BAB 1
PENDAHULUAN
antihipertensi adalah salah satu faktor utama kegagalan terapi. Data WHO (2011)
dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat
pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 melaporkan bahwa prevalensi hipertensi pada penduduk
umur 18 tahun keatas di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 34,1% dimana
penduduk yang mengetahui dirinya menderita hipertensi hanya 7,2% dan yang
minum obat antihipertensi hanya 0,4%. Berdasarkan hasil WHO bahwa kepatuhan
pasien hipertensi dalam minum obat juga terbukti cukup buruk (53,8%) sehingga
berakibat tidak ada perbaikan yang signifikan pada hasil pengukuran tekanan
darahnya. US Department of Human & Health Sevice, 2003) dalam penelitian
yang dilakukan oleh Rohman dan kawan-kawan pada tahun 2005 di Indonesia
menunjukkan bahwa di antara pasien yang datang ke fasilitas kesehatan, hanya
39,3% yang mencapai target tekanan darah.5
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan pasien hipertensi
terhadap kepatuhan berobatnya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.7 Pengetahuan juga diartikan suatu
kesan yang ada dalam pikiran seseorang yang diperoleh dari panca indera yang di
miliki oleh seseorang tersebut. 9
Pengetahuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengetahuan implisit dan
eksplisit. Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak nyata, seperti
keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan implisit seringkali berisi
kebiasaan maupun kebudayaan yang bahkan dapat tidak disadari, contohnya
adalah saat seseorang mengetahui bahaya merokok namun masih tetap merokok.
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan dalam
wujud nyata, contohnya adalah seseorang yang mengetahui bahaya merokok bagi
kesehatan dan dia tidak merokok.10
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.10 Penilaian didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah
ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak
yang kekuarangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat
menafsirkan sebab–sebab mengapa ibu–ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya 8.
2.2.2. Epidemiologi
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada
penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2018 di Indonesia adalah sebesar 34,1%.
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar
8,3% (dari 25,8% menjadi 34,1%). Peningkatan ini bisa terjadi berbagai macam
faktor, seperti pola hidup masyarakat yang sudah tidak memerhatikan bahaya
penyakit hipertensi dan penurunan kepatuhan berobat pasien hipertensi.13
Prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin dijumpai bahwa angka
jenis kelamin perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.14
1. Riwayat penyakit
a. Lama dan klasifikasi hipertensi
b. Pola hidup
c. Faktor-faktor risiko kelainan kardiovaskular
d. Riwayat penyakit kardiovaskular
e. Gejala-gejala yang menyertai hipertensi
f. Target organ yang rusak
g. Obat-obatan yang sedang atau pernah digunakan
2. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah minimal 2 kali selang dua menit
b. Periksa tekanan darah lengan kontra lateral
c. Tinggi badan dan berat badan
d. Pemeriksaan funduskopi
e. Pemeriksaan leher, jantung, abdomen dan ekstremitas
f. Refleks saraf
13
3. Pemeriksaaan laboratorium
a. Urinalisa
b. Darah: Platelet, fibrinogen
c. Biokimia: potassium, sodium, creatinin, GDS, lipid profil,
asam urat
4. Pemeriksaan tambahan
a. Foto rontgen dada
b. EKG 12 lead
c. Mikroalbuminuria
d. Ekokardiografi
2.2.7 Penatalaksanaan
b. Mengatasi Obesitas
Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142 % pada penderita-
penderita yang gemuk. Penerunun berat badan dalam waktu yang pendek dalam
jumlah yang cukup besar biasanya disertai dengan penurunan tekanan darah.
Hubungan erat antara obesitas dengan hipertensi telah banyak dilaporkan.
Upayakan untuk menurunkan berat badan sehingga mencapai IMT normal 18,5-
22,9 kg/m2 , lingkar pinggang < 90 cm untuk laki-laki atau < 80 cm untuk
perempuan. 20
c. Melakukan olahraga teratur
Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan
bersepeda berperan dalam penurunan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup
dan teratur membuat jantung lebih kuat. Hal tersebut berperan pada penurunan
Total Peripher Resistance yang bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah.
