Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

BRAIN TUMOR

Oleh :
Novianti
1614901110052

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2016
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Brain Tumor


I.1 Definisi
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam
tulang tengkorak
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna)ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial)atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakan berdasarkan
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
radiologi dan patalogi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang
sulit menegakan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang
benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan
tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan
cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intraknial serta efek dari masa
tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan
destruksi dari jaringan otakBrunner, suddarth, 2010.
Klasifikasi Tumor Otak yaitu :
- Tumor yang berasal dari lapisam otak (meningioma dural)
- Tumor yang berkembang didalam / pada syaraf kranial
- Tumor yang berasal didalam jaringan otak
- Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh mana saja

I.2 Etiologi
Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Meningioma
sedikit lebih banyak pada wanita. Neurofibroma. Neurilema dan
glioma sering dengan neurofibromatosis tergolong pada kelainan
perkembangan daa. contori neuroektoderm dan mesoderm yang di
sebut fakomatos contoh fakomatosa lain misalnya tuberosklerosis yang
selalu di sertai peningkatan insidensi tumor otak. Radiasi merupakan
satu faktor untuk timbulnya tumor otak. Trauma, infrksi dan toksin
belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak.
Tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosourea adalah karsinogen
yang paten, setidak-tidaknya pada kelinci percobaan. Limfoma lebih
sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupresan seperti
pada transplantasi ginjal, sumsum tulang dan pada AIDS (Herdman
2012).

I.3 Tanda dan Gejala


Menurut lokasi tumor :
I.3.1 Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi
argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia,
dan gangguan bicara.
I.3.2 Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
I.3.3 Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
I.3.4 Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
I.3.5 Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan
otot wajah
I.3.6 Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
I.3.7 Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas esndi
 Tanda dan Gejala Umum :
- Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah bila batuk,
membungkuk
- Kejang
- Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur,
mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-
tanda vital, afasia.
- Perubahan kepribadian
- Gangguan memori
- Gangguan alam perasaan
I.4 Fatofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan
klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif
waktu.

Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2


faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang


tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut
dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke
jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis
(fokal Kozier 2008.)

Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :


bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif
dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema
dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun
diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan.
Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak,
semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan
sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-
hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena ity tidak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi
ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi
ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals
bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer
otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran
dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum
bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

I.5 Pemeriksaan penunjang


- Rontgent tengkorak anterior-posterior
- EEG
- CT Scan
- MRI
- Angioserebral

I.6 Komplilasi
- Peningkatan tekanan darah
- Kejang
- Defisitneurogis
- Perubahan fungsi pernafasan
- Perubahan dalam kesadaran

I.7 Penatalaksanaan
- usia
- General health
- Ukuran tumor
- Lokasi tumor
- Jenis tumor
II. Rencana asuhan klien dengangguan tumor otak
II.1 Pengkajian :
2.1.1 Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung
jawab, dll
2.1.2 Riwayat kesehatan :
- keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat Kesehatan lalu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
2.1.3 Pemeriksaan fisik :
- Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan
memori, afek tidak sesuai, berdesis
- Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
- Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
- Jantung : bradikardi, hipertensi
- Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan
nafas, disfungsi neuromuskuler
- Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
- Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

2.2 Diagnosa Keperawatan :


2.2.1 Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol
terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam
nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2.2.2 Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan :
nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah
bila klien batuk, mengejan, membungkuk
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Tindakan :
- pantau skala nyeri
- Berikan kompres dimana pada area yang sakit
- Monitor tanda vital
- Beri posisi yang nyaman
- Lakukan Massage
- Observasi tanda nyeri non verbal
- Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang
- Catat adanya pengaruh nyeri
- Kompres dingin pada daerah kepala
- Gunakan teknik sentuham yang terapeutik
- Observasi mual, muntah
- Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan, prednison, antiemetik
2.2.3 Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP,
ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan,
pendengaran
2.2.4 Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan
disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
Tindakan :
- kaji rentang perhatian
- Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami
trauma dengan respon klien sekarang
- Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf sebanyak
mungkin
- Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis
- Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif
- Dengarkan klieen dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan
klien/keluarga
- Instruksikan untuk melakukan rileksasi
- Hindari meninggalkan klien sendiri
2.2.5 Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak,
depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang
Tindakan :
- Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat
menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
- Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
- Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
- Pantau tekanan darah
- Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan
penglihatan kabur
- Pantau suhu lingkungan
- Pantau intake, output, turgor
- Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk, untah
- Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
- Tinggikan kepala 15-45 derajat
2.2.6 Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur
Tujuan : rasa cemas berku
Tindakan :
- kaji status mental dan tingkat cemas
- Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala
- Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan piiran dan perasaan takut
- Libatkan keluarga dalam perawatan

2.3 Perencanaan
2.3.1 Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi
Kriteria hasil
- Bebaskan jalan nafas
- Pantau vital sign
- Monitor pola nafas, bunyi nafas
- Pantau AGD
- Monitor penururnan gas darah
- Kolaborasi O2
2.3.2 Tujuan : tidak terjadi cidera
Kriterial hasil
- Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
- Pantau tingkat kesadaran
- Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
- Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,
- Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas
III. Daftar Pustaka
Brunner, suddarth, 2010. Buku Ajar keperawatanmedikal bedah.edisi 8
EGC.Jakarta
Definition &Classfication 2012-2014.
Herdman. T.H (Ed). 2012. NANDA international Nursing Diagnosa : Kozier
and Erb’s. 2008. Fundamental of Nursing Concepts. Process and Pratic
Moorhead .S. Johnson. M.Maas. M.L Swanson E 2008 .Nursine Outcomes
Classification (NOC)

Banjarmasin, 2016

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai