Anda di halaman 1dari 30

Bab I

Pendahuluan

A. Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya kesehatan bersumber
Daya Manusia (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Yang
paling utama adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi (Depkes RI, 2006, p:11). Sasaran penyelenggaraan posyandu meliputi
bayi usia kurang dari 1 tahun , anak balita usia 1 – 5 tahun, ibu hamil, ibu
menyusui , ibu nifas,dan wanita usia subur.
B. Kegiatan Pelayanan yang dilakukan
1. Kegiatan Utama (KIA/KB, Imunisasi, Gizi, Pencegahan &
Penaggulangan diare)
a. Pengendalian penyakit menular

Selama ini kegiatan yang sering adalah melakukan pengobatan


kepada pasien yang mempunyai penyakit menular jika memang
sangat perawat akan melakukan pengobatan dengan mendatangi
rumahnya contohnya pada penderita TBC. Kegiatan lainnya,
misalnya ada kejadian luar biasa perawat komunitas akan segera
mengkaji secara lengkap, melakukan rujukan untuk pemeriksaan
lebih lanjut dan melaporkan kepada pemerintah.

2. Kegiatan Pengembangan (Bina Kelg Balita, Bina Kelg Lansia)


a. Posyandu Balita

Dilakukan setiap satu bulan sekali. Pada kegiatan ini hampir sama
dengan kegiatan posyandu lansia, perawat hanya menjadi Pembina
dan memandirikan kader-kader. Kegiatan yang diakukan di posyandu
balita antara lain; penimbangan balita, pemberian imunisasi (vitamin),
dan penyuluhan gizi.
b. Posyandu Lansia

Kegiatan ini diwujudkan dengan diadakannnya posyandu lanjut usia


yang menjadi lingkup tanggung jawab puskesmas Tambakaji. Dalam
posyandu ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
penimbangan, pengukuran tensi darah, pengukuran GDS. Pada
kegiatan posyandu ini, perawat yang terlibat hanya berusaha
memandirikan kedernya dan untuk kegiatan selanjutnya perawat
hanya akan membimbing dan membantu pada tiap pelakasanaan
kegiatannya.
C. Manfaat Posyandu
1. Bagi Masyarakat
 Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB.
 Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan
masalah
kesehatan terutama terkait Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
 Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan
sektor terkait.
2. Bagi Kader
 Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang
terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
 Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membentuk
masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan terkait
dengan penurunan AKI dan AKB.
D. Penyelenggaraan Posyandu
3. Pengelola
Ketua : Hj. Siti Chotidjah
Sekretaris : Sugi Lestari
Bendahara: Subadi
Anggota : Kasiyati
Tutik
Arman
Imron
4. Waktu dan Lokasi
Waktu : dilaksanakan sebulan sekali pada minggu ketiga
Lokasi : Jl. Arum Manis II RT 03 RW 02 Tambakaji Ngaliyan

E. Peran Kader
1. Sebelum Pelaksanaan Posyandu
Bertugas mendaftar bayi atau balita, yaitu menuliskan nama balita
pada KMS dan secarik kertas yang disalipkan pada KMS
2. Saat Pelaksanaan
Menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil penimbangan pada
secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS. mengisi KMS atau
memindahkan
catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam
KMS anak tersebut
3. Sesudah Pelaksanaan
Membagikan Makanan Tambahan (PMT) seperti roti, kacang hijau
tanpa santan kepada bayi/balita. menjelaskan data KMS atau
keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang
digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang
bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu
dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil
pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.

F. Kejadian Wabah/yang menyedot perhatian warga dan penanganannya


Kejadian wabah yang menyedot perhatian warga adalah DB (Demam
Berdarah).
Di daerah binaan posyandu Arum Manis II belum pernah ada wabah yang
menyedot perhatian warga seperti wabah demam berdarah, chikungunya,
atau diare. Upaya pencegahan yang dilakukan antara lain penyuluhan
tentang program 3M+, pemberian bubuk abate untuk masyarakat,dan
pemberian oralit. Namun belum ada program penyuluhan secara rutin
sebagai upaya pencegahan wabah penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Posyandu
a. Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya kesehatan bersumber
Daya Manusia (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Yang
paling utama adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi (Depkes RI, 2006, p:11).
b. Tujuan
Menurut Depkes (2006, p:12) tujuan diselenggarakan posyandu adalah :
Tujuan Posyandu :
1) Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarakat.
2) Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan tentang penurunan AKI dan
AKB.
3) Mempercepat penerimaan NKKBs.
4) Meningkatnya peran lintas sektoral dalam penyelenggaraan
posyandu, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

5) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang


berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
c. Sasaran
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya adalah bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui dan pasangan usia
subur.
d. Fungsi
Fungsi posyandu menurut Depkes RI (2006, p:13) adalah :
1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
e. Manfaat
Manfaat posyandu berbeda-beda tergantung dari mana sisi kita melihat
menurut Depkes RI (2006, p:14-15) adalah :
1) Bagi Masyarakat
a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI
dan AKB.
b) Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
c) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan
sektor terkait.
2) Bagi kader, pengurus posyandu dan tokoh masyarakat
a) Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait
dengan penurunan AKI dan AKB.
b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membentuk masyarakat
dalam menyelesaikan masalh kesehatan terkait dengan penurunan
AKI dan AKB.
3) Bagi Puskesmas

a) Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak


pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
b) Dalam lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
c) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian
pelayanan secara terpadu.
4) Bagi sektor lain

a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan


,masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya
penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.
b) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor.
f. Kegiatan Posyandu

Kegiatan posyandu meliputi Panca Krida Posyandu dan Sapta Krida


Posyandu. Kegiatan ini tergantung dari kesiapan masing-masing wilayah
(Niken, 2009, p: 144).
1) Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) meliputi:

a) Kesehatan ibu dan anak

b) Keluarga berencana

c) Imunisasi

d) Peningkatan gizi

e) Penanggulangan diare

2) Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) meliputi:

a) Kesehatan ibu dan anak

b) Keluarga berencana

c) Imunisasi

d) Peningkatan gizi

e) Penanggulangan diare

f) Sanitasi dasar

g) Penyediaan obat esensial

Pada saat ini dikenal beberapa kegiatan tambahan posyandu yang


telah diselenggarakan antara lain :
a. Bina Keluarga Balita (BKB)

b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)

c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar


Biasa (KLB), misalnya: ISPA, demam berdarah, gizi buruk, polio,
campak, difteri, pertusis, tetanus neonatorum.
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)

e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)

f. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-


PLP)

g. Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan


pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
h. Desa Siaga

i. Pos Malaria Desa (Polmades)

j. Kegiatan ekonomi produktif, seperti Usaha Peningkatan pendapatan


Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
k. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan masyarakat (Tabumas).

g. Lokasi

Menurut Niken (2009, p:148) lokasi atau letak posyandu:

1) Posyandu berada di tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.

3) Dapat merupakan lokasi tersendiri.

4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksankan di rumah penduduk, balai


rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
h. Pembentukan

Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk


mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama KIA, KB, Imunisasi, Gizi
dan penanggulangan diare kepada masyarakat. Satu posyandu melayani
sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan tertentu seperti geografis, dan atau
jumlah balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI,
2006, p:21).
Menurut Niken (2009, p:146), syarat-syarat untuk mendirikan Posyandu di
suatu daerah adalah :
1) Minimal terdapat 100 balita dalam 1 RW.

2) Terdiri dari 120 kepala keluarga di wilayah tersebut.

3) Disesuaikan kemampuan petugas (bidan desa).

4) Jarak antara kelompok rumah, jumlah kepala keluarga dalam 1 tempat/


kelompok tidak terlalu jauh.
i. Penyelenggaraan Posyandu

Kegiatan posyandu diselenggarakan dalam sebulan selama kurang lebih 3


jam pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh
masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan Posyandu dapat
dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai desa,
tempat pertemuan RT atau ditempat khusus yang dibangun masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan posyandu terdiri dari 5 progran utama yaitu KIA,
KB, Imunisasi, Gizi, dan penanggulangan Diare yang dilakukan dengan
”Sistem lima Meja” antara lain :
Meja I : Pendaftaran

Meja II : Penimbangan bayi dan Balita

Meja III : Pengisian KMS (Kartu Menuju


Sehat) Meja IV : Penyuluhan peorangan
meliputi :
a. Mengenai balita berdasar hasil penimbangan berat
badannya naik atau tidak naik, diikuti dengan pemberian
makanan tambahan, oralit dan vitamin A.
b. Terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi diikuti dengan
pemberian tablet besi.
c. Terhadap PUS agar menjadi peserta KB mandiri.