Melakukan aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik sekitar 5-10
mmHg. Olahraga secara teratur juga berperan dalam menurunkan jumlah dan
dosis obat anti hipertensi. Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat
selama 30-45 menit (sejauh 3 kilometer) lima kali per-minggu, dapat
menurunkan TDS 4 mmHg dan TDD 2,5 mmHg. Berbagai cara relaksasi seperti
meditasi, yoga, atau hipnosis dapat mengontrol sistem syaraf, sehingga
menurunkan tekanan darah.20
d. Berhenti Merokok
Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang tidak saja dapat
dimodifikasi melainkan dapat dihilangkan sama sekali. Merokok sangat besar
perananya dalam meningkatkan tekanan darah, hal tersebut disebabkan oleh
nikotin yang terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan darah akan turun secara
perlahan dengan berhenti merokok. Selain itu merokok dapat menyebabkan obat
yang dikonsumsi tidakbekerja secara optimal. Tidak ada cara yang benar-benar
efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok. Beberapa metode yang secara
umum dicoba adalah inisiatif sendiri, menggunakan permen yang mengandung
16
2.Terapi Farmakologis
a. Pola Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang
panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat
ditambahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat
atau kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon
penderita terhadap obat anti hipertensi. Obat-obat yang digunakan sebagai terapi
utama (first line therapy) adalah diuretik, Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACE-Inhibitor), Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), dan Calcium
Channel Blocker (CCB). Kemudian jika tekanan darah yang diinginkan belum
tercapai maka dosis obat ditingkatkan lagi, atau ganti obat lain, atau
dikombinasikan dengan 2 atau 3 jenis obat dari kelas yang berbeda, biasanya
diuretik dikombinasikan dengan ACE-Inhibitor, ARB, dan CCB.18
ulangan dan gagal jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita asma
bronkial. Pemakaian pada penderita diabetes harus hari-hari, karena dapat
menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi sangat
rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). 20
3. Golongan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE) dan
angiotensin receptor blocker (ARB)
Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE inhibitor/ACEI)
menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II (vasokontriktor) terganggu. Sedangkan angiotensin receptor blocker (ARB)
menghalangi ikatan zat angiotensi II pada reseptornya. Baik ACEI maupun ARB
mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban jantung. ACEI dan
ARB diindikasikan terutama pada pasien hipertensi dengan gagal jantung,
diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik. Menurut penelitian ON TARGET,
efektifitas ARB sama dengan ACEI. Secara umum, ACEI dan ARB ditoleransi
dengan baik dan efek sampinya jarang. Obat-obatan yang termasuk golongan
ACEI adalah valsartan, lisinopril, dan ramipril. 20
kesehatan dapat dilihat dari sumber daya dan karakteristik pengguna pelayanan
kesehatan. Keterjangkauan akses yang dimaksud dalam penelitian ini dilihat dari
segi jarak, waktu tempuh dan kemudahan transportasi untuk mencapai pelayanan
kesehatan. Semakin jauh jarak rumah pasien dari tempat pelayanan kesehatan
dan sulitnya transportasi maka, akan berhubungan dengan keteraturan berobat.23
8) Dukungan Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai perilaku sehat
masyarakat, maka harus dimulai pada masing-masing tatanan keluarga. Dalam
teori pendidikan dikatakan, bahwa keluarga adalah tempat pesemaian manusia
sebagai anggota masyarakat. Karena itu bila persemaian itu jelek maka jelas akan
berpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi tempat
yang kondusif untuk tempat tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai
calon anggota masyarakat, maka promosi sangat berperan. Dukungan keluarga
merupakan sikap, tindakan dan penerimaan terhadap penderita yang sakit.
