat
tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rosan,
Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok
keluarga, antara lain:
1 Adaptasi: Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam
menerima bantuan yang dibutuhkan
2 Partnership: Tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap komunikasi dalam mengambil keputusan
dan menyelesaikan masalah

57
3 Growth: Tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap kebebasan karena dukungan dan dorongan
yang diberikan keluarga dalam mematangkan
pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota
keluarga
4 Affection: Tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap kasih sayang serta interaksi emosional
yang berlangsung
5 Resolve: Tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap kebersamaan dalam membagi waktu,
kekayaan dan ruang atas keluarga
Penilaian
- Hampir Selalu = skor 2
- Kadang-kadang = skor 1
- Hampir tidak pernah =0
Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit

Tabel 3:Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita


Hipertensi
Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
N Pertanyaan Tidak
selalu Kadang
o Pernah
(2) (1)
(0)
1. Adaptasi
Jika obat Anda habis, apakah ada

anggota keluarga yang bersedia
mengantarkan Anda ke Puskesmas?
2. Partnership (Kemitraan)
Jika Anda sedang sibuk bekerja,
apakah ada anggota keluarga yang
selalu mengingatkan untuk konsumsi
obat secara rutin?

58
3. Growth (Pertumbuhan)
Jika Anda merasa tegang pada leher,
apakah ada anggota keluarga yang

selalu mengingatkan untuk
memeriksakan diri secara berkala di
Puskesmas?
4. Affection (Kasih Sayang)
Jika Anda merasa cemas, apakah
anggota keluarga yang lain selalu
mendampingi Anda dalam mengatasi
kecemasan tersebut?
5. Resolve (Kebersamaan)
Anda disarankan untuk konsumsi
buah dan sayur, serta mengurangi
konsumsi makanan bergaram dan
berlemak. Apakah anggota keluarga
yang lain mengkonsumsi menu yang
sama dan makan bersama?
Total Skor 8

Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 8 ini menunjukkan Fungsi keluarga
sehat.

4.1.2.8.2 Fungsi Patologis (SCREEM)


Aspek sumber daya patologi
1 Sosial :Pasien bekerja sebagai Guru TK, sehingga pasien akrab
dengan anggota masyarakat yang lain. Pasien dan keluarganya
aktif dalam kegiatan gotong royong, posyandu, dan acara
pernikahan.
2 Cultural :pasien dan keluarganya mengadakan acara
pernikahan, aqiqah, dan khitanan sesuai adat istiadat Makassar.
3 Religious :Keluarga pasien rajin melakukan ibadah sebagai
umat Islam, seperti: sholat lima waktu, tadarrus, puasa pada
bulan Ramadhan, dan ikut serta dalam kegiatan Isra Miraj dan
Maulid Nabi Muhammad saw.

59
4 Ekonomi:Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi
tercukupi, pasien dan anak pertamanya menerima gaji tetap
setiap bulan.
5 Education : Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien
yaitu SMA
6 Medication : Pasien dan keluarga menggunakan sarana
pelayanan kesehatan dari Puskesmas serta memilki asuransi
kesehatan BPJS
4.1.2.8.3 Genogram (Fungsi Genogram)

Gambar 9: Genogram pasien


Keterangan:

: Ayah penderita, menderita hipertensi, telah meninggal


: Ibu penderita, tidak sakit, telah meninggal
: saudara
: Penderita laki-laki penderita, tidak sakit
hipertensi
saudaraperempuan
: saudara laki-laki penderita, tidak sakithipertensi
penderita, menderita
: saudara laki-laki penderita, tidak sakit

: saudara laki-laki penderita, tidak sakit


: saudara laki-laki penderita, tidak sakit
: Ayah mertua penderita, tidak sakit, telah meninggal
: Ibu mertua penderita, tidak sakit, telah meninggal
: Saudara ipar penderita, tidak sakit
: suami penderita, tidak sakit, telah meninggal
: anak ke-1 penderita, tidak sakit
: :anak
anakke-2
ke-3penderita, tidak
penderita, sakitsakit
tidak
4.1.2.8.3.1Bentuk keluarga
Bentuk keluarga ini adalah nuclear family yang terdiri dari
Tn. A. Hilal sebagai kepala keluarga dan Ny. Ida Riyani sebagai
seorang istri dan ibu dari anaknya. Dari hasil pernikahan Tn. A. Hilal
dan Ny. Ida Riyanimereka dikarunai 2 orang anak laki-laki dan

60
seorang anak perempuan.Seluruh anggota keluarga ini tinggal dalam
satu rumah.

4.1.2.8.3.2 Tahapan siklus keluarga


Ny. Ida Riyani merupakan pasangan dari Tn. A. Hilal
mereka dikaruniai 2 orang anak laki-laki dan seorang anak
perempuan.

4.1.2.8.3.3 Family map


Ny. Ida Riyani merupakan anak ke empat dari enam
bersaudara dimana terdiri dari empat orang laki laki dan dua orang
perempuan, di dalam keluarga tersebut hanya Ny. Ida Riyani dan
saudari perempuannya yang menderita hipertensi.Ny. Ida Riyani
menikah pada tahun 1990 dengan Tn. A. Hilal.Tn .A. Hilal
merupakan anak bungsu dari dua bersaudara dan tidak memiliki
riwayat penyakit hipertensi dalam keluarganya. Pernikahan Ny. Ida
Riyani dan Tn. A. Hilal di karuniai tiga orang anak yang terdiri dari
dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan.Dalam keluarga inti
pasien tidak ada yang menderita penyakit hipertensi kecuali Ny. Ida
Riyani namun memungkinkan penyakit hipertensi yang diderita
pasien akan diturunkan kepada anaknya atau akibat pola hidup yang
sama.

4.2 PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis
secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal,
dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnosis holistik.

61
4.2.1 Analisis Kasus
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Penderita Hipertensi

Tabel 16: Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian


Masalah dalam keluarga

N Skor Resume Hasil Skor


Masalah Upaya Penyelesaian
o Awal Akhir Akhir
Edukasi kepada pasien
Faktor Biologi dan keluarga pasien - Penyuluhan
Kekakuan untuk melakukan terselenggara
1. pembuluh 2 olahraga secara rutin - Tekanan darah 5
darah karena dan mengurangi terkontrol
faktor usia konsumsi makanan
berkolesterol.
Faktor Psikologi
- Penyuluhan
Kecemasan Edukasi kepada pasien
terselenggara
pasien dan dan keluarga pasien
- Kecemasan
keluarganya untuk mengurangi
2. pasien dan 5
terhadap asupan garam dan
keluarga
penyakit yang 3 perbanyak konsumsi
berkurang
dapat buah dan sayur
memburuk
Faktor Perilaku
kesehatan keluarga Edukasi kepada pasien - Penyuluhan
Pola makan dan keluarga pasien terselenggara
yang tidak untuk mengurangi - Pasien dan
sehat, lebih asupan daging, keluarganya
3. 3 5
sering terutama daging yang lebih sering
konsumsi berlemak dan konsumsi buah
daging perbanyak konsumsi dan sayur.
daripada buah buah dan sayur.
dan sayur
Total Skor 8 15
Rata-Rata Skor 3 5

Skor Kemampuan Menyelesaikan Masalah:


Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya
keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider

62
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

Dengan hasil yang didapatkan pada tabel di atas berarti bahwa pasien dan
keluarga pasien dapat menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri.

4.2.2 Diagnosa Holistik, Tanggal Intervensi, dan Penatalaksanaan


Selanjutnya
Pertemuan ke 1 : 18 Juni 2016
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
1 Memperkenalkan diri dengan pasien.
2 Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
3 Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien
4 Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-
sosio-ekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
5 Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
6 Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
7 Membuat diagnostik holistik pada pasien.
8 Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis

4.2.2.1 Anamnesis Holistik


4.2.2.1.1 Aspek Personal
Tegang pada leher dirasakan sudah sejak 2 hari
lalu, tegang pada leher dirasakan terus menerus.Tegang

63
pada daerah leher disertai dengan sakit kepala dirasakan
sejak 2 hari lalu sakit kepala dirasakan terus menerus,
sakit kepala tidak berdenyut, sakit kepala terasa seperti
kepala sangat berat.Nafsu makan dan tidur
baik.Kekhawatiran, takut penyakitnya memburuk.
Harapan: dapat sembuh dan anggota keluarga yang lain
tidak menderita penyakit yang sama dengannya.

