Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA BUNIPAH


KECAMATAN ALUH-ALUH KABUPATEN BANJAR

OLEH:
NAZILA RAHMATINA
NIM. 1914901110051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

1.1 Keperawatan Kesehatan Komunitas


Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan
demikian, pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan
nasional khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai
salah satu modal dasar pembangunan nasional.

Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia, maka
direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang potensi yang ada pada
masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,


merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan
tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.
Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data,
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979).

Jadi, Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan


perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan
peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat


alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai
(values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas
geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).

Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus yang
memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan kesehatan komunitas
keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal dan informal, sangat diperlukan
dalam setiap tahap pelayanan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh sehingga
masyarakat benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang diberikan.

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang


melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas secara aktif,
sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan menurut American Nurses
Association (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi :
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan
kesehatan.
3. Keperawatan merupakan sub system pelayanan kesehatan , di mana hasil pendidikan
dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu
dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar mengenai


perawatan kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2. Merupakan bidang khusus keperawatan.
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial (interaksi
sosial dan peran serta masyarakat).
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitatif dan
resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat.
7. Bekerja secara tim.
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
10. Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

1.2 Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas


1.2.1 Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :
1.2.1.1 Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
1.2.1.2 Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok,dan


masyarakat mempunyai kemampuan untuk Mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dialami; Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut; Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan; Menanggulangi
masalah kesehatan yang mereka hadapi; Mengevaluasi sejauh mana pemecahan
masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan
dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care); Menanamkan perilaku
sehat melalui upaya pendidikan kesehatan; Lebih spesifik lagi adalah untuk
menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan
balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera; Tertanganinya
kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.

1.2.2 Fungsi keperawatan komunitas


1.2.2.1 Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
1.2.2.2 Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
1.2.2.3 Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
1.2.2.4 Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).
1.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
1.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
1.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya
saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.
1.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk di antaranya adalah:
1.3.3.1 Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil; 2) bayi baru lahir; 3) balita; 4)
anak usia sekolah; serta 5) usia lanjut.
1.3.3.2 Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, di antaranya adalah: 1) penderita
penyakit menular, seperti: TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin dan
lainnya; 2) penderita dengan penyakit tidak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
1.3.3.3 Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di antaranya: 1)
wanita tuna susila; 2) kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba; 3)
kelompok-kelompok pekerja tertentu; dan lain-lain.
1.3.3.4 Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya adalah: 1) panti
werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan
sosial); serta 4) penitipan balita.
1.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
satu kesatuan sosial dan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat
merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung, dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik, maupun kesehatan khususnya

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:


a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan
penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu
perawat yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta
didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya
penyakit influensa, batuk dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada
peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih
spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya
yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat
ini meliputi lima bidang. Perawat menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat
diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat
memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawat melakukan
kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah
harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan
percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki
peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan
praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang
pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya.
Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

1.4 Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan, pengobatan
(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah


upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif, dan
resosiliatif.
1.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan memberikan :
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
1.4.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu,
puskesmas, ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan
menyusui.
1.4.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan,
melalui kegiatan :
a. Perawatan orang sakit di rumah (Home Nursing).
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah,
ibu bersalin, dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
1.4.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya,
dilakukan melalui kegiatan :
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik
seperti penderita kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-
penderita penyakit tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan batuk; penderita
stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
1.4.5 Upaya Resosiliatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga, dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya adalah kelompok-kelompok
yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,
AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna
Susila (WTS), tuna wisma, dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosiliatif
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang
mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah
kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

1.5 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang
luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat,
tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
1.5.1 Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok
khusus, baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di
perusahaan, di posyandu, di polindes, dan daerah binaan kesehatan masyarakat.
1.5.2 Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
1.5.3 Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
1.5.4 Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
1.5.5 Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih
lanjut.
1.5.6 Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
1.5.7 Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
1.5.8 Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan
dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah
keperawatan.
1.5.9 Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas.
1.5.10 Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
1.5.11 Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.

