Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN PADA

NY “R”GI P0000 USIA KEHAMILAN 40 MINGGU INPARTU KALA I


FASE AKTIF JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERI
DI PUSKESMAS JILA TAHUN 2021

Di Susun Oleh :
RENA
NIM. 202006090236

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
KADIRI
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan kebidanan pada Ny.”F” G1P0000 Usia Kehamilan 40 minggu inpartu kala
1 fase aktif janin tunggal hidup intra uteri di Puskesmas Jila tahun 2021”
mahasiswa atas nama :

NAMA : Rena

NIM 202006090236

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Intitusi Pembimbing Lahan

Mayasari Putri Ardela, S.Keb,Bd,M.Keb Mardiana


LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori Persalinan


2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi melalui vagina ke
dunia luar (Kuswanti & Melina, 2013: 1). Menurut Manuaba (2012)
persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (plasenta dan janin)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
2.1.2 Fisiologi
1. Jenis- Jenis Persalinan
Jenis persalinan menurut Manuaba et al (2014: 164) adalah :
1) Persalinan spontanyaitu bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan yaitu bila proses persalinan dibantu dengan
tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forcep atau dilakukan
operasi sectio caesarea.
3) Persalinan anjuran (partus presipitatus) yaitu bila kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
2. Teori Penyebab Mulanya Persalinan
Menurut Manuaba et al (2014: 168) :
1) Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai.
2) Teori penurunan progesteron
Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
3) Teori oksitosin internal
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hicks, menurunnya konsentrasi progesteron akibat
tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas,
sehingga persalinan dapat mulai.
4) Teori prostaglandin
Pemberian saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
5) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis :
a) Menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus.
b) Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas
janin, induksi.
c) Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempeengaruhi persalinan menurut Sujiyatini
(2011: 26-36) adalah
1) Power
His normal mempunyai sifat :
a) Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim
b) Fundal dominan, menjalar keseluruh otot rahim
c) Kekuatannya seperti memeras isi rahim
d) Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang
semula sehingga terjadi retraksi dan pembentuka segmen
bawah rahim.
2) Passage
Proses persalinan mekanis yang melibatkan 3 faktor yaitu, jalan
lahir, kekuatan yang mendorong dan akhirnya janin yang
didorong dalam satu mekanis tertentu dan terpadu.
3) Passanger
Kepala janin terdapat tulang-tulang tengkorak (kranium) dan
tulang-tulang dasar tengkorak (basis kranii) serta muka.
4) Penolong
Dalam hal ini proses persalinan tergantung dari kemampuan skill
dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
5) Psikologis
Banyaknya wanita normal yang merasakan kegairahan dan
kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran
bayinya. Perasaan positif berupa kelegaan hati seolah-olah pada
saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak.
4. Tanda- Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut Manuaba et al (2014: 173) adalah :
1) His persalinan mempunyai sifat :
Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan, sifatnya teratur,
interval makin pendek, dan kekuatannya makin kuat, mempunyai
pengaruh terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas (jalan)
kekuatan makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan
menyebabkan lendir yang ada pada lendir servikalis lepas, terjadi
perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam 24 jam.
5. Kala Persalinan dan Tanda- Tandanya
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Menurut APN (2008: 37), inpartu (partus mulai) ditandai dengan
keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) dari vagina,
penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus menyebabkan
perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit). Lama kala I pada primigravida 13-14 jam, sedangkan
pada multigravida 6- 7 jam. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase :
a) Fase Laten
Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka <4 cm.
b) Fase Aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
 Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
 Periode dilatasi maksimal (steady) : Selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
 Periode deselerasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2
jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Menurut Manuaba (2010: 173-174), gejala utama kala II adalah :
a) His semakin kuat, interval 2-3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
keluarnya cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus
frankenhauser.
d) Kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi,
sehingga terjadi kepala membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoklion berturut-turut lahir ubun-ubun besar,
dahi, hidung dan muka, kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala dan punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan kepala dipegang pada os occiput dan
dibawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan
bahu depan dan curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang, setelah kedua bahu lahir dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
g) Lama kala II untuk primigravida 50 menit dan untuk
multigravida 30 menit.
3) Kala III (Kala Pelepasan Uri)
Kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta (biasanya 6-15 menit) (APN, 2008: 123).
4) Kala IV
Merupakan masa observasi selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir
untuk mengamati tingkat kesadaran ibu, pemeriksaan tanda-tanda
vital,kontraksi uterus dan perdarahan, masih normal bila jumlah
darah tidak lebih dari 400-500cc. (Manuaba et al, 2014: 174).
6. Mekanisme Persalinan
Menurut Wiknjosastro (2007: 186), mekanisme persalinan adalah :
1) Penurunan kepala
Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan
turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya
kepala melewati PAP dalam keadaan sinklitismus, yaitu arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang PAP. Dapat juga
kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu sumbu kepala
janin miring dengan PAP.
2) Fleksi
Kepala bayi masuk ruang panggul yang ukuran paling kecil
dengan diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) dengan
menggantikan suboccipito frontalis (11 cm) sampai pada dasar
panggul kepala dalam keadaan fleksi maksimal.
3) Putaran paksi dalam
Akibat elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan
rotasi.
4) Defleksi
Setelah kepala sampai di dasar panggul, ubun-ubun kecil berada
di bawah simfisis dan occiput sebagai hipomoklion kepala
mengadakan defleksi.
5) Putaran paksi luar
Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin masuk,
perineum makin lebar dan tipis, anus membuka dengan kekuatan
his, dengan mengejan berturut-turut tampak bregmatika, dahi,
muka, dagu, setelah lahir putaran paksi luar.
6) Ekspulsi
Bahu bayi melewati PAP dalam keadaan miring dalam rongga
panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul apabila kepala telah
lahir bahu berada dalam posisi depan belakang, kemudian
dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, bahu trochanter belakang
bahu bayi seluruhnya.
2.2 Asuhan Kebidanan Persalinan
Manajemen kebidanan (Midwifery Management) adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
penatalaksanaan dan evaluasi (Mudillah dkk, 2012: 110).

2.2.1 Pengkajian
1. Data subyektif
1) Biodata
a) Umur
Tanyakan berapa usia wanita karena usia di bawah 16 tahun
dan di atas 35 tahun wanita rentan terhadap komplikasi. Usia
di bawah 16 tahun meningkatkan insiden preeklamsia, usia di
atas 35 tahun meningkatkan insiden persalinan yang lama
pada nulipara, SC, kelahiran preterm, intrauterine growth
retardation (IUGR) dan kematian janin (Varney & Jan, 2008:
691).
b) Pendidikan
Pendidikan yang kurang membuat masyarakat tetap
berorientasi pada pengobatandan pelayanan tradisional
sehingga mempengaruhi kesejahteraan ibu (Manuaba et al,
2014: 11).
c) Gravida dan para
Paritas memengaruhi durasi persalinan dan insiden
komplikasi. Semakin tinggi paritas, insiden abrubsio
plasenta, plasenta previa, perdarahan uterus, mortalitas ibu,
dan mortalitas perinatal juga meningkat (Varney & Jan,
2008: 691).
2) Keluhan utama
Menurut Manuaba et al (2014: 173) tanda-tanda persalinan
adalah:
a) Terjadinya his persalinan. Mempunyai ciri khas pinggang
terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan. Terjadi perdarahan karena
kapiler pembuluh darah pecah.
c) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban
pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
Gejala utama kala II (pengusiran) menurut Manuaba et al (2014:
173‒174) adalah:
a) His semakin kuat, interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi
50 sampai 100 detik.
b) Akhir kala I, ketuban pecah, ditandai pengeluaran cairan
secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya Pleksus
Frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadikepala membuka pintu, suboksiput
bertindak sebagai hipomoklion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan
di bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan
bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban.
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Penyakit jantung
Perubahan fisiologi terjadinya peningkatan volume darah dan
peningkatan frekuensi denyut jantung menyebabkan
peningkatan serambi kiri jantung yang mengakibatkan edema
pada paru. Penambahan volume darah kedalam sirkulasi
sistemik sewaktu his atau kontraksi uterus menyebabkan
bahaya saat melahirkan karena dapat mengganggu aliran
darah dari ibu ke janin (Saifuddin, 2014: 769). Persalinan
pervaginam diperbolehkan pada ibu dengan penyakit
jantung kelas I dan II. Hal ini jantung harus bekerja lebih
berat (Irianto, 2014: 266).
b) Diabetes Mellitus
Komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan yaitu trauma
kelahiran seperti distosia bahu, fraktur tulang dan injuri
pleksus brakialis. Kelahiran mati, lebih sering pengakhiran
partus dengan tindakan termasuk SC (Saifuddin, 2014: 855‒
856).
c) Anemia
Bahaya saat persalinan adalah gangguan kekuatan mengejan,
kala I dapat berlangsung lama dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio
plasenta dan perdarahan karena atonia uteri, kala IV terjadi
perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri (Manuaba
et al, 2014: 240).
d) Hipertiroidisme
Menurut Miller et al 1994 dalam Fraser dan Cooper (2009:
346) hipertiroidisme dapat meningkatkan insiden kelahiran
prematur, BBLR dan kematian janin.
e) Pneumonia
Saat persalinan perlu pertolongan yang tepat dengan
mempercepat persalinan kala II. Keadaan ini sering dijumpai
pada persalinan terlantar sehingga membahayakan jiwa
janin maupun ibunya (Manuaba et al, 2014: 337).
f) Hipertensi
Penundaan persalinan meningkatkan risiko kematian ibu dan
janin. Apabila kehamilan berusia 37 minggu atau lebih segera
lakukan persalinan, jika servik matang lakukan pemecahan
ketuban, lalu induksi persalinan tetapi apabila dalam 12 jam
tidak ada harapan lahir pervaginam segera lakukan SC. Jika
servik belum matang segera lakukan SC (Saifuddin, 2014: M-
41).
g) Gonorrhea
Ibu penderita gonorrhea dapat terjadi abortus spontan,
BBLR, KPD, korioamnionitis, persalinan prematur (Fraser
dan Cooper, 2009: 371). Bayi yang lahir dari ibu menderita
gonorrhea selalu diberikan salep mata untuk mencegah
infeksi yang dapat menyebabkan kebutaan (Manuaba et al,
2014: 338).
h) HIV/ AIDS
Terapi AZT secara signifikan mengurangi dan menekan
kemungkinan bahwa darah ibu atau cairan tubuh akan
menularkan virus HIV kepada bayinya. Hal ini diberikan
kepada ibu selama persalinan dan melahirkan, ini karena bayi
yang baru lahir risiko darah dan cairan adalah paparan
tertinggi penularan virus (Irianto, 2014: 237).
i) Hepatitis B
Pada penyelesaian persalinan dengan cara pervaginam harus
diawasi dengan ketat, pada kala II boleh diperpendek dengan
ekstraksi vakum atau forceps bila janin hidup atau
embriotomi bila janin mati. Bahaya yang paling mengancam
untuk ibu saat persalinan ialah terjadinya perdarahan yang
hebat dan sulit dikontrol (Mochtar, 2015: 119).
4) Riwayat kesehatan sekarang
a) Ibu hamil dengan anemia saat persalinan dapat terjadi
gangguan his (kekuatan mengejan), kala I berlangsung lama,
kala II berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan
kelelahan serta memerlukan tindakan operasi SC, retensio
plasenta dan atonia uteri(Manuaba et al, 2014: 240).
b) Kadar Hb normal 11g% (Manuaba et al, 2014: 239).
c) Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita gonorrhea dapat
menderita konjungtivitis, gonore neonatorum atau disebut
juga blenore neonatorum(Cuningham et al, 2006: 434).
d) Darah dan cairan ibu saat persalinan dapat berisiko menular
kepada bayi yang baru lahir risiko darah dan cairan (Irianto,
2014: 237).
5) Riwayat kesehatankeluarga
a) Pengaruh diabetes dalam persalinan antara lain: kelahiran
mati, distosia bahu, fraktur tulang dan injuri pleksus
brakialis(Saifuddin, 2014: 855).
b) Persalinan anak kembar dapat berlangsung lebih lama karena
kereganggan otot rahim yang berlebihan. Setelah kelahiran
anak pertama dapat terjadi solusio plasenta (Manuaba et al,
2014: 277).
6) Riwayat kebidanan
a) Haid
Tanggal pada hari pertama periode menstruasi terakhir atau
last normal menstrual periode (LNMP) digunakan sebagai
dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
taksiran partus (TP) (Varney & Jan, 2007: 524).
b) Kehamilan
Aborsi spontan berulang dapat mengindikasikan adanya
kondisi, seperti abnormalitas genetik dan ketidakseimbangan
hormon (Fraser & Cooper, 2009: 252).
c) Persalinan
d) Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik
untuk memperkirakan lama persalinan kali ini sehingga
memungkinkan untuk membedakan persalinan antara
primigravida dan gravida selanjutnya serta persalinan dengan
paritas yang lebih tinggi. Untuk mengidentifikasi pelahiran
melalui SC atau pelahiran operatif pervaginam sebelumnya
(Varney & Jan, 2008: 692).
e) Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam
memastikan keadekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi
saat ini. Juga untuk mengantisipasi kemungkinan komplikasi
jika dibanding dengan perkiraan berat janin (Varney & Jan,
2008: 692).
f) Wanita yang mempunyai riwayat melahirkan bayi kecil dari
ayah yang sama cenderung memiliki bayi yang kecil juga
pada kehamilan ini (Varney & Jan, 2008: 692).
g) Nifas
Keadaan umum ibu saat nifas lalu. Apakah involusi uterus
baik, pengeluaranlokheanormal, serta pengeluaran ASI
lancar. Adakah penyulit pada masa nifas seperti abses pada
payudara (Saifuddin, 2014: 125). Segera setelah persalinan
dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari
380C, bila terjadi peningkatan terus menerus selama 2 hari,
kemungkinan infeksi (Manuaba et al, 2014: 201).
7) Pola kehidupan sehari-hari
a) Nutrisi
Ibu diperbolehkan mengkonsumsi makanan rendah lemak
dan rendah residu sesuai selera untuk memberinya energi.
Namun, makan dan minum selama persalinan akan
menyebabkan ibu mengalami peningkatan risiko regurgitasi
dan aspirasi isi lambung (Fraser & Cooper, 2009: 451).
Waktu terakhir kali ibu makan diperlukan oleh ahli anastesi
jika pembedahan dibutuhkan. Selain itu, juga bermanfaat
untuk mengkaji cadangan energi dan status cairan (Varney &
Jan, 2008: 692).
b) Eliminasi
Tekanan kepala bayi pada perineum merangsang reflek saraf,
menyebabkan keinginan BAB (Manuaba et al, 2014: 156).
Selama persalinan, ibu harus dianjurkan berkemih setiap 1‒2
jam. Kandung kemih yang penuh juga dapat menghambat
masuknya kepala janin ke dalam gelang panggul (Fraser &
Cooper, 2009: 452).
c) Istirahat dan tidur
Keletihan dan penurunan fisik pada wanita dipengaruhi oleh
tingkat keletihannya saat memasuki persalinan, rumatan
hidrasi selama persalinan, lama persalinan, dan kemampuan
menghadapi tuntutan kondisi dan situasi yang terjadi (Varney
& Jan, 2008: 709).
d) Personal hygiene
Pencukuran perineal rutin tidak dilakukan selama beberapa
tahun terakhir. Riset menunjukkan bahwa pencukuran
perineal tidak perlu dilakukan dan tidak meningkatkan angka
terjadinya infeksi. Bagi ibu yang sedang berada pada proses
persalinan normal, mandi air hangat dapat menjadi pereda
nyeri efektif yang dapat meningkatkan mobilitas tanpa
peningkatan efek samping bagi ibu atau bayinya (Fraser &
Cooper, 2009: 442).
e) Aktivitas
Pada kala I apabila ketuban belum pecah ibu diperbolehkan
duduk atau berjalan-jalan, jika berbaring sebaiknya ke sisi
letaknya punggung janin atau miring ke kiri, jika ketuban
sudah pecah wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus
berbaring (Mochtar, 2015: 77).

8) Riwayat ketergantungan
Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan kecanduan narkotika
dapat menimbulkan kelahiran dengan BBLR bahkan dapat
menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun mental (Manuaba et al,
2014:122).
9) Psikososial dan spiritual
Keadaan psikososial dan spiritual menurut Fraser & Cooper 2009:
429,453) adalah:
a) Mood yang berubah-ubah sering terjadi dan dorongan energi
juga dapat dialami.
b) Sebagian mungkin memandang kontraksi yang dialami
sebagai kekuatan positif yang memotivasi dan memberikan
kehidupan. Sebagian lain mungkin merasakan kontraksi ini
sebagai rasa nyeri dan melawan kontraksi tersebut).
c) Seorang ibu dapat menyambut peristiwa ini dengan
perasaansenang karena sebentar lagi ia akan melihat bayinya,
ibu yang lain mungkin merasa gembira karena pada akhirnya
kehamilannya ini akan berakhir dan ia mengalami berbagai
kesukaran.
d) Sejalan dengan kemajuan persalinan, ibu dapat merasa
kurang percaya diri terhadap kemampuan kopingnya
menghadapi sifat kontraksi yang kuat yang mengendalikan
tubuhnya.
10) Latar belakang sosial budaya
Menurut Manuaba et al (2014: 116) kebiasaan yang tidak
menguntungkan selama persalinan adalah pijat perut,
memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam
vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan
yang keluar karena persalinan, atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh.
2. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Kondisi umum selama kala II persalinan akan bergantung
pada kondisi umumnya di akhir kala I persalinan. Jika
memasuki tahap kedua persalinan sudah kehabisan tenaga, ia
akan mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang
diperlukan untuk mendorong, terutama jika ia primigravida
(Varney & Jan, 2008: 760).
b) Tanda-tanda vital
 Tekanan darah diukur setiap 2‒4 jam, kecuali jika tidak
normal, pengukuran yang lebih sering diperlukan
bergantung pada situasi individu (Fraser & Cooper,
2009: 453).
 Frekuensi nadi biasanya dihitung setiap 1‒2 jam selama
awal persalinan dan setiap 30 menit jika persalinan lebih
cepat (Fraser & Cooper, 2009: 453).
 Pada persalinan normal, suhu tubuh maternal harus
diukur sedikitnya setiap 4 jam (Fraser & Cooper, 2009:
453).
 Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih
normal, selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi (Varney & Jan,
2008: 687).

c) Pemeriksaan fisik
 Muka
Tampak sembab/tidak, pucat/tidak (Romauli, 2011: 174).
Saat menjelang persalinan, ibu akan nampak gelisah
ketakutan dan menahan rasa sakit akibat his (Saifuddin,
2014: N-8).
 Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda,
bila pucat menandakan anemia. Sklera berwarna putih,
bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada
konjungtivitis(Romauli, 2011: 174).
 Mulut dan gigi
Wanita yang bersalin yang tidak mendapat cairan oral
dan perawatan mulut biasanya mengeluarkan bau napas
yang tidak sedap, mulut kering, bibir kering atau pecah-
pecah, tenggorokan nyeri (Varney & Jan, 2008: 719).
 Payudara
Menjelang persalinan, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap kondisi puting ibu misalnya rabas kolostrum
kering atau berkerak, muara duktus yang tersumbat
kemajuan dalam megeluarkan puting yang rata atau
inversi pada wanita yang merencanakan untuk menyusui
(Varney & Jan, 2008: 1051).
 Abdomen
Saat kontraksi uterus dimulai nyeri akan terjadi selama
beberapa detik dan akan hilang kembali di akhir
kontraksi. Selama kala 1 persalinan penurunan hampir
selalu dapat diraba dengan palpasi abdomen. Palpasi
abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin
dapat akan dapat melewati gelang pelvis dengan bantuan
kontraksi yang baik (Fraser & Cooper, 2009: 453‒454).
 Genetalia
Tanda-tanda inpartu pada vagina terdapat pengeluaran
pervaginam berupa bloody slym, perineum menonjol,
vulva membuka sebagai tanda gejala kala II (Manuaba et
al, 2014: 184). Luka parut di perineum mengindikasikan
adanya riwayat luka perineum sebelumnya
(Wiknjosastro, 2014: 44).

 Ekstremitas
Edema merupakan tanda klasik preeklamsi. Edema pada
kaki dan pergelangan kaki saja biasanya merupakan
edema dependen yang disebabkan oleh penurunan aliran
darah vena akibat penekanan uterus yang membesar
(Varney & Jan, 2008: 693).
d) Pemeriksaan khusus
 Menentukan usia kehamilan
Manuaba et al (2014: 128) memperhitungkan masuknya
kepala ke pintu atas panggul terutama pada
primigravidamasuknya kepala ke pintu atas panggul
terjadi pada minggu ke 36, mempergunakan
ultrasonografi dengan melihat jarak biparietal, tulang
tibia, dan panjang lingkaran abdomen janin.
Mempergunakan hasil pemeriksaan air ketuban, semakin
tua usia kehamilan semakin sedikit air ketuban.
 Penurunan kepala janin
Penuruan kepala janin melalui sistem perlimaan dapat
dilihat pada tabel 2
Periksa Periksa Keterangan
luar dalam
Kepala diatas PAP, mudah digerakkan
5/5 -
(konvergen)
Sulit digerakkan, bagian terbesar kepala
4/5 HI – II
belum masuk panggul (konvergen)
Bagian terbesar belum masuk panggul
3/5 HII – III
(sejajar)
Bagian terbesar kepala sudah masuk
2/5 HIII +
panggul (divergen)
1/5 HIII – IV Kepala di dasar panggul (divergen)
0/5 HIV Di perineum (divergen)
Sumber: Saifuddin, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman N-10.

