Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KUNJUNGAN HIPERTENSI

WILAYAH PUSKESMAS PEMBANTU SUKUN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II

Disusun oleh:

Kelompok 2 Reguler 1 PSIK 2017

Aliyasir Muhammad 175070200111019


Sisvi Risna Ningtyas 175070200111021
Siti Maskuroh 175070200111023
Dian Febiola Christian 175070200111027
Nurita Sahara Baiduri 175070200111029
Agustinus Lorensa K.T 175070200111031
Syafira Idhatun Nasyiah 175070200111033
Faiqotul Amalia 175070200111001
Ayu Widia Kusuma 175070200111005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas
berjudul “LAPORAN KUNJUNGAN HIPERTENSI WILAYAH PUSKESMAS
PEMBANTU SUKUN” ini dibuat untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Komunitas 2
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Kami manusia yang selalu
memiliki kesalahan, terutama dalam penulisan tugas ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi pengerjaan yang lebih
baik lagi.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan supaya kita selalu berada dilindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Malang, 5 April 2020

Kelompok 2 Reguler 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2 TUJUAN..........................................................................................................2
1.2.1 TUJUAN UMUM...........................................................................................2
1.2.2 TUJUAN KHUSUS.......................................................................................2
BAB II: TEORI DAN KONSEP HIPERTENSI..............................................................3
2.1 DEFINISI.........................................................................................................3
2.2 ETIOLOGI........................................................................................................3
2.3 KLASIFIKASI...................................................................................................3
2.4 PATOFISIOLOGI HIPERTENSI......................................................................4
2.5 FAKTOR RISIKO.............................................................................................5
2.6 KOMPLIKASI...................................................................................................6
2.7 UJI DIAGNOSTIK............................................................................................7
2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS........................................................................7
2.9 PENCEGAHAN...............................................................................................8
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS..................................................10
3.1 HASIL PENGKAJIAN....................................................................................10
3.2 TABEL ANALISIS DATA...............................................................................17
3.3 WOC..............................................................................................................18
3.4 SKORING MASALAH KEPERAWATAN.......................................................19
3.5 PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN.................................................19
3.6 RENCANA INTERVENSI..............................................................................20
3.7 PLAN of ACTION..........................................................................................28
BAB IV: PENUTUP....................................................................................................36
4.1 KESIMPULAN...............................................................................................36
4.2 SARAN..........................................................................................................36
LAMPIRAN.................................................................................................................37
1. SAP...................................................................................................................37
a. SAP KOMPOR GANTENG...........................................................................37

iii
LAMPIRAN II MEDIA LEAFLET..........................................................................46
b. SAP PENYU DEDIKASI................................................................................47
LAMPIRAN II. MEDIA LEAFLET.........................................................................55
2. DAFTAR HADIR...............................................................................................57
3. DOKUMENTASI...............................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................59

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kemampuan perawat dalam menguasai konsep dasar kesehatan
masyarakat merupakan hal yang sangat penting sebagai dasar untuk
memberikan asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan
komunitas. Penguasaan ini sangat membantu dalam memberikan arah
penyelesaian dalam menghadapi berbagai permasalahan kesehatan
keluarga, kelompok dan masyarakat atau komunitas. Permasalahan
kesehatan keluarga, keluarga masyarakat atau komunitas yang semakin
kompleks seiring dengan perubahan pola atau gaya hidup masyarakat saat ini
yang memungkinkan terjadi pergeseran pola penyakit, dari penyakit infeksi ke
penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi dan
diabetes mellitus yang cenderung meningkat dan memerlukan perhatian
serius dari tenaga kesehatan, khususnya perawat yang ada di tatanan
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan.

Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari seluruh


lapisan masyarakat karena dapat menimbulkan dampak jangka pendek
maupun jangka panjang (Ismarina dkk, 2015). Berdasarkan penyebabnya
hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang disebabkan oleh beragam
penyebab yang tidak diketahui sehingga hipertensi ini disebut dengan
hipertensi esensial atau idiopatik, sedangkan hipertensi sekunder adalah
hipertensi yang terjadi akibat masalah primer lain, seperti beberapa contoh
berikut ini yaitu hipertensi ginjal, hipertensi endokrin dan hipertensi
neurogenik. Penderita hipertensi kurang atau bahkan belum mendapatkan
penatalaksanaan yang tepat dalam mengontrol tekanan darah, maka angka
morbilitas dan mortalitas akan semakin meningkat dan masalah kesehatan
dalam masyarakat akan semakin sulit untuk diperbaiki.

Hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat


sehingga WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi. Indonesia

1
diperkirakan akan meningkat kejadian hipertensi sebanyak 80% di tahun 2025
(Admin dalam Jasmarizal dkk, 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar,
hipertensi merupakan urutan ketiga penyebab kematian di Indonesia.
Hipertensi yang tidak diketahui dan tidak dirawat akan mengakibatkan
kematian, infark miokardium, stroke, atau gagal ginjal. Sekitar 5% pengidap
hipertensi memperlihatkan peningkatan tekanan darah yang cepat, dan
apabila tidak diterapi akan menyebabkan kematian dalam 1–2 tahun.

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas di
wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sukun tahun 2020.

1.2.2 TUJUAN KHUSUS


 Mengkaji masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat wilayah
kerja Puskesmas Pembantu Sukun tahun 2020.
 Menyusun diagnosa keperawatan komunitas di wilayah kerja
Puskesmas Pembantu Sukun tahun 2020.
 Menyusun perencanaan keperawatan komunitas di wilayah kerja
Puskesmas Pembantu Sukun tahun 2020.
 Melakukan implementasi keperawatan komunitas di wilayah kerja
Puskesmas Pembantu Sukun tahun 2020.
 Melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan
terhadap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sukun
tahun 2020.
 Menyusun rencana tindak lanjut untuk program-program dan kegiatan
yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sukun
tahun 2020.

2
BAB II
TEORI DAN KONSEP HIPERTENSI

2.1 DEFINISI
Hipertensi merupakan keadaan dimana terjadi kenaikan tekanan arterial
sistemik yang ditandai dengan kenaikan curah jantung dan tahanan periferal
vaskular.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab hipertensi yang dapat dihindari antara lain:
 Gaya hidup
 Pola makan/diet
 Alkohol
 Obesitas
Penyebab hipertensi yang tidak dapat dihindari antara lain:
 Herediter
 Etnik
 Jenis kelamin
 Usia
Penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain:
 Diabetes melitus,
 Penyakit gagal ginjal kronis

2.3 KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII (2003) adalah sebagai berikut.
Kategori Sistolik Diastolik
Normal <120 dan <80
Pre-hipertensi 120-139 atau 85-89
Hipertensi stage 140-159 atau 90-99
1
Hipertensi stage <160 atau >100
2

3
2.4 PATOFISIOLOGI HIPERTENSI

Genetik, Stres, cemas, takut Merokok


Gerontologi,
Obesitas, DM

Perubahan struktur Asetil kolin ke PD Nikotin


& fungsi PD

Norepinefrin
Elastisitas PD Katekolamin
menurun

Retensi Na & K Epinefrin


Pompa jantung
meningkat

Vol Intravaskuler
naik Vasokonstriksi PD
Aliran darah perifer
meningkat

BUN & Cr naik Filtrasi ginjal Kelebihan vol.cairan


menurun
Tekanan sistemik
meningkat
2.5 FAKTOR RISIKO

Pelepasan renin Beban jantung naik PD Otak

Hipertrofi ventrikel
Angiotensin I Mediator nyeri

CO turun
Faktor risiko dari Nyeri
Angiotensin II kepala
Iskemia Kelelaha
n Nyeri
hipertensi akut/kronis
Aldosteron Gangguan Intoleransi
adalah
Perfusi aktivitas
sebagai Jaringan berikut.
1. Usia
Risiko tekanan darah tinggi meningkat seiring bertambahnya usia .

