Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

DISCHARGE PLANNING
PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG MINA RSU ‘ASIYIYAH PONOROGO

Disusun Oleh :
Kelompok 3

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO 2023
PROPOSAL
DISCHARGE PLANNING
PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG MINA RSU ‘ASIYIYAH PONOROGO

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Ani Nur’Aini, S.Kep 22650268
2. Fitriana Lailatul M., S.Kep 22650289
3. Rahma Tri Fany, S.Kep 22650273
4. Ayu Puput Budi Kumala, S.Kep 22650272
5. Frisca Nur Alifah, S.Kep 22650297
6. Regif Intan Barany, S.Kep 22650308
7. Agustin Afidah Wijayanti, S.Kep 22650281
8. Dila Restiani, S.Kep 22650311
9. Nur Iftitah Kamila P., S.Kep 22650259
10. Suhartatik, S.Kep 22650321
11. Hari Kusumaning Aji, S.Kep 22650264
12. Alifah Ni’matul M, S.Kep 22650292
13. Eka Permata Sari, S.Kep 22650288
14. Luailiyatun Nahdhiyah, S.Kep 22650260
15. Dela Trika Buana, S.Kep 22650312
16. Widiya Nurul Hidayah, S.Kep 22650276
17. Retno Meilani Purbaningsih, S.Kep 22650283
18. Syafira Febi Larasati, S.Kep 22650328
19. Ahmad Ayub Kurnianto, S.Kep 22650265

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO 2023
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL DISCHARGE PLANNING


RUANG MINA RUMAH SAKIT UMUM ‘AISYIYAH PONOROGO

Disusun Sebagai Program Kegiatan Praktik Manajemen Keperawatan

Telah Dilihat dan Disahkan Pada :


Hari :
Tanggal :

Disetujui Oleh :

Pembimbing Lahan : Tanda Tangan

1.

Pembimbing Institusi :

1. Lina Ema Purwati, S.Kep., Ns., M.Kep


2. Filia Icha Sukamto, S.Kep., Ns., M.Kep

Mengetahui,
Kepala Ruang Mina
RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Discharge Planning merupakan proses berkesinambungan guna menyiapkan
perawatan mandiri pasien pasca rawat inap. Proses identifikasi dan perencanaan
kebutuhan keberlanjutan pasien ditulis guna memfasilitasi pelayanan kesehatan dari
suatu lingkungan ke lingkungan lain agar tim kesehtatan memiliki kesempatan yang
cukup untuk melaksanakan discharge planning. Perencanaan pasien pulang bertujuan
untuk memandirikan pasien di rumah sehingga pelaksanaan dan pendokumentasian
perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang efektif dan tepat yang diharapkan
tercapainya tujuan.
Pelaksanaan discharge planning di ruang Mina RSU ‘Aisyiyah Kota Ponorogo
sudah berjalan dan terus berjalan sampai sekarang yang dilakukan oleh perawat
ruangan. kartu discharge planning juga sudah bersedia dan merupakan bagian dari data
rekam medis. Namun, tidak semua pasien pulang diberikan evaluasi dan penyuluhan
serta kemauan perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien atau
keluarga tidak menyeluruh.
Discharge Planning yang berjalan belum optimal dapat mengakibatkan
kegagalan dalam program perencanaan perawatan pasien di rumah yang akan
berpengaruh terhadap tingkat ketergantungan pasien, dan tingkat keparahan pasien daat
di rumah. Dengan adanya mahasiswa praktik Manajemen Keperawatan diharapkan
pelaksanaan discharge planning di ruang Mina RSU ‘Aisyiyah Kota Ponorogo dapat
dilakukan dengan baik, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara
maksimal.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan Praktek Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa
dan perawat di ruang Mina RSU ‘Aisyiyah Kota Ponorogo mampun
menerapkan discharge Planning dengan baik dan benar.
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk discharge Planning
2) Mengidentifikasi masalah pasien dalam discharge Planning
3) Mempriotitaskan masalah untuk discharge Planning
4) Membuat jadwal pelaksanaan untuk pasien discharge Planning
5) Melaksanakan discharge Planning
6) Membuat evaluasi pada pasien selama pelaksanaan discharge Planning
7) Pendokumentasian discharge Planning

