Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN KONSEP DISCHARGE PLANNING UNTUK

KELUARGA DAN PASIEN GANGGUAN JIWA ISOLASI


SOSIAL

Makalah

Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa

yang dibimbing oleh Bapak Edy Sujarwo, S. Kep., Ns., M. Kep.

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 KELAS 2D

1. Mohammad Aditya Pratama (P17210204152)


2. Anasta Pravangesti Kusuma A. (P17210204165)
3. Sukma Angela Rahmaningrum (P17210204166)
4. Meilya Devyani (P17210204167)
5. Irma Ulfiana (P17210204170)
6. Vindy Retno Anggraini (P17210204173)
7. Saidah Fitri (P17210204185)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MALANG KELAS
LAWANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi limpahan taufik dan
hidayah-Nya, sehingga Makalah Seminar Keperawatan Jiwa tentang Konsep
Discharge Planning Untuk Keluarga dan Pasien Gangguan Jiwa Isolasi Sosial
dapat diselesaikan .
Dalam penyusunan Tugas Makalah ini, penulis mendapatkan dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan dosen mata kuliah
keperawatan jiwa oleh Bapak Edy Sujarwo, S. Kep., Ns., M. Kep., yang telah
memberikan motivasi dan ilmu yang bermanfaat.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh keluarga dan


sahabat yang telah memberikan dukungan, doa, materi dan semangat dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini Semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan dan
semoga Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 25 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Discharge planning.............................................................................
2.2 Konsep isolasi social.......................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 SAP Discharge planning pada pasien isolasi social......................................
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................
5.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Discharge planning adalah proses persiapan bagi pasien dan keluarga sebelum
mereka dipindahkan atau dipulangkan, hal ini dilakukan agar mereka dapat beradaptasi
dengan penyakitnya dan dapat melalui proses transisi dengan nyaman. Discharge planning
merupakan salah satu hak klien yang harus terpenuhi tanpa terkecuali, termasuk juga pasien
dengan masalah kesehatan jiwa. (Sulastyawati, 2015)

Proses pemulangan dari rumah sakit atau pemindahan bukanlah hal yang mudah bagi
pasien dan keluarga, terlebih pada pasien yang menjalani perawatan dalam jangka waktu
lama. Beberapa hal yang seringkali terjadi pada proses penyembuhan ini diantaranya
adalah, kecemasan yang berhubungan dengan perbedaan situasi yang dihadapi, adanya
pikiran negative terhadap dirinya, kurangnya rasa percaya diri karena adanya perubahan
kemampuan akibat sakitnya, dan ketakutan terhadap stigma yang ada di masyarakat. Hal
tersebut merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pasien.(Sulastyawati, 2015)

Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan social. Discharge planning pada pasien isolasi social dapat
memberikan motivasi untuk mencapai kesembuhan pasien dapat memberikan dampak
terhadap pemendekan lama perawatan pasien di rumah sakit, menurunkan angka
kekambuhan, dan memungkinkan intervensi rencana pulang dilakukan tepat waktu .
Discharge planning pasien dapat menjalin kerjasama dengan penyedia pelayanan
keperawatan yang lebih lanjut. Discharge planning dapat meningkatkan kepuasan pasien.
Komunikasi merupakan inti Discharge planning kepada pasien, dan merupakan kewajiban
perawat bagi pasien terutama karena dengan perilaku empati dari perawat bisa menurunkan
stress hospitalisasi pada pasien selama di rawat. (Nuryani & Santoso, 2018)

4
1.2 Rumusan masalah
1 Apa konsep discharge planning?
2 Apa Konsep Isolasi social?

1.3 Tujuan

1 Sebagai bahan bacaan mahasiswa tentang konsep discharge planning


2 Mahasiswa mampu memahami tentang konsep discharge planning, konsep
discharge planning, konsep discharge planning pada pasien isolasi social

1.4 Manfaat

Untuk menambah referensi dan membantu pemahaman mahasiswa tentang konsep


discharge planning pada pasien isolasi sosial.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Discharge Planning

2.1.1 Definisi discharge planning


Discharge planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang di ikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Rosya
Ernalinda, 2020).
Discharge planning adalah serangkaian keputusan dan aktivitas –
aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu dan
terkoordinasi ketika pasien di pulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan.
Discharge planning atau perencanaan pulang merupakan suatu proses pembelajaran
yang dimulai sejak pasien diterima dilayanan rumah sakit, melibatkan klien dan
keluarga untuk meningkatkan pemahaman, mengembangkan kemampuan klien dan
keluarga tentang perawatan di rumah, masalah kesehatan yang dihadapi, untuk
mempercepat penyembuhan menghindari kemungkinan komplikassi dengan
pembatassan aktifitas menciptakan lingkungan yang aman bagi klien di rumah
(Vera Sesrianty, 2020).