4
2. Ras
Tekanan darah tinggi sangat umum di antara orang-orang dari
peninggalan Afrika, sering berkembang pada usia yang lebih awal
daripada orang kulit putih. Komplikasi serius, seperti stroke, serangan
jantung dan gagal ginjal, juga lebih sering terjadi pada orang-orang
peninggalan Afrika.
3. Riwayat keluarga
Tekanan darah tinggi cenderung diturunkan dalam keluarga.
4. Obesitas
Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan. Ketika volume darah yang
beredar melalui pembuluh darah meningkat, demikian juga tekanan pada
dinding arteri.
5. Kurang beraktivitas fisik
Orang yang kurang beraktivitas fisik enderung memiliki detak jantung yang
lebih tinggi. Semakin tinggi detak jantung, semakin keras jantung harus
bekerja dengan setiap kontraksi dan semakin kuat kekuatan pada arteri.
Kurangnya aktivitas fisik juga meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
6. Merokok
Bahan kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri. Hal ini
dapat menyebabkan arteri menyempit dan meningkatkan risiko penyakit
jantung. Perokok pasif juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung .
7. Terlalu banyak garam (natrium) dalam makanan.
Terlalu banyak natrium dalam diet dapat menyebabkan tubuh menahan
cairan, yang meningkatkan tekanan darah.
8. Terlalu sedikit potasium dalam diet.
Kalium membantu menyeimbangkan jumlah natrium dalam sel. Jika tidak
mendapatkan cukup kalium dalam diet, mungkin menumpuk terlalu
banyak natrium dalam darah .
9. Konsumsi alkohol
10. Stress
Tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan sementara
dalam tekanan darah.
11. Kondisi sakit kronis

5
Kondisi sakit kronis juga dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi,
seperti penyakit ginjal, diabetes, dan sleep apnea.

2.6 KOMPLIKASI
1. Serangan jantung atau stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan
pembuluh darah (atherosclerosis), yang dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke atau komplikasi lainnya.
2. Aneurisma
Tekanan darah yang meningkat dapat menyebabkan pembuluh darah
melemah dan membengkak, membentuk aneurisma. Jika aneurisma
pecah, itu bisa mengancam jiwa.
3. Gagal jantung
Untuk memompa darah melawan tekanan yang lebih tinggi di pembuluh
darah, jantung harus bekerja lebih keras. Ini menyebabkan dinding ruang
pemompaan jantung menebal (hipertrofi ventrikel kiri). Akhirnya, otot yang
menebal mungkin mengalami kesulitan memompa cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, yang dapat menyebabkan gagal jantung.
4. Gagal di ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan ginjal bekerja lebih keras. Jika hipertensi
tidak terkontrol maka akan mengalami gagal ginjal
5. Kebutaan
Pembuluh darah menebal, menyempit atau robek di mata dapat
menyebabkan hilangnya penglihatan.
6. Sindrom metabolik
Sindrom ini adalah sekelompok gangguan metabolisme tubuh, termasuk
peningkatan lingkar pinggang, trigliserida tinggi, kolesterol low-density
lipoprotein (HDL), tekanan darah tinggi dan kadar insulin tinggi. Kondisi ini
membuat lebih mungkin terserang diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
7. Demensia. Arteri yang menyempit atau tersumbat dapat membatasi aliran
darah ke otak, yang mengarah ke jenis demensia tertentu (demensia
vaskular). Stroke yang mengganggu aliran darah ke otak juga dapat
menyebabkan demensia vaskular.

6
2.7 UJI DIAGNOSTIK
Untuk melakukan uji diagnostik pada hipertensi dilakukan dengan
menggunakan alat tensimeter (spygmomanometer) baik dengan manual
ataupun digital. Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat
kategori umum:
- Tekanan darah normal, yaitu di bawah 120/80 mmHg.
- Tekanan darah tinggi, bila tekanan sistolik berada di kisaran 120-129
mmHg dan tekanan diastolik berada di bawah 80 mmHg.
- Hipertensi stadium 1, bila tekanan sistolik berada di kisaran 130-139
mmHg dan tekanan diastolik berkisar antara 80-89 mmHg.
- Hipertensi stadium 2. Ini adalah kondisi hipertensi yang lebih parah.
Hipertensi tahap 2 adalah ketika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih
tinggi atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi.

2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS


Bagi sebagian pengidap hipertensi, konsumsi obat harus dilakukan
seumur hidup untuk mengatur tekanan darah. Namun, jika tekanan darah
pengidap sudah terkendali melalui perubahan gaya hidup, penurunan dosis
obat atau konsumsinya dapat dihentikan. Obat-obatan yang umumnya
diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:
- Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine.
Hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi
dalam tubuh, untuk itu penggunaan obat ini dibutuhkan sebagai bagian
dari pengobatan. 
- Obat untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah bisa
turun. Hipertensi membuat pengidapnya rentan untuk mengalami
sumbatan pada pembuluh darah. 
- Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan
pembuluh. Tujuan penggunaan obat ini adalah untuk menurunkan tekanan
darah pengidap hipertensi. 
- Obat penghambat renin yang memliiki fungsi utama obat untuk
menghambat kerja enzim yang berfungsi untuk menaikan tekanan darah
dan dihasilkan oleh ginjal. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah
akan naik tidak terkendali.

7
2.9 PENCEGAHAN
1. Makan makanan sehat
Makan makanan yang menyehatkan jantung dengan meningkatkan buah-
buahan, sayuran, biji-bijian, unggas, ikan, dan makanan susu rendah
lemak. Dapatkan banyak potasium, yang dapat membantu mencegah dan
mengontrol tekanan darah tinggi. Makan lebih sedikit lemak jenuh dan
lemak trans.
2. Kurangi garam dalam makanan
Usahakan membatasi natrium hingga kurang dari 2.300 miligram (mg)
sehari atau kurang.
3. Pertahankan berat badan deal
Menjaga berat badan yang sehat, atau menurunkan berat badan jika
kelebihan berat badan atau obesitas, dapat membantu mengontrol
tekanan darah tinggi dan menurunkan risiko masalah kesehatan terkait.
Secara umum, dapat mengurangi tekanan darah sekitar 1 mm Hg dengan
setiap kilogram (sekitar 2,2 pon) berat badan turun.
4. Tingkatkan aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah,
mengelola stres, mengurangi risiko beberapa masalah kesehatan, dan
menjaga berat badan tetap terkendali.
5. Batasi alkohol
Bahkan jika sehat, alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
6. Tidak merokok
Tembakau dapat melukai dinding pembuluh darah dan mempercepat
proses penumpukan plak di arteri.
7. Kelola stres
Kurangi stres sebanyak mungkin. Berlatih teknik koping yang sehat,
seperti relaksasi otot, pernapasan dalam, atau meditasi. Melakukan
aktivitas fisik secara teratur dan banyak tidur dapat membantu juga.
8. Pantau tekanan darah di rumah
Pemantauan tekanan darah di rumah dapat membantu mengawasi
tekanan darah lebih dekat dan menunjukkan apakah obatnya bekerja.
9. Latihlah relaksasi atau pernapasan dalam

8
Berlatih napas dalam membantu tubuh rileks. Menurut American Heart
Association, pernapasan yang dipandu dengan alat mungkin merupakan
opsi nondrug yang masuk akal untuk menurunkan tekanan darah,
terutama ketika kecemasan menyertai tekanan darah tinggi.
10. Kontrol tekanan darah selama kehamilan
Jika seorang wanita dengan tekanan darah tinggi, diskusikan dengan
dokter bagaimana mengontrol tekanan darah selama kehamilan.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 HASIL PENGKAJIAN


Sub-
N Kategori
Kategori Hasil Survey Indikator Pembanding Kesimpu
O. Data
Data
1 History Riwayat Dilihat dari hasil survey Menurut penelitian dari Sebagian besa
Penyakit yang telah dilakukan Artanti (2019) mengalami hipe
pada 11 pasien dengan didapatkan hasil bahwa tahun, diharapk
hipertensi di wilayah karakteristik penderita kepada Puskes
kerja Puskesmas hipertensi dalam penyelenggara
Pembantu Sukun, 73% penelitian ini didominasi dapat meningka
dari penderita oleh perempuan perawatan hipe
mengalami riwayat (75,4%) dengan lama melalui edukas
hipertensi kurang dari 5 menderita hipertensi ≤5 kesehatan, sep
tahun, sedangkan 27% tahun (55,4%). pengaturan die
sudah mengalami hipertensi, kons
riwayat hipertensi lebih obat-obatan se
dari 5 tahun. aktivitas dan la
2 Demograf Usia Hasil survey di wilayah Prevalensi Hipertensi Penderita Hipe
i puskemas pembantu banyak terjadi pada mayoritas bera
sukun, didapatkan data kelompok usia 55-64 kelompok usia
bahwa mayoritas usia Tahun (Riskesdas,
penduduk menderita 2018)
hipertensi pada 11
responden adalah
Lansia (64%) dan
sisanya berusia dewasa
(36%)
Jenis Hasil survey didapatkan Menurut penelitian dari Mayoritas pend
kelamin paien hipertensi dengan Kusumawaty hipertensi berje
jenis kelamin (Kusumawaty, 2016) kelamin peremp
perempuan sejumlah didapatkan hasil bahwa
73% (8 orang) mayoritas penderita

10
sedangkan laki-laki Hipertensi berjenis
sejumlah 27% (3 orang) kelamin perempuan (54
orang) dibandingkan
laki-laki (58 orang)
Vital Tekanan Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 Sebagian besa
darah survey, didapatkan menyatakan prevalensi mengalami hipe
sebanyak 73% pasien hipertensi berdasarkan ringan yang da
hipertensi memiliki rata2 hasil pengukuran jumlah dicegah supaya
tekanan darah 140- kasus hipertensi di semakin naik d
159/100-110 yang Indonesia sebesar memperbaiki pe
merupakan kategori 63.309.620 orang, kesehatan seha
hipertensi ringan sedangkan angka seperti rutin min
kematian di Indonesia dan memperba
akibat hipertensi juga meningkat
sebesar 427.218 aktivitas.
kematian.
Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44
tahun (31,6%), umur 45-
54 tahun (45,3%), umur
55-64 tahun (55,2%).
3 Etnis Olahraga Hasil survey Menurut penelitian Sebagian besa
menunjukkan sebesar Sriani et al., (2016) penderita hiper
64% pasien tidak dalam jurnal “Hubungan tidak memiliki k
melakukan olahraga antara Perilaku Merokok dalam berolahr
dan sisanya sebanyak dan Kebiasaan
36% melakukan Olahraga dengan
olahraga Kejadian Hipertensi
pada Laki-Laki Usia 18-
44 Tahun” terdapat
hubungan yang
signifikan antara
kebiasaan olahraga
dengan penderita

11
hipertensi. Sebanyak
78,3% penderita
hipertensi tidak memiliki
kebiasaan olahraga.
Rutin Berdasarkan hasil Menurut Riskesdas Kebiasaan untu
minum survey didapatkan 2018, prevalensi obat hanya saa
obat sebanyak 64% pasien hipertensi sebesar keluhan saja m
hipertensi hanya minum 34,1%  diketahui bahwa masalah keseh
obat jika merasakan sebesar  8,8% masyarakat.
keluhan saja, jika tidak terdiagnosis hipertensi Seharusnya wa
mengalami keluhan dan 13,3% orang yang mendapatkan o
maka tidak minum obat terdiagnosis hipertensi hipertensi dan
tidak minum obat serta meminumnya s
32,3% tidak rutin minum rutin untuk men
obat. Hal ini prevalensi hipe
menunjukkan bahwa daerah tersebu
sebagian besar
penderita Hipertensi
tidak mengetahui bahwa
dirinya  Hipertensi
sehingga tidak
mendapatkan
pengobatan.
Prevalensi hipertensi
pada pasien yang tidak
minum obat pada usia
40 tahun keatas adalah
37,32% atau 677 dari
1814 subyek hipertensi
(Setiati & Sutrisna,
2005).
Risiko hospitalisasi, re-
hospitalisasi dan
kematian dini diantara

12
pasien hipertensi yang
tidak patuh terhadap
pengobatan lebih dari 5
kali lebih tinggi
dibandingkan dengan
pasien hipertensi yang
patuh minum obat
(American Heart
Association - American
Stroke Association,
2014).
Konsumsi Berdasarkan hasil Menurut penelitian Mayoritas pend
obat survey didaparkan Swandari Paramita et al hipertensi lebih
herbal sebanyak 73% pasien (2017) yang berjudul tidak mengkons
tidak mengkonsumsi “Pola Penggunaan Obat obat herbal
obat herbal dan 27% Bahan Alam Sebagai
mengkonsumsi obat Terapi Komplementer
herbal pada Pasien Hipertensi
di Puskesmas”
sebanyak 70.9% pasien
hipertensi
menggunakan obat
bahan alam untuk
menurunkan tekanan
darah.
Komposis Berdasarkan hasil Menurut penelitian Penderita hiper
i survey didapatkan Cerika Rismayanthi lebih banyak tid
makanan hanya 6% pasien (2009) dengan judul mengkonsumsi
yang mengkonsumsi buah “Pengaturan Gizi
dikonsum dan 90% pasien Seimbang bagi
si mengkonsumsi nasi, Penderita Hipertensi”,
sayur, dan lauk makanan seimbang
yang dapat dikonsumsi
adalah :

13
Karbohidrat : biji-bijian
Protein hewani : ikan,
ungags, daging, putih
telur, susu
rendah/bebas lemak.
Protein nabati : kacang-
kacangan dan polong-
polongan dan
olahannya
Vitamin dan mineral :
sayur, buah
4 Nilai dan Persepsi Sebanyak 82% pasien Tingkat pengetahuan Dari hasil surve
Kepercay Keparaha mengetahui bahwa terhadap potensi penderita mem
aan n hipertensi adalah bahaya pada hipertensi pengetahuan y
penyakit berbahaya adalah rendah hal ini cukup terkait ke
dibuktikan dengan hipertensi
penelitian Sinuraya dkk
(2017) yang
menyatakan bahwa
tingkat pengetahuan
pasien terhadap
komplikasi hipertensi
tidak signifikan
(p=0,833).
Penyakit Sebanyak 64% pasien Menurut penelitian Kiha Penderita mem
Kronis percaya jika hipertensi dkk (2018) kepercayaan ba
dapat disembuhkan menyebutkan bahwa hipertensi dapa
tingkat pengetahuan disembuhkan
pasien terhadap
penyakit hipertensi
rendah. Hal ini dibuktikn
dengan kepercayaan
pasien bahwa hipertensi
dapat disembuhkan.

14
Persepsi Sebanyak 82% pasien Menurut Penelitian Penderita hiper
Herediter mengatakan hipertensi Sinuraya (2017) tingkat memiliki penge
dapat diturunkan pengetahuan hipertensi yang baik meng
pasien tentang riwayat masalah hered
keluarga hipertensi hipertensi
tersebut dapat
diturunkan. Hal Ini
dibuktikan dengan nilai
P=0,543 (tidak
signifikan). Jadi banyak
yang tidak tau bahwa
penyakit hipertensi
dapat diturunkan
5 Lingkung Fasilitas Hasil survey Menurut penelitian Tidak terdapat
an fisik olahraga menunjukkan 100% Adam et al., (2018) olahraga yang
pasien mengatakan pemberdayaan disediakan untu
tidak terdapat fasilitas masyarakat sangat penderita dapa
olahraga di sekitarnya diperlukan untuk berolahraga
mengatasi masalah
kesehatan salah
satunya hipertermi.
Pemerintah harus
mempunyai peran
dalam peningkatan
kesadaran olahraga
masyarakat dengan
memperbanyak
kebijakan olahraga
seperti CFD, dan
memperbanyak sarana
prasarana seperti
pembangunan
lapangan.
6 Pelayana Frekuensi Menurut hasil survey, Menurut Kanine et al., Mayoritas pend

15
n kunjunga sebanyak 91% pasien (2018) dalam jurnal pergi ke fasilita
Kesehata n pergi ke fasilitas “Motivasi Penderita kesehatan han
n dan pemeriks kesehatan hanya saat Hipertensi di Desa Kobo merasakan kelu
Sosial aan merasakan keluhan Kecil Memanfaatkan
Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Kota
Bangun” terdapat
hubungan yang
signifikan antara
motivasi pasien
hipertensi dengan
kunjungan ke
puskesmas. Sebanyak
77,1% responden
mengunjungi
puskesmas.

16
3.2 TABEL ANALISIS DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
Data primer : Ketidakefektifan manajemen
kesehatan
- Hasil survey menunjukkan sebesar 64% pasien
tidak melakukan olahraga dan sisanya sebanyak
36% melakukan olahraga
- Berdasarkan hasil survey didapatkan sebanyak
64% pasien hipertensi hanya minum obat jika
merasakan keluhan saja, jika tidak mengalami
keluhan maka tidak minum obat
- Menurut hasil survey, sebanyak 91% pasien
pergi ke fasilitas kesehatan hanya saat
merasakan keluhan
Data primer : Defisien kesehatan komunitas

- Hasil survey menunjukkan 100% pasien


mengatakan tidak terdapat fasilitas olahraga di
sekitarnya
Data primer : Kesiapan meningkatkan
pengetahuan
- Sebanyak 82% pasien mengetahui bahwa
hipertensi adalah penyakit berbahaya
- Sebanyak 64% pasien percaya jika hipertensi
dapat disembuhkan
- Sebanyak 82% pasien mengatakan hipertensi
dapat diturunkan

17
3.3 WOC

Tidak
Konsumsi Ketidakpatuhan melakukan
garam minum obat aktivitas
berlebihan
olahraga

Gaya hidup
Riwayat hipertensi Riwayat keluarga
kurang sehat
sebelumnya terkena hipertensi