1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Perawat
1) Terjadinya pertukaran informasi antar mahasiswa sebagai perawat dengan
pasien sebagai penerima layanan
2) Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien
3) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan di
rumah
4) Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan pada pasien saat di
rumah.
1.3.2. Bagi Pasien
1) Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan perawatan di rumah
2) Meningkatkan kemampuan pasien dalam kesiapan melakukan perawatan di
rumah
3) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memperbaiki dan
mempertahankan status kesehatan klien.
1.3.3. Bagi Institusi
1) Terciptanya model asuhan keperawatan profesional, khususnya dalam hal
pemberian discharge Planning pada pasien yang akan pulang
2) Membantu mengembangkan asuhan keperawatan profesional dalam rangka
meningkatkan asuhan keperawatan profesional yang akan datang
3) Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan profesional sesuai dengan
perkembangan jaman dan tuntutan masyarakat yang semakin maju dan
berkembang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Discharge Planning


Discharge Planning adalah suatu proses yang sistematis dalam pelayanan
kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan kebutuhan,
mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan yang akan
dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat meningkatkan atau
mempertahankan derajat kesehatannya (Nursalam, 2015). Discharge Planning
merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta
koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang. Discharge Planning
adalah proses mempersiapkan klien untuk meninggalkan satu tingkat asuhan ke tingkat
yang lain di dalam atau di luar institusi layanan kesehatan saat ini (Kozier, 2021).
Discharge Planning sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan kondisi atau penyakitnya. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah suatu
perencanaan pasien pulang dan memberikan pasien informasi tentang bagaimana
perawatannya ketika di rumah.

2.2. Pemberian Layanan Discharge Planning


Discharge Planning tidak hanya melibatkan pasien tetapi juga keluarga, orang
terdekat, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatam bahwa pelayanan dan sosial
bekerja sama. Proses discharge planning harus dilaukan secara komperhensif dan
melibatkan miltidisiplin, mencangkup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat
dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2020). Seorang yang
merencanakan pemulangan atau kordinator asuhan berkelanjutan (continuting care
cordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses.
Discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan menyediakan pendidikan
kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan
mengimplementasikan.
2.3. Penerima Layanan Discharge Planning
Semua pasien yang di hospitalisasikan memellukan discharge planning namun
ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien berisiko tidak dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti
pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Perry
& Potter, 2020).

2.4. Tujuan Discharge Planning


Menurut Nursalam (2018) tujuan dari dilakukan discharge planning adalah sebagai
berikut:
1) Untuk mentiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial,
meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
2) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien, membantu rujukan
pasien pada sistem pelayanan yang lain.
3) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
4) Menjelaskan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.

Perencanaan pulang bertujuan untuk membantu pasien dankeluarga untuk dapat


memahami permasalahan, pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat
mengurangi angka kambuh dan penerimaan kembali di rumah sakit, dan terjadi
pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan dengan keperawatan
dari pasien masuk dampai keluar rumah sakit.

Menurut Sarfina (2019) tujuan dilakukan discharge planning antara lain untuk
mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis dipulangkan ke rumah,
menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses
pemulangan, memfasilitasi proses pemindahan yang nyaman dengan emmastikan
semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk
menerima pasien meningkatkan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan
keluarga. Discharge planning memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin
berkelanjutan asuhan yang berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan
memfasilitasi komunikasi yang efektif.
2.5. Manfaat Discharge Planning
Menurut Nursalam (2018) discharge planning mempunyai manfaat antara lain ebagai
berikut:
1) Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat pelajaran selama di rumah
sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu dirumah.
2) Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin komunitas
keperawatan pasien.
3) Mengevaluasi pengaruh dan intervensi yang tercerna pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi
kekambuhan atau kebutuhan kepawatan baru.
4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan untuk melakukan keperawatan
rumah.

