Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Hypertension Day (WHD) atau Hari Hipertensi Dunia diperingati

setiap tahun setiap tanggal 17 Mei sejak 2005. Tujuan kegiatan ini

yaitumenyebarluaskan informasi kepada seluruh masyarakat di seluruh dunia

termasuk Indonesia agar memberikan perhatian, peran serta dan mendukung

upaya pencegahan dan penanggulangan masalah hipertensi sebagai silent

killer, yang berpotensi menyebabkan epidemi di dunia.

Pada umumnya, kejadian hipertensi banyak terjadi pada penduduk berusia

lanjut tapi tidak menutup kemungkinan penduduk berusia lanjut dan dewasa

muda yang berada pada kisaran usia 15-25 tahun memiliki angka prevalensi

hipertensi 1 dari 10 orang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kini (2016),

prevalensi prehipertensi dan hipertensi pada dewasa muda (usia 20-30 tahun)

adalah sebesar 45,2%. Hipertensi kini telah menjadi penyakit degeneratif yang

di turunkan kepada anggota keluarga yang memiliki riwayat kejadian

hipertensi (Kemenkes RI, 2016).

Hipertensi merupakan pembunuh nomor satu di dunia untuk usia 45 tahun

dan diperkirakan 12 juta orang meninggal setiap tahunnya. Secara global,

hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari

total seluruh kematian menurut WHO tahun 2014 Menurut American Heart

Association (AHA), penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan


2

sekitar 77,9 juta atau 1 dari 3 penduduk pada tahun 2010 (AHA, 2011).

Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat sebanyak

7,2% dari estimasi tahun 2010.

Laporan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2018 menunjukan prevalansi

penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan

Riskesdas 2013,antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes

militus, dan hipertensi. Di Indonesia menurut (Kemenkes 2016) terdapat

63.309,620 kasus dan kematian sebanyak 427 ribu, penyakit hipertensi

penyakit tidak menular merupakan investasi buruk yang dapat kita tuai

investasinya dalam kurun waktu tiga atau empat tahun kedepan. Menurut Profil

Kesehatan di Jawa Barat (2016) ditemukan 790,382 orang kasus hipertensi

(2,46% terhadap jumlah penduduk > 18 tahun), dengan jumlah kasus yang di

periksa sebanyak 8.029.245 orang tersebar di 26 Kabupaten/Kota. Sedangkan

di Kabupaten Majalengka pada tahun 2018 pasien hipertensi laki-laki 24,411

dan perempuan 33,335 jumlah keseluruhan sebanyak 57,746 (Dinkes, 2018).

Dalam pengobatan hipertensi diperlukan beberapa langkah yang dilakukan

oleh klien hipertensi dalam upaya mengontrol hipertensi nya. Menurut

Darmawan (2012), dalam upaya mengontrol hipertensi selain teratur minum

obat, harus disertai dengan tidak merokok, melakukan olahraga secara teratur,

kurangi berat badan berlebih, diet hipertensi, perbanyak makan buah dan

kurangi lemak, serta pengendalian stress. Menurut Susilo (2012), hipertensi

dapat dikontrol dengan manajemen dan self control diri yang baik serta

kepatuhan terhadap pola hidup sehat.


3

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat

mortalitas cukup tinggi dan seseorang di kategorikan hipertensi jika tekanan

darahnya melebihi 140/90 mmHg dalam jangka waktu lama (Suwarso, 2010).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

hipertensi primer dan sekunder

Menurut peneliti, penanganan hipertensi dan lama pengobatan yang

dianggap kompleks, pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur

hidup terkadang menimbulkan kejenuhan pada pasien. Diperlukan

pengetahuan, kemampuan dan kepatuhan dari klien hipertensi dalam mengelola

perilaku di kehidupan sehari-hari agar hipertensi dapat terkontrol dengan baik

dan mencegah komplikasi. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasien

membuat pasien membiarkan pola hidup tidak sehat. Pengetahuan tentang

perawatan diri sangat diperlukan oleh pasien hipertensi dalam mengeontol

tekanan darahnya dengan baik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sukmarini (2013) menemukan responden yang memiliki pengetahuan yang

baik akan mampu merawat diri dengan baik.

Kemudian penelitian lain yang dilakukan oleh Prihanda (2012) banyak

pasien hipertensi yang tidak mematuhi aturan diet hipertensi karena kurangnya

pengetahuan. Menurut peneliti, seseorang yang memiliki keyakinan banhwa

dirinya mampu melakukan perawatan diri yang baik maka akan mampu

melakukan perubahan gaya hidup kearah yang lebih baik. Gambaran lain

seperti dukungan keluarga erat hubungannya dengan prilaku self control pada

klien hipertensi. Keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan klien
4

dan merupakan perawat utama bagi klien hipertensi, keluarga berperan dalam

menentukan cara atau asuhan dan juga dukungan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Dewi (2016).

Menurut Ghufron dan Risnawita (2012) self control diri di artikan sebagai

kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan

bentuk prilaku yang dapat membawa kearah konsekuensin positif.Self control

diri merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan

individu selama proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi

yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Para ahli berpendapat bahwa kontrol

diri dapat digunakan sebagai salah satu intervensi yang bersipat preventif selain

dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatif dari stressor-stressor

lingkungan.

Hasil studi pendahuluan, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten

Majalengka tahun 2019 di wilayah kerja Puskesmas Maja Kabupaten

Majalengka terdapat 3836 jiwa berusia 15-70 tahun. Berdasarkan hasil

wawancara terhadap 5 orang yang hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Maja,

seluruh responden tidak mengetahui tentang self kontrolpada hipertensi, Hasil

wawancara masih banyak pasien hipertensi yang tidak patuh dengan

pengobatan, tidak patuh dengan diit hipertensi, dan tidak menjalankan pola

hidup sehat yang dapat dibuktikan dengan hasil tekanan darah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian mengenai “Gambaran yang berhubungan dengan self control pada

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Maja tahun 2020”


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Gambaran yang berhubungan dengan

self control pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Maja tahun

2020?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Gambaran yang berhubungan dengan self control pada penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Maja tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan pada klien hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Maja.

b. Mengidentifikasi gambaran sikap pada klien hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Maja.

c. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga pada klien hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Maja.

d. Mengidentifikasi gambaranself control pada klien hipertensidi Wilayah

Kerja Puskesmas Maja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaaf Teoritis

Berguna untuk pengembangan wawasan dalam bidang

keperawatan kritis khususnya terhadap gambaran yang berhubungan


6

dengan yang berhubungan dengan self control pada klien Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Maja guna meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan.

2. Manfaat Praktis

a. Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan informasi

bagi pihak puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang gambaran apa saja yang berhubungan dengan self countrol pada

penderita hipertensi.

b. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan

mengenai penyakit hipertensi khususnya gambaran yang berhubungan

dengan self control pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Maja.

c. Bagi Klien Hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

menjadi acuan untuk menimbulkan kesadaran diri bagi pasien

hipertensi dalam upaya meningkatkan pengetahuan, keyakinan diri

untuk melakukan self control yang baik dalam usaha mengontrol

tekanan darah dan mencegah terjadi nya komplikasi.


7

d. Peneliti Lain

Sebagai sumber dan bahan rujukan bagi penelitian yang akan

datang terutama yang sejenis untuk pengembangan ilmu dan

pengetahuan yang lebih luas.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang

sangat berbahaya (Silent Killer). Definisi hipertensi sendiri ialah suatu

kondisi dimana terjadi kenaikan tekanan darah sistolik mencapai angka

diatas sama dengan 140 mmHg dan diastolik diatas sama dengan 90

mmHg. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), di seluruh

dunia, sekitar 972 juta orang atau 26, 4% penghuni bumi mengidap

hipertensi. [ CITATION ade161 \l 1057 ]

Hipertensi yang lebih di kenal dengan darah tinggi adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian

lebih kurang 90% penderita hipertensitergolong hipertensi essensial atau

primer yang belum diketahui penyebabnya, sedangkan sisanya adalah

hipertensi sekunder yang sudah jelas penyebabnya seperti kelainan

pembuluh darah, gangguan kelenjar tiroid, dan lain-lain. [ CITATION pas15 \l

1057 ]

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang munculnya tidak

disadari. Faktor penyebab hipertensi dapat terjadi karena keturunan, umur,

8
9

pola makan yang salah, aktifitas yang kurang, gaya hidup atau pikiran

setres. [ CITATION ari13 \l 1057 ]

Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat di

tarik kesimpulan bahwa hipertensi merupakan kondisi dimana pembuluh

darah memiliki tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan diastolik

<90 mmHg yang terjadi karena jantung lebih keras memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh serta mengakibatkan

peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas.

2. Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi di bagi menjadi 2, yaitu :

a. Hipertensi Esensial atau Primer

Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi

esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Onset

hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Hipertensi primer

adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari

hipertensi tidak di temukan (Lewis, 2000)

Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab

timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang di antaranya

adalah faktor stres, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan,

demografi dan gaya hidup.


10

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat di

ketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar

tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).

3. Patofisiologi Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan

lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan

kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu

mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami

pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan

menurun. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi

pembuangan garam dan air, sehingg volume darah bertambah dan tekanan

darah kembali normal.

4. Tanda dan Gejala Hipertensi

Beberapa orang yang memiliki tekanan darah tinggi biasanya

mengalami gejala-gejala seperti sakit kepala dan pusing, penglihatan

kabur, jantung berdebar dan sesak nafas. Sedangkan sebagian orang lainnya
11

tidak mengalami gejala hipertensi meskipun mereka tidak mengidap

penyakit ini.

Inilah penyebabnya mengapa kita harus memeriksa tekanan

darahsecara teratur. Hal ini sangat penting untuk anda yang memang

mengidap penyakit hipertensi.

a. Sakit kepala

b. Kelelahan

c. Vertigo

d. Detak jantung yang cepat

e. Pusing

f. Keluar keringat secara berlebihan

g. Muntah dan

h. Anoreksia

Pada gejala hipertensi yang semakin kronis akan muncul gejala,

seperti :

a. Ensefalopati hipertensif

b. Hemiplegi

c. Gangguan penglihatan dan pendengaran

d. Pareses dan facialis

e. Penurunan kesadasarna

Gejala pada tekanan darah tinggi yang memasuki stadium kronis atau

akut dan menimbulkan gejala seperti diatas, membuat beberapa penderita

hipertensi ini sampai dalam keadaan koma. Apabila dilakukan


12

pemeriksaan secara fisik, umumnya tidak ditemui kelainan apapun selain

tekanan darah semakin tinggi, namun dapat pula di temukan perubahan

pada retina mata, seperti terjadi pendarahan, eksudat (kumpulan cairan),

penyempitanpembuluh darah, dan pada keadaan yang sangat kronis

mengakibatkan edema pupil mata. (Satr izendrato, 2019)

5. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Triyanto (2014:8) secara klinis derajat hipertensi dapat

dikelompokkan yaitu :

Table 2.1 Derajat Hipertensi

No Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Nominal 120-129 80-84

3. High normal 130-139 85-89

4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

6. Manifestasi Klinik Hipertensi

Menurut Adinil (2004) gejala klinis yang dialami oleh para penderita

hipertensi biasanya berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung,

sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata

berkunang kunang, dan mimisan (jarang dilaporkan). Individu yang


13

menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-

tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan

manisfestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh

pembuluh darah bersangkutan.

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis

timbul setelah mengalami hipertensi bertahun tahun berupa nyeri kepala

saat terjaga, kadang di sertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan

darah intracranial.

7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Pengukuran tekanan darah secara serial dapat membantu (klasifikasi

hasil pengukuran tekanan darah. Urinalisis dapar memperlihatkan protein,

sedimen, sel darah merah atau sel darah putih yang menunjukan

kemungkinan penyakit renal ; keberadaan ketokolamin dalam urine yang

berkaitan dengan feokromositoma; atau keberadaan glukosa dalam urine ,

yang menunjukan diabetes.

Secara khas, kegawatan hipertensi memerlukan pemberian obat obatan

golongan vasodilator atau inhibitor adrenergik secara parenteral atau

pemberian per oral obat pilihan, seperti nifedipin, kaptropil, klonidin, atau

labetalol untuk menurunkan tekanan darah dengan cepat

8. Faktor-faktor Hipertensi
14

a. Pendidikan

Hipertensi berhubungan terbalik dengan tingkat edukasi, orang

berpendidikan tinggi mempunyai informasi kesehatan termasuk

hipertensi dan mudah menerima gaya hidup sehat seperti diet sehat olah

raga, dan memelihara berat badan ideal.

b. Genetik

Hipertensi dalam keluarga sekitar 15-35%. Hipertensi terjadi pada 60%

laki laki dan 30-40% perempuan. Hipertensi dapat disebabkan mutasi

gen tunggal, diturunkan berdasarkan hukum mendeul. Kondisi ini

memberikan pengetahuan penting tentang regulasi tekanan darah dan

mungkin dasar genetik hipertensi esensial.

c. Stres Mental

Stresor merupakan stimuli atau ekstrinsik menyebabkan gangguan

fisiologi dan psikologi, dan dapat membahayakan kesehatan.Walaupun

data epidemiologi menunjukkan stres mental terkait dengan hipertensi,

penyakit kardiovaskular, obesitas, dan sindrom metabolik, efek stres

mental pada manusia belum dipahami sepenuhnya.

B. Konsep Dasar Self Control

1. Pengertian Self Control

Menurut Ghufron dan Risnawita (2012) kontrol diri merupakan suatu

kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan

lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan

mengelola faktor-faktor prilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk


15

menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk

mengendalikan prilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan

mengubah prilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain,

selalu conform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990) dalam Ghofron dan Risnawati

(2012) mendefinisikan control diri (self control) sebagai pengaturan

proses-proses fisik, psikologis, dan prilaku seseorang, dengan kata lain

serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Goldfried dan

Merbaum mendefinisikan control diri sebagai suatu kemampuan untuk

menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku

yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif. Kontrol diri

juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimmbangan

kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk

meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan.

Chaplin (2006) dalam Titisari (2017) berpendapat bahwa definisi dari

Kontrol diri merupakan kemampuan untuk membimbing tingkah laku

sendiri dalam menekan dan merintangi impils atau tingkah laku yang

bersifat impulsif. Kontrol diri ini berfungsi sebagai kemampuan untuk

menahan tingkah laku yang dapat merugikan orang lain, dimana mereka

memiliki kontrol diri yang baik juga dan akan mengikuti peraturan yang

ada.
16

2. Jenis dan Aspek

Menurut Averil (2012) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol

personal yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif

(cognitive control), dan mengontrol keputusan (decesional contro)

a. Kontrol perilaku (Behavior control)

Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons yang

dapat secara langsung memengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan

yang tidak menyenangkan.Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci

menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanean (regulated

administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus

modifiability) Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan

individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan

Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan

kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan

sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan

untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak

dikehendaki dihadapi Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu

mencegah atau menjauhi simulus, menempatkan tenggang waktu di antara

rangkaian stimulus yang sedang berlangsung. menghentikan stimulus

sebelum waktunya berakhir, dan membatasi Intensitas nya.

b. Kontrol kognitif (Cognitive control)


17

Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dal mengolah

informasi yang tidak dinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai,

atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitf sebagai

adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua

komponen yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan

penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu

mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat

mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.

Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan

suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memerhatikan segi-segi positif

secara subjektif.

c. Mengontrol keputusan (Decesional control)

Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk

memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini

atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi,

baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada

diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan. Menurut

Block dan Blocks ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu over control,

under control, dan appropriate control. Over control merupakan kontrol

diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan

individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus. Under

control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan

impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang masak. Sementara


18

appropriate control merupakan kontrol individu dalam upaya

mengendalikan implus secara tepat

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka untuk mengukur

kontrol diri biasanya digunakan aspek-aspek seperti di bawah ini.:

1) Kemampuan mengontrol perilaku.

2) Kemampuan mengontrol stimulus

3) Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian.

4) Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.

5) Kemampuan mengambil keputusan

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Control

a. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010:27) pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indra yang di milikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

Sedangkan menurut Wawan dan Dewi (2010:11) pengetahuan adalah

merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek

terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.

Menurut pendapat lainnya, seperti yang disampaikan Ali (2010:8)

bahwa pengetahuan (knowledge) adalah kumpulan tentang segala

sesuatu yang diketahui dan telah dimiliki oleh manusia. Pengetahuan

yang dimiliki oleh manusia adakalanya bersumber dari pengalaman dan


19

adakalanya dari pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman

meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca indra, bahkan adakala

yang bersumber dari intuisi dan kata hati (conscience), meskipun

pengetahuan yang berasal dari kedua sumber yang disebutkan terakhir

itu sulit untuk dipelajari. Adapun yang bersumber dari pikiran adalah

pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran.

Berdasarkan beberapa definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pengetahuan adalah suatu proses belajar dari pengalaman, nilai,

informasi konsektual dan kepakaran yang dilakukan dengan

menggunakan panca indra terhadap suatu objek.

1) Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2013) ada 6 tingkat pengetahuan yang

dicapai dalam domain kognitif yaitu:

a) Tahu (Know)

Tahu artinya sebagai suatu materi yang telah di pelajari

sebelum nya, “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

b) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat


20

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya), aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan


21

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lihat

sesuai dengan tingkatan-tingkatan di atas.

2) Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan di

lakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

(1) Cara coba salah

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh

manusia dalam memperoleh pengetahuan. Metode ini telah

digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup lama untuk

memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun

metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang


22

belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam

memecahkan suatu masalah yang dihadapi.

(2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang digunakan oleh

orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan itu baik

atau tidak kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada

masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada

masyarakat modern. Para pemegang otoritas, baik pemimpin

pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada

prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam

penemuan pengetahuan.

(3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman merupakan guru yang baik, demikian bunyi

pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman

itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa yang lalu.

(4) Melalui Jalan Pikiran


23

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia

telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

b. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut

‘metode penelitian ilmiah’, atau lebih popular disebut metodologi

penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), ia mengatakan

bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan

mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-

pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang

diamati.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

a) Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita


24

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk informasi misalnya hal-hal yang

menunjang sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo dalam Wawan

dan Dewi (2010:16) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan. Sedangkan menurut Nursalam dalam Wawan

dan Dewi (2010) pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip Nursalam dalam Wawan

dan Dewi (2010) pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Bekera bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

3) Umur
25

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam dalam

Wawan dan Dewi (2010) usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok dalam Wawan dan Dewi (2010)

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

akan sebagai dari pengalaman kematangan jiwa.

b) Faktor eksternal

1) Lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip Nursalam dalam

Wawan dan Dewi (2010:16) lingkungan merupakan seluruh

kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhya yang

dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau

kelompok.

2) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

4) Cara mengukur pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2013:142) pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan


26

tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden.

5) Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2013) Dalam membuat kategori tingkat

pengetahuan bisa juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok jika

yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut.

a) Tingkat pengetahuan kategori BaikHasil Presentase 76% - 100%

b) Tingkat pengetahuan kategori Cukup Hasil Presentase 56% -

75%

c) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Hasil Presentase < 56%

b. Sikap

1) Pengertian

Menurut Purwanto (1998:62) dalam Wawan & Dewi (2010:27),

sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai

kecenderungan untuk bertindak sesuai objek tadi. Sedangkan

menurut Maulana (2012:196), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut

Notoatmodjo (2010:29), sikap merupakan reaksi atau respon

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan.

Dari beberapa teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sikap

merupakan suatu reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus


27

atau objek yang bersifat mendukung atau memihak maupun tidak

memihak yang merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial.

2) Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2010:30), sikap terdiri dari beberapa

tingkatan sebagai beikut:

a) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas pekerjaan itu benar

atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

c) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang

paling tinggi.

3) Komponen sikap
28

Sikap seseorang terhadap objek itu berbeda satu sama lain, dan

ini sangat berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman hidupnya.

Secara umum sikap memiliki tiga komponen, yakni kognitif,

afektif, dan konaktif (kecenderungan tindakan). Seperti yang

dikemukakan oleh Baron, Byrne, Myers, dan Gerungan yang dikutif

oleh Wawan dan Dewi (2010:32), berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, keyakinanya itu hal-hal yang berhubungan sebagai

berikut:

a) Komponen kognitif (komponen konseptual), yaitu komponen

yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan

yaitu hal yang berhubungan dengan bagaimana orang

mempersepsikan terhadap sikap.

b) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang

berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang terhadap

objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan

rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.

c) Komponen konaktif (komponen perilaku atau action

component) yaitu komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini

menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar

kecilnya kecenderungan atau berperilaku seseorang terhadap

objek sikap.
29

Sedangkan menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010),

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok,

yaitu:

a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan

penting. Pengetahuan ini akan membawa seseorang untuk berfikir

dan berupaya dalam menjaga kesehatannya, baik secara preventif,

promotif, kuratif maupun rehabilitatif.

4) Sifat sikap

Menurut Purwanto (1998) dalam Wawan dan Dewi (2010),

sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.

Sikap positif adalah kecenderungan tindakan mendekati,

menyenangi, dan mengharapakan objek tertentu. Kemudian Sikap

negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

5) Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap Menurut Purwanto (1998) dalam Wawan dan

Dewi (2010) yaitu:


30

a) Sifat bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan

obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif

biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap

pada orang itu.

c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap

itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan

dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas.

d) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-

kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

6) Gambaranyang mempengaruhi sikap

Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain:


31

a) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap

yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan

telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya.

d) Media masa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan

secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.


32

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

f) Faktor emosisonal

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

c. Dukungan keluarga

1) Pengertian

Berinteraksi satu sala lain. Menurut Dion dan Betan (2013),

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau

ibu dan anaknya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari Menurut Harmoko (2016) keluarga

adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang disatukan oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu suami, istri yang terikat dalam suatu perkawinan

yang saling berinteraksi.


33

Menurut Bailon dalam Setyowati dan Muwarni (2008), keluarga

adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tanggakarena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

Mereka salingberinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai

peran masing-masingdan menciptakan serta mempertahankan suatu

budaya.

Menurut Friedman dalam Dion dan Betan (2013), terdapat

beberapa fungsi keluarga antara lain:

a) Fungsi afektif

Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan

kelangsungan unit keluarga yang dibutuhkan untuk

perkembangan individu dan psikologis anggota keluarga.

Komponen yang dibutuhkan dalam melaksanakan fungsi afektif

adalah adanya saling asuh, menerima, menghormati dan

mendukung antar anggota keluarga, menaruh perhatian, cinta

dan kasih kehangatan, menerima pendewasaan keperibadian

anggota keluarga.

b) Fungsi sosial

Fungsi yang mengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain, anggota keluarga disiplin

norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan

interaksi dalam lingkungan keluarganya sendiri.


34

c) Fungsi ekonomi

Kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga yang

mencakup kebutuhan makan, pakaian, tempat berlindung yang

aman dan nyaman (rumah). Dalam menjalankan fungsinya yang

dilakukan keluarga adalah mencari sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, mengatur penggunaan

penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta

menabung untuk memenuhi keluarga dimasa yang akan datang

seperti pendidikan anak dan jaminan hari tua.

d) Fungsi reproduksi

Keluarga memiliki fungsi untuk menjaga kelangsungan

generasi dan juga untuk keberlangsungan masyarakat.

Komponen yang dilaksanakan keluarga dalam melaksanakan

fungsinya adalah meneruskan keturunan, memelihara dan

membesarkan anak, memenuhi gizi keluarga, memelihara dan

merawat anggota keluarga.

e) Fungsi perawatan keluarga

Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan

kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang

tinggi.

2) Jenis dukungan keluarga

Menurut Friedman dalam Setiadi (2008) jenis dukungan

keluarga dibagi menjadi empat yaitu:


35

a) Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkret.

b) Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai

sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi).

c) Dukungan penilaian adalah keluarga bertindak sebagai sebuah

umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah

serta sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

d) Dukungan emosional adalah keluarga sebagai sebuah tempat

yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan terhadap emosi.

Menurut Setiadi (2008) setiap bentuk dukungan keluarga

mempunyai ciri-ciri antara lain:

a) Dukungan informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan

agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi

persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat,

pengarahan ide-ide atau informasi yang lainnya yang dibutuhkan

serta informasi ini dapat di sampaikan kepada orang lain yang

mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.

b) Perhatian emosional setiap individu pasti membutuhkan bantuan

dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan

empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan.

c) Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk

mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya yang


36

berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau

menolong secara langsung kesulitan yang di hadapi.