1.6 Prinsip Dasar


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan, yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan, dan ilmu sosial (WHO, 1959).
Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan
Kesehatan Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu
perawatan kesehatan masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu kesehatan
masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat).
1.6.1 Ilmu keperawatan
Konsep keperawatan di karakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok yang
menjadi paradigma dalam keperawatan, di mana menggambarkan hubungan teori-
teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori tersebut berhubungan
satu dengan lainnya, yaitu : konsep manusia, konsep kesehatan, konsep masyarakat,
dan konsep keperawatan. (Christine Ibrahim, 1986).
1.6.2 Ilmu kesehatan masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam komunitas diperlukan
pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dalam
melihat perspektif proses terjadinya masalah kesehatan masyarakat yang erat
kaitannya dengan ilmu epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga masalah
tersebut diketahui faktor penyebab dan alternatif pemecahannya. Termasuk juga
diperlukan pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau Posyandu, dan untuk
merubah perilaku masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan
pendidikan kesehatan masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo, 2003).
1.6.3 Ilmu sosial
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang perawat
kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab akan berhadapan dengan
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Pengetahuan sosial yang dimaksud
adalah ilmu pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, pendekatan edukatif
dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini bisa dirasakan oleh
petugas kesehatan saat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya dalam keluarga,
kelompok, atau masyarakat dengan berbagai latar belakang agama, budaya,
pendidikan, ekonomi, norma, adat istiadat, dan aturan-aturan yang berlaku dalam
masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami pengetahuan ilmu sosial
petugas kesehatan masyarakat dapat melakukan pendekatan untuk merubah
perilaku masyarakat ke arah yang positif dalam memelihara kesehatan keluarga,
kelompok, dan masyarakat sehingga menuju kemandirian (self care), di mana
mereka diharapkan dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan yang
mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan masalah
melalui perencanaan bersama, kemudian melaksanakan kegiatan bersama
berdasarkan perencanaan yang mereka buat serta menilai hasil yang telah dicapai.

1.7 Model Pendekatan


Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan
adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan
dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan
dengan upaya kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang dihadapi


individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui
keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam
melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.

Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadap


keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila pembinaan keluarga
berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai memerlukan tindak
lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri
dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.
1.8 Langkah-langkah Proses Keperawatan
Langkah-langkah dalam proses keperawatan di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi, pengumpulan data,
rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes RI).
b. Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina hubungan saling
percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan bersama, merencanakan tindakan
bersama klien, melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana, dan hasil evaluasi
(Freeman).
c. Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya langkah-
langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah :
a. Pengkajian
b. Diagnosis keperawatan
c. Perencanaan atau intervensi
d. Pelaksanaan atau implementasi
e. Evaluasi atau penilaian

Langkah-langkah dalam proses keperawatan di atas akan dibahas satu persatu dan lebih
mendalam.
a. Pengkajian (assessment)
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga, atau kelompok yang menyangkut permasalahan
pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji
masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
adalah :
1. Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus,
masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi,
sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi, dan spiritual
serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, data yang
dikumpulkan harus akurat dan dapat dilakukan analisa data untuk pemecahan
masalah.

Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya.


Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc Forlane (1958) terdiri
dari inti komunitas yaitu meliputi demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, dan
riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya
adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi serta
rekreasi.

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan objektif. Data
subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang diungkapkan secara
langsung melalui lisan. Sedangkan data objektif merupakan data yang diperoleh
melalui suatu pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran.

Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian dapat berupa data primer
atau data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji
yang dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber
yang tepercaya misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan klien, atau
medical record (Wahit, 2005).

Ada berbagai cara dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut :


a) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya
jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, maupun
masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien.
Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien hatau keluarga pasien dan
selanjutnya hasil wawancara atau anmnesa dicatat dalam format proses
keperawatan.
b) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik,
psikologis, dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya
dicatat dalam format proses keperawatan.
c) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas di mana salah satunya asuhan keperawatan
yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik
yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosis keperawatan
dengan cara : inspeksi (yaitu melakukan pengamatan pada bagian tubuh
pasien atau keluarga yang sakit), palpasi (yaitu pemeriksaan fisik yang
dilakukan dengan cara meraba pada bagian tubuh yang mengalami
gangguan), auskultasi (yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan bunyi bagian tubuh tertentu dan biasanya perawat komunitas
menggunakan stetoskop sebagai alat bantu untuk mendengarkan denyut
jantung, bising usus, suara paru, dan sebagainya), dan perkusi (adalah cara
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari telunjuk atau
alat reflex hammer pada bagian tubuh yang diperiksa).

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara
sebagai berikut :
1. Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara :
 Karakteristik demografi
 Karakteristik geografi
 Karakteristik sosial ekonomi
 Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC
Farlene 1988).
2. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan Telly.
3. Tabulasi data
4. Interpretasi data

b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan.
Tujuan dari analisa data adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan kebutuhan komunitas
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respons komunitas
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam
suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang
kritis.

Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stresor yang
mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya
dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) masalah
tersebut terdiri dari: 1) masalah sehat - sakit; 2) karakteristik populasi; serta 3)
karakteristik lingkungan.

c. Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan
intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat
diatasi sekaligus. Oleh karena itu, diperlukan prioritas masalah.

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu


mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, di antaranya adalah :
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut


Abraham H. Maslow yaitu sebagai berikut :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan
prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format
penapisan menurut Mueke, dengan format yaitu sebagai berikut :

Kriteria Penapisan

Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan


Tersedia Sumber

Sesuai dengan peran perawat komunitas

JUMLAH SKORE
Sesuai dengan program pemerintah
Kemungkinan untuk diatasi
Jumlah yang berisiko

Sumber daya peralatan


Minat masyarakat

Sumber daya tempat


Sumber daya waktu

Sumber daya orang


Besarnya risiko

Sumber daya dana


Diagnosa
Keperawatan
Komunitas

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih dahulu
ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara
keseluruhan dengan mempertimbangkan: 1) masalah spesifik yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat; 2) kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat; 3)
kemampuan dan sumber daya masyarakat, dan 4) keterlibatan, partisipasi, dan peran
serta masyarakat.

Kriteria skala prioritas :


1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk
segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu
tertentu.
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan berbagai
alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah-masalah yang menyangkut biaya,
sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi
Nasrul, 1995).

d. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul. Jadi,
yang dimaksud dengan diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas,
padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan
gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual)
maupun yang mungkin akan terjadi (potensial). Dasar penentuan masalah
keperawatan kesehatan masyarakat antara lain : 1) masalah yang ditetapkan dari data
umum; b) masalah yang dianalisa dari kesenjangan pelayanan kesehatan. Diagnosis
keperawatan mengandung komponen utama yaitu sebagai berikut :
a. Problem (masalah)
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya terjadi.
b. Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang meliputi:
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
c. Interaksi perilaku dan lingkungan.
c. Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa atau serangkaian
petunjuk timbulnya suatu masalah.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai
berikut :
1) Dengan rumus PES (Problem + Etiologi + Symptom)
2) Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)

Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung dua komponen


tersebut di atas, di samping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
 Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
 Partisipasi dan peran serta masyarakat

e. Perencanaan (intervensi) keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi,
perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan
disusun harus mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan, dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
a) Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria yaitu sebagai berikut :
1. Berfokus pada masyarakat
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Realistik
5. Ada target waktu
6. Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi kriteria yang mencakup
yaitu sebagai berikut :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
T = Tujuan
S = Subjek
P = Predikat
K.1 = Kondisi
K.2 = Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1. Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2. Perilaku yang diharapkan berubah
S = Spesifik
M = Measurable atau dapat diukur
A = Attainable atau dapat dicapai
R = Relevant/Realistic atau sesuai
T = Time-Bound atau waktu tertentu
S = Sustainable atau berkelanjutan
b) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat yaitu
sebagai berikut :
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan.
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui
kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini.
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia.
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang
sangat dirasakan masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7. Tindakan harus bersifat realistik.
8. Disusun secara berurutan.
c) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai
berikut :
 Menggunakan kata kerja yang tepat.
 Dapat dimodifikasikan.
 Bersifat spesifik :
1) Siapa yang melakukannya ?
2) Apa yang dilakukan ?
3) Di mana dilakukan ?
4) Kapan dilakukan ?
5) Bagaimana melakukan ?
6) Frekuensi melakukan ?