2.6. Prinsip Discharge Planning


Menurut Nursalam (2018) mengemukakan prinsip-prinsip dalam discharge planning
antara lain sebagai berikut:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulanh. Nilai keinginan dan kebutuhan
dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah
yang timbul dirumah dapat segera diantisipasi.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4) Perencanaan pulang harus disesuaikan dengan sumber daya fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia dimasyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

2.7. Keberhasilan Discharge Planning


Perry & Potter (2020) mengemukakan keberhasilan dalam melakukan discharge
planning antara lain sebagai berikut:
1) Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan
pengobatan ketika pulang, antisipasi perawatan tingkat lanjut, dan respon jika
terjadi kegawatdaruratan.
2) Pendidikan khusus pada keluarga dan pasien untuk memastikan perawatan yang
tepat setelah pasien pulang.
3) Berkoordinasi dengan sistem pendukung di masyarakat, untuk membantu pasien
dan keluarga membuat koping terhadap perubahan dalam status kesehatan.
4) Melakukan relokasi dan koordinasi sistem pendukung atau memindahkan pasien ke
tempat pelayanan kesehatan lain.

2.8. Jenis Discharge Planning


Nursalam (2020) mengemukakan jenis discharge planning antara lain sebagai berikut :
1) Conditioning Discharge (Pulang Sementara atau Cuti)
Keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat dirumah namun harus ada pengawasan
dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2) Absolute Discharge (Pulang Mutlak atau Sebenarnya)
Cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun
apabula pasien perlu dirawat kembali maka prosedur keperawatan dapat dilakukan
kembali.
3) Judicial Discharge (Pulang Paksa)
Kondisi ini diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan
untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan
keperawatan puskesmas terdekat.

2.9. Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning


Faktor yang berasal dari perawat yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
pendidikan kesehatan adalah sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu,
yakni:
1) Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi penyampaian informasi
kepada pasien, sehingga informasi akan lebih jelas d=untukd apat dimengerti.
2) Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan
mengarahkan perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten. Dengan
demikian informasi yang disampaikan lebih mudah diterima pasien.
3) Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Perawat harus
memiliki pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada kegiatan
pembelajaran pasien. Pasien akan semakin banyak menerima informasi dan
informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat dalam
memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan akan lebih terarah sesuai
dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat membaca situasi pasien
berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.
5) Sedagkan faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberian pendidikan kesehatan:
a. Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan mengarahkan
pasien untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi, maka pasien akan giat untuk
mendapatkan informasi tentang kondisinya serta tindakan yang perlu dilakukan
untuk melanjutkan pengobatan dan meningkatkan kesehatannya.
b. Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan
memudahkan pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan
kesehatan.
c. Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan
perasaan cemas akan mengurangi kemampuan menerima informasi.
d. Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan
informasi terganggu.
e. Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia
kemampuan menerima informasi semakin baik dan didukung pula pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya.
f. Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasienuntuk menerima
dan memproses informasi yang diberikan ketika dilakukan pendidikan
kesehatan. Kemampuan belahar seringkali berhubungan dengan tingkat
pendidikan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
umumnya kemampuan belajarnya juga semakin tinggi.

2.10. Hal-Hal yang Harus Diketahui Pasien Sebelum Pulang


Menurut Nursalam (2018) menguraikan hal-hal yang harus diketahui klien sebelum
pulang adalah sebagai berikut:
1) Instruksikan tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan serta
masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2) Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan di rumah
3) Pengaturan diet khusus dan berharap yang harus dijalankan
4) Jelaskan masalah yang mungkin muncul dan cara mengantisipasi
5) Pendidikan kesehatan yang ditunjukkan kepada keluarga maupun klien sendiri
dapat digunakan metode ceramah, demontrasi dan lain-lain
6) Informasi tentang nomor telpon layanan perawatan, dokter, kunjungan rumah
apabila klien memerlukan.

