Anda di halaman 1dari 2

Sesuai dengan amanah pasal 34 Undang-Undang No 23 tahun 1999 sebagaimana diubah

dengan UU No 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia telah lahir Undang-Undang No. 21 tahun
2008 tentang Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). UU tersebut diberlakukan mulai 1 Januari
2013. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan ditugaskan untuk mengatur dan mengawasi lembaga
keuangan bank dan non-bank. Otoritas Jasa Keuangan (yang selanjutnya disebut OJK)
merupakan suatu lembaga pemegang otoritas tertinggi dan disebut lembaga extraordinary, di
mana lembaga ini mendapatkan pemindahan fungsi pengaturan dan pengawasan pada
lembagalembaga keuangan, seperti Perbankan, Pasar Modal dan Lembaga Keuangan NonBank
(asuransi, dana pensiun dan termasuk di dalamnya lembaga pembiayaan konsumen) seluruh
bisnis keuangan di Indonesia berada di bawah pengaturan dan pengawasannya yang bebas dari
intervensi pihak manapun

Pengawasan Bank adalah merupakan proses pemeriksaan dan monitoring untuk


menjamin pelaksanaan aturan mengenai pasar serta aturan prudensial industri perbankan untuk
memelihara kesehatan industri tersebut. Menurut penjelasan pada Pasal 27 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, pengawasan langsung adalah pengawasan dalam
bentuk pemeriksaan yang disertai dengan tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan pengawasan
tidak langsung adalah bentuk pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan
bank.

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa


Keuangan diharapkan mampu memberikan kepastian hukum dan meningkatkan potensi
perbankan yang sehat dengan mengembangkan sistem perbankan yang efektif sehingga dapat
mengatasi krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti
industri perbankan, pasar modal, reksa dana, asuransi, dana pensiun dan perusahaan pembiayaan.
Secara normatif ada empat tujuan pendirian OJK (1) meningkatkan dan memelihara kepercayaan
publik di bidang jasa keuangan, (2) menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa
keuangan, (3) meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan, dan (4)
melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan

Menurut Pasal 4 UU OJK, Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar
keseluruhan kegiatan jasa keuangan di sektor jasa keuangan: (a) terselenggara secara teratur,
adil, transparan dan akuntabel; (b) serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
secara berkelanjutan dan stabil; (c) Dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat
Sedangkan pada Modul HKUM4308, Modul 3 dijelaskan tujuan pengawasan perbankan sebagai
berikut :
a. Untuk memastikan bahwa bank telah patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang terkait
dengan operasi dan pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian, agar bisa
mengatasi resiko yang signifikan secara dini dan dapat mengambil tindakan yang sesuai
dan tepat waktu.
b. Agar bank secara individual tetap berada dalam keadaan sehat dan senantiasa mampu
menjaga kepentingan masyarakat dengan baik. Sehingga pada akhirnya mampu menjaga
kepercayaan masyarakat kepada bank.
c. Agar bank ikiut serta dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan
moneter sehingga dapat berperan dalam berbagai program pencapaian ekonomi makro.

Tujuan pengawasan bank oleh Bank Indonesia adalah menciptakan perbankan yang sehat
yang dapat memenuhi tiga aspek, pertama memelihara kepentingan masyarakat, beroperasi
dengan sehat dan efisien dan mampu memenuhi kewajibannya terhadap masyarakat penyimpan
dana, kedua berkembang secara wajar dan mampu memberikan pelayanan yang diperlukan
masyarakat Indonesia dan ketiga bermanfaat bagi perkembangan ekonomi Indonesia serta dapat
menunjang pengendalian moneter dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi dan
tercapainya kestabilan moneter

DAFTAR PUSTAKA
Rebekka Dosma, Bismar Nasution, Mahmul Siregar, Sistem Koordinasi Antara Bank Indonesia
Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Bank Setelah Lahirnya Undang
Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Jurnal Hukum
Ekonomi, Feb-Mei 2013, Volume I, Nomor 2.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5253.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pungutan Oleh
Otoritas Jasa Keuangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5504.
Bambang Murdadi, 2012, “Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pengawas Lembaga Keuangan Baru
Yang Memiliki Kewenangan Penyidikan”, Jurnal,Vol.8, No.2, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Semarang.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4eb31b39bde64/belum-dibentukindependensi-ojk-
diragukan, diakses tanggal, 16 oktober 2020
Sulistyandari, Lembaga dan Fungsi Pengawasan Perbankan Di Indonesia,
http://www.mimbar.ugm.ac.id, diakses tanggal 16 oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai