Anda di halaman 1dari 4

Bab IV

PEMBAHASAN
1. KALA 1
a. FASE LATEN
Ibu mengeluh perutnya mules seperti mau melahirkan sejak hari jum’at
dan kenceng- kenceng semakin sering sejak pukul 10.00 WIB. Ibu dating ke
Puskesmas Dupak pukul 11.25 WIB Bersama suami dan keluarga. Dari hasil
pemeriksaan ditemukan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. TD
110/70 mmHg, Suhu: 36, 6oC, nadi 84 x/menit, respirasi :20x/menit. Hasil
pemeriksan dalam dihasilkan pembukaan 2 cm, effacement 25%, ketuban (+) ,
presentasi kepala, denominator UUK, penurunan kepala H-1. DJJ 133x/menit,
His: 4x10’x35’’, pengeluaran lender darah. Dari hasil pemeriksaan disimpulkan
bahwa diagnosis ibu yaitu : GIP0000 usia kehamilan 39-40 minggu inpartu kala
I fase laten. Janin tunggal hidup, intrauterine (TH/IU), presentasi belakang
kepala.
Setelah dilakukan pemeriksaan, petugas memberikan informasi
mengenai hasil pemeriksaan pada ibu yang didampingi oleh suami. Ibu dan
suami mengerti dan menerima hasil pemeriksaan.
Ibu dianjurkan untuk berjalan-jalan, makan atau minum dengan cukup.
Bila ibu merasa Lelah, ibu bisa beristirahat dan tidur.
Selama kala 1 fase laten, dilakukan observasi menggunakan lembar
observasi setiap 1 jam. Lembar observasi mencatat his, lama his, DJJ, TD ibu,
nadi ibu, RR ibu.
Asuhan tersebut sesuai dengan acuan JNPK-KR “Asuhan persalinan
normal” bahwa pada kala 1 fase laten dimana pembukan masih 1-4 cm,
dilakukan observasi pada lembar observasi, ibu dianjurkan untuk makan atau
minum.
b. FASE AKTIF
Pada pukul 17.30 WIB tanggal 24 November 2019 ibu mengeluh
merasakan kenceng-kenceng semakin sering seperti ingin BAB. Hasil
pemeriksaan fisik TD : 120/90 mmHg, Suhu : 36,1oC Nadi : 89x/menit
Pernafasan : 26x/menit. DJJ 159x/menit, his 3x10’x45”. Pemeriksaan dalam
ditetemukan pembukaan 4 cm, effacement 25%, ketuban (+), presentasi kepala
, denominator UUK, penurunan kepala H-1, tidak ada bagian kecil yang
menumbung. Dari hasi pemeriksaan dihasilkan diagnosis GIP0000 usia
kehamilan 39-40 minggu kala I fase aktif .
Pada saat kala I fase aktif yaitu menganjurkan ibu untuk makan dan
minum saat tidak ada kontraksi untuk persiapan saat melahirkan nanti,
mengajarkan ibu teknik nafas yang benar bila ada kontraksi dan beristirahat
ketika tidak ada kontraksi, menganjurkan ibu untuk jalan-jalan disekitar tempat
tidur atau tidur miring ke kiri, serta melakukan observasi kala I fase aktif dan
memasukkan pada lembar partograf. Menurut Nurasiah (2012), tanda-tanda
persalinan adalah adanya pengaruh his dapat menimbulkan desakan daerah
uterus meningkat, terhadap janin (penurunan), terhadap korpus uteri (dinding
menjadi tebal), terhadap itsmus uterus (teregang. dan menipis), terhadap kanalis
servikalis (effecement dan pembukaan) (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit). Keluarnya lendir bercampur darah (”show”) melalui vagina dan
pecahnya ketuban. Penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
kenyataan dan teori.

2. KALA 2
Pada pukul 18.40 ibu merasa ingin meneran dan ingin BAB. Dari pemeriksaan
fisik ditemukan keadaan umum ibu baik, His: 4x 10’ × 45’’. DJJ 145x/menit.
Pembukaan 10 cm, effacement 100%, ketuban (-) jernih, presentasi kepala,
denominator UUK , penurunan H-III, tidak ada bagian janin yang ikut menumbung.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa pembukaan ibu sudah lengkap dan
terdapat dorongan kuat untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan
vulva ibu membuka, hal ini merupakan tanda gejala kala II dan kemudian petugas
menyiapkan alat-alat dan bahan yang digunakan untuk menolong persalinan. Ketika
siap untuk dipimpin meneran, pada saat ada his yang adekuat dilakukanlah pertolongan
persalinan normal, Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kemenkes RI
(2013) bahwa pada kala II yaitu ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
vaginanya, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka, meningkatnya
pengeluaran lendir bercampur darah dan tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa
dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap, atau
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3. KALA 3
Pukul 18.56 ibu memasuki kala 3 Persalinan, ibu merasa mulas dan lega bayi
telah lahir. Pada pemeriksaan fisik dihasilkan TFU setinggi pusat, benyuk uterus
globuler, tali pusat tampak didepan vulva. Dihasilkan diagnosis P1001 Inpartu Kala III
Setelah ditemukan adanya tanda pelepasan plasenta selanjutnya dilakukan
manajemen aktif kala III yaitu menyuntikkan oksitosin 10 IU, melakukan penegangan
tali pusat terkendali saat uterus berkontraksi sambil tangan yang lain mendorong uterus
ke arah belakang atas (dorso cranial), melakukan masasse uterus selama 15 detik dalam
penatalaksanaannya. Hal ini dilakukan untuk mempercepat lahirnya plasenta dan
mencegah perdarahan. Menurut Kemenkes RI (2013) tanda- tanda lepasnya plasenta
adalah perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah
mendadak dan singkat. Menurut Nurasiah (2010), kala III dimulai segera setelah bayi
lahir sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus
uteri. Berdasarkan data yang ada bahwa pada kenyataan dan teori tidak ada
kesenjangan.

4. KALA 4
Setelah plasenta lahir, ibu memasuki kala 4 persalinan. Ibu merasa perut masih
mules namun senang dengan kelahiran bayinya. Hasil pemeriksan UC (+) keras, TFU
2 jari di bawah pusat. Vesika Urinaria Kosong.
Pada tinjauan kasus telah dilakukan pemberian asuhan kala IV dan pemantauan
keadaan umum menggunakan partograf yaitu TTV, kontraksi uterus, tinggi fundus
uteri, kandung kemih serta perdarahan tiap 15 menit pada satu jam pertama dan tiap 30
menit pada jam kedua postpartum. Pemberian asuhan yang tepat dan pemantauan ketat
pada ibu dapat menghindari terjadinya komplikasi. Sebagian besar kejadian kesakitan
dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan terjadi selama 2
jam pertama setelah kelahiran.
Hal ini sesuai menurut teori Marmi (2012), bahwa dilakukan pengecekan agar
tidak menyebabkan perdarahan aktif. Kala IV pada kasus ini dilakukan observasi yang
meliputi TTV, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, kandung kemih serta perdarahan
tiap 15 menit pada satu jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua postpartum.
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi tiap 15 menit 1 jam pertama dan tiap
30 menit 1 jam kedua karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Maka tidak ada kesenjangan antara kenyataan dan teori.

Anda mungkin juga menyukai