2.11. Tahapan Discharge Planning


Proses discharge planning memiliki kesamaan dengan proses keperawatan.
Kesamaan tersebut bisa dilihat dari adanya pengkajian pada saat pasien mulai di rawat
sampai dengan adanya evaluasi serta dokumentasi dari kondisi pasien delama
mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning menurut Perry
& Potter (2020) secara lebih lengkap dapat di urutkan sebagai berikut:
A. Pasien datang atau masuk rumah sakit
1) Sejak waktu penerimaan pasien, lakukan pengkajian tentang kebutuhan
pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan menggunakan riwayat
keperawatan, rencana perawatan dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi
kognitif yang dilakukan secara terus menerus.
2) Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dankeluarga yang
berhubungan dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindakan akibat dari
gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
3) Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan diruamh yang dapat
mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar jalan, langkah,
fasilitas kamar mandi). (Perawat yang melakukan perawatan di rumah hadir
pada saat rujukan dilakukan, untuk membantu pengkajian).
4) Berkolaborasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam mengkaji
perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di tempat pelayanan
yang lainnya.
5) Keji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan tersebut.
6) Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan klien
setelah pulang.
7) Tetapkan diagnosa keperawatan dan rencana perawatan yang tepat. Lakukan
implementasi rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus.
Tentukan tujuan pulang yang relavan, yaitu sebagai berikut:
(1) Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya
(2) Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya
(3) Lingkunan rumah akan menjadi aman
(4) Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah.
B. Persiapan sebelum hari kepulangan pasien
1) Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga
kebutuhan pasien dapat terpenuhi
2) Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat
kepada pasien dan keluarga
3) Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah pasien
di rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala, komplikasi, informasi tentang
obat-obatan yang diberikan, penggunaan perawatan medis dalam perawatan
lanjutan, diet, latihan, hal-hal yang harus dihindari sehubungan dengan penyakti
atau operasi yang dijalani). Pasien mungkin dapat diberikan pamflet atau buku.
C. Pada hari kepulangan pasien
1) Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu
berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan).
2) Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan,
atau alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis sedini mungkin.
3) Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang
kerumah.
4) Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh
barang- barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi jika
diperlukan.
5) Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang masih
tertinggal. Carilah sallinan daftar barang-barang berharga milik pasien yang
telah ditanda tangani dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk
mengembalikan barang-barang berharga yang ada.
6) Berikan pasien resep atau obat-obat sesuai dengan pesan dokter. Periksa
kembali instruksi sebelumnya.
7) Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih
perlu membayar sisa tagihan biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke
kantor tersebut.
8) Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien,
berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri. Pasien yang
meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan dengan
kereta dorong ambulans.
9) Bantu pasien pindah ke kursi roda atau brangkart dengan menggunakan
mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar. Iringi pasien masuk ke
dalam lembaga dimana sumber transportasi merupakan hal yang diperhatikan.
10) Kunci kursi roda, bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain. Bantu
keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan
tersebut.
11) Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan departemen lain
yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
12) Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa institusi
pasien akan menerima salinan dari format tersebut.
13) Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang.

2.12. Mekanisme Discharge Planning


Proses discharge planning mencangkup kebutuhan fisik pasien, psikologis,
sosial budaya, dan ekonomi. Perry & Potter (2020) membagi proses discharge planning
atas tiga fase yaitu : akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Perhatian utama
medis pada masa akut berfokus pada usaha discharge planning. Kebutuhan pelyanan
discharge planning fase transisional pada akut selalu terlihat, tetapi tingkat
kepentingannya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan
merencanakan berkelanjutan, kebutuhan perawatan masa depan. Berbeda dengan fase
pelayanan pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan
aktivitas berkelnjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. Penyusunan format
discharge planning sebagai berikut:
1) Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi tentang klien. Pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area
yang
potensial, yaitu pengkajian fisik dan psikososial, status fungsional, kebutuhan
health education dan konseling.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga yaitu mengetahui
problem (masalah), etiologi (penyebab), support sistem (hal yang mendukung
pasien sehingga dilakukan discharge planning).
3) Perencanaan
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan pasien.
Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk
persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD yaitu:
(1) Medication (Obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
(2) Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.
Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelyanan yang dibutuhkan untuk
kelanjutan perawatannya.
(3) Treatment (Pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah pasien
pulang, yang dilakukan oleh pasien dan anggota keluarga.
(4) Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan, termasuk tanda dan gejala yang mengidentifikasi kebutuhan
perawatan kesehatan tambahan.
(5) Outpatient Referal
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain
yang dapat meningkatkan perawatan yang berkelanjutan.
(6) Diet Pasien
Sebaiknya pasien dan keluarga diberitahu tentang pembatasan pada dietnya dan
pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai dengan dirinya.
4) Implementasi
Implementasi dalam adalah pelaksanaan rencana pengajaran discharge
planning referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada
catatan perawatan dan ringkasan pulang (discharge summary). Instruksi tertulis
diberikan kepada pasien. Demonstrasi ulang harus memiliki keterbukaan dan
melakukannya dengan alat yang digunakan di rumah.
5) Evaluasi
Evaluasi sangat penting dalam proses discharge palanning. Perencanaan dan
penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan
yang sesuai. Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam
variabel:
(1) Derajat penyakit
(2) Hasil yang diharapkan dari perawatan
(3) Durasi perawatan yang dibutuhkan
(4) Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
(5) Komplikasi tambahan
(6) Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapau pemulihan