4.2.2.1.2 Aspek Klinik


- Tegang pada leher, terus-menerus
- Disertai nyeri kepala
- Ada riwayat penyakit hipertensi sebelumnya, yaitu
sejak sekitar 15 tahun yang lalu
- Pemeriksaan fisis: status gizi cukup
- Pemeriksaan tanda vital Tekanan darah 190/90
mmHg

4.2.2.1.3 Aspek Faktor Risiko Internal


- Kurangnya pengetahuan tentang Hipertensi
- Mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab
Hipertensi kurang

4.2.2.1.4 Aspek Faktor Risiko Eksternal


- Anggota keluarga kurang mengetahui penyebab
penyakit hipertensi pasien

4.2.2.1.5 Aspek Psikososial Keluarga


Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang
dapat menghambat dan mendukung kesembuhan
pasien.Di antara faktor-faktor yang dapat menghambat
kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengetahuan
keluarga tentang penyakit yang diderita pasien sehingga
tidak ada upaya pencegahan faktor pencetus penyebab

64
hipertensi pasien.Sedangkan faktor yang dapat
mendukung kesembuhan pasien yaitu adanya dukungan
dan motivasi dari semua anggota keluarga baik secara
moral dan materi.

4.2.2.1.6 Aspek Fungsional


Secara aspek fungsional, pasien tidak ada
kesulitan dan masih mampu dalam hal fisik dan mental
untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di luar
rumah.

4.2.2.1.7 Derajat Fungsional


Ny. Ida Riyanimasih dapat beraktifitas dengan baik tanpa
bantuan siapapun (derajat 1 minimal)

4.2.2.1.8 RencanaPelaksanaan (Plan Of Action)


- Pertemuan ke-1: Puskesmas Jongaya, 27 Desember 2016 pukul
09.00 WITA.
- Pertemuan ke-2: Rumah pasien di Jl. Andi Tonro no. 57, 27
Desember 2016 Pukul 10.00 WITA.

Tabel 17: Rencana Pelaksanaan (plan Of Action)


Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Menginfor Pasien Saat Pasien Tidak Tidak
personal masikan pasien dapat ada menolak
kepada kePKM bersabar
Ny. Ida dan dengan
Riyaniunt saat penyakit
uk home dan

65
bersabar visit memiliki
dengan keruma semangat
penyakit h untuk
yang pasien berobat
diderita
Aspek Menganjur Pasien - Saat Penyakit Tidak Tidak
Klinik kan pasien pasien sembuh ada menolak
untuk ke
meminum PKM
obat - Saat
sesuai home
yang visit ke
ditentukan rumah
dokter pasien
Aspek Mengajark Pasien Saat Untuk Tidak Tidak
risiko an pasien pasien menjaga ada menolak
internal untuk ke agar
selalu PKM penyakit
menjaga dan yang
menjaga saat diderita
pola hidup home pasien dapat
sehat, visit ke terkontrol
seperti rumah
olahraga pasien
teratur,
dan pola
makan
yang sehat
dan
bergizi
Aspekris Memberita Suami Saat Untuk Tidak Tidak
iko hu- kan dan datang menjaga ada menolak
external keluarga anak ke agar
pasien PKM penyakit
untuk dan yang
senantiasa saat diderita
mengingat home pasien dapat
- kan visit ke terkontrol
pasien rumah
untuk pasien

66
menguran
gi asupan
garam
Aspek Mengajark Seluruh Saat Meng- Tidak Tidak
psiko- an kepada Keluarg home urangi ada menolak
sosialkel keluarga a visit ke faktor-
uarga pasien rumah faktoryang
untuk pasien dapat
selalu memperber
memberik at keadaan
an klinis
motivasi pasien.
demi Menjaga
kesembuh keluarga
an pasien tetap sehat.
Aspek Mengajark Pasien Saat Untuk Tidak Tidak
fungsion an pasien home menjaga ada menolak
al untuk visit ke agar
olahraga rumah penyakit
secara pasien yang
rutin, diderita
konsumsi pasien dapat
buah dan terkontrol
sayur serta
menguran
gi asupan
garam

4.2.2.2 Pemeriksaan Fisik


Tekanan Darah 190/90 mmHg, Nadi 98 x/menit, Pernapasan22 x/menit,
Suhu 36,6oC, Tinggi Badan 160 cm, Berat Badan 55 kg

4.2.2.3 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan pemeriksaan

4.2.2.4 Diagnosis Holistik (Bio-Psiko-Sosial)


Diagnose Klinis: Hipertensi Grade II
Diagnose Psikososial: kecemasan akan penyakit pasien memburuk

67
4.2.2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini
meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien
dan keluarga pasien).
4.2.2.5.1 Pencegahan Primer
1. Promosi kesehatan dengan pendekatan pola hidup
sehat
2. Menjaga pola makan sehat
3. Olahraga secara teratur
4. mengurangi asupan garam
4.2.2.5.2 Pencegahan Sekunder
Pengobatan farmakologi berupa:
- Amlodipin 10 mg
- Vitamin B.Complex
Terapi untuk keluarga
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologis, serta
dimana anggota keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan
dukungan dan motivasi pasien atas kesembuhan pasien dari penyakit hipertensi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