Meja V : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA,


Imunisasi dan pengobatan serta pelayanan lain sesuai dengan
kebutuhan setempat.
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk
meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan,
perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Depkes RI, 2006).

j. Tingkatan Posyandu

Indikator pemberdayaan masyarakat adalah tumbuh dan berkembangya


berbagai bentuk UKBM, khususnya posyandu. Menurut Depdagri (2002),
semua bentuk UKBM diharapkan mengembangkan indikator untuk
menentukan tingkatan perkembangan dari terendah sampai tertinggi sebagai
berikut :
1) Posyandu Pratama

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang belum masih mantap,


kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
Keadaan ini dinilai gawat, sehingga intervensinya adalah pelatihan kader
ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan
dasar lagi.
2) Posyandu Madya
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau
lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti kelestarian
kegiatan posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.
3) Posyandu Purnama

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih


dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan
cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari
50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana
sehat yang masih sederhana.
4) Posyandu Mandiri

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,


cakupan 5 (lima) program utama sudah bagus, ada program tambahan
dan dana sehat telah menjangkau lebih 50% KK.
Menurut Depkes RI (2006, p:57), indikator tingkat perkembangan posyandu
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Perkembangan Posyandu

Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri


Jumlah Kader <5 ≥ 5 atau lebih
<8
Frekuensi Timbang 8 kali atau lebih / tahun
kali/tahun
Cakupan KIA < 50% > 50%
Cakupan KB < 50% > 50%
Cakupan Imunisasi < 50% > 50%
Cakupan D/S < 50% > 50%
Program Tambahan (-) > 50%
Cakupan Dana < 50% > 50%
Sehat

Menurut Sembering (2004) sebagai keberhasilan posyandu tergambar


melalui cakupan SKDN, yaitu :
S : Semua balita di wilayah kerja posyandu
K: Balita yang ditimbang
D: Semua balita yang memiliki KMS
N: Balita yang naik berat badannya
Keberhasilan posyandu berdasarkan
:
D/S : Baik/ kurangnya peran serta
masyarakat N/D : berhasil tidaknya
program posyandu
Jenis indikator yang digunakan untuk setiap program disesuaikan dengan
prioritas program tersebut. Apabila prioritas program imunisasi di suatu
daerah adalah campak, maka indikator cakupan imunisasi yang digunakan
adalah cakupan imunisasi campak. Apabila prioritas program KIA adalah
kunjungan antenatal pertama (K1) maka indikator cakupan KIA yang
digunakan adalah cakupan K1.
k. Kendala-kendala Dalam Pelaksanaan Posyandu

Dalam pelaksanaanya, posyandu banyak mengalami kendala dan


kegagalan walaupun ada juga yang berhasil. Kegagalan dan kendala tersebut
disebabkan antara lain adalah sebagai berikut:
1) Kurangnya kader

2) Banyak terjadi angka putus (drop-out) kader


3) Kepasifan dari pengurus posyandu karena belum adanya pembentukan
atau

resuffle pengurus baru dari kegiatan tersebut

4) Keterampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)

5) Sistem pencatatan buku register tidak lengkap atau kurang lengkap

6) Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak didukung dengan anggaran rutin

7) Tempat pelaksanaan posyandu kurang representatif (di kelurahan,


polindes, atau gedung PKK), sehingga tidak memungkinkan menyediakan
tempat bermain bagi balita.
8) Ketepatan jam buka posyandu

9) Kebersihan tempat pelaksanaan posyandu

10) Kurangnya kelengkapan untuk pelaksanaan KIE

11) Kurangnya kelengkapan alat ukur dan timbangan

12) Kader posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti dengan pelatihan


atau

retraining sehingga kemampuan para kader yang aktif tidak memadai.

