Di Susun Oleh :
RENA
NIM. 202006090236
Asuhan kebidanan pada Ny.”F” G1P0000 Usia Kehamilan 40 minggu inpartu kala
1 fase aktif janin tunggal hidup intra uteri di Puskesmas Jila tahun 2021”
mahasiswa atas nama :
NAMA : Rena
NIM 202006090236
2.2.1 Pengkajian
1. Data subyektif
1) Biodata
a) Umur
Tanyakan berapa usia wanita karena usia di bawah 16 tahun
dan di atas 35 tahun wanita rentan terhadap komplikasi. Usia
di bawah 16 tahun meningkatkan insiden preeklamsia, usia di
atas 35 tahun meningkatkan insiden persalinan yang lama
pada nulipara, SC, kelahiran preterm, intrauterine growth
retardation (IUGR) dan kematian janin (Varney & Jan, 2008:
691).
b) Pendidikan
Pendidikan yang kurang membuat masyarakat tetap
berorientasi pada pengobatandan pelayanan tradisional
sehingga mempengaruhi kesejahteraan ibu (Manuaba et al,
2014: 11).
c) Gravida dan para
Paritas memengaruhi durasi persalinan dan insiden
komplikasi. Semakin tinggi paritas, insiden abrubsio
plasenta, plasenta previa, perdarahan uterus, mortalitas ibu,
dan mortalitas perinatal juga meningkat (Varney & Jan,
2008: 691).
2) Keluhan utama
Menurut Manuaba et al (2014: 173) tanda-tanda persalinan
adalah:
a) Terjadinya his persalinan. Mempunyai ciri khas pinggang
terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan. Terjadi perdarahan karena
kapiler pembuluh darah pecah.
c) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban
pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
Gejala utama kala II (pengusiran) menurut Manuaba et al (2014:
173‒174) adalah:
a) His semakin kuat, interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi
50 sampai 100 detik.
b) Akhir kala I, ketuban pecah, ditandai pengeluaran cairan
secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya Pleksus
Frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadikepala membuka pintu, suboksiput
bertindak sebagai hipomoklion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan
di bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan
bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban.
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Penyakit jantung
Perubahan fisiologi terjadinya peningkatan volume darah dan
peningkatan frekuensi denyut jantung menyebabkan
peningkatan serambi kiri jantung yang mengakibatkan edema
pada paru. Penambahan volume darah kedalam sirkulasi
sistemik sewaktu his atau kontraksi uterus menyebabkan
bahaya saat melahirkan karena dapat mengganggu aliran
darah dari ibu ke janin (Saifuddin, 2014: 769). Persalinan
pervaginam diperbolehkan pada ibu dengan penyakit
jantung kelas I dan II. Hal ini jantung harus bekerja lebih
berat (Irianto, 2014: 266).
b) Diabetes Mellitus
Komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan yaitu trauma
kelahiran seperti distosia bahu, fraktur tulang dan injuri
pleksus brakialis. Kelahiran mati, lebih sering pengakhiran
partus dengan tindakan termasuk SC (Saifuddin, 2014: 855‒
856).
c) Anemia
Bahaya saat persalinan adalah gangguan kekuatan mengejan,
kala I dapat berlangsung lama dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio
plasenta dan perdarahan karena atonia uteri, kala IV terjadi
perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri (Manuaba
et al, 2014: 240).
d) Hipertiroidisme
Menurut Miller et al 1994 dalam Fraser dan Cooper (2009:
346) hipertiroidisme dapat meningkatkan insiden kelahiran
prematur, BBLR dan kematian janin.
e) Pneumonia
Saat persalinan perlu pertolongan yang tepat dengan
mempercepat persalinan kala II. Keadaan ini sering dijumpai
pada persalinan terlantar sehingga membahayakan jiwa
janin maupun ibunya (Manuaba et al, 2014: 337).
f) Hipertensi
Penundaan persalinan meningkatkan risiko kematian ibu dan
janin. Apabila kehamilan berusia 37 minggu atau lebih segera
lakukan persalinan, jika servik matang lakukan pemecahan
ketuban, lalu induksi persalinan tetapi apabila dalam 12 jam
tidak ada harapan lahir pervaginam segera lakukan SC. Jika
servik belum matang segera lakukan SC (Saifuddin, 2014: M-
41).
g) Gonorrhea
Ibu penderita gonorrhea dapat terjadi abortus spontan,
BBLR, KPD, korioamnionitis, persalinan prematur (Fraser
dan Cooper, 2009: 371). Bayi yang lahir dari ibu menderita
gonorrhea selalu diberikan salep mata untuk mencegah
infeksi yang dapat menyebabkan kebutaan (Manuaba et al,
2014: 338).
h) HIV/ AIDS
Terapi AZT secara signifikan mengurangi dan menekan
kemungkinan bahwa darah ibu atau cairan tubuh akan
menularkan virus HIV kepada bayinya. Hal ini diberikan
kepada ibu selama persalinan dan melahirkan, ini karena bayi
yang baru lahir risiko darah dan cairan adalah paparan
tertinggi penularan virus (Irianto, 2014: 237).
i) Hepatitis B
Pada penyelesaian persalinan dengan cara pervaginam harus
diawasi dengan ketat, pada kala II boleh diperpendek dengan
ekstraksi vakum atau forceps bila janin hidup atau
embriotomi bila janin mati. Bahaya yang paling mengancam
untuk ibu saat persalinan ialah terjadinya perdarahan yang
hebat dan sulit dikontrol (Mochtar, 2015: 119).
4) Riwayat kesehatan sekarang
a) Ibu hamil dengan anemia saat persalinan dapat terjadi
gangguan his (kekuatan mengejan), kala I berlangsung lama,
kala II berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan
kelelahan serta memerlukan tindakan operasi SC, retensio
plasenta dan atonia uteri(Manuaba et al, 2014: 240).
b) Kadar Hb normal 11g% (Manuaba et al, 2014: 239).
c) Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita gonorrhea dapat
menderita konjungtivitis, gonore neonatorum atau disebut
juga blenore neonatorum(Cuningham et al, 2006: 434).
d) Darah dan cairan ibu saat persalinan dapat berisiko menular
kepada bayi yang baru lahir risiko darah dan cairan (Irianto,
2014: 237).
5) Riwayat kesehatankeluarga
a) Pengaruh diabetes dalam persalinan antara lain: kelahiran
mati, distosia bahu, fraktur tulang dan injuri pleksus
brakialis(Saifuddin, 2014: 855).
b) Persalinan anak kembar dapat berlangsung lebih lama karena
kereganggan otot rahim yang berlebihan. Setelah kelahiran
anak pertama dapat terjadi solusio plasenta (Manuaba et al,
2014: 277).
6) Riwayat kebidanan
a) Haid
Tanggal pada hari pertama periode menstruasi terakhir atau
last normal menstrual periode (LNMP) digunakan sebagai
dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
taksiran partus (TP) (Varney & Jan, 2007: 524).
b) Kehamilan
Aborsi spontan berulang dapat mengindikasikan adanya
kondisi, seperti abnormalitas genetik dan ketidakseimbangan
hormon (Fraser & Cooper, 2009: 252).
c) Persalinan
d) Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik
untuk memperkirakan lama persalinan kali ini sehingga
memungkinkan untuk membedakan persalinan antara
primigravida dan gravida selanjutnya serta persalinan dengan
paritas yang lebih tinggi. Untuk mengidentifikasi pelahiran
melalui SC atau pelahiran operatif pervaginam sebelumnya
(Varney & Jan, 2008: 692).
e) Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam
memastikan keadekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi
saat ini. Juga untuk mengantisipasi kemungkinan komplikasi
jika dibanding dengan perkiraan berat janin (Varney & Jan,
2008: 692).
f) Wanita yang mempunyai riwayat melahirkan bayi kecil dari
ayah yang sama cenderung memiliki bayi yang kecil juga
pada kehamilan ini (Varney & Jan, 2008: 692).
g) Nifas
Keadaan umum ibu saat nifas lalu. Apakah involusi uterus
baik, pengeluaranlokheanormal, serta pengeluaran ASI
lancar. Adakah penyulit pada masa nifas seperti abses pada
payudara (Saifuddin, 2014: 125). Segera setelah persalinan
dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari
380C, bila terjadi peningkatan terus menerus selama 2 hari,
kemungkinan infeksi (Manuaba et al, 2014: 201).