 Auskultasi
Menurut pemeriksaan auskultasi dilakukan
menggunakan stetoskop dan alat doppler. Janin yang
dalam keadaan sehat bunyi jantungnya teratur dan
frekuensinya antara 120‒140 per menit. Bila bunyi
jantung kurang dari 120 per menit atau lebih dari 160 per
menit atau tidak teratur, maka janin dalam keadaan
asfiksia (kekurangan oksigen) (Marmi, 2011: 188‒189).
 His
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa
nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
semakin pendek, dan kekuatannya semakin besar,
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks,
semakin beraktivitas (jalan) kekuatan semakin bertambah
(Manuaba et al, 2014: 173).
 Pemeriksaan dalam
Menurut Cunningham (2006: 338‒339) pemeriksaan
vagina secara aseptik paling sering dilakukan, kecuali
jika sudah ada ada perdarahan (bloody show) yang
berlebihan. Perhatian cermat terhadap hal-hal berikut
penting untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi
dan untuk mengurangi kontaminasi bakteri akibat
pemeriksaan berulang.
 Pendataran serviks
Jika panjang serviks berkurang separuh, dikatakan 50
persen mendatar, bila serviks menjadi setipis segmen
uterus bawah di dekatnya, serviks dikatakan telah
mendatar penuh atau 100 persen.
 Dilatasi serviks
Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan
diameter rata-rata bukaan serviks. Jari pemeriksa
disapukan dari tepi serviks di satu sisi ke sisi yang
berlawanan, dan diameter yang dilintasi yaitu 1‒10cm.
Serviks dikatakan membuka penuh bila diameternya
10cm, karena bagian terbawah ukuran bayi aterm
biasanya dapat melewati serviks yang membuka lebar.
 Posisi serviks
Hubungan antara ostium serviks dengan kepala janin
dikategorikan sebagai posterior, posisi tengah, atau
anterior. Posisi posterior mengesankan persalinan
preterm.
 Station
Ketinggian bagian terbawah janin di jalan lahir
digambarkan dalam hubungannya dengan spina
iskhiadika yang terletak di tengah-tengah antara pintu
atas panggul dan pintu bawah panggul. Jadi, saat bagian
terbawah turun dari pintu atas panggul menuju spina
iskhiadika, disebut sebagai station -5, -4, -3, -2, -1 lalu 0.
Di bawah spina iskhiadika, bagian terbawah janin
melewati station +1, +2, +3, +4 dan +5 untuk lahir.
Station +5cm setara dengan kepala janin yang terlihat di
introitus.
 Deteksi pecahnya selaput ketuban
Suatu diagnosis pasti pecahnya selaput ketuban dibuat
apabila cairan amnion terlihat berada di forniks
posterioratau cairan jernih mengalir dari kanalis servisis.
Jika diagnosis tetap tidak pasti, metode lain yang dapat
digunakan adalah pengujian ph cairan vagina, ph sekret
vagina normalnya bekisar antara 4,5 dan 5,5, sementara
cairan amnion biasanya 7,0 - 7,5.
Menurut Varney & Jan (2008: 711) frekuensi
pemeriksaan dalam pada wanita intrapartum yang
normal dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam
sebanyak 5 kali, yakni:
a) Pada saat datang, untuk menetapkan informasi dasar.
b) Sebelum memutuskan jenis obat, jumlahnya, dan
rute pemberiannya.
c) Untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
sehingga dapat diputuskan apakah ibu harus
mengejan, atau sebaliknya.
d) Setelah ketuban pecah, jika dicurigai atau
kemungkinan terjadi prolaps tali pusat.
e) Untuk mengecek prolaps tali pusat ketika
perlambatan frekuensi denyut jantung janin tidak
kunjung membaik dengan prasat biasa.

2.2.2 Interpretasi Diagnosa / masalah aktual


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data - data yang di kumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan di interpretasikan sehingga di temukan masalah atau
diagnose yang spesifik. Langkah awal dari perumusan

masalah/diagnose kebidanan adalah pengelolahan/analisa data yang


menggabungkan dan menghubungkan satu dengan lainnya sehingga
tergambar fakta (Mufdillah, dkk 2012: 113).
Pada kala I persalinan, lama pembukaan yang berlangsung pada
primigravida yaitu berlangsung selama 12 jam sedangkan pada
multigravida berlangsung selama 8 jam yang dimulai dari pembukaan 0
cm sampai pembukaan 10 cm. Pada fase laten persalinan yang dimulai
sejak awal kontraksi menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap yang berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4
cm yang umumnya berlangsung selama 8 jam.
Kemudian pada fase aktif persalinan frekuensi dan kontraksi uterus
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggab adekuat/memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih), dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10
cm dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada multigravida dan
primigravida, atau lebih dari 1 sampai 2 cm multigravida. Pada kala I
persalinan juga perlu adanya pemeriksaan tanda-tanda vital sekitar 2 atau 3
jam dan memperhatikan agar kandung kemih selalu kosong, serta
pemantauan denyut jantung janin ½ jam sampai 1 jam.
Pada kala II persalinan, dimulai dari pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, pada kala II his
menjadi lebih kuat, lebih sering dan semakin lama. Proses ini berlangsung
selama ± 1,5 jam pada primigarvida dan ± 0,5 jam pada multigravida. Ibu
akan merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran bersama dengan
adanya kontraksi, adanya tekanan pada anus dan tampakperineum
menonjol, vulva dan sfingter ani membuka, serta meningktnya produksi
pengeluaran lender bercampur darah. tanda pasti kala II di tentukan
melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya pembukaan serviks telah
lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada kala III persalinan, dimulai sejak lahirnya bayi hingga lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit setelah penyuntikan
oksitosin. Pada manajemen aktif kala III ini bertujuan untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga mencegah terjadinya
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah.Tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu terjadinya perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat
memanjang, dan terjadinya semburan darah secara mendadak dan singkat.
Pada kala IV persalinan, dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum, dimana pemantauan dilakukan dengan
mengobservasi tanda-tanda vital pasien, kontrasi uterus, perdarahan dan
kandung kemih pada15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam
kedua post partum.

2.2.3 Mengidentifikasi Diagnose Atau Masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangakaian masalah dan diagnose yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap – siap bila diagnose/masalah potensial ini benar – benar
terjadi(Mufdillah, dkk 2012: 117).
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat diharapkan
bersiap-siap bila diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan
pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul pada kala I yaitu
terjadinya kala I lama, peningkatan atau penurunan tanda-tanda vital, DJJ
kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit, terjadinya perdarahan
pervaginam selain dari lender dan darah, ketuban pecah yang bercampur
dengan mekonium kental yang di sertai dengan tanda gawat janin,
kontraksi uterus kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung
kurang dari 20 detik serta tidak di temukan perubahan serviks dalam 1-2
jam, pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada
partograf.
Pada kala II persalinan, kemungkinan masalah yang dapat terjadi
yaitu, terjadinya kala II lama yang di sertai dengan partus macet/kasep,
dimana partograf melewati garis waspada, terjadinya distosia bahu,
kontraksi tidak teratur dan kurang, tanda-tanda vital meningkat, dan ibu
tampak kelelahan. Pada manajemen aktif Kala III persalinan, masalah
yang dapat terjadi yaitu diantaranya terjadinya perdarahan pervaginam
dikarenakan terjadinya laserasi jalan lahir, atonia uteri karena kontraksi
uterus yang tidak baik, dan terjadinya retensio plasenta dimana plasenta
belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
Dan pada Kala IV persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu
terjadinya perdarahan pervaginam dengan pembekuan darah yang banyak,
tanda-tanda vital melawati batas normal dimana tekanan darah dan suhu
tubuh meningkat, kontraksi uterus yang tidak baik.
2.2.4 Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan
Penanganan Segera.
kala I lama yang mengakibatkan tanda gawat janin, ketuban pecah
yang bercampur mekonium kental, dan kontraksi uterus kurang dari 2
kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung dari 20 detik serta tidak di
temukan perubahan serviks dalam 1-2 jam atau pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada partograf.
Pada kala II persalinan, Beberapa data menunjukan situasi
emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan
bayi, beberapa data menunjukan situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara menunggu intruksi dokter. Mungkin juga memerlukan
konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap
pasien untuk menetukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan
(Mufdillah, dkk 2012: 117-178).
Dalam persalinan tindakan yang memerlukan penanganan segera
diantaranya: Pada kala I persalinan yaitu terjadinya kemungkinan masalah
yang dapat terjadi yaitu, terjadinya kala II lama yang di sertai dengan
partus macet/kasep, dimana partograf melewati garis waspada, terjadinya
distosia bahu, kontraksi tidak teratur dan kurang, tanda-tanda vital
meningkat, dan ibu tampak kelelahan. Pada manajemen aktif KalaIII
persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu diantaranya terjadinya
perdarahan pervaginam dikarenakan terjadinya laserasi jalan lahir, atonia
uteri karena kontraksi uterus yang tidak baik, dan terjadinya retensio
plasenta dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
Dan pada Kala IV persalinan masalah yang dapat terjadi yaitu
terjadinya perdarahan pervaginam dengan pembekuan darah yang banyak,
tanda-tanda vital melawati batas normal dimana tekanan darah dan suhu
tubuh meningkat, kontraksi uterus yang tidak baik.
2.2.5 Merencanakan Asuhan Yang Komprehensif/Menyeluruh
Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentiikasi atau antisipasi,
pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap di lengkapi
(Mufdillah, dkk 2012).
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Rencana yang
dibuat harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta evidance terkini serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan dilakukan klien.
Adapun penatalaksanaan yang diberikan pada persalinan normal
yaitu, memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah
persalinan dalam kemajuan yang normal, memeriksa perasaan ibu dan
respon fisik terhadap persalinan, membantu ibu memahami apa yang
sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktifdalam menentukan asuhan.
Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong
kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinana dini, dan mengenali
masalah secepatnya dan mengambil keputusan yang tepat guna dan tepat
waktu (efektif dan efisien).
Perencanaan asuhan tindakan yang perlu dilakukan juga dapat
berupa, pemantauan terus menerus kemajuan persalinan mengunakan
partograf, pemantauan TTV ibu dan keadaan janin, memenuhi kebutuhan
nutrisi dan dehidrasi ibu, menganjurkan ibu perubahan ambulasi dan posisi
ibu, menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman, serta
menganjurkan keluarga member dukungan.