13) Kemampuan kader posyandu dalam melakukan konseling dan penyuluhan


gizi sangat kurang, sehingga aktifitas pendidikan gizi menjadi macet.
14) Penurunan kapabilitas puskesmas sejak krisis ekonomi dan reformasi
sehingga kemampuan membina dan memberikan fasilitas teknis kepada
posyandu melemah (menurun)
15) Dana operasional posyandu sangat menurun dan sarana operasional
posyandu banyak yang rusak atau tak layak pakai
16) Dukungan para stakeholder di tingkat daerah dalam kegiatan posyandu
belum bermakna sehingga belum dapat mengangkat kembali kegiatan
posyandu
17) Posyandu hanyalah menjadi tempat masyarakat mengharapkan
pemerintah, dan akan kehilangan partisipasi manakala pemerintah sudah
tidak terlibat lagi.
18) Fungsi manajemen belum berjalan dengan baik

19) Sarana dan peralatan yang ada di puskesmas dan posyandu masih
kurang

20) Dana yang digunakan puskesmas untuk kegiatan posyandu sangat minim
sekali

2. Kader Posyandu

a. Pengertian

Kader adalah seorang tenaga sukareka yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan
(Cahyo, 2010, p:10).
Seorang warga masyarakat dapat diangkat menjadi seorang kader
Posyandu apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Dapat membaca dan menulis

2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan

3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat

4) Mempunyai waktu yang cukup

5) Bertempat tinggal di wilayah posyandu

6) Berpenampilan ramah dan simpatik


7) Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu.

b. Peran dan Fungsi Kader

Menurut Niken (2009, p:130), peran dan fungsi kader sebagai pelaku
penggerakan masyarakat :
1) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

2) Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa

3) Upaya penyehatan lingkungan

4) Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak balita

5) Pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi)

c. Tugas Kader Posyandu

Adapun tugas kader posyandu secara garis besar adalah sebagai berikut :

1) Melakukan kegiatan bulanan posyandu

a) Mempersiapkan pelaksanaan posyandu

(1) Tugas-tugas kader posyandu pada saat persiapan hari buka


posyandu, meliputi :
(a) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi,
KMS, alat peraga, LILA, alat pengukur, obat-obat yang
dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan/materi
penyuluhan.
(b) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu
memberitahu ibu-ibu untuk datang ke posyandu.
(c) Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana
kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk
memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka
posyandu.
(d) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian
tugas diantara kader posyandu baik untuk persiapan maupun
pelaksanaan kegiatan.
(2) Tugas kader pada kegiatan bulanan posyandu

(a) Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan
tugas pelayanan 5 meja , meliputi :
1. Meja 1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau balita, yaitu
menuliskan nama balita padda KMS dan secarik kertas yang
disalipkan pada KMS dan mendaftar ibu hamil, yaitu
menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau Register Ibu
Hamil.
2. Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan
mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan
dipindahkan pada KMS.
3. Meja 3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau
memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari
secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
4. Meja 4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan
anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang
digamabrkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak
yangbersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada
setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau
dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami
sasaran.
5. Meja 5, yaitu merupakan kegiatan pelayanan sektor yang
biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL,
dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan antara lain :
pelayanan
Imunisasi, Pelayanan keluarga Berencana, pengobatan
Pemberian Pil penambah darah (zat besi), vitamin A, dan
obat- obatan lainnya.
(b) Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu

Tugas-tugas kader setelah hari buka posyandu, meliputi :

1. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu menuju Sehat


(KMS) ke dalam buku register atau buku bantu kader.
2. Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan
kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya. Kegiatan
diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu
yang rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma).
3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan)
merupakan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke
posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
2) Melakukan kegiatan diluar posyandu :

a) Melaksanakan kunjungan rumah

(1) Setelah kegiatan di dalam posyandu selesai, rumah ibu-ibu yang


akan dikunjungi ditentukan bersama.
(2) Tentukan keluarga yang akan dikunjungi oleh masing-masing
kader. Sebaiknya diajak pula beberapa ibu untuk kunjungan rumah.

(3) Mereka yang perlu dikunjungi adalah :


(a) Ibu yang anak balitanya tidak hadir 2 (dua) bulan berturut-turut
di posyandu.
(b) Ibu yang anak balitanya belum mendapat kapsul vitamin.

(c) Berat badannya tidak naik 2(dua) bulan nbrturut-turut.

(d) Berat badanya di bawah garis merah KMS.

(e) Sasaran posyandu yang sakit.

(f) Ibu hamil yang tidak mengahidri kegiatan posyandu 2 (dua)


bulan berturut-turut.
(g) Ibu hamil yang bulan lalu dikirim atau dirujuk kepuskesmas.

(h) Ibu yang mengalami kesulitan menyusui anaknya.