7) Pola kehidupan sehari-hari
a) Nutrisi
Ibu diperbolehkan mengkonsumsi makanan rendah lemak
dan rendah residu sesuai selera untuk memberinya energi.
Namun, makan dan minum selama persalinan akan
menyebabkan ibu mengalami peningkatan risiko regurgitasi
dan aspirasi isi lambung (Fraser & Cooper, 2009: 451).
Waktu terakhir kali ibu makan diperlukan oleh ahli anastesi
jika pembedahan dibutuhkan. Selain itu, juga bermanfaat
untuk mengkaji cadangan energi dan status cairan (Varney &
Jan, 2008: 692).
b) Eliminasi
Tekanan kepala bayi pada perineum merangsang reflek saraf,
menyebabkan keinginan BAB (Manuaba et al, 2014: 156).
Selama persalinan, ibu harus dianjurkan berkemih setiap 1‒2
jam. Kandung kemih yang penuh juga dapat menghambat
masuknya kepala janin ke dalam gelang panggul (Fraser &
Cooper, 2009: 452).
c) Istirahat dan tidur
Keletihan dan penurunan fisik pada wanita dipengaruhi oleh
tingkat keletihannya saat memasuki persalinan, rumatan
hidrasi selama persalinan, lama persalinan, dan kemampuan
menghadapi tuntutan kondisi dan situasi yang terjadi (Varney
& Jan, 2008: 709).
d) Personal hygiene
Pencukuran perineal rutin tidak dilakukan selama beberapa
tahun terakhir. Riset menunjukkan bahwa pencukuran
perineal tidak perlu dilakukan dan tidak meningkatkan angka
terjadinya infeksi. Bagi ibu yang sedang berada pada proses
persalinan normal, mandi air hangat dapat menjadi pereda
nyeri efektif yang dapat meningkatkan mobilitas tanpa
peningkatan efek samping bagi ibu atau bayinya (Fraser &
Cooper, 2009: 442).
e) Aktivitas
Pada kala I apabila ketuban belum pecah ibu diperbolehkan
duduk atau berjalan-jalan, jika berbaring sebaiknya ke sisi
letaknya punggung janin atau miring ke kiri, jika ketuban
sudah pecah wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus
berbaring (Mochtar, 2015: 77).
8) Riwayat ketergantungan
Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan kecanduan narkotika
dapat menimbulkan kelahiran dengan BBLR bahkan dapat
menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun mental (Manuaba et al,
2014:122).
9) Psikososial dan spiritual
Keadaan psikososial dan spiritual menurut Fraser & Cooper 2009:
429,453) adalah:
a) Mood yang berubah-ubah sering terjadi dan dorongan energi
juga dapat dialami.
b) Sebagian mungkin memandang kontraksi yang dialami
sebagai kekuatan positif yang memotivasi dan memberikan
kehidupan. Sebagian lain mungkin merasakan kontraksi ini
sebagai rasa nyeri dan melawan kontraksi tersebut).
c) Seorang ibu dapat menyambut peristiwa ini dengan
perasaansenang karena sebentar lagi ia akan melihat bayinya,
ibu yang lain mungkin merasa gembira karena pada akhirnya
kehamilannya ini akan berakhir dan ia mengalami berbagai
kesukaran.
d) Sejalan dengan kemajuan persalinan, ibu dapat merasa
kurang percaya diri terhadap kemampuan kopingnya
menghadapi sifat kontraksi yang kuat yang mengendalikan
tubuhnya.
10) Latar belakang sosial budaya
Menurut Manuaba et al (2014: 116) kebiasaan yang tidak
menguntungkan selama persalinan adalah pijat perut,
memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam
vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan
yang keluar karena persalinan, atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh.
2. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Kondisi umum selama kala II persalinan akan bergantung
pada kondisi umumnya di akhir kala I persalinan. Jika
memasuki tahap kedua persalinan sudah kehabisan tenaga, ia
akan mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang
diperlukan untuk mendorong, terutama jika ia primigravida
(Varney & Jan, 2008: 760).
b) Tanda-tanda vital
Tekanan darah diukur setiap 2‒4 jam, kecuali jika tidak
normal, pengukuran yang lebih sering diperlukan
bergantung pada situasi individu (Fraser & Cooper,
2009: 453).
Frekuensi nadi biasanya dihitung setiap 1‒2 jam selama
awal persalinan dan setiap 30 menit jika persalinan lebih
cepat (Fraser & Cooper, 2009: 453).
Pada persalinan normal, suhu tubuh maternal harus
diukur sedikitnya setiap 4 jam (Fraser & Cooper, 2009:
453).
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih
normal, selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi (Varney & Jan,
2008: 687).
c) Pemeriksaan fisik
Muka
Tampak sembab/tidak, pucat/tidak (Romauli, 2011: 174).
Saat menjelang persalinan, ibu akan nampak gelisah
ketakutan dan menahan rasa sakit akibat his (Saifuddin,
2014: N-8).
Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda,
bila pucat menandakan anemia. Sklera berwarna putih,
bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada
konjungtivitis(Romauli, 2011: 174).
Mulut dan gigi
Wanita yang bersalin yang tidak mendapat cairan oral
dan perawatan mulut biasanya mengeluarkan bau napas
yang tidak sedap, mulut kering, bibir kering atau pecah-
pecah, tenggorokan nyeri (Varney & Jan, 2008: 719).
Payudara
Menjelang persalinan, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap kondisi puting ibu misalnya rabas kolostrum
kering atau berkerak, muara duktus yang tersumbat
kemajuan dalam megeluarkan puting yang rata atau
inversi pada wanita yang merencanakan untuk menyusui
(Varney & Jan, 2008: 1051).
Abdomen
Saat kontraksi uterus dimulai nyeri akan terjadi selama
beberapa detik dan akan hilang kembali di akhir
kontraksi. Selama kala 1 persalinan penurunan hampir
selalu dapat diraba dengan palpasi abdomen. Palpasi
abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin
dapat akan dapat melewati gelang pelvis dengan bantuan
kontraksi yang baik (Fraser & Cooper, 2009: 453‒454).
Genetalia
Tanda-tanda inpartu pada vagina terdapat pengeluaran
pervaginam berupa bloody slym, perineum menonjol,
vulva membuka sebagai tanda gejala kala II (Manuaba et
al, 2014: 184). Luka parut di perineum mengindikasikan
adanya riwayat luka perineum sebelumnya
(Wiknjosastro, 2014: 44).
Ekstremitas
Edema merupakan tanda klasik preeklamsi. Edema pada
kaki dan pergelangan kaki saja biasanya merupakan
edema dependen yang disebabkan oleh penurunan aliran
darah vena akibat penekanan uterus yang membesar
(Varney & Jan, 2008: 693).
d) Pemeriksaan khusus
Menentukan usia kehamilan
Manuaba et al (2014: 128) memperhitungkan masuknya
kepala ke pintu atas panggul terutama pada
primigravidamasuknya kepala ke pintu atas panggul
terjadi pada minggu ke 36, mempergunakan
ultrasonografi dengan melihat jarak biparietal, tulang
tibia, dan panjang lingkaran abdomen janin.
Mempergunakan hasil pemeriksaan air ketuban, semakin
tua usia kehamilan semakin sedikit air ketuban.