2.1.2 Tujuan discharge planning


Tujuan dari dilakukannya discharge planninng sangat baik untuk
kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut
Nursalam (2015) tujuan discharge planning/ perencanaan pulang antara lain :

1. Untuk menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial,
meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
2. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien, membantu
rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.

6
3. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien.
4. Menjelaskan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.

Perencanaan pulang bertujuan untuk membantu pasien dan keluarga untuk dapat
memahami permasalahan, pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat
mengurangi angka kambuh dan penerimaaan kembali di rumah sakit, dan terjadi
pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan dengan keperawatan
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit (Anonim, 2021).

2.1.3 Prinsip – Prinsip Discharge Planning


a. Discharge planning merupakan proses multidisiplin dalam memenuhi
kebutuhan pasien.
b. Prosedur discharge planning dilaksanakan secara konsisten untuk semua pasien.
c. Pengkajian juga dilakukan terhadap keluarga sebagai orang yang akan
melanjutkan perawatan.
d. Meyakinkan bahwa pasien dipindahkan ke lingkungan yang aman dan
memadai.
e. Menjamin adanya kontinuitas dalam perawatan setelah pulang dari rumah sakit.
f. Discharge planning dimulai saat kontak pertama dengan pasien.
g. Informasi tentang discharge planning disusun berdasarkan hasil diskusi dan
kesepakatan antara tenaga kesehatan dengan pasien atau keluarga.
h. Keyakinan/kepercayaan pasien harus dipertimbangkan dalam menyusun
discharge planning [CITATION drS15 \l 14345 ].

2.1.4 Peran Perawat dalam Discharge Planning

7
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang secara langsung
terlibat dalam pelaksanaan discharge planning yang juga menentukan keberhasilan
proses discharge planning tersebut. Peran perawat dalam pelaksanaan discharge
planning yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien secara spesifik, serta
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan. Pelaksanaan discharge planning
yang baik akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kesehatan pasien.
1. Pasien datang atau masuk rumah sakit
1) Sejak waktu penerimaan pasien, perawat melakukan pengkajian tentang
kebutuhan pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan
menggunakan riwayat keperawatan, rencana perawatan dan pengkajian
kemampuan fisik dan fungsi kognitif yang dilakukan secara terus
menerus.
2) Mengkaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga
yang berhubungan dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus
dihindarkan akibat dari gangguan kesehatan yang dialami, dan
komplikasi yang mungkiin terjadi.
3) Bersama pasien dan keluarga, perawat mengkaji faktor-faktor lingkungan
di rumah yang dapat mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar,
lebar jalan, langkah, fasilitas kamar mandi). Perawat yang melakukan
perawatan di rumah hadir pada saat rujukan dilakukan, untuk membantu
pengkajian.
4) Berkolaborasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam mengkaji
perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di tempat
pelayanan yang lainnya.
5) Mengkaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut.
6) Berkonsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai
kebutuhan klien setelah pulang.

8
7) Menetapkan diagnosa keperawatan dan rencana perawatan yang tepat.
Lakukan implementasi rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan secara
terus menerus. Tentukan tujuan pulang yang relevan, yaitu sebagai
berikut:
1. Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya.
2. Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya.
3. Lingkungan rumah akan menjadi aman.
4. Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah sakit
2. Persiapan sebelum hari kepulangan pasien
1. Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga
kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
2. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat
kepada pasien dan keluarga.
3. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah pasien
di rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala, komplikasi, informasi tentang
obat-obatan yang diberikan, penggunaan perawatan medis dalam perawatan
lanjutan, diet, latihan, hal-hal yang harus dihindari sehubungan dengan penyakit
atau operasi yang dijalani). Pasien mungkin dapat diberikan pamflet atau buku.
3. Pada hari kepulangan pasien
1. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu
berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan).
2. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan,
atau alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis sedini mungkin.
3. Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang
ke rumah.
4. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh barang-
barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi jika diperlukan.
5. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang masih
tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik pasien yang telah
ditandatangani dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk

9
mengembalikan barang-barang berharga tersebut kepada pasien. Hitung semua
barang-barang berharga yang ada.
6. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa
kembali instruksi sebelumnya.
7. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih
perlu membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke
kantor tersebut.
8. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien.
berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri. Pasien yang
meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan dengan
kereta dorong ambulans.
9. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan departemen lain
yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
10. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa institusi
pasien akan menerima salinan dari format tersebut.
11. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang [ CITATION
Uni20 \l 14345 ].