HIPERTENSI

Ketidakefektifan Defisien Kesiapan


manajemen kesehatan meningkatkan
komunitas pengetahuan

64% pasien 64% pasien 100% pasien di 82% pasien 82% pasien
tidak melakukan hipertensi wilayah Sukun mengetahui mengatakan
olahraga hanya minum mengatakan hipertensi hipertensi dapat
obat jika tidak terdapat adalah penyakit diturunkan
merasakan fasilitas yang berbahaya
keluhan olahraga

36% melakukan 91% pasien 64% pasien 18% pasien


olahraga hipertensi pergi percaya jika mengatakan
ke fasilitas hipertensi dapat hipertensi tidak
kesehatan disembuhkan dapat
hanya saat diturunkan
merasakan
keluhan

18
19
3.4 SKORING MASALAH KEPERAWATAN
Perubahan Perbaikan
Pentingnya positif untuk kualitas Peringkat
NO. Diagnosa untuk komunitas hidup jika semua Jumlah
diselesaikan jika diselesaik masalah
diselesaikan an
Ketidakefektifan 3 3 3 7 16
manajemen kesehatan
b.d.kurang
1.
pengetahuan tentang
program terapeutik

Defisien kesehatan 2 2 2 5 11
komunitas b.d. tidak
2.
tersedianya fasilitas
olahraga
Kesiapan 1 2 1 2 6
meningkatkan
pengetahuan b.d.
3. keminatan untuk
meningkatkan
pengetahuan

3.5 PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


 Diagnosis 1: Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d. kurang
pengetahuan tentang program terapeutik.
 Diagnosis 2: Defisien kesehatan komunitas b.d. tidak tersedianya fasilitas
olahraga
 Diagnosis 3: Kesiapan meningkatkan pengetahuan b.d. keminatan untuk
meningkatkan pengetahuan.

3.6 RENCANA INTERVENSI

N Diagnosa NOC NIC

20
o Keperawatan
1. Ketidakefekti 1. Prevensi primer 1. Preven
fan NOC: Pengetahuan: si primer
Manajemen Manajemen Hipertensi NIC: Pengajaran: Proses
Kesehatan Pengetahuan tentang Penyakit
Penyakit Hipertensi  Kaji tingkat
meningkat menjadi 65% pengetahuan pasien
 Tanda dan gejala terkait dengan penyakit
hipertensi hipertensi
 Modifikasi gaya hidup  Jelaskan tanda dan
(diet, olahraga) gejala dari hipertensi
 Strategi pengelolaan  Identifikasi penyebab
stress hipertensi yang dialami
 Manfaat manajemen  Identifikasi perubahan
hipertensi kondisi fisik yang
 Sumber informasi dialami pasien akibat
hipertensi hipertensi yang dialami
 Beri informasi kepada
keluarga/orang penting
bagi pasien mengenai
perkembangan pasien
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
dari hipertensi
 Edukasi pasien
mengenai tindakan
untuk mengontrol/
meminimalkan gejala
 Perkuat informasi yang
diberikan dengan
anggota tim kesehatan
2. Pencegahan Sekunder

21
NOC: Kontrol Risiko: lain, sesuai kebutuhan
Hipertensi
Kontrol Risiko Hipertensi 2. Penceg
meningkat menjadi 65% ahanSekunder
 Mencari informasi NIC: Skrining Kesehatan
terkait hipertensi  Tentukan populasi
 Mengidentifikasi faktor target untuk
risiko hipertensi pemeriksaan kesehatan
 Mengenali kemampuan  Iklankan layanan
untuk merubah perilaku skrining kesehatan
 Memonitor faktro resiko untuk meningkatkan
di lingkungan dan kesadaran masyarakat
individu  Sediakan akses yang
 Mengembangkan mudah bagi layanan
strategi untuk skrining
mengurangi stress  Berikan privasi,
 Memodifikasi gaya kerahasiaan, dan
hidup untuk kenyamanan
mengurangi resiko  Kaji riwayat kesehatan
(diet, olahraga, pola dan riwayat keluarga
hidup sehat)  Lakukan pengkajian
 Mengenali dan fisik
memonitor perubahan  Ukur tekanan darah,
status kesehatan TB/BB, lingkar perut,
 Memanfaatkan fasilitas kadar glukosa dan
kesehatan untuk kolesterol
skrining hipertensi  Berikan hasil skrining
pada masyarakat
 Beri saran kepada
pasien dengan temuan
3. Pencegahan Tersier abnormal mengenai
NOC: Manajemen diri: pilihan pengobatan atau
Hipertensi kebutuhan untuk

22
Manajemen diri hipertensi evaluasi lebih
meningkat menjadi 65% 3. Penceg
 Memonitor kesehatan ahan Tertier
dan tekanan darah NIC: Bantuan Modifikasi
 Memodifikasi gaya Diri
hidup (diet, olahraga,  Bantu klien untuk
pola hidup sehat) mengidentifikasi
 Mempertahankan target perilaku yang perlu
tekanan darah dirubah serta untuk
 Menggunakan obat- mencapai tujuan yang
obatan sesuai resep diinginkan

 Menggunakan strategi  Puji tingkat


manajemen stress pengetahuan dan

 Memantau komplikasi ketrampilan klien saat

hipertensi ini sehubungan dengan

 Memanfaatkan fasilitas keinginan untuk

kesehatan untuk berubah

mencegah komplikasi  Eksplorasi bersama


klien mengenai
rintangan yang
potensial menghambat
dilakukannya
perubahan perilaku
 Identifikasi bersama
klien mengenai strategi
paling efektif terkait
perubahan perilaku
 Jelaskan untuk selalu
memonitor diri dalam
usaha untuk merubah
perilaku
 Bantu klien untuk
merumuskan rencana

23
yang sistematis
terhadap perubahan
perilaku
 Mengidentifikasi
langkah-langkah yang
bisa diatur dan bisa
dicapai dalam waktu
tertentu
2. Defisiensi 1. Prevensi primer 1. Prevensi primer
kesehatan Kontrol Resiko NIC : Pengembangan
komunitas Komunitas: Penyakit Program
berhubungan Kronik meningkat
 Bantu kelompok atau
dengan tidak menjadi
masyarakat dalam
tersedianya 100%
mengidentifikasi
fasilitas  Penyediaan program
kebutuhan atau
olahraga pendidikan publik
masalah kesehatan
tentang penyakit kronis
yang signifikan
 Ketersediaan program
 Prioritaskan kebutuhan
pendidikan manajemen
kesehatan terhadap
penyakit kronis sendiri
masalah yang telah
 Pemantauan insiden
diidentifikasikan
penyakit kronis
 Bentuk satuan petugas
 Pemantauan prevalensi
termasuk anggota
penyakit kronis
masyarakat yang tepat
 Kepatuhan standar
untuk memeriksa
nasional untuk
prioritas masalah
pencegahan dan
 Edukasi anggota
penanganan penyakit
kelompok perencanaan
kronis
mengenai proses
perencanaan yang
sesuai
 Pilih pendekatan yang
paling tepat

24
 Kembangkan tujuan
dan sasaran untuk
mengatasi kebutuhan
atau masalah
 Jelaskan metode,
kegiatan dan kerangka
waktu untuk
implementasi

2. Prevensi sekunder 2. Prevensi sekunder


Keefektifan skrining NIC: Skrining Kesehatan
Kesehatan Komunitas  Tentukan populasi
meningkat menjadi 70% target untuk
 Identifikasi kondisi resiko dilakukannya skrining
tinggi yang umum di kesehatan
komunitas  Sediakan akses yang
 Pemilihan skrining mudah bagi layanan
difokuskan pada deteksi skrining (waktu dan
dini tempat)
 Koordinasi dengan  Instruksikan pasien
organisasi perawatan akan rasionalisasi dan
kesehatan yang tujuan pemeriksaan
menyediakan skrining kesehatan serta
 Penyediaan skrining pemantauan diri
untuk orang dewasa  Dapatkan persetujuan
 Mekanisme rujukan untuk dilakukannya
prosedur skrining
kesehatan yang sesuai
 Berikan kenyamanan
selama prosedur
skrining
 Dapatkan riwayat
kesehatan yang sesuai

25
termasuk deskripsi
kebiasaan kesehatan,
faktor resiko, dan obat-
obatan
 Lakukan pengkajian
fisik yang sesuai
 Ukur tekanan darah,
tinggi badan, berat
badan, dsb
 Berikan informasi
pemeriksaan diri yang
tepat selama skrining
 Rujuk pasien kepada
penyedia layanan
3. Prevensi tersier kesehatan, jika
Status Kesehatan diperlukan
Komunitas meningkat
menjadi 60% 3. Prevensi tersier
 Tingkat partisipasi dalam NIC : Pengembangan
program kesehatan Program
komunitas
 Identifikasi sumber daya
 Standar kesehatan
dan kendala terhadap
komunitas untuk ukuran
pelaksanaan program
dan evaluasi kesehatan
 Rencanakan evaluasi
ditetapkan
program
 Monitoring standar
 Evaluasi program terkait
kesehatan komunitas
relevansi, efisiensi dan
untuk ukuran dan
efektivitas biaya
evaluasi kesehatan
 Modifikasi dan
sempurnakan program
3. Kesiapan 1. Prevensi primer 1. Prevensi primer
meningkatka Pengetahuan mengenai NIC : Pendidikan
n manajemen hipertensi kesehatan

26
pengetahuan meningkat menjadi 75%  Bantu komunitas dalam
b.d  Penyediaan program mengidentifikasi
keminatan pendidikan publik kebutuhan atau
untuk tentang penyakit kronik masalah kesehatan
meningkatka khususnya mengenai  Prioritaskan kebutuhan
n hipertensi kesehatan terhadap
pegetahuan  Tersedianya jadwal masalah yang telah
untuk kelompok atau diidentifikasikan
masyarakat mengenai  Edukasi anggota
jadwal untuk kelompok perencanaan
pemantauan tekanan mengenai proses
darah perencanaan yang
 Memperoleh sesuai
pemeriksaan rutin  Jelaskan metode,
kegiatan, dan jadwal
untuk implementasi
 Targetkan sasaran
pada kelompok
beresiko tinggi agar
mendapat manfaat dari
pendidikan kesehatan
 Identifikasi faktor
internal dan eksternal
yang bisa meningkatkan
atau mengurangi
motivasi dalam
berperilaku sehat
 Identifikasi sumberdaya
yang diperlukan untuk
melaksanakan program

2. Prevensi sekunder 2. Prevensi sekunder


Partisipasi dalam NIC: Panduan Sistem

27
pengambilan keputusan Kesehatan
perawatan kesehatan  Kaji ulang riwayat
meningkat menjadi 65% kesehatan masa lalu
 Menggunakan strategi dan dokumentasikan
untuk mengoptimalkan bukti yang
kesehatan menunjukkan penyakit
 Menggunakan strategi medis, diagnosis
untuk mengeliminasi keperawatan serta
perilaku tidak sehat perawatannya
 Melakukan skrining  Beri ketersediaan dan
sendiri kualitas sumber-sumber
 Berperan aktif dalam seperti psikologis,
pengambilan keputusan finansial, tingkat
perawatan pendidikan, keluarga,
 Melakukan aktivitas dan masyarakat
sehari-hari sesuai  Identifikasi risiko
dengan yang biologis, lingkungan,
rekomendasikan dan perilaku yang dapat
memperberat hipertensi
 Lakukan rencana tindak
lanjut strategi dan
aktivitas yang dapat
mengurangi resiko
terjadinya hipertensi
3. Prevensi tersier 3. Prevensi tersier
Aktivitas berolahraga NIC : Peningkatan
meningkat menjadi 55% aktivitas fisik
 Mengekspresikan  Tentukan kesiapan
keinginan untuk pasien untuk
berolahraga meningkatkan aktivitas
 Membangun strategi fisik
yang efektif untuk  Bantu kelompok atau
membantu masyarakat dalam

28
berolahraga pembuatan program
 Menggunakan system yang dapat
pendukung yang meningkatkan aktivitas
sesuai dengan tujuan fisik
 Menyesuaikan gaya  Motivasi pasien untuk
hidup untuk meningkatkan aktivitas
menjalankan aktivitas fisik
olahraga  Berikan pujian terhadap
peningkatan perilaku
aktivitas fisik

29
3.7 PLAN of ACTION
Level
No/Diagnosa Strategi Waku
Pence- Program Tujuan Sasaran Indikator Intervensi Media PJ Dana
Intervensi danTempat
gahan
1. Primer Penyuluhan PENYU - Memberikan Warga  Setelah - Mengkaji Tiapminggu SAP, Ayu, 500.00
Ketidakefektif DEDIKASI pengetahua desa dilakukan tingkat ke-1 di LCD+PPT, Fira 0
an manajemen (Penyuluha n kepada tindakan pengetahuan Balai RW microphon
kesehatan b.d n Deteksi warga Kader keperawatan pasien terkait 01 e, list
kurang Dini terkait kesehatan komunitas dengan pertanyaa
pengetahuan Masyarakat hipertensi diharapkan: penyakit n, leaflet,
tentang Terhadap - Mengajari - Pengetahuan hipertensi absensi
program Hipertensi) perubahan warga terkait - Melakukan kehadiran
terapeutik gaya hidup hipertensi penyuluhan
untuk meningkat terkait
mencegah menjadi 65% hipertensi
terjadinya - Kader meliputi:
komlikasi kesehatan dapat definisi, tanda
berperan aktif gejalan,
dalam proses pencegahan,
penyuluhan penyebab,
terkait hipertensi faktor risiko,
dan
perubahan

30
fisik yang
akan dialami

Sekund Pemberday SIWALAN - Skrining Warga - Warga - Melakukan Tiapmiggu Tensimete Ali 300.00
er aan (Skrining tekanan desa mengenal pengukuran ke-1 di r, Herr 0
Awal darah kegiatan TB/BB, LP, Balai RW stetoskop, a
Hipertensi) - Pemberday Kader POSBINDU TD dengan 01 meteran,
aan kader kesehatan PTM dibantu oleh timbangan
kesehatan - Mengetahui kader BB, jam
warga yang kesehatan tangan,
mengalami - Interpretasi alat tulis,
hipertensi hasil
- Kader mampu pengukuran
mengukur faktor TB/BB, LP,
resiko (BB/TB, TD
LP, TD)
Tersier Pemberday SEGAR - Mengakji Pasien - Pasien dan - Menkaji ulang Minggu ke- Absensi, Dian, 250.00
aan (Senam ulang dengan keluarga mampu pengetahuan 4 tiap bulan list Kris 0
Cegah pengetahua hipertensi menjelaskan pasien dan di Halaman pertanyaa
Hipertensi) n pasien wilayah kembali keluarga Balai RW n, sound,
terkait Puskesma pendidikan dibantu kader mic,
pendidikan s Sukun kesehatan yang kesehatan musiksena
kesehhatan telah diterima - Mengajarkan m
yang - Pasien dan pasien
diberikan keluarga dapat melakukan

31
kadersebelu merubah gerakan-
mnya perilaku dan gerakan
- Membantu gaya hidup senam
pasien untuk hipertensi
merubah kesembuhan
perilaku pasien
untuk - Terselenggarany
kesembuha a acara senam
n hipertensi yang
penyakitnya diikuti pasien
minimal 10
orang
2. Primer Proses (KASGA- - Memberika Kader - Pengetahuan - Memberikan Tiapminggu Buku Ali 500.00
Defisienkeseh kelompok HT) n kesehatan tentang HT pengetahuan ke-1 di Panduan Fira 0
atankomunita Kader Siap pengetahu RW 01 meningkat mengenai HT Balai RW Kader HT,
sb.dtidakters Siaga HT an dan hingga 70% - Mendemonst 01 LCD+PPT,
edianyafasilit kader HT melalui post tes rasikan cara post tes
asolahraga terkait HT, - Mampu pengukuran
pengetahu melakukan faktor risiko
an, faktor pengukuran HT dan cara
risiko, - Mampu pengukuran
tanda melakukan TD
gejala, pengukuranfakt
bahaya, orrisiko HT

32
penyebab, (TB/BB, LP,
dan TD)
pencegaha
n HT
- Mendemon
strasikan
cara
pengukura
n TD

Sekund Pemberday AYO CEK - Skrining Warga Setelah - Melakukan Tiap Tensimete Alkri 500.00
er aan SERU tekanan desa dilakukan pengukuran minggu di r, s, 0
(Ayo, Ikuti darah, Kader tindakan TB/BB, Balai RW stetoskop, Nurit
Cek Tb/BB, kesehatan keperawatan Lingkar perut, 01 metline, a
Kesehatan lingkar komunitas tekanan antropome
Rutin) perut) diharapkan : darah dengan tri,
- Pemberday - Kontrol Risiko dibantu oleh timbangan
aan kader hipertensi kader BB, jam
kesehatan meningkat kesehatan tangan,
menjadi 65% - Interpretasi alat tulis,
- Wargamengenal hasil
kegiatan pengukuran
POSBINDU TB/BB, LP,
- Warga rutin TD

33
datang dalam
kegiatan
POSBINDU
- Mengetahuiwarg
a yang
mengalami HT
- Kader
mampumenguku
rfaktorresiko
(BB/TB, LP, TD)