f. Pelaksanaan (implementasi) keperawatan


Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat kesehatan masyarakat
harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya, dalam hal ini melibatkan
pihak Puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Prinsip yang umum
digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
 Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dan berdasarkan iman dan takwa (IMTAQ).
 Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi,
tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berdasarkan
asas kemitraan.
 Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program
yang telah disusun.
 Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten.
 Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan
tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program
kesehatan komunitas dengan strategi komunitas organisasi dan partnerships in
community.
Selain prinsip di atas, prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah :
 Berdasarkan respons masyarakat.
 Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat.
 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta
lingkungannya.
 Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
 Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat secara
essential.
 Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
 Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan perawatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan yaitu :


1) Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan prasarana dengan
pelayanan kesehatan maupun lintas sektor lainnya.
2) Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat dalam rangka
alih peran.
3) Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
4) Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik medis maupun rujukan kesehatan.

Level pencegahan dalam praktek keperawatan komunitas terdiri atas :


a) Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ke tidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.

b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat
keparahan.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan stabil
atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi optimal dari
ketidakmampuannya.

g. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan
tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi dilakukan atas
respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang
dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam
melaksanakan penilaian yaitu : a) daya guna; b) hasil guna; c) kelayakan; serta d)
kecukupan. Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Narul Effendy, 1998
adalah sebagai berikut :
 Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
 Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan.
 Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.

Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi


dilakukan dengan melihat respons komunitas terhadap program kesehatan. Macam
evaluasi: (1) formatif dan summatif, (2) input, procces, dan output.

Fokus evaluasi adalah :


a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.
b) Perkembangan atau kemajuan proses.
c) Efisiensi biaya.
d) Efektivitas kerja.
e) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka waktu
berapa.

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini :


Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulang
masalah kesehatan
Keterangan:

: Peran
Masyarakat

: Peran
Perawat

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran perawat lebih besar dari
pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna, dan produktivitas asuhan keperawatan yang
diberikan.
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau
menyusun rencana baru dalam proses keperawatan.
Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :
1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah menunjukkan
kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab
dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak menunjukkan
perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu
dikaji secara mendalam apakah terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis,
tindakan, dan faktor-faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan.

Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

2.9. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu yang mewakili
sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik
keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980
dalam Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care System
(Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan
aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara
memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten
dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).
Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan yang
terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty
Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:
a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari
harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu: fisiologi,
psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari
sekitar atau sistem klien
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari
atau mengatasi stresor.

Model ini menganalisi interaksi anatara empat


variabel yang menunjang keperawatan
komunitas, yaitu aspek
fisik atau fisiologis, aspek psikologis,
aspek sosial dan kultural, serta aspek
spiritual.

Sehat menurut Neuman adalah suatu


keseimbangan bio, psiko, cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu
garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan
tahapan, yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik
(misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara social,
baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah karena
mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang tidak
memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang
lain
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai harapan
baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak. Wahit Iqbal. (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta : Sagung Seto

Mubarak. Wahit Iqbal. (2013). Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Sagung Seto

Mubarak. Wahit Ikbal. Chayatin Nurul. Santoso Bambang Adi. (2009). Ilmu Keperawatan
Komunitas buku 2 Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Naomi. E. Ervin. (2014). Advanced Community Helth Nursing Practice:


Population-Focused Care. New Jersey: Pearson Education Inc

Nasrul Effendi. (2011). Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Palestin. Bondan (2015). Model Kemitraan Keperawatan Komunitas Dalam Pengembangan


Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd 2008 from
http://bondankomunitas.blogspot.com/2007/01/model-kemitra an-keperawatan-
komunitas_ 10. html.
Banjarmasin, 04 April 2020

Ners Muda,

(Nazila Rahmatina, S.Kep)

Preseptor Akademik 1, Preseptor Akademik 2,

(Roly Marwan Mathuridy, Ns.,M.Kep) (Lukman Harun, Ns.,M.Imun)

Anda mungkin juga menyukai