Bantuan penilaian, merupakan suatu bentuk penghargaan yang

diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya

dari penderita.

3) Pengukuran dukungan keluarga

Pengukurannya yaitu dengan menggunakan skala Liker yang

merupakan skala kuantitatif. Digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur

menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item intrumen yang dapat

berupa pernyataan atau pertanyaan. Dukungan Keluarga dapat

diketahui dan diinterprestasikandengan skala:

a) Dukungan Keluarga baik/mendukung jika nilai ≥ mean/median.

b) Dukungan Keluarga tidak baik/ tidak mendukung jika <

mean/median.

d. Hasil penelitian serupa

a) Berdasarkan penelitian Budi Artiyaningrum yang berjudul Faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi tidak

terkendali pada penderita yang melakukan pemeriksaan rutin di

Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2014 mengatakan


37

bahwa hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi tidak terkendali yaitu umur.

b) Berdasarkan penelitian Edmond Leonard dan Budi Susetyo Pikir

yang berjudul Epidemiologi dan faktor resiko hipertensi

mengatakan bahwa Hipertensi berhubungan terbalik dengan

tingkat edukasi, orang berpendidikan tinggi mempunyai

informasi kesehatan termasuk hipertensi dan lebih mudah

menerima gaya hidup sehat seperti diet sehat, olah raga, dan

memelihara berat badan ideal.

c) Berdasarkan penelitian Janu Purwono yang berjudul Hubungan

sikap dan persepsi manfaat dengan komitmen pencegahan tersier

penyakit hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Se-kota Metro, hasil penelitian menunjukan bahwa ada

hubungan variabel sikap (p-value =0,001) dengan komitmen

pencegahan tersierpenyakit hipertensi.

d) Berdasarkan penelitian Ronny Suhada Firmansyah, Mamat

Lukman, Citra Windani Mambangsari yang berjudul gambaran

yang berhubugan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan

primer hipertensi, hasil penelitian menunjukan bahwa faktor

yang paling dominan berhubungan dengan dukungan keluarga

dalam pencegahan primer hipertensi adalah faktor praktik.


38

C. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teori tentang self control maka peneliti menerangkan

teorinya dalam kerangka teori.

Klien Hipertensi

kontrol perilaku (behavior


control), kontrol kognitif
(cognitive contro), dan
mengontrol keputusan
Sikap (decesional contro)

Dukungan
Self Control Pengetahuann
Keluarga

1) Kemampuan mengontrol perilaku.


2) Kemampuan mengontrol stimulus
3) Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau
kejadian.
4) Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.
5) Kemampuan mengambil keputusan

upaya mengontrol hipertensi teratur minum obat,


harus disertai dengan tidak merokok, melakukan
olahraga secara teratur, kurangi berat badan berlebih,
diet hipertensi, perbanyak makan buah dan kurangi
lemak, serta pengendalian stress
Keterangan :
:Va riabel yang akan diteliti
:Variabel yang tidak diteliti

Diagram 2.1 Kerangka teori Gambaran self control pada penderita


hipertensi ( Sumber : Dimodifikasi dari Sari (2017), Ghofron
dan Risnawati (2012),Averil (2012)
39

Dalam penelitian ini meneliti gambaran self control atau kontrol diri pada

klien hipertensi, dimana self control memiliki tiga aspek yaitu kontrol perilaku

(behavior control), kontrol kognitif (cognitive contro), dan mengontrol keputusan

hal tersebut di pengaruhi oleh sikap, dukungan keluarga dan penegtahuan, sikap

merupakan suatu reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang

bersifat mendukung atau memihak maupun tidak memihak yang merupakan suatu

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.dan dukungan keluarga

adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tanggakarena adanya

hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka salingberinteraksi satu dengan

yang lainnya, mempunyai peran masing-masingdan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya, sementara pengetahuan adalah hasil pengindraan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang di milikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya).


40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau

visualisasi hubungan yang berkaitan atau dianggap perluantara 1 (satu)

konsep dengan konsep lainnya untuk melengkapi dinamika situasi atau

hal yang sedang di teliti (Notoatmojo, 2010). Kerangka konsep adalah

sebuah representasi dari main consept atau variabel penelitian dalam

bentuk grafik atau narasi serta varibel-variabel tersebut dianggap

berhubungan satu dengan yang lain. Dalam penelitian kuantitatif teori

atau konsep dimasukkan dalam kerangka konsep yang berupa gambar

atau diagram, dalam hal tersebut akan menggambarkan hubungan antar

variabel (Swarjana, 2012).

Kerangka konsep disintesis, diabstraksi dan dieksplorasi

dariberbagai teori dan pemikiran ilmiah yang mencerminkan paradigm

sekaligus tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian dan

merumuskan hipotesis. Kerangka konsep dapat berbentuk bagan, model

matematik, atau persamaan fungsional yang dilengkapi dengan uraian

kualitatif (Nursalam, 2009).

Keterkaitanantarvariabeltersebutdapatdijelaskandalamkerangkako

nsepdibawahini :
41

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambaran yang berhubungan :


1. Pengetahuan
2. Sikap Self Control
3. Dukungan keluarga

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

= Gambaran yang diteliti

= Korelasivariabelsebagai proses

B. Jenis Desain Dan Penelitian

1. DefinisiOperasional

Menurut Badriah (2012) definisi operasional adalah “suatu

definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-

karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati dan benar-benar

dilakukan oleh peneliti sesuai dengan variabel yang

terlibatdalampenelitian”.Definisioperasionalvariabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :


42

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Pengertian Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Bebas

1. Pengetahuan Infomasiyang Kuesioner Wawancara 1. Baik: Hasilpersentase Ordinal


diketahuiolehklie 76%-100%
nhipertensi 2. Cukup:
Hasilpersentase 56%-
75%
3. Kurang:
Hasilpersentase<
56%.

2. Sikap Reaksiataurespon Kuesioner Wawancara 1. Baik,jika ≥ nilai Ordinal


klien terhadap median 31
manajemen 2. Kurang, jika
kontrol <nilaimedian 31
hipertensi.

3. Dukungan Support system Kuesioner Wawancara 1. Mendukung, jika Ordinal


keluarga dari anggota ≥nilaimedian 34
keluarga terhadap 2. Tidak Mendukung,
jika< nilai median 34
klien hipertensi

Variabel Terikat

4. Self Control Pengendalianting Kuesioner Wawancara 1. Baik, jika ≥nilai Ordinal


kahlakudiri yang Median 63
dilakukanolehkli 2. Kurang, jika<nilai
Median 63
enhipertensi

2. Hipotesis Penelitian

Menurut Badriah (2012), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara

empiris. Jadi hipotesis dalam penelitian in iadalah :


43

a. Ada hubunganantaratingkatpengetahuandenganself controlpadaklien

hipertensi diPuskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2019.

b. Ada hubungan antara sikap dengan self controlpada klien

hipertensidi Puskesma Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2019

c. Adahubunganantaradukungankeluargadenganself

controlpadaklienhipertensidiPuskesmas Maja Kabupaten Majalengka

Tahun 2019.

3. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Maja Kabupaten

Majalengka pada tanggal 5 juli sampai dengan tanggal 20 juli 2020.

4. Jenis dan Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei

deskriptif kuanitatif. Metode survei deskriptif didefinisikan sebagai

suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, memotret

masalah kesehatan yang terkait dengan sekelompok penduduk

(Notoatmodjo, 2010). Metode ini digunakan karena peneliti ingin

mengetahui sejauh mana gambaran self control pada klien Hipertensi di

Wilayah kerja Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka 2020.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016)”populasi adalah “wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas


44

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Menurut Badriah (2012)

“populasi adalah sebagai kelompok subjek yang hendak dikenal

generalisasi hasil penelitian sebagai suatu populasi, kelompok subjek

tersebut harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang

membedakannya dari kelompok subjek lain”. Populasi dalam penelitian

ini adalah semua klien hipertensi di Puskesmas Maja berdasarkan data

pada bulan Maret sebanyak 3836 orang.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Badriah (2012) sampel adalah sebagian dari populasi,

karena merupakan bagian dari populasi tentulah memiliki ciri-ciri yang

dimiliki oleh populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Proportionate

Stratified Random Sampling, yaitu merupakan teknik pengambilan

sampel anggota populasi yang dilakukan dengan memperhatikan strata-

strata yang ada dalam populasi tersebut. Besarnya sampel menggunakan

rumus slovin dihitung dengan menggunakan rumus :

N
n=
1+ N e 2

3836
n= 2
1+3836 (0,1)
45

3836
n=
1+3836 (0,01)❑

3836
n=
1+38,36

3836
n=
39,36

n=97 , 4593(dibulatkan jadi 97)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan teknik Proportionate Stratified

Random Sampling, yaitu merupakan teknik pengambilan sampel

anggota populasi yang dilakukan denagn memperhatikan strata-strata

yang ada dalam populasi tersebut.

Agar sampel proposional untuk setiap desa, maka ditentukan

teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan teknik Proportionate Stratified Random

Sampling, yaitu merupakan teknik pengambilan sampel anggota

populasi yang dilakukan denagn memperhatikan strata-strata yang

ada dalam populasi tersebut.Adapun besar atau jumlah pembagian

sampel untuk masing-masing dusun dengan menggunakan rumus

menurut Sugiyono dalam Zulfikar (2015) :

X
n= ×N 1
N

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata.

N = Jumlah seluruh populasi .


46

X = Jumlah populasi pada setiap strata.

No. Desa Jumlah Cara Jumlah sampel


Populasi

1 Tuliskan nama2 desa ya X


n= ×N 1
dan populasinya N

Jumlah Sampel

N1 = Sampel

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: Klien hipertensi yang

bersedia menjadi responde, kooperatif serta mampu membaca dan menulis, tidak

mengalami ganggun pendengaran. Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah klien

yang tidak bersedia menjadi responden serta tidak sedang berada dirumah saat

penelitian.

D. Variabel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012) variabel adalah “sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh

satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu”. Selanjutnya

menurut Sugiyono (2015) bahwa variabel adalah “segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan”.

Menurut sugiyono (2016) ”variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.


47

1. Variabel bebas (Independen)

Menurut Badriah (2012) menjelaskan bahwa “variabel bebas

merupakan suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel

lain”. Dikatakan selanjutnya oleh Badriah (2012) bahwa “variabel

bebas dapat juga berarti variabel yang pengaruhnya terhadap variabel

lain ingin diketahui”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Menurut Sugiyono (2016) variabel terikat merupakan “variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalahself control.

E. Instrument Penelitian

Menurut Badriah (2012) instrumen adalah “alat pengumpulan

data yang telah baku atau alat pengumpulan data yang memiliki standar

validitas dan reabilitas”. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang

digunakan untuk pengumpulan data untuk variabel bebas maupun

variabel terikat yaitu dengan menggunakan kuesioner atau angket.

Menurut Notoatmodjo (2012) kuesioner merupakan “daftar

pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana

responden (dalam hal angket) dan interview (dalam hal wawancara)

tinggal memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu”.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian,

yaitu :
48

a. Bagian pertama

Kuesioner terkait variabel gambaran self control pada klien

Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka

2020. Adapun instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :

Alat ukur untuk tingkat pengetahuan merupakan kuesioner yang

dibuat sendiri oleh peneliti dan belum pernah dipakai dalam penelitian

yang terdiri dari 15 pertanyaan. Hasil ukur adalah sebagai berikut :

Baik : Hasil persentase 76%-100%

Cukup : Hasil persentase 56%-75%

Kurang : Hasil persentase < 56%.

Alat ukur sikap merupakan kuesioner yang diadopsi darai

penelian sebelumnya yang dilakukan Gustianto (2019) pernah dipakai

dalam penelitian yang terdiri dari 15 dengan pilihan “Sangat Setuju”,

“Setuju”, “Kurang Setuju”, “Tidak Setuju”, “Sangat Tidak Setuju”.

Pengukuran untuk sikap responden Positif, jika ≥ mean/median,

Negatif, jika < mean/medianHasil ukur adalah sebagai berikut.