Tersier Proses (MONAS) - Monitoring Kader - Kader - Demonstrasiu Tiapminggu Modul, Sima 700.00
kelompok Monitoring ulang Kesehatan mampumelaksa langcara ke-4 di LCD+PPT, s 0
Kader kemampuan RW 01 nakanskrining melakukan Balai RW Leaflet, Sisvi
Kesehatan kader HT sesuai pengukuran 01 Absensi
mengenai dengan TD dan faktor Kehadiran
cara panduan resikonya ,
pengukuran - Minimal 80%
faktor risiko kaderkesehatan
dan mampu
pengukuran melakukan
TD pengukuran
tekanan darah
3. Primer Penyuluhan KOMPOR - Memberikan Kelompok - Pengetahuan - Memberikan Tiap SAP, Sisvi, 500.00

34
Kesiapan GANTENG pengetahua warga warga terkait penyuluhan minggu ke- LCD+PPT, Ali 0
meningkatkan (Kelompok n kpd warga dengan hipertensi dan terkait HT 1 di Balai List
pengetahuan Orang yang hipertensi cara RW 01 pertanyaa
b.d keminatan dengan memiliki HT manajemenny n,
untuk Hipertensi) terkait a Leaflet,Ab
meningkatkan manajemen sensi
pengetahuan kesehatan Kehadiran
pada pasien
HT

Sekund Pemberday SEGAR - Mengakji Seluruh - Pasien dan - Menkaji ulang Minggu ke- Absensi, Dian, 500.00
er aan (Senam ulang warga masyarakat pengetahuan 4 tiap bulan list Faiq 0
Cegah pengetahua wilayah mampu pasien dan di Halaman pertanyaa
Hipertensi) n pasien Sukun menjelaskan masyarakat Balai RW n, sound,
masyarakat kembali dibantu kader 01 mic,
terkait pendidikan kesehatan musiksena
pendidikan kesehatan yang - Mengajak m,
kesehatan telah diterima pasien dan tensimeter
yang - Pasien masyarakat ,
diberikan masyarakat melakukan stetoskop,
kader dapat merubah gerakan- timbangan
sebelumnya perilaku dan gerakan BB,
- Membantu gaya hidup tidak senam anti mikrotoist
pasien sehat hipertensi

35
meningkatk - Terselenggarany - Melakukan
an kualitas a acara senam pemeriksaan
hidupnya anti hipertensi tekanan
yang diikuti darah dan
masyarakat dan antropometri
pasien minimal pada pasien
30 orang dan
masyarakat
Tersier Kemitraan SERASI - Membiasak Kader - Warga aktif - Follow up Tiap Fasiltas Dian, 0
(Sehat anmasyarak kesehatan berolahraga kader minggu di olahraga Fira
Tanpa at untuk Puskesmas secara rutin kesehatan Fasilitas sesuai
Hipertensi) selalu Sukun - Aktivitas mengenai Olahraga kebutuhan
memiliki olahraga keaktifan warga
gaya hidup warga warga dalam
sehat meningkat berolahraga
dengan 55% - Mengajak
berolahraga warga
- Mengkaji olahraga
rutin secara rutin
keadaan - Menciptakan
pasien kegiatan yang
melibatkan
warga untuk
berolahraga

36
37
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Hipertensi merupakan kenaikan tekanan arterialsistemik yang ditandai
dengan kenaikan curah jantung dan tahanan periferal vaskular. Berdasarkan
hasil survey di wilayah kerja Pustu Janti, didapatkan sebanyak 73% pasien
hipertensi memiliki rata2 tekanan darah 140-159/100-110 yang merupakan
kategori hipertensi ringan, kondisi ini merupakan kondisi yang masih dapat
dicegah dengan mengatur pola diet, rutin konsumsi obat, serta melakukan
olahbraga atau aktivitas.

4.2 SARAN
Diharapkan kepada Puskesmas penyelenggara Prolanis dapat
meningkatkan perawatan hipertensi melalui edukasi kesehatan, seperti
pengaturan diet hipertensi, konsumsi obat-obatan serta aktivitas dan latihan.

38
LAMPIRAN

1. SAP

a. SAP KOMPOR GANTENG

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Nama Penyuluhan /Topik : Tatalaksana hipertensi di rumah
Sub Pokok Bahasan : Tatalaksana farmakologis dan non
farmakologis
Sasaran : Kelompok warga dengan hipertensi
Waktu : Minggu/ 7 Juni 2020
Pukul 09.00-10.00
Tempat : Balai RW 01

Latar Belakang
WHO (2011) mencatat bahwa sekitar 1 milyar orang didunia
menderita hipertensi, dua per tiga diantaranya berada di negara
berkembang yang berpenghasilan menengah ke bawah.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkat, diprediksikan pada
tahun 2025, sebanyak 29% dari orang dewasa di seluruh dunia
akan menderita hipertensi.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang
berakibat peningkatan angka kesakitan dan kematian serta beban
biaya kesehatan tidak terkecuali di Indonesia. Hipertensi
merupakan faktor risiko terhadap kerusakan organ penting seperti
otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar, dan pembuluh
darah kecil atau perifer.
Riskesdas (2018) menunjukkan peningkatan prevalensi
hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta
adalah 34,1%, mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
2013 yaitu sebanyak 27,8%.
Dalam upaya menurunkan prevalensi dan insiden penyakit
kardiovaskular akibat hipertensi dibutuhkan komitmen secara

39
terus-menerus dari semua pihak yang terkait, seperti tenaga
kesehatan, pemangku kebijakan, dan peran dari masyarakat.
Oleh karena itu, selain pencegahan primer, sekunder, dan
tersier dapat dilakukan pada hipertensi. Pencegahan primer pada
kelompok hipertensi bisa dilakukan dengan cara memodifikasi
gaya hidup dan kepatuhan minum obat. Sehingga diharapkan
penderita hipertensi dapat mengalami komplikasi dan dapat
mempertahankan ambang batas normal.

Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, kelompok warga dengan
hipertensi dapat menjelaskan tentang tatalaksana hipertensi
dengan mandiri
b. Tujuan Instruksional Khusus
a. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, kelompok warga
dengan hipertensi mampu menjelaskan pengertian
hipertensi
b. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, kelompok warga
dengan hipertensi mampu menjelaskan komplikasi
hipertensi yang dapat timbul
c. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, kelompok warga
dengan hipertensi mampu melakukan tatalaksana non
farmakologis
d. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, kelompok warga
dengan hipertensi mampu melakukan tatalaksana
farmakologis

Sasaran dan Tempat Kegiatan


Sasaran : Kelompok warga dengan hipertensi
Jumlah : minimal 25 orang yang datang (75% dari
jumlah keseluruhan)

40
Tempat : Balai RW 01
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : PPT dan Leaflet

Kegiatan

No Susunan Kegiatan Kegiatan Waktu Metode Media


Kegiatan penyuluh peserta
1 Pembuka a. Menyampaikan a. Menjawab 15 Tanya -
salam kepada salam dari menit jawab
kelompok penyuluh
warga dengan b. Warga
hipertensi memperhatika
b. Melakukan n dan
perkenalan: menyimak
menyebutkan c. Warga
identitas menyetujui
c. Menjelaskan kontrak waktu
tujuan d. Perwakilan
d. Menentukan warga
kontrak waktu menyampaika
e. Menggali n pendapatnya
pengetahuan terkait
kelompok hipertensi
warga dengan
hipertensi

2 Isi a. Menjelaskan Mendengarka 25 Cerama PPT


pengertian n materi menit h
hipertensi dengan
b. Menjelaskan seksama
komplikasi
hipertensi

41
c. Menjelaskan
tatalaksana
non-
farmakologis
d. Menjelaskan
tatalaksana
farmakologis
3 Penutup a. Melakukan sesi a. Warga 20 Tanya -
tanya jawab mengajukan menit jawab
b. Melakukan pertanyaan
validasi jika masih
subjektif kurang jelas
dengan b. Perwakilan
bertanya warga
langsung menjawab
kepada evaluasi
perwakilan subjektif
warga terkait
c. Melakukan perasaannya
validasi objektif setelah
dengan dilakukan
bertanya secara penyuluhan
langsung c. Perwakilan
kepada warga
perwakilan menjawab
warga evaluasi
d. Menyimpulkan objektif terkait
materi yang pengetahuann
telah diberikan ya setelah
e. Melakukan sesi dilakukan
penutupan dan penyuluhan
kontrak waktu d. Warga
selanjutnya melakukan