Penurunan kepala janin
Penuruan kepala janin melalui sistem perlimaan dapat
dilihat pada tabel 2
Periksa Periksa Keterangan
luar dalam
Kepala diatas PAP, mudah digerakkan
5/5 -
(konvergen)
Sulit digerakkan, bagian terbesar kepala
4/5 HI – II
belum masuk panggul (konvergen)
Bagian terbesar belum masuk panggul
3/5 HII – III
(sejajar)
Bagian terbesar kepala sudah masuk
2/5 HIII +
panggul (divergen)
1/5 HIII – IV Kepala di dasar panggul (divergen)
0/5 HIV Di perineum (divergen)
Sumber: Saifuddin, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman N-10.
Auskultasi
Menurut pemeriksaan auskultasi dilakukan
menggunakan stetoskop dan alat doppler. Janin yang
dalam keadaan sehat bunyi jantungnya teratur dan
frekuensinya antara 120‒140 per menit. Bila bunyi
jantung kurang dari 120 per menit atau lebih dari 160 per
menit atau tidak teratur, maka janin dalam keadaan
asfiksia (kekurangan oksigen) (Marmi, 2011: 188‒189).
His
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa
nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
semakin pendek, dan kekuatannya semakin besar,
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks,
semakin beraktivitas (jalan) kekuatan semakin bertambah
(Manuaba et al, 2014: 173).
Pemeriksaan dalam
Menurut Cunningham (2006: 338‒339) pemeriksaan
vagina secara aseptik paling sering dilakukan, kecuali
jika sudah ada ada perdarahan (bloody show) yang
berlebihan. Perhatian cermat terhadap hal-hal berikut
penting untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi
dan untuk mengurangi kontaminasi bakteri akibat
pemeriksaan berulang.
Pendataran serviks
Jika panjang serviks berkurang separuh, dikatakan 50
persen mendatar, bila serviks menjadi setipis segmen
uterus bawah di dekatnya, serviks dikatakan telah
mendatar penuh atau 100 persen.
Dilatasi serviks
Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan
diameter rata-rata bukaan serviks. Jari pemeriksa
disapukan dari tepi serviks di satu sisi ke sisi yang
berlawanan, dan diameter yang dilintasi yaitu 1‒10cm.
Serviks dikatakan membuka penuh bila diameternya
10cm, karena bagian terbawah ukuran bayi aterm
biasanya dapat melewati serviks yang membuka lebar.
Posisi serviks
Hubungan antara ostium serviks dengan kepala janin
dikategorikan sebagai posterior, posisi tengah, atau
anterior. Posisi posterior mengesankan persalinan
preterm.
Station
Ketinggian bagian terbawah janin di jalan lahir
digambarkan dalam hubungannya dengan spina
iskhiadika yang terletak di tengah-tengah antara pintu
atas panggul dan pintu bawah panggul. Jadi, saat bagian
terbawah turun dari pintu atas panggul menuju spina
iskhiadika, disebut sebagai station -5, -4, -3, -2, -1 lalu 0.
Di bawah spina iskhiadika, bagian terbawah janin
melewati station +1, +2, +3, +4 dan +5 untuk lahir.
Station +5cm setara dengan kepala janin yang terlihat di
introitus.
Deteksi pecahnya selaput ketuban
Suatu diagnosis pasti pecahnya selaput ketuban dibuat
apabila cairan amnion terlihat berada di forniks
posterioratau cairan jernih mengalir dari kanalis servisis.
Jika diagnosis tetap tidak pasti, metode lain yang dapat
digunakan adalah pengujian ph cairan vagina, ph sekret
vagina normalnya bekisar antara 4,5 dan 5,5, sementara
cairan amnion biasanya 7,0 - 7,5.
Menurut Varney & Jan (2008: 711) frekuensi
pemeriksaan dalam pada wanita intrapartum yang
normal dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam
sebanyak 5 kali, yakni:
a) Pada saat datang, untuk menetapkan informasi dasar.
b) Sebelum memutuskan jenis obat, jumlahnya, dan
rute pemberiannya.
c) Untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
sehingga dapat diputuskan apakah ibu harus
mengejan, atau sebaliknya.
d) Setelah ketuban pecah, jika dicurigai atau
kemungkinan terjadi prolaps tali pusat.
e) Untuk mengecek prolaps tali pusat ketika
perlambatan frekuensi denyut jantung janin tidak
kunjung membaik dengan prasat biasa.