Hipertensi memerlukan pengobatan seumur hidup, dukungan sosial dari orang lain
sangat diperlukan dalam menjalani pengobatanya. Dukungan dari keluarga dan
teman-teman dapat membantu seseorang dalam menjalankan program-program
kesehatan dan juga secara umum orang yang menerima penghiburan, perhatian
dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok
biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis.24
9) Peran Tenaga Kesehatan
Dukungan dari tenaga kesehatan profesional merupakan faktor lain
yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Pelayanan yang baik dari
petugas dapat menyebabkan berperilaku positif. Perilaku petugas yang ramah
dan segera mengobati pasien tanpa menunggu lama-lama, serta penderita diberi
penjelasan tentang obat yang diberikan dan pentingnya makan obat yang
teratur.Peran serta dukungan petugas kesehatan sangatlah besar bagi penderita,
dimana petugas kesehatan adalah pengelola penderita sebab petugas adalah yang
paling sering berinteraksi, sehingga pemahaman terhadap konsisi fisik maupun
psikis menjadi lebih baik dan dapat mempengaruhi rasa percaya dan menerima
kehadiran petugas kesehatan dapat ditumbuhkan dalam diri penderita dengan baik
25
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
ketentuan
yang
diberikan
oleh dokter.
Pengobatan
yang
dimaksud
yaitu:
Kepatuhan
konsumsi
obat diukur
dengan
metode
Modifed
Morisky
Adherence
Scale
Usia Lama waktu Kuesioner Menuliskan 1. ≤ 60 tahun Ordinal
hidup usia saat ini di 2. > 60 tahun
seseorang lembar
sejak kuesioner
dilahirkan
Jenis Identitas Kuesioner Memberi 1. Laki-laki Nominal
Kelamin sebagai laki- tanda (˅) pada 2. Perempuan
laki atau kolom jenis
perempuan kelamin di
kuesioner
Pendidikan Sekolah Kuesioner Memberi 1. Tidak Ordinal
formal yang tanda (˅) pada Sekolah
telah diikuti kolom 2. Tidak
dan telah pendidikan di tamat SD
memiliki tanda kuesioner 3. SD
bukti lulus 4. SMP
dari instansi 5. SMA
resmi yang 6. Perguruan
terkait tinggi
BAB 4
METODE PENELITIAN
Kriteria inklusi:
a. Pasien yang mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi) ketika dilakukan
pemeriksaan tekanan darah.
b. Pasien yang melakukan pengobatan di Puskesmas Sukaramai Medan.
c. Pasien mampu memahami penjelasan isi kuesioner.
Kriteria eksklusi:
a. Pasien hipertensi yang tidak menandatangani lembar informed consent.
b. Pasien hipertensi yang tidak menjawab lembar kuesioner dengan lengkap.
Sampel
p < 0,05 menunjukkan hasil uji statistik yang bermakna yaitu terdapat adanya
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan nilai
p ≥ 0,05 menunjukkan hasil uji statistik tidak bermakna atau tidak terdapat
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Sastroasmoro,
2013). Selain itu, akan ditentukan juga Prevalence Ratio (PR) jika hasil uji
statistik menunjukkan hasil yang bermakna.
34
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi di Puskesmas
Sukaramai Medan, sedangkan variabel bebasnya adalah jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, lama menderita hipertensi, keikutsertaan
asuransi kesehatan, dan tingkat pengetahuan tentang hipertensi.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan dalam
menjalani pengobatan yang diukur dengan menggunakan metode MMAS
(Modified Moriky Adherence Scale) dengan 8 item pertanyaan dan penilaian akhir
menjadi 2 kategori dengan ketentuan: tidak patuh (skor <6) dan patuh (skor ≥ 6).