Positif (T > mean)

a. Jika distribusi normal

Sikap Positif ≥ mean (rata-rata)

Sikap Negatif ≤ mean (rata-rata)

Negatif(T<median)

Jika distribusi tidak Normal

Sikap Positif ≥ median


49

Sikap Negatif ≤ median

Rumus :

x−π
T= 50+10 [ ]
s

Ket :

X : skor responden pada skala sikap yang hendak dirubah

menjadi T

Π : mean skor kelompok

S: deviasi skor kelompok

Alat ukur dukungan keluarga merupakan kuesioner yang

diadopsi dari penelian Gustianto (2019) dari 15 pernyataan dengan nilai

4 “selalu”, 3 “sering”, 2 “kadang-kadang” dan 1 “tidak pernah”. Hasil

ukur adalah sebagai berikut :

1. Mendukung ≥ mean atau median

2. Tidak Mendukung< mean atau median

b. Bagian kedua

Merupakan pernyataan terkait variable self controlyang terdiri

dari 15 pertanyaan, pertanyaan tersebut menggunakan check list dengan

beberapa alternatif jawaban SS “Selalu”, S “Sering”, KK “Kadang-

kadang”, dan TD “Tidak Pernah”.


50

F. Validitas dan Reliabilitas Data

Menurut Badriah (2012) “hasil penelitian dapat dipercaya atau

tidak sangat tergantung pada akurasi dan kecermatan data yang diperoleh

dan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen sebagai alat ukur data

tersebut”. Sebelum instrumen digunakan, peneliti melakukan uji validitas

dan reliabilitas pada variabel pengetahuana, sikap, dukungan keluarga

karena kuesioner pada variabel tersebut merupakan kuesioner yang dibuat

sendiri oleh peneliti, dan belum pernah dipakai pada penelitian sehingga

belum dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas

akan dilakukan di wilayah Puskesmas Maja.

a. Validitas

Menurut Sugiyono (2016) validitas adalah “suatu indeks yang

menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur”.

Menurut para ahli validitas meliputi validitas internal, validitas

eksternal, isi, konstruk, dan face validitas. Menurut Badriah (2012)

“validitas internal berkaitan dengan kekuatan kesahihan yang melekat

pada variabel penilaian yang diukur atau dijadikan percobaan dan

berkaitan dengan ketepatan penggunaan alat ukur variabel tersebut”.

Variabel eksternal berkaitan dengan kesahihan dan hasil

percobaan untuk dibuatkan sebuah generalisasi untuk memberikan

ukuran terhadap populasi secara mantap, validitas ini mempersoalkan

apakah ini dari suatu alat ukur (bahan, topik, dan substansinya) cukup

untuk mewakili sebuah populasi. Validitas konstruk mempersoalkan


51

abstraksi dan generalisasi khusus dan merupakan suatu konsep yang

diciptakan khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai ciri dapat

diamati serta diukur, dan face validity berkaitan dengan apa yang

nampaknya untuk mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang

seharusnya kegiatan tersebut mengukur.

Menurut Arikunto (2013) untuk mengukur validitas kuesioner

menggunakan rumusan korelasi product moment dengan rumus :

N ∑ XY −( ∑ X )(∑ Y )
rxy = 2 2 2
√ { N X −( X )} {N Y – (Y 2) }

Keterangan: XY = Skor pertanyaan nomor dikali skor total

X = Skor pertanyaan nomor

Y = Skor total

N = Jumlah sampel

Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan

menggunakan komputer dengan menelaah nilai person correlation,

tetapi tidak dilakukan uji validitas content. Untuk mengetahui apakah

nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu signifikan, maka perlu dilihat tabel

product moment, yang biasanya ada didalam buku-buku statistik.

Berdasarkan degree of freedom (df)=(n-2) dan α = 0,05 maka:

Jika r hitung > r tabel maka pernyataan valid

Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas
52

Menurut Badriah (2012), “reliabilitas berkaitan dengan

pengertian apakah alat ukur cukup akurat, stabil atau konsisten dalam

mengukur apa yang akan diukur, berkaitan dengan tingkat kepercayaan

diri suatu macam instrumen dan harus terhindar dari sifat tendensius

atau memihak terhadap kepentingan peneliti”. Menurut Arikunto (2013)

uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus uji alpha cronbach :

Rumus :

k M ( K −M )
ri =
(k −1){1−
kVt }
Keterangan :

ri = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

M = Skor rata-rata

Vt = Varians total

Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya kuesioner yang akan

disebarkan kepada responden dilakukan uji reliabilitas untuk melihat

konsistensi jawaban. Menurut Oktaviani (2015) untuk mengukur

reliabilitas dengan uji statistik Alpha Cronbach. Instrumen dikatakan

reliable jika mempunyai nilai Alpha Cronbachlebih dari 0,6.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Sifat dan Sumber Data

Menurut Badriah (2012) menurut sumbernya “data penelitian

digolongkan sebagai data primer dan data sekunder”. Lebih lanjut

menurut Badriah (2012) data primer adalah “data yang diperoleh


53

langsung oleh subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran

atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber

informasi yang dicari”. Data primer diambil dari studi pendahuluan di

Pukesmas Maja. Selanjutnya menurut Badriah (2012) data sekunder

adalah “data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya”. Data sekunder

didapat dari Puskesmas Maja.

2. Tata Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode kuesioner untuk mendapatkan jenis

kuantitatif. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang teridiri dari pertanyaan tentang

variabel faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum

obat (pengetahuan,sikap, dan dukungan keluarga) dengan

menggunakan lembar kuesioner yang dibagikan kepada responden.

Langkah-langkah pengumpulan data:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap awal menyusun proposal penelitian, peneliti

menentukan masalah dan lahan penelitian terlebih dahulu.

Kemudian melakukan pendekatan terhadap objek terkait, yaitu

di Pukesmas Majauntuk melakukan studi pendahuluan. Studi

kepustakaan dilakukan peneliti di perpustakaan STIKes YPIB

Majalengka dan dari internet.