2.1.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Discharge Planning 


1. Faktor personil,
2. Keterlibatan dan partisipasi,
3. Komunikasi,
4. Waktu
5. Perjanjian dan konsensus
6. Ketidakstabilan emosional atau mental
7. Kurangnya sumber dana.
8. Kurangnya penyediaan atau ketepatan sumber rujukan [ CITATION Mun17 \l 14345 ].

2.1.6 Keberhasilan Discharge Planning

10
Perry & Potter (2005) mengemukakan keberhasilan dalam melakukan discharge
planning antara lain sebagai berikut:

1. Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi,


obatobatan dan pengobatan ketika pulang, antisipasi perawatan tingkat
lanjut, dan respons jika terjadi kegawatdaruratan.
2. Pendidikan khusus pada keluarga dan pasien untuk memastikan

perawatan yang tepat setelah pasien pulang.

3. Berkoordinasi dengan sistem pendukung di masyarakat, untuk membantu


pasien dan keluarga membuat koping terhadap perubahan dalam status
kesehatan.
4. Melakukan relokasi dan koordinasi sistem pendukung atau memindahkan
pasien ke tempat pelayanan kesehatan lain (Anonim, 2021).

2.1.7 Manfaat Discharge Planning


1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat pelajaran selama di rumah
sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu dirumah.
2. Tindak lanjut yang sistemis yang digunakan untuk menjamin komunitas
keperawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dan intervensi yang tercerna pada penyembuhan pasien
dan mengidentifikasi yang terencana pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan untuk melakukan keperawatan
rumah (Anonim, 2021).

2.1.8 Jenis – Jenis Discharge Planning


Menurut Chesca (1982), discharge planning dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis
yaitu :
1. Pulang sementara atau cuti (conditing discharge). Keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien

11
untuk senentara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge)
Merupakan akhir hari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila
klien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan
kembali.
3. Pulang paksa (judicial discharge)
Klien pada kondisi ini diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan
tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan
melakukan kerjasama dengan perawat puskemas terdekat (Rosya
Ernalinda, 2020).

2.1.9 Keuntungan Discharge Planning


1) Bagi pasien
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya.
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support
sebelum timbulnya masalah.
e. Dapat memilih prosedur perawatannya.
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
2) Bagi perawat
a. Merasakan bahwa keahliannya diterima dan dapat digunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam sistem
d. Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara
yang berbeda
f. Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif (Vera Sesrianty, 2020).

12
2.1.10 Proses Pelaksanaan Discharge Planning

Perry & Potter (2006) membagi proses discharge planning atas tiga fase
yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Perhatian utama medis pada
masa akut berfokus pada usaha discharge palnning. Kebutuhan pelayanan fase
transisional pada akut selalu terlihat, tetapi tingkat kepentingannya semakin
berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan
berkelanjutan, kebutuhan perawatan masa depan. Berbeda dengan fase pelayanan
pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas
berkelnjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. Penyusunan format dischage
palnning sebagai berikut:

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi tentang klien. Pengkajian discharge palnning
berfokus pada 4 area yang potensial, yaitu pengkajian fisik dan psikososial,
status fungsional, kebutuhan health education dan konseling.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga.yaitu
mengetahui problem (masalah), etiologi (penyebab), support sistem (hal yang
mendukung pasien sehingga dilakukan discharge planning).
3. Perencanaan
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan
pasien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang
baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD yaitu:
1) Medication (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjukan setelah


pulang.

2) Environment (lingkungan)

13
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya
aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.

3) Treatment (pengobatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut


setelah pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien dan anggota
keluarga.

4) Health teaching (pengajaran kesehatan)

Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana


mempertahankan kesehatan, termasuk tanda dan gejala yang
mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.

5) Outpatient referal

Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen


komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang

berklanjutan.

6) Diet pasien

Sebaiknya pasien dan keluarga diberitahu tentang pembatasan pada


dietnya dan pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai
untuk dirinya.

4. Implementasi

Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan


rencana pengajaran referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus
didokumentasikan pada catatan perawatan dan ringkasan pulang
(discharge summary). Inturksi tertulis diberikan kepada pasien.