Berdasarkan tabel 5.9, hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi, diperoleh bahwa dari 43
responden berjenis kelamin perempuan yang tidak patuh menjalani pengobatan
hipertensi yaitu 28 responden (65,2%) dan yang patuh menjalani pengobatan
hipertensi sebanyak 15 responden (34,8%). Sedangkan dari 21 responden berjenis
kelamin laki-laki sebesar 15 responden (71,5%) dinyatakan tidak patuh dalam
menjalani pengobatan hipertensi dan 6 responden (28,5%) patuh dalam menjalani
pengobatan hipertensi. Selain itu, hasil analisis uji Chi-Square diperoleh nilai
p=0,614 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin
40
Tingkat Kepatuhan
Tingkat Total
No. Patuh Tidak Patuh p value
Pengetahuan
f % f % f %
1. Tinggi 14 43,8 18 56,2 32 100
0,062
2. Rendah 7 21,9 25 78,1 32 100
5.3 Pembahasan
5.3.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Berobat
Jenis kelamin berkaitan dengan peran kehidupan dan perilaku yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Dalam hal menjaga
kesehatan, biasanya kaum perempuan lebih memperhatikan kesehatannya
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan sifat-sifat dari perempuan
yang lebih memperhatikan kesehatan bagi dirinya dibandingkan laki-laki.32
Perbedaan pola perilaku sakit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, perempuan
lebih sering mengobatkan dirinya dibandingkan dengan laki-laki, sehingga akan
lebih banyak perempuan yang datang berobat dibandingkan laki-laki.33
Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan
hipertensi di Puskesmas Sukaramai Medan dengan nilai p=0,614 (p>0,05). Hasil
penelitian juga menunjukan bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 67,2% dan berjenis kelamin laki-laki sebesar 32,8%.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Saepudin dkk
(2011) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi dengan nilai p=0,826.
34
Hal ini dikarenakan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara responden
perempuan yang patuh dan responden laki-laki yang patuh. Artinya baik
responden perempuan maupun laki-laki keduanya sama-sama memiliki kesadaran
untuk patuh dalam penggunaan obat hipertensi.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Alphonce (2012) bahwa
jenis kelamin berhubungan dengan kepatuhan pengobatan pasien hipertensi
45
dengan nilai p=0,044.35 Pada penelitian yang dilakukan oleh Alphonce sampel
yang digunakan adalah pasien hipertensi berusia 18 tahun keatas, sehingga
rentang usia lebih luas. Dalam penelitianya Alphonce menyebutkan bahwa
impotensi adalah efek samping obat antihipertensi yang kemungkinan
mempengaruhi kepatuhan minum obat pada responden laki-laki.
orang pasien yang mengalami hipertensi > 5 tahun.. Berdasarkan hasil penelitian
ini, pasien yang telah mengalami hipertensi ≤ 5 tahun memiliki kepatuhan yang
lebih rendah, sedangkan pasien yang telah mengalami hipertensi lebih dari 5 tahun
lebih patuh dalam melaksanakan terapi pengobatan antihipertensi . Hal ini sejalan
dengan penelitan Mutmainah (2010).41 Hal tersebut dikarenakan pasien yang
mengalami hipertensi dibawah 5 tahun tidak patuh mengkonsumsi obat
antihipertensi karena apabila tekanan darah mereka telah turun, mereka
memberhentikan terapi pengobatan antihipertensi tersebut. Sehingga dalam jangka
pendek tekanan darah mereka cenderung untuk naik kembali akibat tidak rutin
terapi pengobat hipertensi. Penderita hipertensi dibawah 5 tahun tidak teratur
meminum obat akibat dari lamanya periode meminum obatnya sedangkan tingkat
kesembuhan yang telah dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan di Puskesmas
Sukaramai Medan didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama
menderita hipertensi, tingkat pengetahuan dengan kepatuhan berobat pada
pasien hipertensi di Puskesmas Sukaramai Medan sedangkan ada
hubungan antara keikutsertaan asuransi kesehatan dengan kepatuhan
berobat pada pasien hipertensi di Puskesmas Sukaramai Medan.
2. Inovasi yang dapat diberikan terkait kepatuhan berobat pasien hipertensi
adalah “PATEN LIMA” yaitu Patroli Tensi Lingkup Masyarakat. Inovasi
puskesmas ini memiliki mekanisme pengukuran tekanan darah pada
lingkungan masyarakat untuk memantau grafik hasil tekanan darah pada
pasien hipertensi dan pemantauan kepatuhan berobat masyarakat
berdasarkan wilayah yang terbagi menjadi 4 kelurahan Puskesmas
Sukaramai Medan. Program inovasi puskesmas ini dijalankan oleh 1
tenaga kesehatan pemegang program dan 2 orang kader pada kelurahan
masing – masing. Diharapkan dengan adanya program inovasi ini,
kepatuhan berobat pasien hipertensi Puskesmas Sukaramai Medan dapat
meningkat.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Penderita Hipertensi
1. Diharapkan penderita hipertensi agar teratur melakukan kontrol tekanan
darah sesuai dengan anjuran dokter sehingga dapat meminimalisir
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
51
DAFTAR PUSTAKA
20. Cohen, L.D., Townsend, R.R.. In the Clinic Hypertension. Available from:
www.annals.org/intheclinic/. [Accesed 10 January 2019]
21. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak
menular. 2013.
22. Muchid, Abdul. Buku Saku Hipertensi:Pharmacheutical Care Untuk
Penyakit Hipertensi. Jakarta: Depkes RI Ditjen Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik. 2006.
23. Noorfatmah Siti. Kepatuhan Pasien Yang Menderita Penyakit Kronis.
2012. Diakses tanggal 10 Januari 2019 (http://fpsi.mercubuana-
ogya.ac.id/wpcontent/ uploads/2012/06/Noor-Kepatuhan...pdf).
55
24. Palmer, Anna dan Williams, Bryan. Tekanan Darah Tinggi. Erlangga:
Jakarta. 2007.
25. Puspita, E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Penderita Hipertensi Dalam Menjalani Pengobatan. Jurusaan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang. Semarang. 2016.
26. Niven N. Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat profesional
kesehatan lain. EGC: Jakarta. 2002.
27. Evadewi, Putu Kenny Rani. Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien
Hipertensi di Denpasar ditinjau dari Kepribadian Tipe A dan Tipe B,
Vol.1, No. 1, Mei 2013, hal 32-42.
28. Morisky, D. & Munter, P. New medication adherence scale versus
pharmacy fill rates in senior with hypertention, American Journal Of
Managed Care, Vol.15 No. (1). 2009: Hal 59-66.
29. Gama, I Ketut, I Wayan Sarmidi, IGA Harini. Faktor Penyebab
Ketidakpatuhan Kontrol Penderita Hipertensi. 2014. Diakses tanggal 8
November 2017 (http://www.poltekkes-denpasar.ac.id)
30. Thabrany, Hasbullah. Jaminan Kesehatan Nasional. Rajawali Pers:
Jakarta: 2014.
31. Mubarak W. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar Dalam pendidikan. Graha Ilmu:Yogyakarta. 2007.
32. Departemen Kesehatan RI, 2013, Pedoman Teknis Penemuan dan
Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat pengendalian
penyakit tidak menular.
33. Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan,
Rineka Cipta, Jakarta.
34. Saepudin dkk, 2011, Jurnal Farmasi Indonesia: Kepatuhan
Penggunaan Obat pada Pasien Hipertensi di Puskesmas, Vol 6, No 4,
Juli 2013, ISSN: 1412-1107, Hal 246-253.
56
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
KUIESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT
PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKARAMAI MEDAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : .................................................................
2. Alamat : .................................................................
6. Pekerjaan : 1) PNS
2)Pegawai swasta
3) Pedagang
4) Petani/Buruh
5) Tidak bekerja
6) Lain-lain, sebutkan .............................
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Hipertensi dapat menyebabkan penyakit stroke
2 Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan
3 Gejala hipertensi selalu terlihat dari penampilan fisik
4 Penyakit hipertensi selalu disertai keluhan dan gejala seperti
sakit kepala, jantung berdebar-debar, penglihatan kabur dan
mudah lelah
5 Orang yang mengalami obesitas (kegemukan) berisiko lebih
tinggi terserang penyakit hipertensi
6 Merokok merupakan faktor risiko seseorang terkena
hipertensi
7 Hipertensi mempengaruhi fungsi jantung dan ginjal
8 Hipertensi dapat disembuhkan
9 Hipertensi hanya bisa diobati dengan obat-obatan dari dokter
10 Obat anti hipertensi tidak harus diminum terus menerus
dalam jangka waktu panjang
11 Penderita hipertensi tidak diharuskan mengontrol tekanan
darah setiap bulan
12 Aktifitas fisik seperti senam aerobic dan jalan cepat secara
rutin dapat menurunkan tekanan darah.
13 Makan tinggi buah, sayur dan produk rendah lemak
merupakan makanan yang dianjurkan untuk pederita
hipertensi
14 Makanan asin harus dihindari penderita hipertensi
62
LAMPIRAN 5
Keikutsertaan
Tingkat Lama Menderita Tingkat Tingkat Tingkat
Nama Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Asuransi Pekerjaan
Pendidikan Hipertensi Pengetahuan Kepatuhan Pendidikan
Kesehatan
Eli Darnis Perempuan >=60 Tidak Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Tamat SD
Tan Ni Oto Perempuan >=60 Tidak Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Sekolah
Kartina Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja >5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Zubaidah Perempuan >=60 SMA Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Pane
Elmi Sinaga Perempuan >=60 SMA Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Nurhayati Perempuan >=60 SMA Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Mahani Perempuan >=60 Tidak Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Sekolah
Darman Laki-laki >=60 SMP Pedagang <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Bekerja
Jurtini Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Legiman Laki-laki >=60 SD Tidak Bekerja >5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Ibrahim Laki-laki >=60 SMA Tidak Bekerja >5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Sinaga
Waginem Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Rosmaida Perempuan <60 SMA Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Sumiati Perempuan >=60 Tidak Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Sekolah
M.Hasir Nst Laki-laki <60 SMA Pedagang <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Tinggi Bekerja
63
Eddy Susanto Laki-laki <60 SMA Pedagang >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Tinggi Bekerja
Erwin Laki-laki <60 SMA Lain-lain <=5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Tinggi Bekerja
Monika Perempuan >=60 SMP Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Patuh Rendah Tidak Bekerja
Suryani
Rajunah Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Mursudarinah Perempuan >=60 SMP Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Patuh Rendah Tidak Bekerja
Sartono Laki-laki >=60 SD Pedagang >5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Bekerja
Rohana Perempuan >=60 SD Pedagang >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Bekerja
Abdul Kadir Laki-laki >=60 SD Lain-lain <=5 tahun Iya Rendah Patuh Rendah Bekerja
Hamidah Perempuan <60 SMA Pedagang <=5 tahun Iya Tinggi Patuh Tinggi Bekerja
Suwito Laki-laki >=60 SMP Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Hj.Nurliana Perempuan >=60 Perguruan Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Srg Tinggi
Djaunang Laki-laki >=60 Perguruan Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Stmrg Tinggi
Mariati Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Patuh Rendah Tidak Bekerja
Bileng Perempuan >=60 SMP Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Patuh Rendah Tidak Bekerja
Rinaldi Laki-laki <60 SMA Pedagang >5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Bekerja
Rusmini Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Shmbg
Bahdatul Perempuan >=60 SD Lain-lain >5 tahun Iya Tinggi Patuh Rendah Bekerja
Akmal
Aminuddin Laki-laki >=60 SD Lain-lain >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Bekerja
Neti Herawati Perempuan <60 SMA Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Ratna Perempuan >=60 SMA Tidak Bekerja >5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Nurdiniati Perempuan >=60 SMA Tidak Bekerja >5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