54

b. Tahap selanjutnya adalah menyusun proposal penelitian

dilanjutkan dengan seminar proposal penelitian. Selanjutnya,

peneliti mempersiapkan instrumen penelitian serta melakukan

uji validitas dan reabilitas instrumen pengetahuan, sikap dan

dukungan keluarga. Dalam tahap ini, peneliti juga mengajukan

surat izin penelitian ke Pukesmas Maja.

c. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan penelitian

setelah mendapatkan surat izin penelitian dari pihak institusi

dan pihak rumah sakit. Sebelum memberikan kuesioner,

peneliti melakukan informed cosent kepada responden, yaitu

menjelaskan kepada responden mengenai tujuan dan cara

pelaksanaan. Setelah responden setuju, peneliti memberikan

kuesioner untuk dilakukan pengisian yang sebelumnya telah

dijelaskan terlebih dahulu cara-cara pengisian. Setelah itu

peneliti melakukan pengolahan data dan analisa data.

d. TahapPendokumentasian

Pada tahap akhir penelitian, peneliti melakukan penyusunan

laporan hasil penelitian, kemudian peneliti melakukan siding

skripsi untuk mempertanggungjawabkan hasil penelitian dan

menggandakan hasil penelitian yang sebelumnya telah dinilai

oleh para dosen dan penguji.


55

H. Rancangan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Menurut Badriah (2012) “makna pengolahan data penelitian yang

telah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data

sedemikian rupa agar data tersebut dapat dibaca dan dapat

ditafsirkan”.Data yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah data

primer yaitu data yang diperoleh dari jawaban responden. Data yang

dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data, yaitu :Dalam tahap ini

diolah dan dianalisis, dengan teknik-teknik tertentu, data dikelompokkan

menjadi data kuantitatif melalui beberapa tahap (Notoatmodjo, 2010):

a. Editing data yaitu pengecekan, penilaian dan memastikan data yang

diperoleh sudah lengkap. Kuesioner yang sudah terkumpul dilakukan

pengecekan oleh peneliti untuk memastikan semuanya terisi.

b. Coding data yaitu memberikan kode pada setiap item. Pada jawaban

pernyataan oleh responden.

c. Sorting data yaitu memilih mengelompokkan data menurut jenis yang

dikehendaki. Semua variabel ditentukan hasil ukurnya sesuai dengan

yang ada di tabel definisi operasional.

d. Proccessing data yaitu melakukan entry dari daftar isian ke komputer.

Data yang sudah direkap kemudian di input ke dalam computer

menggunakan mikrosoft exel untuk dibuat master tabel.


56

e. Cleaning data pembersihan data yang telah dimasukan ke komputer.

Data yang sudah diinput di cek kembali untuk menghindari data

missing.

f. Pengeluaran informasi dengan teknik analisis (statistik). Setelah

pengecekan data kemudian dilakukan analisis data menggunakan SPSS

2. Analisis Data

Teknik analisa data untuk mendapatkan gambaran umum dengan

cara mendeskripsikan variabel yang digunakan dalam penelitian ini

melalui distribusi persentasi.

a. Analisis Univariat

Menurut Badriah (2012) “analisis data dilakukan secara

univariat untuk melihat tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

umunya hasil analisis ini menghasilkan distribusi dari persentase dari

tiap variabel“. Analisis dalam penelitian ini tujuannya untuk

mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsikan

variabel yang digunakan dalam penelitian melalui distribusi

frekuensi.

Analisis univariat menggambarkan frekuensi dari seluruh

variabel yang diteliti yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan

self control hipertensi (pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga)

dan variable self control. Untuk menghitung distribusi frekuensi

digunakan rumus sebagai berikut

f
P= N
×100 %
57

Keterangan : P = Jumlah presentase jawaban

f = Frekuensi jawaban responden

N= Jumlah totalpertanyaan

I. Etika Penelitian

Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian

keperawatan yaitu [ CITATION Dha12 \l 1057 ]:

1. Menghormati harkat serta martabat manusia (respect for human dignity)

a. Mempersiapkan formulir persetujuan yang akan ditandatangani oleh

subjek penelitian. Isi formulir informed consentyaitu:

1) Penjelasan tentang judul penelitian tujuan serta manfaat

penelitian.

2) Permintaan kepada subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian.

3) Penjelasan tentangprosedur penelitian.

4) Gambaran tentang resiko serta ketidaknyamanan selama

penelitian.

5) Penjelasan tentang keuntungan yang didapat dengan

berpartisipasi dengan subjek penelitian.

6) Penjelasan tentang jaminan kerahasiaan serta anonimitas.

7) Hak untuk mengundurkan diri dari keikutsertaan sebagai subjek

penelitian, kapanpun sesuai dengan keinginan subjek.

8) Persetujuan peneliti untuk memberikan informasi yang jujur

terkait dengan prosedur penelitian.


58

9) Pernyataan persetujuan dari subjek untuk ikut serta dalam

penelitian.

b. Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencakup

seluruh penjelasan yang tertulis dalam formulir informed

consentserta penjelasan lain yang diperlukan untuk memperjelas

pemahaman subjek mengenai pelaksanaan penelitian.

c. Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang

aspek-aspek yang belum dipahami dari penjelasan peneliti serta

menjawab seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka.

d. Memberikan waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan

pilihan mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subjek

penelitian.

e. Meminta subjek untuk menandatangani formulir informed

consent, Jika ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy

and confidentiality)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi serta hak

asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi titik namun tidak

bisa dipungkiri bahwa peneliti menyebabkan terbukanya informasi

tentang subjek titik sehingga peneliti perlu merahasiakan berbagai

informasi yang menyangkut privasi subjek yang tidak ingin

identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang

lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan identitas


59

seperti nama dan alamat subjek kemudian diganti dengan kode

tertentu dengan demikian segala informasi yang menyangkut

identitas subjek tidak terekspos secara luas.

3. Menghormati keadilan serta inklusivitas (respect for justice

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna

bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat dan hati-hati,

serta dilakukan secara profesional.Sedangkan prinsip keadilan

mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan

beban secara merata sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan

subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harm and benefits)

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek

penelitian serta populasi di mana hasil penelitian akan diterapkan

(beneficience). Kemudian meminimalisir resiko atau dampak yang

merugikan bagi subjek penelitian (non maleficience). Prinsip ini

yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan

penelitian untuk mendapatkan persetujuan etik dari komite etik

penelitian.Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara manfaat

dan kerugian atau resiko dari penelitian.

Anda mungkin juga menyukai