I. PENGKAJIAN
A. Data subjektif
1. Biodata
Identitas Ibu Suami
3. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun maupun menular
seperti, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini tidak sedang menderita penyakit seperti , hipertensi, DM,
TBC, HIV, asma, jantung.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menular seperti hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Amenorhoe : Ya, 9 bulan
Menarche : ini Usia 12
Lama : tahun
Banyak : 8 hari
Siklus : Hari 1-3 ganti pembalut 4 kali, hari 3-4 ganti pembalut 3 kali
Teratur/tidak : 28 hari
Dismenorhoe : Teratur
Fluor albus : Tidak pernah
HPHT : Tidak pernah
TP/HPL 22 Maret 2021
29 Desember 2021
5. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menjadi peserta KB atau memakai KB
apapun selama menikah.
6. Riwayat perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : 1 tahun
Usia pertama : 22 tahun
menikah
7. Riwayat Psikososial
Ibu tinggal serumah berdua dengan suami. Pengambilan keputusan dalam
keluarga adalah suami. Hamil ini adalah kehamilan yang sangat
diharapkan, dukungan dari suami dan keluarga sangat besar sekali.
8. Riwayat Budaya
Menurut ibu tidak ada budaya yg bertentangan dengan kehamilan
9. Perilaku kesehatan
Jamu : tidak pernah minum jamu-jamuan
Merokok : suami dan anggota keluarga dirumah tidak ada yang merokok
Minum minuman keras : tidak minum
B. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : stabil
TD : 110/80
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,7ºc
RR : 22x/menit
2. Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak bercabang, warna hitam
Wajah : Tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
Mata : pucat
Conjunctiva merah muda, tidak pucat, sclera putih, tidak
Hidung : ikterus, palpebra tidak oedem, penglihatan baik
Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan
Telinga : cuping hidung, tidak ada pengeluaran
Mulut : Bersih, tidak ada serumen, simetris, bentuk normal
Gigi bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi,
Leher : mukosa bibir lembab, gusi tidak mudah berdarah
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak ada
Dada : bendungan vena jugularis, bentuk normal
Bentuk payudara membesar simetris, hiperpigmentasi
areola mamae, puting susu menonjol, pengeluaran
Abdomen : colostrum +/+
Membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas
operasi, terdapat linea nigra terdapat striae lividae
Genitalia : Tidak oedem, tidak varises, tampak ada pengeluaran
pervaginam lendir bercampur darah, tidak ada bekas luka
perineum.
Anus : Tidak ada hemorrhoid, normal
Ekstremitas :
Atas Tidak ada oedem, bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak
ada oedem, keadaan bersih, jari-jari tangan lengkap
tidak syndaktili tidak polidaktili
Bawah : Tidak ada oedem, tidak ada varises, bentuk simetris,tidak
ada cacat, tidak ada oedem, keadaan bersih, jari-jari tangan
lengkap tidak syndaktili tidak polidaktili
b) palpasi
Perut
Leopold I : TFU 3 jari bawah px, bagian fundus teraba bulat, lunak,
tidak melenting (bokong).
Leopold II : Di sebelah kiri teraba bagian kecil janin, di sebelah kanan
teraba panjang keras seperti papan (punggung janin
Leopold III : kanan-puka).