42
kontrak waktu
selanjutnya

Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
 Kontrak waktu dan tempat diberikan 3 hari sebelum
acara dilaksanakan
 Pembuatan SAP dan media dikerjakan maksimal 3 hari
sebelumnya
 Penyuluh telah menyiapkan materi di PPT dan media
leaflet
 Dengan adanya media PPT dan leaflet memudahkan
penyampaian informasi kepada kelompok warga dengan
hipertensi
 Penentuan tempat yang akan digunakan dalam
penyuluhan
 Pengorganisasian penyelenggara penyuluh dilakukan
sebelum dan saat penyuluhan dilakukan
b. Evaluasi proses
 Proses penjelasan sesuai dengan kontrak waktu yang
telah disetujui
 Kelompok warga dengan hipertensi yang dapat hadir
minimal 25 orang dari jumlah keseluruhan yaitu 33 orang
(75% dari jumlah keseluruhan)
 Selama kegiatan diskusi, kelompok warga dengan
hipertensi mendengarkan apa yang disampaikan dengan
baik dan menunjukkan sikap antusias
c. Evaluasi hasil
 Kelompok warga dengan hipertensi dapat mengikuti
acara penyuluhan dari awal sampai akhir
 Acara dimulai tepat waktu dan tanpa kendala

43
 Kelompok warga dengan hipertensi mengikuti kegiatan
sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
 Kelompok warga dengan hipertensi terbukti memahami
materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat dari
kemampuan menjawab pertanyaan dengan benar

Lampiran
I. Materi/bahan ajar tatalaksana hipertensi di rumah
II. Print out media leaflet yang digunakan

Sumber Pustaka
Indonesia, P. D. H. (2019). Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi
2019. Jakarta: Indonesian Society of Hypertension.
Kemenkes, R. I. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. Online)
http://www. depkes. go. id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil% 20Riskesdas, 202018.
LESTARI, D. (2019). ANALISIS PELAKSANAAN SURVEILANS
PENYAKIT TIDAK MENULAR UNTUK MEMANTAU FAKTOR
RISIKO DAN KASUS HIPERTENSI DI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2018 (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).

LAMPIRAN I

MATERI

1. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah
individu melebihi normal. Diagnosis hipertensi ditegakkan apabila
sistol >140 mmHg atau diastole >90 mmHg pada pengukuran di
klinik atau fasilitas layanan kesehatan.
2. Komplikasi hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel
epitel tunika intima arteri yang berakibat atau merangsang

44
terjadinya aterosklerosis dan thrombus. Komplikasi hipertensi
antara lain:
a. Jantung: hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung, jantung koroner
b. Otak: stroke, infark serebri, perdarahan intracranial, dan
ensefalopati hipertensif
c. Ginjal: gagal ginjal
d. Mata: retinopati hipertensif
3. Tatalaksana hipertensi non-farmakologi
Tatalaksana hipertensi non-farmakologis salah satunya
dengan pola hidup sehat. Pola hidup sehat dapat mencegah
ataupun memperlambat awitan hipertensi dan dapat mengurangi
risiko komplikasi kardiovaskular. Pola hidup sehat juga dapat
memperlambat ataupun mencegah kebutuhan terapi obat sehingga
tidak ketergantungan. Pola hidup sehat yang dianjurkan antara lain:
a. Pembatasan konsumsi garam
Konsumsi garam yang berlebih terbukti meningkatkan
tekanan darah dan meningkatkan prevalensi hipertensi.
Rekomendasi penggunaan natrium sebaiknya tidak lebih dari 2
gram/hari atau 5-6 gram NaCl/hari atau 1 sendok teh garam
dapur per hari.
b. Perubahan pola makan
Paien hipertensi disarankan mengkonsumsi makanan yang
seimbang. Makanan seimbang yang tepat yaitu makanan yang
mengandung sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar,
susu rendah lemak, gandum, ikan, lemak tak jenuh (minyak
zaitun), dan membatasi asupan daging merah serta lemak
jenuh.
c. Menjaga berat badan ideal
Tujuan pengendalian berat badan adalah untuk mencegah
obesitas yang ditandai dengan IMT >25 kg/m 2 dan menargetkan
berat badan ideal yang ditandai dengan IMT 18,5-22,9 kg/m 2

45
dan lingkar pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada
perempuan.
d. Olahraga teratur
Olahraga aerobic teratur bermanfaat untuk mencegah dan
menurunkan risiko dan mortalitas. Olahraga teratur dengan
intensitas dan durasi ringan memiliki efek penurunan tekanan
darah lebih kecil dibandingkan dengan latihan intensitas sedang
atau tinggi. sehingga pada pasien hipertensi disarankan untuk
berolahraga setidaknya 30 menit dengan latihan aerobic
dinamik berintensitas sedang. Contohnya seperti berjalan,
jogging, bersepeda, atau berenang selama 5-7 hari perminggu
e. Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko dari penyakit
kardiovaskular dan kanker. Merokok dapat meningkatkan
tekanan darah sistolik sebanyak 4 mmHg. Nikotin dalam produk
tembakau memacu system saraf untuk melepaskan zat kimia
yang dapat menyempitkan pembuluh darah, sehingga terjadilah
hipertensi.
4. Tatalaksana hipertensi farmakologi
Strategi pengobatan yang dianjurkan adalah dengan
menggunakan terapi obat kombinasi pada sebagian besar pasien,
untuk mencapai tekanan darah sesuai target. Bila tersedia luas dan
memungkinkan, maka dapat diberikan dalam bentuk pil tunggal
berkombinasi dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan. Selain itu, ada 6 benar dalam pengobatan
agar terapi farmakologi berhasil sesuai target, yaitu:
a. Benar pasien: obat diminum oleh pasien dan tidak boleh
diwakilkan ke orang lain
b. Benar obat: mengecek label obat
c. Benar dosis: mengecek dosis sesuai dengan anjuran tenaga
kesehatan

46
aTM
Iin
JA
gO
G
U
N
jlK
L12
5
4
3
2
1
d. Benar cara: mengecek cara pemberian pada label/kemasan
obat
e. Benar waktu: mengecek tanggal kadaluarsa dan memberikan
sesuai jam yang telah ditentukan
f. Benar dokumentasi: memberikan tanda centang pada lembar
kepatuhan minum obat hipertensi

LAMPIRAN II
MEDIA LEAFLET

OLEH:

KELOMPOK 2

PSIK 17 REG 1
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana
tekanan darah individu >140/90 mmHg.

47
b. SAP PENYU DEDIKASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Hipertensi
Judul : “Mari Cegah Hipertensi dengan Deteksi Dini”
Sasaran : Seluruh warga desa dan kader kesehatan
Tempat : Balai Desa
Hari/Tanggal : Minggu, 18 April 2020
Pukul : 09.00 – 09.30 WIB
Alokasi Waktu : 30 menit
Pertemuan ke : Satu (1)
Pelaksana : Semua Anggota Tim

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih
dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala,
sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu
dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala
(Sidabutar, 2009).
Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan
perbandingan 50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung
meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012).Menurut Riset Kesehatan
Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2004 sekitar
14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada tahun 2008 meningkat
menjadi 16-18%.

Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk


dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak
terjadi komplikasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar penderita hipertensi

48
memiliki pengetahuan yang rendah. Penderita masih tetap mengkonsumsi
garam berlebih, kebiasaan minum kopi merupakan contoh bagaimana
kebiasaan yang salah tetap dilaksanakan. Pengetahuan yang kurang dan
kebiasaan yang masih kurang tepat pada penderita hipertensi dapat
mempengaruhi motivasi dalam berobat.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan seluruh masyarakatdapat
meningkat pengetahuan dan kesadaran terhadap pentingnya “Deteksi
Dini Terhadap Hipertensi” sebagai bentuk perubahan pola hidup sehat
yang optimal.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan masyarakat dapat:
a. Memahamidefinisi hipertensi
b. Memahami klasifikasi hipertensi
c. Memahami faktor risiko hipertensi
d. Memahami tanda dan gejala hipertensi
e. Memahamicara pencegahan hipertensi
C. SASARAN
Seluruh masyarakat desa dan kader kesehatan.
D. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi
E. MEDIA
a. PPT
b. Leaflet
c. Kuesioner
F. RANCANGAN PELAKSANAAN
Seorang Penyaji menyampaikan materi dalam satu ruangan terbuka di
balai desa
G. MATERI
a. Definisi hipertensi
b. Kalsifikasi hipertensi

49
c. Faktor risiko hipertensi
d. Tanda dan gejala hipertensi
e. Cara pencegahan hipertensi