64
Ismarida Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Asmiar Perempuan >=60 SD Pedagang >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Bekerja
Jalilah Perempuan >=60 SMP Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Patuh Rendah Tidak Bekerja
Ida Perempuan <60 SMP Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Kasmari Perempuan <60 SMP Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Patuh Rendah Tidak Bekerja
Nur Hamidah Perempuan >=60 Tidak Tidak Bekerja >5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Tamat SD
Maimunah Perempuan <60 Tidak Pedagang <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Bekerja
Tamat SD
Sumiati Perempuan <60 SMP Pedagang <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Bekerja
Syahmawi Perempuan >=60 SMA Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Sri Perempuan <60 SMA Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Hutagalung
Tuti Juliana Perempuan >=60 SMA Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Dahlia Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Abu Bakar Laki-laki >=60 SD Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Abdul Muklis Laki-laki >=60 SD Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Armensyah Laki-laki >=60 SMP Lain-lain >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Bekerja
Kamaruddin Laki-laki >=60 Tidak Petani/Buruh <=5 tahun Iya Rendah Patuh Rendah Bekerja
Nst Sekolah
Tiurmaida Perempuan <60 SMP Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Patuh Rendah Tidak Bekerja
Sarifah Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Martini Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Patuh Rendah Tidak Bekerja
Paruti Siregar Perempuan <60 SMP Tidak Bekerja >5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Raja Batak Laki-laki <60 Perguruan PNS <=5 tahun Iya Rendah Tidak Patuh Tinggi Bekerja
Hsb Tinggi
65
Ali Sadikin Laki-laki <60 SMA Pegawai <=5 tahun Iya Tinggi Patuh Tinggi Bekerja
Swasta
Nurhaya Perempuan >=60 SD Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Tidak Patuh Rendah Tidak Bekerja
Siregar
Yurafli Laki-laki >=60 Perguruan Lain-lain >5 tahun Iya Tinggi Patuh Tinggi Bekerja
Tinggi
Abdul Gofar Laki-laki >=60 Perguruan Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Tinggi
Laila Perempuan >=60 SMA Tidak Bekerja >5 tahun Iya Tinggi Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Rostina Perempuan >=60 SMA Tidak Bekerja >5 tahun Iya Rendah Patuh Tinggi Tidak Bekerja
Tengku Laki-laki >=60 Perguruan Lain-lain >5 tahun Iya Tinggi Patuh Tinggi Bekerja
Muzhar Tinggi
66
LAMPIRAN 6
Analisis Univariat
Statistics
Keikutsertaan
Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Lama Menderita Asuransi Tingkat Tingkat
Responden Umur Responden Responden Responden Hipertensi Kesehatan Pengetahuan Kepatuhan
N Valid 64 64 64 64 64 64 64 64
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Distribusi Umur
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Distribusi Pendidikan
Pendidikan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Distribusi Pekerjaan
Pekerjaan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Distribusi Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tingkat Kepatuhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Analisis Bivariat
Cases
Tingkat Kepatuhan
Laki-laki Count 6 15 21
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,89.
b. Computed only for a 2x2 table
Pendidikan Responden1 dengan Kepatuhan Berobat
Cases
Pendidikan Responden1 *
64 100,0% 0 0,0% 64 100,0%
Tingkat Kepatuhan
Tingkat Kepatuhan
Rendah Count 11 29 40
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,88.
b. Computed only for a 2x2 table
Cases
Pekerjaan Responden1 *
64 100,0% 0 0,0% 64 100,0%
Tingkat Kepatuhan
Tingkat Kepatuhan
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,56.
b. Computed only for a 2x2 table
Cases
Tingkat Kepatuhan
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,19.
b. Computed only for a 2x2 table
Cases
Keikutsertaan Asuransi
Kesehatan * Tingkat 64 100,0% 0 0,0% 64 100,0%
Kepatuhan
Tingkat Kepatuhan
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 64
Cases
Tingkat Pengetahuan *
64 100,0% 0 0,0% 64 100,0%
Tingkat Kepatuhan
Tingkat Kepatuhan
Rendah Count 7 25 32
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.
b. Computed only for a 2x2 table