2.13. Kriteria Discharge Planning


Penyusunan Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) diawali saat proses asesmen awal
rawat inap dan membutuhkan waktu yang lebih panjak, termasuk pemutakhiran
(updating). Untuk identifikasi pasien yang membutuhkan P3 maka rumah sakit
menetapkan mekanisme dan kriteria.
Discharge planning yang dilakukan segera setelah pasien diterima sebagai pasien rawat
inap:
1) Untuk pasien yang pemulangannya kritis
(1) Umur lebih dari 65 tahun
(2) Kesulitas mobilitas atau gerak
(3) Kebutuhan pelayanan medis dan keperawatan berkelanjutan atau banuan dalam
aktivitas hidup sehari-hari
(4) Pasien resiko tinggi adalah pasien yang memerlukan pelayanan serta peralatan
yang kompleks untuk pengobatan penyakti yang mengancam jiwa, risiki bahaya
pengobatan, potensi yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat
berisiko tinggi. Kelompok pasien yang berisiko atau pelayanan yang berisiko
tinggi antara lain :
 Penanganan kasus emergensi;
 Penangana Resusitasi;
 Pasien dengan life support atau dalam kondisi koma;
 Restrain;
 Pasien lansia, cacat atau yang ebrisiko untuk diperlakukan tidak senonoh.
(5) Pasien dengan penyakit kronis ialah penyakit yang karena ciri-cirinya
membutuhkan perawatan jangka panjang. Biasanya disebabkan oleh perubahan
patologi yang irreversible dimana mengarahkan kemampuan seseorang karena
kegagalan fungsi tubuh.
2) Discharge planning yang bisa dilakukan 2x24 jam setelah pasien diterima sebagai
pasien rawat inap adalah pasien yang tidak masuk kategori pemulangan kritis.

2.14. Alur Discharge Planning

Dokter dan Tim Ners PP dibantu


Kesehatan Lainnya PA

Penentuan keadaan pasien


1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. TingkatKetergantungan pasien

Penyelesaian Perencanaan Pulang Lain-Lain


Administrasi

Program HE:
Alur Discharge Planning
1. Kontrol Monitor(Nursalam, 2018)
dan obat/nersan
2. (sebagai
Nutrisi program
3. service safety)
Aktivitas oleh
dan istirahat
keluarga dan
4. Perawatan diri
2.15. Peran Perawat dalam Discharge Planning
1) Kepala Ruang
a. Membuka acara discharge planning
b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2) Perawat Primes
a. Membuat rencana discharge planning
b. Membuat leaflet
c. Memberikan konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning
3) Perawat Associate
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan diakhiri ners).

2.16. Standart Joint Commision on Acceditation of Healthcare Organization (JCAHO)


untuk Pasien Masuk dan Pulang
1) Sebelum Klien MRS
Identifikasi dan gunakan sumber informasi yang sedia tentang kebutuhan klien
berkomunikasi dengan tempat perawatan dan organisasi pelayanan lain.
2) Saat Klien MRS
Memberi pelayanan yang sesuai dengan misi, populasi yang dilayani, dan tempat
pelayanan. Membuat perjanjian dengan organisasi dan tempat pelayanan lain untuk
membantu klien masuk kerumah sakit. Klien mendapat rujukan dan transfer
kebutuhannya berdasarkan intensitas, resiko, dan tingkat kemammpuan staf. jika
perlu, jika perlu konsultan klinik dan pengaturan kontrak digunakan untuk
melakukan rujukan dan pemindahan.
3) Di Rumah Sakit
Pelayanan diberikan secara berkesinambungan, dimulai dari pengkajian sampai
tindakan pengobatan dan pengkajian tindakan pulang. Perawatan klien
terkoordinasi sesama pelaksanaan.
4) Sebelum Pulang
Kebutuahn pengkajian perencanaan pulang dilakukan. Rumah sakit mempunyai
cara untuk mengidentifikasi klien yang memerlukan perencanaan pulang.
Pendidikan yang diberikan akan mempersiapkan klien untuk pulang kerumah.
5) Pada Saat Pulang
Kilen langsung dirujuk ke praktisi, tempat pelayanan, dan organisasi pelayanan
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang berkesinambungan untuk
klien.Penggunaan dan nilai keperawatan yang berkesinambungan untuk memenuhi
kebutuahan klien, dikaji ulang. Rumah sakit meberi informasi atau data untuk
membantu lembaga yang lain memenuhi kebutuhan perawat yang
berkesinambungan untuk klien
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Topik : Discharge Planning
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat : Ruang Mina
Pelaksana : Kepala Ruang, Perawat Primer, Perawat Associate
Sasaran : Klien dan keluarga klien
Pembimbing Institusi : 1. Lina Ema Purwati, S.Kep.,Ns.,M.Kep
2. Filia Icha Sukamto, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik :

B. Pengorganisasian
Penanggung Jawab :
Kepala Ruang :
Perawat Primer (PP) :
Perawat Pelaksana (PA) :
Moderator :
Observer :
Pasien :
Keluarga Pasien :

C. Instrumen
1) Format discharge planning
2) Lealfet
3) Kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat inap RS
4) Dialog roleplay discharge planning
D. Mekanisme Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Karu mengucapkan salam 10 Ruang KARU
kemudian menanyakan Menit KARU
bagaimana persiapan PP untuk
pelaksanaan discharge planning.
2. PP sudah siap dengan status klien PP
dan format discharge planning.
3. Menyebutkan masalah-masalah PP
klien.
4. Menyebutkan hal-hal yang perlu PP
diajarkan pada klien dan keluarga.
5. Karu memeriksa kelengkapan
discharge planning. KARU

Pelaksanaan 1. PP membuka acara discharge 30 Bed KARU,


planning Menit Pasien PP, PA
2. PP dibantu PA menyampaikan
pendidikan kesehatan dan
menjelaskan tentang :
a. Pengertian penyakit
b. Penyebab penyakit
c. Tanda dan gejala penyakit
d. Penatalaksanaan penyakit
3. PP menanyakan kembali kepada
klien dan keluarga tentang materi
yang telah disampaikan
4. PP mengucapkan terima kasih
5. Pendokumentasian
6. Timbal balik antara PP dan PA
dengan keluarga klien
Penutup PP melaporkan ke KARU tentang 5 Menit Ruang PP,
discharge planning yang telah KARU KARU
dilakukan dan menyampaikan
kendala yang dihadapi.

E. Evaluasi Kegiatan Discharge Planning


1. Kriteria Struktur
a. Discharge planning dilaksanakan di Ruang Mina RSU ‘Aisyiyah Ponorogo pada
b. Discharge planning dihadiri oleh 1 pembimbing institusi, 2 pembimbing lahan, 1
keluarga pasien, pasien, dan mahasiswa Ners praktik Manajemen Keperawatan.
c. Pengorganisasian sesuai dengan petugas yang shift pada hari yang telah
ditentukan, yaitu …. Sebagai perawat primer dan …. Sebagain kepala ruang.
d. Pemilihan pasien discharge planning dilakukan pada hari
2. Kriteria Proses
a. Kegiatan discharge planning berjalan dengan lancar, pasien mendengarkan
penjelasan perawat, dan keluarga pasien juga ikkut mendengarkan penjelasan
yang telah disampaikan.
b. Kepala ruang dan perawat primer berperan aktif dalam melaksanakan discharge
planning
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
a. Pasien yang diguakan bukan pasien kelolaan tetapi menyesuaikan pada pasien
yang telah direncanakan pulang pada hari tersebut
b. Diharapkan atur pelaksanaan discharge planning mulai pembukaan dan
penutupan berjalan runtut.
c. Pasien dan keluarga pasien mengikuti pelaksanaan discharge planning sesuai
degan aturan yang sudah dijelaskan
d. Pasien dan keluarga pasien mampu menjawab dengan benar 80% dari pertanyaan
perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Perry, A. G. & Potter, P. A. (2020). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik, 1(7). Jakarta: EGC.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika.

Barbara, Kozier dkk. (2021). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). STRANDAR AKREDITASI RUMAH


SAKIT.

Anda mungkin juga menyukai