Leopold IV : Presentasi Bagian terbawah teraba bulat, melenting
Variasi : (kepala)
Mc Donnald : Kepala sudah masuk PAP
TBJ : -
His : TFU 32 cm
Penurunan : 3255 gram
kepala 3x/10’/30’’
3/5
c) auskultasi
Punctum maximum : kanan bawah pusat
DJJ : 136 x/menit, regular,
d) perkusi
Reflek patella : + / +
e) Pemeriksaan dalam
Oleh bidan jam 17.30
v/v : Blood slym, tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak
ada condiloma, tidak ada bekas luka perineum
Ø : 8 cm
Eff : 80%
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Hodge : III
Denominator : UUK kadep
Bagian kecil : Tidak teraba
janin Lingkar : 82 cm
panggul : Lendir darah
Cairan pada sarung tangan
DO :
Abdomen : DJJ : 136 x/menit, regular
Pemeriksaan Dalam : VT 8 cm eff 80 %, Let kep H III , Ketuban
utuh
V. INTERVENSI
Dx : GI P0000 usia kehamilan 40 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin
Tunggal hidup intra uterin
Kriteria Hasil :
Kala I :Tidak melewati garis waspada pada partograf
Kala II : berlangsung < 2 jam, bayi lahir normal dan selamat
Kala III : berlangsung < 30 menit, plasenta lahir spontan,
lengkap Kala IV : Tidak terjadi HPP
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan secara terapeutik
R/ Terjalin rasa percaya sehingga ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
R : Pemahaman kondisi ibu, kemajuan persalinan, dan perkembangan janin
3. Lakukan asuhan sayang ibu
R :Dukungan terhadap ibu dalam persalinan dengan melibatkan ibu dan
keluarga sebagai pembuat keputusan, pengaruh emosional.
4. Anjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai yaitu posisi berbaring
miring ke kiri
R : Posisi berbaring miring kiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava
inverior, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia janin
karena suplai oksigen tidak terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu
yang mengalami kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan
lahir.
5. Berikan konseling posisi ibu dalam meneran
R : Secara anatomi, posisi tegak lurus (berdiri, jongkok, duduk) merupakan
posisi yang paling sesuai untuk melahirkan, karena sumbu panggul dan posisi
janin berada pada arah gravitasi.
6. Monitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
R : Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan, kondisi normal tidak melewati garis waspada
7. Lakukan persiapan pertolongan persalinan
R : Persiapan persalinan standar sesuai asuhan persalinan normal
8. Lakukan tindakan 60 langkah APN
R : Persalinan lancar, bersih, aman, ibu bayi sehat dan selamat
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 29 Desember 2021 Jam 17.45 WIB
Dx : GI P0000 usia kehamilan 39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal
Hidup Intra uterin
VII. EVALUASI
Tanggal 27 Desember 2021 Jam 20.00 WIB
Dx :GI P0000 usia kehamilan 40 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal
Hidup intra uterin
S : Ibu mengatakan ingin meneran dan perutnya terasa semakin sering kenceng
O :KU ibu baik, TTV : T : 110 / 80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 22 x/menit, S :
36,5 °C
Inspeksi : Genetalia :Perineum menonjol, vulva dan anus membuka, keluar lendir
darah, tekanan pada anus
Palpasi : Abdomen : His 4 x 10’/50
Vt 10 cm, Eff 100 %, Kep H III (+) Ket negatif Jernih DJJ (+) 140 x/menit
Kala IV
Tanggal 27 Desember 2021 Jam 21.10 WIB
S :Ibu merasa lega bayi dan plasenta sudah lahir
O:
Inspeksi : Genetalia : Pengeluaran darah normal
Palpasi : Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong
A : P1001 kala IV
P:
1. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi
Hasil : ibu mengerti, memahami dan bersedia
2. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT, membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di
ranjang atau disekitar ibu berbaring. Membantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
Ibu merasa bersih dan nyaman
3. Membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberi
ibu minuman dan makanan yang diinginkannya, meminta ibu untuk tidak
tarak pada makanan apapun kecuali jika alergi.
Ibu makan nasi, ayam goreng, sayur dan minum air teh hangat manis
4. Menganjurkan ibu untuk belajar miring kanan dan kiri jika ibu tidak
pusing kemudian belajar untuk duduk. Ibu bisa melakukannya
5. Membantu ibu untuk BAK apabila ada rasa ingin BAK
6. Melakukan observasi 2 jam postpartum 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua
7. Melengkapi partograf
2 Jam PP
Tanggal 27 Desember 2021 Jam 22.40 WIB