H. PROSES KEGIATAN
Kegiatan Waktu Uraian Kegiatan Kegiatan Peserta
Pembukaan 5’ 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam
salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan 3. Memperhatikan
diri 4. Menjawab
3. Menjelaskan pertanyaan
kontrak waktu dan secara lisan
tujuan penyuluhan
4. Menjelaskan
mekanisme
kegiatan yang akan
dilaksanakan.
5. Mengkaji
pengetahuan
masyarakat
Pelaksanaan 15' 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan
definisi hipertensi materi yang
2. Menjelaskan disampaikan
klasifikasi 2. Menanyakan
hipertensi hal-hal yang
3. Menjelaskan faktor kurang jelas
risiko hipertensi
4. Menjelaskan tanda
dan gejala
hipertensi
5. Menjelaskan cara
pencegahan
hipertensi
Tanya-Jawab 5' 1. Memberikan 1. Bertanya terkait

50
kesempatan hal-hal yang
kepada peserta belum
untuk bertanya dimengerti
2. Menjawab
pertanyaan peserta
Evaluasi 5’ 1. Melakukan tanya 1. Menjawab
jawab singkat pertanyaan
secara lisan secara lisan
seputar materi 2. Mengisi lembar
yang telah kuisioner
disampaikan 3. Menjawab salam
2. Mempersilahkan
peserta mengisi
lembar kuisioner
3. Memberikan
kesimpulan dari
kegiatan
penyuluhan
4. Mengucapkan
terima kasih
5. Mengucapkan
salam

I. MEKANISME KEGIATAN
1. Leaflet dibagikan bersama konsumsi yang diberikan setelah mengisi daftar
hadir di meja registrasi.
2. Peserta yang memiliki pertanyaan dapat mengajukan pertanyaan selama
sesi tanya jawab dengan cara mengangkat tangan terlebih dahulu.
3. Bila masih ada pertanyaan ketika kontrak waktu tanya jawab telah habis,
maka pertanyaan dapat ditulis pada selembar kertas.
J. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi struktur
1. Pesertahadir di tempat penyuluhanpada saat pendidikan
kesehatan.

51
2. Peserta bersedia berada di dalam ruangan saat kegiatan
penyuluhan berlangsung hingga selesai.
3. Pelaksaan dilakukan sesuai dengan kontrak waktu dan tempat
pelaksanaan kegiatan yang telah ditentukan.
4. Pembuatan SAP dan media pendidikan kesehatan maksimal 1 haru
sebelum kegiatan dilaksankan.
5. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai SAP (Satuan Acara
Penyuluhan).
b. Evaluasi proses
1. Peserta antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan dan
aktif bertanya apabila ada yang dianggap kurang mengerti.
2. Peserta antusias menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penyuluh.
c. Evaluasi hasil
1. Peserta dapat mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga
akhir.
2. Peserta dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh
penyaji secara serentak.
3. 80% materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta
(berdasarkan pertanyaan yang diajukan penyuluh kepada peserta).
4. 80% peserta berpartisipasi aktif saat dilakukan tanya jawab.
5. Kegiatan penyuluhan dimulai tepat waktu tanpa adanya kendala.

K. MATERI (Terlampir)

L. DAFTAR PUSTAKA
Muhadi. 2016. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien
Hipertensi Dewasa. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. CKD-236 Vol. 43 No.1

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi Teakanan Darah Tinggi. Yogyakarta.


Kanisius

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Teknis


Penemuan dan Penatalaksanaan Hipertensi. Tesedia dalam:

52
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Pedoman-Teknis-
Penemuan-dan-Tatalaksana-Hipertensi.pdf (diakses pada bulan
Oktober 2016)

M. LAMPIRAN
Lampiran I. Materi
Lampiran II. Leaflet
Lampiran III. Kuisioner
Lampiran I. Materi
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg (Joint National Commite on Prevention Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure VII/ JNC-VII, 2003).
B. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu :
1. Hipertensi essensial atau primer yang tidak diketahui penyebabnya
(90%).
2. Hiperetensis ekunder yang penyebabnya ditentukan (10%), anatara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit adrenal (hiperaldosteronisme), dll.

Tabel klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII 2003


Kategori TDS (mmHg) dan/atau TDD (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Pre hipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi tingkat 1 140 – 159 Atau 90 -99
Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi Sistolik ≥ 140 <90
Dan
Terisolasi

C. Faktor Risiko
Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

53
Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat
diubah, anatara lain : umur, jenis kelamin dan genetik.
a. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan ebrtambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Menurut
Riskesdas 2007 pada kelompok umur > 55 tahun prevalensi
hipertensi mencapai 55%.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh pda terjadinya hipertensi. Pria mempunyai
risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami peningktana tekana
darah sistolik dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut terjadi
karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
meningkatkan tekanan darah. Namun setelah memasuki menopause,
prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung meningkat akibat
faktor hormonal.
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
juga meningkatkan risiko hipertensi, terutama hipertensi primer.
Tentunya faktor lingkungan lain ikut berperan. Faktor genetik juga
ebrkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin
membran sel.
2. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidaksehat dari penderita
hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi garam
berlebih, kurang aktifitas fisik, berat badan berlebih/ kegemukan,
konsumsi alkohol, dislipidemia dan stress.
D. Tanda gejala
 Sakit kepala parah
 Pusing
 Penglihatan buram
 Mual
 Telinga berdenging
 Kebingungan

54
 Detak jantung tak teratur
 Kelelahan
 Nyeri dada
 Sulit bernapas
 Darah dalam urin
 Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga
E. Cara pencegahan hipertensi
- Mengurangi konsumsi garam
- Menghindari kegemukan (obesitas)
- Membatasi konsumsi lemak
- Olahraga teratur
- Makan banyak buah dan sayuran segar
- Tidak merokok dan tidak minum alkohol
- Latihan relaksasi atau meditasi
- Berusaha membina hidup yang positif

55
LAMPIRAN II. MEDIA LEAFLET

Lampiran III. Kuesioner

KUISIONERPENYU DEDIKASI
(Penyuluhan Deteksi Dini Masyarakat Terhadap
Hipertensi)
2020

Apakah menurut Anda acara ini bermanfaat? (Ya/Tidak)


Alasan : …………………………………………………..
……………………………………………………………
Apakah acara ini perlu diadakan lagi?
(Ya/Tidak)
Alasan : …………………………………………………..
……………………………………………………………
Kritik : …………………………………………………...
………………………………………………………….... 56
Saran : ……………………………………………………
……………………………………………………………
2. DAFTAR HADIR

DAFTAR HADIR PESERTA

Jenis Kegiatan : Penanggung Jawab:


Hari, Tanggal :
Waktu :
Tempat :

No. Nama Lengkap Alamat TTD

57
3. DOKUMENTASI

58
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Q. H. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan Wonosari


Melalui Olahraga. Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk
Pemberdayaan, 18(1), 111-128.

American Heart Association - American Stroke Association (2014). FACT


SHEET: A Tough Pill to Swallow: Medication Adherence and Heart
Disease. Advocacy Department, Washington, DC.
www.heart.org.Artanti, Asri. 2019. Gambaran Kepatuhan Perawatan
Hipertensi Peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)
di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang dan Karanganyar.

Asmaravan, B. A. (2018). PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI di
Dusun 4, Desa Demangan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-hipertensi-dunia-2019-
know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik

Kiha, R. R., Palimbong, S., & Kurniasari, M. D. (2018). Keefektifan Diet Rendah
Garam I Pada Makanan Biasa Dan Lunak Terhadap Lama Kesembuhan
Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 3(1).

Kusumawaty, J., dkk. (2016). Hubungan Jenis Kelamin Dengan Intensitas


Hipertensi Pada Lansia di Wilayah Kerjan Puskesmas Lakbok
Kabupaten Ciamis. 16(2), 46-51.

Mayo Clinic. 2018. Hypertension. https://www.mayoclinic.org/diseases-


conditions/high-blood-pressure/symptoms-causes/syc-20373410.
Diakses pada 4 April 2020 pukul 16.00

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018

Setiati S., Sutrisna B. Prevalence of Hypertension without Anti- hypertensive


Medications and Its Association with Social Demographic Characteristics

59
Among 40 Years and Above Adult Population in Indonesia. Vol 37. 1. 20-
25....

Sinuraya, R. K., Siagian, B. J., Taufik, A., Destiani, D. P., Puspitasari, I. M.,
Lestari, K., & Diantini, A. (2017). Pengukuran tingkat pengetahuan
tentang hipertensi pada pasien hipertensi di kota bandung: sebuah studi
pendahuluan. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Fakultas Farmasi
Universitas Padjajaran Sumedang.

Wahyu, W., et al. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia : bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Keluarga-dan-Komunitas-
Komprehensif.pdf diakses pada 6 April 2020.

60

Anda mungkin juga menyukai