68
5.1 Kesimpulan
- DiagnosaKlinis :Ny. Ida Riyani menderita penyakit hipertensi grade II.
- Diagnosa Psiko-sosial:kecemasan akan penyakitnya memburuk.
- Gambaran dari Genogram: seluruh anggota keluarga yang lain berisiko
menderita penyakit hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori menurut
WHO, bahwa predisposisi secara genetis terbukti dengan ditemukannya
perubahan yang berbeda secara ras, etnis dan bangsa, riwayat keluarga
(familiar). Perbedaan yang dibawa secara genetis sehingga menderita
hipertensi esensial, meliputi kepekaan (sensitivitas) terhadap konsumsi
garam, abnormalitas transportasi natrium kalium, respon SSP terhadap
stimulasi psikososial, respon pressor dan trofik neurohormonal
(angiotensin II, katekolamin, tromboksan, kalsium), fungsi barostat
renal. Predisposisi genetis kecil pengaruhnya terhadap tekanan darah
tapi dapat bermanifestasi hipertensi, sehingga tekanan darah jadi tinggi
karena pengaruh lingkungan.2

5.2 Saran
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan padaNy. Ida
Riyaniberupa : penyakit hipertensi, dari pola makan dan lifestyle yang
kurang baik maka disarankan untuk:
- Pemeriksaan kolesterol, trigliserida, dan asam urat
- Menjaga pola makan sehat
- Mengurangi asupan garam
- Olahraga secara teratur
- Konsumsi obat antihipertensi secara rutin

69
DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan, Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia, 2001; 10.


2. World Health Organization (WHO). The World Health Report 2002: Risk
to Health 2002. Geneva: World Health Organization.
3. Mengel, Mark B. dan L. Peter Schhwiebert. Family Medicine
Ambulatory Care & Prevention, Fourth Edition. Singapore : Mc Graw
Hill. 2005
4. Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1994
5. Prasetyawati, Arsita. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Surakarta :
Universitas Negeri Surakarta, 2010.
6. America Medical Association. Guideline For Management Of High
Blood Pressure 2014: 2014 Evidence-Based Guideline For The
Management Of High Blood Pressure in Adults. America Medical
Association.
7. Anderson, Robert A. Clinicians Guide to Holistic Medicine. Singapore :
Mc Graw Hill. 2001
8. Sudoyo,aru,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 Edisi V. FKUI.
Jakarta.2010
9. Guyton, Arthur C. Fisiologi Kedokteran. 11st. Jakarta : EGC, 2008.
10. Adhitama, Chandra Yoga. Pedoman Nasional Penanggulangan
Hipertensi. 2nd. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2006.
11. Budiman, Chandra. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta
: EGC, 2010.
12. Sherwood, Laura. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC, 2012.
13. Thomas M. Habermann, , Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal
Medicine Concise Textbook. 1st edition. Canada: Mayo Foundation for
Medical Education and Research:2008.
14. Soenarta Ann Arieska, Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta:
Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi), 2005; 5-7.

70
15. Cowley AW Jr. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev
Genet. 2006 Nov;7(11):82940. [PMID: 17033627]
16. Chobanian AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure: the JNC 7 report. JAMA. 2003 May 21;289(19):256072.
17. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrisons principles of internal
medicine 17th edition. New York: McGrawHill:2008
18. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9 th edition.
Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins:2006
19. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of
Hypertension.N Engl J Med 2007;356:1966-78
20. Yugiantoro, Muhamad. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 4th. Jakarta : PAPDI Publisher, 2007. pp. 610-14. Vol.
1.
21. Kabo, Peter. Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular Secara Rasional.
Jakarta. FKUI.2011.
22. 2003 World Health Organization (WHO)/International Society of
Hypertension (ISH) statement on management of hypertension. J
Hypertens 2003;21:1983-92
23. Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, W.H. Birkenhager,
Essential Hypertension, The Lancet,2003; 1629-35.

LAMPIRAN

71
Ruang Tamu Rumah Pasien

Halaman Depan Rumah Pasien

Ruang Dapur Rumah Pasien

72
Kamar Mandi di Rumah Pasien

Kamar Tidur di Rumah


Pasien

73
Ruang Keluarga di Rumah Pasien

74

Anda mungkin juga menyukai