(i) Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul
iodium

(j) Balita yang terlalu gemuk.

b) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam


kegiatan posyandu
(1) Langsung ketengah masyarakat

(2) Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat

c) Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan, dan


berbagai uasha kesehatan masyarakat.
3) Melakukan kegiatan bulanan posyandu :

a) Mempersiapkan pelaksanaan posyandu


(1) Sehari sebelum pelaksanaan posyandu, kader memberikan
informasi kepada seluruh peserta posyandu mengenai kegiatan
yang akan dilaksankan di posyandu.
(2) Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan. Bila ada alat ayang
belum tersedia, dapat diusahakan dengan meminjam, meminta
bantuan pada petugas kesehatan atau bila mingkin membuat
sendiri.
(3) Membagi tugas diantara para kader, dan bila perlu dapat
menyertakan ibu-ibu yang lain.
b) Kegiatan bulanan posyandu

c) Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu

(1) Mencatat seluruh hasil kegiatan posyandu

(2) Membahas kegiatan-kegiatan posyandu lainnya.

(3) Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan


berikutnya (Cahyo, 2010,p:19-23).
d. Kader Aktif dan Kurang Aktif

Kader posyandu adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau
bekerja sama secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup
menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan posyandu. Selain
itu kader merupakan penggerak dalam masyarakat khususnya dalam
membantu atau mendukung keberhasilan pemerintah dibidang kesehatan
yang tidak mengharapkan imbalan berupa gaji dari pemerintah melainkan
bekerja secara sukarela.
1) Kader Aktif

Kader aktif adalah anggota masyarakat yang dipilih oleh masyarakat


setempat, mau dan mampu bekerja secara sukarela mengikuti kegiatan
posyandu dalam setiap bulan secara berturut-turut serta mengadakan
kontak dengan puskesmas atau aparatnya.
Salah satu indikator untuk menentukan bentuk peran serta kader
dalam pelaksanaan posyandu, frekuensi penimbangan pertahun.
Seharusnya posyandu diselenggarakan setiap bulan. Jadi selama satu
tahun ada 12 kali penimbangan. Frekuensi kurang dari 8 dianggap
rawan, sedangkan frekuensi lebih dari 8 dianggap sudah cukup mapan.
Kehadiran kader saat pelaksanaan posyandu sangat menentukan
kelancaran posyandu (Warta Posyandu, 2002, p: 6).
Kader sebagai motivator, sehingga kehadirannya dalam kegiatan
posyandu sangatlah penting, diharapkan dalam setiap bulan mengikuti
kegiatan minimal 8 kali dalam satu tahun (Budiono, 2000).
2) Kader Kurang Aktif

Kader kurang aktif menurut Suratiyah (2002) bisa disebabkan oleh


berbagai alasan antara lain :
(1) Sakit, baik yang bersangkutan sendiri, maupun salah satu anggota
keluarga yang sakit agak lama sehingga memerlukan perhatian dan
perawatannya.
(2) Repot, baik dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga maupun
mencari nafkah.
(3) Usia, merasa telah tua dan tidak mampu mengikuti perkembangan
jaman.

(4) Sedang hamil atau sedang mempunyai bayi yang belum dapat
ditinggalkan.
Mengingat kegiatan posyandu meliputi 5 meja dimulai dari meja 1
hingga meja 5, yaitu tenaga pelaksana dari meja 1 sampai dengan
meja 4 adalah
kaderr, maka dibutuhkan 5 orang kader aktif setiap bulannya untuk
melaksanakan kegiatan posyandu hal ini sesuai dengan pedoman teknis
posyandu yang mensyaratkan jumlah kader aktif dari 5 orang per
posyandu. Maka dapat menggangu kelancaran kegiatan posyandu.
e. Partisipasi kader dalam kegiatan posyandu

Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan


kelompok masyarakat atau pemerintah (Depkes RI, 1989:37).
Peran kader secara umum yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan
kesehatan bersama dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat
sedangkan peran kader secara khusus terdapat beberapa tahap yang meliputi
:
1) Tahap persiapan

Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan


bersama-sama masyarakat merencanakan kegiatan pelaksanaan kegiatan
ditingkat desa.

2) Tahap pelaksanaan

Melaksanakan penyuluhan kesehatan terpadu, mengelola kegiatan UKBM.

3) Tahap pembinaan

Menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan dasawisma untuk


membahas perkembangan program dan masalah yang dihadapi
keluarga, melakukan kunjungan kerumah pada keluarga binaannya,
membina kemapuan diri
melalui pertukaran pengalaman antar kader (Dinkes Propinsi Dati 1
Jateng, 1999: 5-6).

Partisipasi kader didalam suatu kegiatan posyandu dapat dibagi dalam


beberapa tingkat :
1) Pemakai atau pengguna

Pelaksanaan kegiatan posyandu memerlukan alat-alat yang diperlukan


seperti alat penimbangan, sehingga dalam hal ini kader mempunyai hak
untuk menggunakan alat tersebut saat melakukan penimbangan balita.
2) Pelaksana

Pelaksanaan kegiatan posyandu ada sebagian kader yang ikut membantu


dalam kegiatan posyandu (seperti penimbangan) tetapi tidak bersedia ikut
dalam kegiatan lainnya, seperti pertemuan kegiatan posyandu. Kader
seperti ini sudah berpartisipasi tetapi dalam peningkatan pelaksana.

3) Pengelola

Tingkat partisipasi yang dilakukan sudah lebih tinggi lagi karena yang
bersangkutan ikut akatif dalam berbagai kegiatan bukan hanya dalam
pelaksanaan tetapi juga hal-hal lain yang bersifat pengelolaan, seperti
merencanakan kegiatan dan pelaporan, pertemuan kaader dan
sebagainya.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader

1) Faktor dari masyarakat pada umumnya dipengaruhi oleh :

a) Manfaat kegiatan yang dilakukan


Jika kegiatan yang diselenggarakan memberikan manfaat yang nyata
dan jelas bagi kader maka kesediaan kader untuk berpartisipasi lebih
besar.
b) Adanya kesempatan untuk berperan serta

Kesediaan berpartisipasi juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan


atau ajakan untuk berpartisipasi dan kader melihat bahwa memang
ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan itu.
c) Memiliki keterampilan tertentu yang bisa disumbangkan

Jika kegiatan yang dilaksanakan membuktikan orang-orang memiliki


keterampilan tertentu, maka hal ini akan menarik bagi oarang-orang
yang memiliki keterampilan tersebut.

d) Rasa memiliki

Rasa memiliki suatu kegiatan akan tumbuh jika sejak awal kegiatan
masyarakat sudah diikutsertakan. Jika rasa memiliki bisa ditumbuhkan
dengan baik, maka partisipasi kader dalam kegiatan di desa akan dapat
dilestarikan.
1) Faktor tokoh masyarakat

Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa


tokoh- tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka merreka akan
tertarik juga untuk berpartisipasi.
2) Faktor petugas
Petugas yang memiliki sikap yang baik seperti akrab dengan masyarakat,
menunjukkan perhatian pada kegiatan maasyarakat dan mampu
mendekati para tokoh masyarakat untuk berpartisipasi.
g. Bentuk-bentuk partisipasi

Bentuk partisipasi dapat dibedakan dalam :

1) Partisipasi karena terpaksa

Disini masyarakat berpartisipasi karena adanya ancaman atau sanksi.

2) Partisipasi karena imbalan

Disini partisipasi terjadi karena imbalan tertentu yang diberikan, baik


dalam bentuk imbalan materi maupun imbalan kedudukan.
3) Partisipasi karena kesadaran

Ini adalah bentuk partisipasi yang diinginkan, karena disini kader ikut
berpartisipasi atas dasar kesadaran (Depkes RI, 1989: 37-43)
h. Elemen- Elemen Partisipasi Masyarakat

Elemen-elemen partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut


(Notoatmodjo, 2007, p:127-128):
1) Motivasi

Persyaratan uatama masyarakat untuk berpartisipasi adalah motivasi.


Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi disegala program.
Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya
merangsangnya saja. Untuk itu maka pendidikan kesehatan sangat
diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.
2) Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan,
ide, dan informasi masyarakat. Media massa seperti TV, radio, poster,
film, dan sebagainya. Sebagian adalah sangat efektif untuk
menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan partisipasi.
3) Kooperasi

Kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan


instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team
work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi.
4) Mobilisasi

Hal ini berarti bahwa partisipasi itu bukan hanya terbatas pada tahap
pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal
mungkin sampai ke akhir mungkin, dari identifikasi masalah,
menentukan prioritas, perencanaan, program, pelaksanaan sampai
dengan monitoring dan program. Juga hanya terbatas pada bidang
kesehatan saja, melainkan bersifat multidisiplin.

Bab III Penutup


A. Simpulan
B. Saran
Lampiran (Foto dll)
Daftar Pustaka (ada lebih baik)

Anda mungkin juga menyukai