KOTA CIREBON
Disusun oleh :
Shendra Akbar Ferrary, S.Kep
JNR0190049
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak bertanggung jawab dalam mengurus organ dan jaringan yang terdapat
di kepala. Otak terdiri atas otak besar atau serebrum (cerebrum), otak kecil
atau cerebelum (cerebellum) dan batang otak (trunkus serebri). Jaringan otak
dibungkus oleh tiga selaput otak (meninges) yang dilindungi oleh tulang
berwarna putih dan sebagian lagi berwarna agak gelap (kelabu). Atas dasar
itu, susunan saraf pusat dibagi menjadi substansia grisea yang berwarna
kelabu dan substansia alba yang berwarna putih. Warna kelabu ini
warna putih ditimbulkan oleh banyaknya serabut saraf yang bermielin, sel
saraf yang terdapat dalam susunan saraf pusat juga dapat dibagi menjadi sel
saraf dan sel penunjang. Sel penunjang merupakan sel jaringan ikat yang
tidak berfungsi untuk menyalurkan impuls. Pada sel saraf serabut dengan
diameter besar ditandai dengan nama serabut alpha atau A, beta atau B
untuk yang lebih kecil dan gamma untuk yang lebih kecil lagi pada ujung-
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
yang lebih dekat ke otak (lapisan dalam) dan lapisan endostium yang
cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan di antara
durameter dan araknoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan
jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah
arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan meningen serta
Lapisan piameter merupakan selaput tipis yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang menyuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak dan lapisan
ini melekat erat pada permukaan luar otak atau medula spinalis. Ruangan di
ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai sistem saraf pusat (SSP) yang
II.2 Klasifikasi
Generalisata)
2. Meningitis Purulenta
2. Ensefalitis Sifilis
II.3 Etiologi
Virus
Ditularkan antar manusia seperti Mumps, measleas, rubella,
Bakteri
Dan lain-lain
2. Pasca imunisasi
ATS / ADS
3. Pasca Infeksi
Lemah, letargia
Mual muntah
Fotofobia
Tanda nasofaringitis
2. Gejala ensefalopati
Gangguan kesadaran
Kejang
Defisit neurologik
Hemiplegia, ataksia
Disfasia, disartria
II.5 Patofisiologi
Virus masuk tubuh memalui kulit, saluran napas dan saluran cerna,
1. Pemeriksaan neurologis
Seperti gangguan kesadaran, hemiparesis, tonus otot meningkat,
2. Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal:
1. LCS jernih
5. Gula: normal
Darah
3. Pemeriksaan pelengkap
infeksi sistim saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak dapat
kecepatan.
II.7 Komplikasi
2. Syok septic
bilateral)
8. Kejang
II.8 Penatalaksanaan
selama 14hari
selama 3 minggu
selama 30 hari
Peradangan di otak
3. Resiko tinggi
deficit cairan
dan
hipovolemik
2. Gangguan
bersihan jalan (Arif Muttaqin, 2012: 86-87)
napas
2.1 Pengkajian
Keluhan utama
Riwayat imunisasi
1. TTV
peningkatan TIK
Peningkatan frekuensi napas
TD normal/ meningkat
2. B1 ( breathing)
Inspeksi :
Batuk / tidak
Produksi sputum
Sesak napas
Palpasi
Auskultasi
3. B2 ( Blood)
4. B3 (Brain)
mengunyah
Control keseimbangan
- Pengkajian refleks
umum.
Nyeri
Kaku kuduk
5. B4 ( Bledder)
6. B5 (Bowell)
Mual
Muntah
Anoreksia
7. B6 ( Bone )
2.2.1 Definisi
Perubahan perilaku
Kesulitan menelan
Paralisis
Keracunan enzyme
Gangguan pertukaran
Hipervolemia
Hpoventilasi
Hipovolemia
kapiler
Gangguan aliran arteri atau vena
2.2.4 Definisi
Subjektif
Dispnea
Objektif
Sianosis
Orthopnea
Gelisah
Sputum berlebihan
Mata terbelalak
3.2.7 definisi
Gerakan melindungi
kacau, menyeringai)
2.3 Perencanaan
Tujuan :
Kriteria hasil :
Kesadaran membaik
Intervensi Rasional
1. Pantau TIK Mengukur data klien untuk
prnvegahan komplikasi
neorologis
3. Menajement sensari
meningkatkan keadekuatan
komplikasi
2.3.3 Tujuan :
Kriteria hasil :
Pencegahan aspirasi
Ventilasi baik
Intervensi Rasional
1. Manajemen jalan napas Mempasilitasi kepatenan jalan
napas klien
klien
5. Pantau pernapasan
yang baik
6. Bantuan ventilasi
Meningkatkan pola napas
memaksimalkan pertukaran
dalam paru.
2.3.5 Tujuan
Pain Level,
pain control,
comfort level
kriteria hasil
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
Intervensi Rasional
1. Letakkan kantung es pada Meningkatkan vasokonstriksi,
leher.
agak tinggi)
Dapat membantu
nyaman tersebut
4. Berikan anal getik, Mungkin diperlukan untuk
berat
Daftar Pustaka
Jakarta
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta