Anda di halaman 1dari 16

bahwa peningkatan suhu, nadi, respirasi merupakan hal yang normal

(Saefudin, 2011).

Perabaan 0/5 bagian, hal tersebut karena 5 bagian terbawah janin sudah

masuk PAP, hal tersebut dapat dilihat dari pemeriksaan vaginal toucher bahwa

penurunan kepala berada di hodge IV (JNPK-KR, 2010).

2 jam kemudian ada kemajuan dengan hasil ibu sudah dalam kala II

persalinan, his 5 kali dalam 10 menit lamanya 50 detik, kuat, teratur dan relaksasi

positif, pembukaan ibu sudah lengkap dan kepala janin sudah di Hodge IV, ada

pengeluaran lendir darah, ketuban pecah spontan pada pukul 21.00 WIB dengan

warna jernih. Dalam teori disebutkan bahwa apabila sudah mendekati persalinan

his akan meninggi menjadi 5 kali dalam 10 menit atau lebih lamanya dari 40-50

detik atau lebih kuat, serta kepala janin akan turun kedasar panggul (Hodge IV)

dan terdapat tanda-tanda kala II yaitu ibu merasakan ingin meneran, vulva dan

spingter ani membuka, ibu merasakan adanya tekanan pada anus. Sehingga dapat

dikatakan kondisi ibu tersebut sudah sesuai dengan teori kemajuan persalinan

(JNPK-KR/POGI, 2010).

Pada Ny. N kala II berlangsung ± ½ jam dari pembukaan lengkap sampai

lahirnya bayi masih dikatakan normal karena menurut teori pada multigravida

kala II berlangsung 1 jam/60 menit dan pada mutigravida kala II normalnya tidak

lebih dari 1 jam (Rukiyah dkk, 2013). Dalam teori dijelaskan bahaya pada

persalinan kala II apabila berlangsung > 60 menit pada multigravida bila

berlangsung > 1 kali 60 menit pada multigravida, bahaya pada bayi bisa

mengakibatkan bayi mati karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta dan pada

154
155

ibu bisa menyebabkan perpanjangan pada kala I, partus lama pada kala II retensio

plasenta pada kala III dan perdarahan pada kala IV (Prawirohardjo, 2011).

Diagnosa berikutnya yaitu G3 P2 A0 Hamil 39 minggu 5 hari, inpartu kala II.

Atas dasar ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan bertambah kuat, ibu juga

mengatakan lendir bercampur darah semakin bertambah banyak keluar dari

vaginanya. Ibu megatakan semakin meningkatnya tekanan pada bagian anus dan

vagina seakan-akan bayi ingin segera lahir, ibu juga rasanya ingin mengedan

(ingin BAB).

Kala II persalinan, dibuat perencanaan seperti diantaranya yaitu Memberitahu

ibu dan keluarga hasil pemeriksaan saat ini bahwa keadaan ibu dan janin baik,

pembukaan sudah lengkap dan ibu akan segera melahirkan, memberikan

dukungan psikososial dengan menganjurkan keluarga untuk ikut terlibat dalam

asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan

taktil, memberikan minum, teman bicara dan memberikan dukungan dan

semangat., anjurkan ibu untuk minum, Menyeka keringat ibu dengan handuk agar

ibu merasa lebih nyaman, melepaskan BH (penyangga payudara) serta mengganti

pakaian dengan yang besih dan kering serta menyerap keringat, mengajarkan ibu

cara mengedan yang baik, mendekatkan semua peralatan yang akan digunakan

pada saat persalinan sesuai dengan asuhan persalinan normal, membantu kelahiran

bayi dan pendokumentasian hasil pemeriksaan serta semua asuhan yang sudah

diberikan (JNPK-KR, 2010).

½ jam kemudian bayi lahir spontan dengan jenis kelamin perempuan,

menangis kuat, tidak ada bayi kedua. Dalam teori disebutkan bahwa Persalinan
156

spontan apabila persalinan Seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

(Prawirohardjo, 2011).

Pada kala II persalinan ketika kepala bayi 5-6 cm berada di depan vulva bidan

melakukan episiotomi karena perineum ibu yang kaku. Dalam teori disebutkan

bahwa ada beberapa indikasi dilakukan episiotomi yaitu ketika gawat janin,

persalinan lama, persalinan dengan vacum atau forcep, dan perineum yang

kaku(JNPKKR,2008). Hal diatas sudah sesuai dengan teori, namun pada saat

dilakukan episiotomi perineum ibu tidak dilakukan anestesi.

Bayi lahir spontan jenis kelamin perempuan pada pukul 21.30 WIB. Kala II

berlangsung selama ± ½ jam, dalam teori disebutkan bahwa pada multigravida

kala II normalnya berlangsung 1 - 2 jam dan multigravida berlangsung ½ - 1 jam

dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir (JNPK-KRI, 2008), sehingga dapat

disimpulkan waktu persalinan kala II tidak sesuai dengan teori yang ada dan

masih dikatakan normal. Pada saat persalinan tidak ada ruptur pada mukusa dan

otot perineum ibu.

Segera setelah lahir bayi langsung dikeringkan dengan kain bersih dan kering,

kemudian dilakukan penilaian selintas, yaitu warna kulit kemerahan, tonus otot

aktif, dan menangis kuat dan APGAR score 9/10, score 9 artinya seluruh tubuh

kemerahan (score 2), detak jantung > 100 kali per menit (score 2), sedikit gerakan

mimik menyeringai (score 1), ektremitas fleksi (score 2), usaha bernafasnya baik,

menangis kuat (score 2) dan pada menit ke 5 nilai apgar scorenya adalah 10,

artinya, artinya seluruh tubuh kemerahan (score 2), detak jantung 110 kali per

menit (score 2), gerakan aktif (score 2), Gerakan aktif, ekstremitas fleksi (score

2), usaha bernafasnya baik, menangis kuat (score 2). Klasifikasi klinik 7-10 bayi
157

normal, 4-6 untuk bayi asfiksia ringan-sedang, nilai 0-3 untuk bayi asfiksia berat

(Prawirohardjo, 2011). Dapat disimpulkan bahwa apgra scorenya normal yaitu >

7-10 dan tidak ditemukan masalah.

Setelah dilakukan penilaian selintas bayi langsung dilakukan IMD selama 30

menit sampai 1 jam. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya

segera setelah lahir paling sedikit satu jam setelah bayi lahir dan tali pusat masih

tersambung dengan plasenta, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit

bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini

berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu

sendiri. Bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi

dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi dukungan untuk

mengenali bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan. JNPK-KR,

(2011).

Interpretasi dilakukan penulisan sesuai kebutuhan antara lain ibu diberitahu

hasil pemeriksaan, memastikan kelengkapan peralatan persalinan, memposisikan

ibu senyaman mungkin, membantu menyeka keringat ibu, memberi asupan

nutrisi, memberi dukungan semangat, diajarkan cara mengedan yang benar,

melakukan pertolongan persalinan, Bayi lahir spontan jenis kelamin perempuan

pada pukul 21.30 WIB apgar score 8/9. Kala II berlangsung selama ± 30 menit,

dalam teori disebutkan bahwa kala 2 pada multigravida berlangsung 2 jam dari

pembukaan lengkap sampai bayi lahir (JNPK-KRI, 2010), sehingga dapat

disimpulkan waktu persalinan kala II tidak sesuai dengan teori yang ada namun

kondisi ibu dan janin masih dalam batas normal.


158

Pada kala II persalinan ditemukan kesenjangan antara teori dengan

pelaksanaan dilapangan diantaranya pada saat memberikan pertolongan persalinan

yang tidak sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal 60 langkah. Yaitu pada saat

menolong persalinan penolong tidak menggunakan APD secara lengkap seperti

tidak memakai topi, kacamata. (JNPK-KR, 2010).

1. Pembahasan Kala III

Pemeriksaan objektif pada kala III didapatkan hasil pemeriksaan yaitu fundus

globuler, tinggu fundus uteri sepusat, ada kontraksi, pemeriksaan anogenital,

terlihat semburan darah secara tiba-tiba dan tali pusat memanjang. Keadaan ini

sesuai teori yang menyatakan bahwa tanda-tanda pelepasan plasenta mencakup

beberapa hal yaitu perubahan dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan

darah yang tiba-tiba dan singkat. Dalam teori disebutkan hal tersebut merupakan

tanda dari pelepasan plasenta, maka dapat disimpulkan sesuai dengan teori

(JNPK-KR,2008).

Metode/cara pelepasan plasenta yang digunakan adalah metode Perasat

Kustner dimana tali pusat dikencangkan dan tangan diletakkan diatas disimfisis,

bila tali pusat masuk kembali berarti plasenta belum lepas. (Prawirohardjo,2011)

Cara pelepasan plasenta bidan menggunakan metode Duncan dimana,

pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan dan diikuti oleh

pelepasan plasentanya. (Prawirohardjo,2011)

Plasenta lahir 10 menit setelah kelahiran bayi, dalam referensi JNPK-KR

(2010) disebutkan kelahiran plasenta normal 15 menit setelah bayi lahir. Maka

dapat disimpulkan bahwa hal tersebut dikatakan normal dan sesuai dengan teori.
159

Plasenta lahir lengkap dengan berat dengan berat kurang lebih 500 gram,

dengan bagian maternal yaitu kotiledon 20 lobus ,diameter 22 cm, ketebalan 2,5

cm, panjang tali pusat 50 cm, berat lebih kurang 500 gram, tidak ada pengapuran

dan fetal yaitu kotiledon 20 lobus. Hal tersebut sesuai dengan teori yang ada.

Tinggi fundus uteri 1 jari dibawah pusat, dalam teori disebutkan setelah plasenta

lahir tinggi fundus 1 jari dibawah pusat hal tersebut sesuai dengan teori yang ada.

Segera setelah plasenta lahir, langsung melakukan masase uterus, dengan

meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (teraba keras) selama 15 kali

dalam 15 detik sampai uterus mengeras dan berkontraksi. Hal ini menunjukan

sudah sesuai teori yang ada.

Darah yang keluar ± 150 ml normal karena dalam teori dikatakan perdarahan

kala III ±250cc (Obstetri Fisiologi, 1983), serta melakukan massage selama 15

detik dan mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah

diberikan (Buku Acuan APN, 2007).

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan didapatkan diagnosa yaitu P3A0 kala

III. Kala III, asuhan yang telah diberikan telah sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan, adanya kesenjangan pada asuhan kala III antara teori dengan praktek

dilapangan dimana tali pusat tidak dilakukan pemotongan segera tetap tersambung

antara tali pusat dengan bayi sampai terdapat tanda pelepasan plasenta, kemudian

pemotongan tali pusat dilakukan oleh suami dengan di bimbing oleh bidan serta

tetap dengan pencegahan infeksi yang tersandard.

Kala III, yang direncanakan adalah memberitahukan hasil pemeriksaan,

anjurkan ibu untuk minum, memberitahu ibu akan disuntik, melakukan


160

penyuntikan oksitosin 10 unit 1 menit setelah bayi, tidak menjepit tali pusat dan

tidak memotong tali pusat, melakukan manajeman aktif kala III yaitu melakukan

penegangan tali pusat terkendali (PTT), mengeluarkan plasenta dan melakukan

masase fundus uteri dan pemotongan tali pusat dilakukan oleh suami dengan

posisi bayi berada di atas perut ibu, melakukan Inisiasi menyusu dini (IMD), dan

mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan.

2. Pembahasan Kala IV

Pada data subjektif ibu mengaku masih merasa mules hal ini karena otot

uterus miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus

setelah lahirnya bayi sehingga timbul rasa mules (Winkjosastro, 2009). Ibu

merasa sakit dari luka jalan lahir hal itu merupakan hal yang fisiologis.

Pada pemeriksaan objektif pada kala IV di dapatkan hasil pemeriksaan yaitu

fundus 1 jari di bawah pusat, tidak terdapat luka laserasi, dalam teori fundus uteri

setinggi atau beberapa jari dibawah pusat (Winkjosastro, 2009).

Setelah melakukan pengkajian data dan didapatkan diagnosa disimpulkan

bahwa ibu P3A0 kala IV dengan tidak ada luka laserasi jalan lahir dan kulit

perinieum (Prawirohardjo,2009).

Asuhan yang diberikan pada kala IV juga dilakukan sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan. Dimana pemantauan 2 jam pasca persalinan telah dilakukan

sesuai dengan ketentuan yaitu tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih

dan darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit

selama 1 jam kedua kala IV. Selain itu memantau temperatur tubuh setiap jam

selama 2 jam pertama pasca persalinan. Kemudian semua hasil pemeriksaan telah

didokumentasikan kedalam partograf.


161

Kala IV, hal-hal yang direncanakan adalah memberitahukan hasil

pemeriksaan, tidak melakukan penjahitan luka perineum karena tidak ada laserasi

jalan lahir , membersihkan ibu, anjurkan ibu untuk minum dan makan,

melakukan pemrosesan alat bekas pakai, mengajarkan ibu dan keluarga untuk

memeriksa rahim (masase uterus), menjelaskan tanda bahaya masa nifas, anjurkan

ibu untuk tidak menahan pipis, observasi kala IV dan mendokumentasikan semua

hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan.

A. Manajemen Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

1. Pembahasan asuhan kebidanan kebidanan 6 jam pada Bayi baru Lahir

Dalam literature Rukiyah, dkk (2013) Pengkajian data bayi baru lahir data

diperoleh dari anamnesa (dari ibu, suami dan keluarga) dan observasi melalui

pemeriksaan fisik. Pengkajian data dilakukan melalui wawancara langsung antara

petugas kesehatan dengan ibu (termasuk suami dan keluarga) dan pemeriksaan

fisik dilakukan sesuai standar pelayanan kebidanan. Pada pemeriksaan umum dan

sistematis menunjukan keadaan bayi dalam keadaan sehat (dalam batas normal

atau tidak mengalami kecatatan). Pemeriksaan sistematis dilakukan head to toe

dengan prinsip pencegahan kehilangan panas dan pemeriksaan dilakukan dengan

menggunakan handscooon. Hal ini sesuai dengan penanganan bayi baru lahir

dengan prinsip pencegahan infeksi.

Riwayat persalinan dan nifas ibu dalam keadaan normal, keadaan bayi lahir

baik dengan APGAR score 9/10, score 9 artinya seluruh tubuh kemerahan (score

2), detak jantung > 100 kali per menit (score 2), gerakan aktif (score 2),

ektremitas sedikit fleksi (score 1), usaha bernafasnya baik, menangis kuat (score
162

2) dan pada menit ke 5 nilai apgar scorenya adalah 10, artinya, artinya seluruh

tubuh kemerahan (score 2), detak jantung > 100 kali per menit (score 2), gerakan

aktif (score 1), Gerakan aktif, ekstremitas fleksi (score 2), usaha bernafasnya

baik, menangis kuat (score 2). Dalam teori disebutkan bahwa bayi baru lahir

normal nilai apgar >7, maka bayi tersebut dikatakan dalam keadaan normal.

(Prawirohardjo, 2011).

Pada saat bayi lahir bayi segera mengeluarkan mekonium berwarna hitam

pekat, dalam teori disebutkan bahwa bayi dalam 24 jam pertama lahir

mengeluarkan mekonium sampai 2-3, selanjutnya pada hari 4-5 berwarna coklat

kehijauan, kemudian kuning, lembek jika minum air susu ibu. Hal tersebut sesuai

dengan teori dimana bayi telah mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama

dan menunjukkan bahwa bayi tidak terdapat atresia ani (Rukiyah dkk,2013).

Pemeriksaan tanda-tanda vital denyut nadi 142 kali per menit, dalam teori

denyut nadi bayi baru lahir normal adalah 120-160 kali per menit. Hal diatas

sesuai dengan teori, dapat disimpulkan bahwa denyut nadi bayi normal.

Pemeriksaan pernafasan bayi 45 kali per menit, dalam teori disebutkan bahwa

frekuensi pernafasan bayi baru lahir yang normal adalah 40-60 kali per menit,

dapar disimpulkan bahwa pernafasan bayi normal.(Rukiyah dkk,2011).

Suhu bayi 36,7o C, dalam teori dijelaskan suhu yang normal pada bayi baru

lahir adalah 36,5 derajat celcius sampai 37,5o C derajat celcius. Kesimpulannya

suhu bayi normal (Mitayani, 2011).

Pemeriksaan antropometri yaitu 3200 gram, dalam teori berat badan bayi

normal antar 2500-4000 gram, Panjang badan 50 cm dalam teori pangjang badan

normal 48-52 cm, Lingkar dada 32 cm dalam teori lingkar dada normal 30-38 cm,
163

lingkar kepala 34 cm dalam teori 33-38 cm. Maka dapat disimpulkan antropometri

bayi dalam batas normal (Prawirohardjo,2011).

Pemeriksaan genitalia labia mayora sudah menutupi labia minora. Dalam

teori disebutkan pemeriksaan bayi baru lahir biasanya bayi perempuan labia

mayora sudah menutupi labia minora (Adsense, 2011). Hal diatas sesuai dengan

teori.

Penulis membuat diagnosa Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia

6 jam normal. Atas dasar bayi lahir pada usia kehamilan 39 minggu lebih 5 hari

(BBL 3200 gram dan PBL 50 cm, lingkar dada 32 cm, LILA 11 cm, lingkar

kepala 34 cm) lahir dengan persalinan spontan pada tanggal 14 Juli 2021 pukul

21.30 WIB.

Pengumpulan data (pengkajian data) serta menginterpretasikannya, penulis

tidak menemukan masalah yang membutuhkan tindakan segera. Dengan demikian

penulis tetap melakukan pemantauan secara ketat untuk mencegah terjadinya

masalah atau komplikasi pada bayi baru lahir. Penulis tidak menuliskan

kebutuhan terhadap tindakan segera atau kolaborasi (pada bayi baru lahir) dengan

tenaga kesehatan lain karena tidak ada masalah potensial pada kasus ini.

Penulis membuat rencana prioritas masalah, dimana rencana tindakan harus

sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir. Adapun rencana asuhan yang diberikan

adalah memberikan informasi hasil pemeriksan pada ibu dan keluarga,

memandikan bayi baru lahir, memberikan imunisasi hepatitis, memberikan

konseling tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir, memberikan konseling

tentang pemberian ASI yang baik dan tepat, memberikan konseling perawatan tali
164

pusat pada bayi dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah

diberikan. Pada langkah ini penulis membuat rencana berdasarkan kebutuhan.

Rencana asuhan yang dilaksanakan sesuai dengan teori Varney dimana

pelaksanaan asuhan disesuaikan atau sama dengan perencanaan tindakan yang

telah dibuat sebelumnya dan sesuai dengan teori-teori yang telah dibahas. Bayi

tidak memerlukan minuman dan makanan lain selain ASI (JNPK-KR, 2008). Pada

Selain itu pada pelaksanaan dilapangan, bayi diberikan salep mata

tetrasiklin/erlamycitine sebagai penceghan infeksi pada mata. Salep mata

seharusnya diberikan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis ini

tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (JNPK-KR, 2008).

Bayi Ny. N sudah diberikan salep mata. Dalam teori beri salep mata pada

bayi baru lahir antibiotika tetrasiklin/erlamycetin 1 % pada kedua mata segera

setelah IMD. Hal diatas sudah sesuai teori, dimana bidan telah memberikan salep

mata segera setelah IMD.

Bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injek 1 mg intramuskuler dipaha

kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir akibat

defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir. Bayi Ny.

N telah diberikan vitamin K setelah dilakukan IMD.

Pemberian HB0 juga penting diberikan pada bayi, pemberian tersebut

diberikan secara injek intramuskular dipaha kanan anterolateral, diberikan kira-

kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 (JNPK-KR, 2008). Hal diatas sudah

sesuai teori yaitu bayi Ny. N disuntikan HB0 setelah 1 jam suntik Vit K.

Evaluasi yang diberikan sesuai kebutuhan yang diperlukan oleh bayi baru

lahir. Dalam evaluasi ini ibu termasuk suami dan juga keluarga sudah mengerti
165

tentang penjelasan hasil pemeriksaan bayi baru lahir yang telah diberikan bidan.

Ibu juga dapat menjelaskan kembali tentang informasi yang telah disampaikan

mengenai hasil pemeriksaan bayi baru lahir, tindakan medis yang harus dilakukan

pada bayi baru lahir serta anjuran-anjuran yang harus dilakukan pada bayi baru

lahir serta informasi lainnya yang berkaitan dengan kondisi bayi baru lahir.

Bayi Ny. N dimandikan setelah 7 jam. Dalam teori bayi minimal setelah 6

jam dimandikan . Dapat disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan Bayi baru

dimandikan setelah 7 jam. (JNPK-KR,2008).

Intervensi yang dilakukan adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan,

Memandikan bayi ibu dan ajarkan cara memandikan yang baik dan benar, ibu cara

perawatan tali pusat, Memberikan konseling pada ibu untuk selalu menjaga

kehangatan, Mengajarkan ibu melakukan perawatan payudara yang baik dan

benar, Memberitahu ibu cara menyusui yang baik dan benar, Menganjurkan ibu

untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi. Semua hasil pemeriksaan dan asuhan

yang telah diberikan telah selesai didokumentasikan sesuai dengan manajemen 7

langkah Varney.

2. Asuhan Kebidanan 6 hari pada Bayi Baru Lahir di PMB Hasnita

Bergerak aktif, Ibu mengaku bayinya, mau dan dapat menghisap puting

susunya dan menyusu dengan kuat dan dapat menelan ASI nya, tali pusat tidak

memerah, dan sudah puput pada hari keenam, dalam teori disebutkan bahwa tali

pusat akan puput pada usia 5-7 hari, maka hal tersebut dikatakan sesuai dengan

teori (Rukiyah, 2011).


166

Bayi sudah buang air besar 3x/hari hitam kehijauan dan buang air kecil 6-

7x/hari berwarna kuning, dalam teori disebutkan mulai 24 jam pertama lahir

sampai hari kedua dan ketiga, selanjutnya pada hari ke empat dan kelima

berwarna coklat kehijauan, kemudian kuning, lembek jika minum air susu ibu.

Bila minum PASI berwarna keabu-abuan dan berbau sedikit membusuk, defekasi

mungkin 3-8x/hari.(Rukiyah dkk,2010).

Keadaan umum baik, kesadaran Compos mentis, denyut jantung :

120x/menit, pernafasan 45x/menit, suhu 36,7°C. BB 3300 gram, 49 cm. Dalam

teori disebutkan bahwa bayi baru lahir akan mengalami penurunan dalam berat

badannya sekitar 10 hari pertama setelah melahirkan, hal ini dikarenakan bayi

akan mengalami fase adaptasi dengan dunia luar (Prawirohadjo, 2009). Sehingga

dapat disimpulkan sesuai dengan teori karena tidak semua bayi akan mengalami

penurunan penurunan berat badannya ketika melakukan fase adaptasi dengan

dunia luar, asalkan bayi dalam keadaan sehat dan normal, kesenjangan tersebut

tidak begitu dipermasalahkan. Di lapangan ternyata berat badan bayi pada hari

keenam kembali mengalami peningkatan sebanyak 100 gram dari 3200 gram

menjadi 3300 gram. Hal ini dikarenakan bayi Ny.N menyusunya adekuat dan

hanya diberikan ASI.

3. Pembahasan Asuhan Kebidanan 14 hari

Berat badan bayi baru lahir hari ke 14 adalah 3300 gram,dan telah terjadi

peningkatan dari sebelumnya 3200 gram dan sekarang menjadi 3300 gram, berarti

telah terjadi penambahan berat badan 300 gram pada kunjungan 2 minggu. Secara

keseluruhan telah terjadi peningkatan berat bada bayi Ny. N sejak lahir sampai
167

sekarang adalah 700 gram. Hal ini normal karena bayi tersebut sering menyusu

dan hannya diberikan ASI (Prawirohardjo, 2011).

Bayi menyusu tiap menangis atau jam sekali. Ibu mengatakan bahwa bayinya

belum di immunisasi BCG. Intervensi yang diberikan adalah memberitahu ibu dan

keluarga bahwa bayi dalam keadaan baik, memberi penkes ibu imunisasi BCG

dan Polio 0, mengingatkan ibu mengimunisasi bayi sesuai jadwal yang telah

diberikan, menganjurkan ibu untuk memeriksakan dan menimbang bayinya secara

teratur (1 bulan sekali) ke fasilitas kesehatan atau ke posyandu, mengingatkan

kembali untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi,

mendokumentasikan hasil asuhan.

Pemeriksaan BBL yang dilakukan Ny. N Sudah sesuai dengan teori

pelaksanaan kesehatan Neonatus, KN 1 dilakukan kurun waktu 1-3 hari, KN 2

kurun waktu hari ke 4 sampai ke 7 dan KN 3 kurun waktu hari ke 8 sampai 28

hari (Budihardja dkk, 2009). 

Intervensi yang diberikan yaitu, Memberitahu hasil pemeriksaan bayi kepada

ibu, Mengingatkan ibu untuk mengimunisasi bayi, Menganjurkan ibu untuk

memeriksakan dan menimbang bayinya, Mengingatkan kembali untuk

memberikan ASI secara ekslusif, Memberikan ibu penkes tentang pentingnya

imunisasi pada bayi, mendokumentasikan semua hasil asuhan.

B. Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

1. Pembahasan asuhan kebidanan ibu nifas 6 jam post partum

Untuk perkembangan selanjutnya ibu dalam kala IV pengawasan, tanda-tanda

vital TD 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 21 kali/ menit, Suhu 36,5 o C,
168

fundus uteri ibu 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong

perineum tidak ada luka laserasi, pengeluaran lochea warna merah (rubra) darah

yang keluar 10 cc, dalam teori dikatakan bahwa apabila setelah lahir plasenta

maka fundus akan mengecil (involusi) akan tetapi proses involusinya bertahap,

sedangkan umumnya pada ibu pasca bersalin TFU akan berinvolusi 1-2 jari

bawah pusat (Saleha,2009). Sehingga dapat dikatakan keadaan TFU ibu sudah

normal dan sesuai serta perdarahan ibu normal karena hanya 10 cc.

Penulis membuat diagnosa awal ibu P3A0 6 jam Postpartum, atas dasar ibu

Riwayat persalinan yang terakhir, persalinan spontan tanggal 14 Juli 2021.

Rencana asuhan yang dilaksanakan sesuai dengan teori Varney dimana

pelaksanaan asuhan disesuaikan atau sama dengan perencanaan tindakan yang

telah dibuat sebelumnya dan sesuai dengan teori-teori yang telah dibahas yaitu

meberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini, memberi ibu vit A 200.000 IU,

memberi ibu antibiotik 500 mg, memberitahu ibu bahwa mules yang ibu rasakan

saat ini adalah normal, Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, mengajarkan ibu

cara perawatan luka perineum, menganjurkan ibu BAK di toilet sebagai mobilisasi

dini, memberikan penkes nutrisi, mengajarkan ibu cara perawatan tali

pusat,konseling ASI ekslusif, dan memberitahu ibu tanda-tanda bahaya nifas.

Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan ulang 1 kemudian, Dokumentasikan

hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan.

2. Pembahasan asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 hari/1 minggu

Enam hari kemudian dilakukan pemeriksaan kembali dengan hasil

pengeluaran lochea pada hari-hari setelah persalinan yaitu sanguinolenta, apabila


169

dibandingkan dengan teori yang sudah sesuai (Varney, 2007). Asuhan yang

pernah diberikan pada kunjungan sebelumnya semua dilakukan oleh ibu.

intervensi pada kunjungan sekrang hanya mengingatkan kembali agar ibu bisa

melanjutkan saran dan anjuran yang telah diberikanpada kunjungan sebelumnya

(Prawirohardjo, 2009 dikutip oleh Rukiyah, 2010).

3. Pembahasan asuhan kebidanan Ibu Nifas 2 minggu

14 hari kemudian pada saat pengkajian data objektif TFU ibu sudah tidak

teraba, ada pengeluran cairan berwarna kuning dan tidak tampak darah dalam

teori disebutkan bahwa pada masa involusi hari ke 14 sudah fundus tidak teraba

dan pengeluaran lokea serosa ( berwarna kuning tidak berdarah lagi), hal tersebut

sesuai dengan teori yang ada (Prawirohardjo,2011). Intervensi yang diberikan

disesuaikan dengan teori asuhan kunjungan 2 minggu yaitu memberitahu hasil

pemeriksaan, memberikan penkes nutrisi, menganjurkan istirahat, mengingatkan

ibu tanda bahaya nifas, mengingatkan ibu untuk memberikan selalu ASInya pada

bayi serta, mengingatkan pada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi,

menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada post partum 6 minggu serta untuk

pemilihan kontrasepsi (KB). dan mendokumentasikan semua hasil asuhan.

Intervensi tersebut sudah sesuai diberikan berdasarkan teori yang ada

(Prawirohardjo,2011).

Anda mungkin juga menyukai