14
Demonstrasi ulang harus memiliki keterbukaan dan melakukannya
dengan alat yang digunakan di rumah.

5. Evaluasi

Evaluasi sangat penting dalam proses discharge palanning.


Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk
menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Keberhasilan program
rencana pemulangan tergantung pada enam evariabel:

1) Derajat penyakit.

2) Hasil yang diharapkan dari perawatan.

3) Durasi perawatan yang dibutuhkan.

4) Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan.

5) Komplikasi tambahan.

6) Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan (Anonim,


2021).

2.2 Konsep Isolasi Sosial

2.2.1 Pengertian Isolasi Sosial


Isolasi sosial merupakan kondisi dimana pasien selalu merasa sendiri
dengan merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman, sedangkan menurut
Herdman (2015) isolasi sosial merupakan pengalaman kesendirian secara individu
yang dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau
mengancam dalam jurnal (Adrikni, 2019).

2.2.2 Etiologi Isolasi Sosial


Isolasi sosial dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor predisposisi dan factor
presipitasi. Pada faktor predisposisi meliputi, faktor perkembangan, faktor

15
biologi, dan faktor sosial budaya. Sedangkan pada faktor presipitasi terjadinya
isolasi sosial meliputi factor internal maupun eksternal seperti stressor sosial
budaya dan stressor biokimia.
1) Faktor Presdiposisi
a. Faktor Perkembangan
Tumbuh kembang setiap individu harus dilalui dengan sukses oleh
setiap keluarga, maka dari itu keluarga merupakan tempat yang paling
penting dalam menjalin hubungan. Kurangnya kasih sayang dan
perhatian memberikan rasa tidak aman dan menghambat terbentuknya
rasa percaya diri.
b. Faktor Sosial Budaya
Menarik diri dapat menjadi faktor pendukung terjadi isolasi sosial atau
bisa karena norma – norma yang salah dianut dalam suatu lingkungan.
c. Faktor Biologis
Genetik salah satu faktor pendukung terjadinya isolasi sosial dan
menyebabkan gangguan hubungan interaksi (Adrikni, 2019).
2) Faktor Presipitasi
a. Faktor Eksternal
Stressor sosial budaya dapat memicu seperti kejadian perceraian,
dipenjara, kesepian, berpisah dengan orang yang disayang.
b. Faktor Internal
Psikologi seseorang salah satunya kecemasan yang berat dapat
menurunkan kemampuan interaksi individu (Adrikni, 2019).

2.2.3 Tanda dan Gejala Isolasi Sosial


1) Data Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien merasa bosan
d. Klien tidak mau berinteraksi dan membuat keputusan

16
e. Klien merasa tidak berguna
2) Data Objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat seperti “ya” atau “tidak” dengan
nada pelan
b. Respon verbal kurang bahkan tidak ada

c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri

d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun

e. Mondar-mandir atau berdiam diri bahkan melakukan gerakan berulang-


ulang

f. Apatis (acuh terhadap lingkungan)

g. Ekspresi wajah tidak berseri

h. Tidak merawat diri dan tidak peduli kebersihan diri

i. Tidak bahkan kurang sadar dengan lingkungan sekitar

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Adrikni, T. (2019). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada Pasien dengan Isolasi
Sosial.

Anonim. (2021). Discharge Planning.

Nuryani, E., & Santoso, A. (2018). Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Discharge Planning
Melalui Pendekatan Transformational Leadership: Literatur Review. Prosiding
Seminar Nasional Unimus, 1(2), 159–163.

Rosya Ernalinda, Vera Sesrianty, D. (2020). Discharge Planning (Perencanaan Pasien


Pulang) di Rumah Sakit. [08.29, 29/10/2021] Anasta Pravangesti: Iyo Jarno sek
%0A[09.22, 29/10/2021] Anasta Pravangesti: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.um-
surabaya.ac.id/2438/3/BAB_2.pdf&ved=2ahUKEwiK8tTox-
7zAhX2_XMBHROGDjoQFnoECBIQAQ&usg=AOvVaw0L8hlnlQdof8S5HUTHMI
Go

Sulastyawati, S. (2015). Pengalaman Perawat Dalam Penerapan Discharge Planning Pasien


Skizofrenia Di Instalasi Gawat Darurat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 4(1),
9–18. https://doi.org/10.33475/jikmh.v4i1.162

19

Anda mungkin juga menyukai