2.2.6 Melaksanakaan perencanaan dan penatalaksanaan


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keevektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat
dianggab efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan
sebagian belum efektif (Mufdillah, dkk 2012: 118-119)
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 27 Desember 2021 Jam : 16.00WIB

Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin Puskesmas Jila

I. PENGKAJIAN
A. Data subjektif
1. Biodata
Identitas Ibu Suami

Nama : Ny.”R” Nama : Tn.”F”


Umur : 25 Tahun Umur : 28 Tahun
Suka : Papua Suka : Papua
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jila Alamat : Jila
2. Keluhan utama
Merasakan kenceng kenceng sejak jam 09.00 wib, disertai keluar lendir
darah.

3. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun maupun menular
seperti, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini tidak sedang menderita penyakit seperti , hipertensi, DM,
TBC, HIV, asma, jantung.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menular seperti hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Amenorhoe : Ya, 9 bulan
Menarche : ini Usia 12
Lama : tahun
Banyak : 8 hari
Siklus : Hari 1-3 ganti pembalut 4 kali, hari 3-4 ganti pembalut 3 kali
Teratur/tidak : 28 hari
Dismenorhoe : Teratur
Fluor albus : Tidak pernah
HPHT : Tidak pernah
TP/HPL 22 Maret 2021
29 Desember 2021

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


No Tgl/B Usia Persalinan Anak Nifa Usia
ln/Th Kehamilan s Anak
Persa
linan
Tempat Jenis Penolo Penyu JK BB PB
ng lit
Hamil ini Persalin
an ini

c. Riwayat kehamilan sekarang


Ibu mengatakan ini kehamilan ke 1Dengan usia kehamilan 9 bulan
ANC TM I : 2 kali
Keluhan : mual
Hasil pemeriksaan : KU baik, PP tes urin
positif Terapi : asam folat satu kali sehari
Penyuluhan yg didapat : pola makan sedikit tapi sering
ANC TM II : 3 kali
Keluhan : tidak ada
Hasil pemeriksaan : kehamilan normal
Terapi :tablet fe satu kali sehari, kalk satu kali sehari
Penyuluhan yg didapat : senam hamil, tanda
bahaya kehamilan
ANC TM III : 3 kali
Keluhan : Tidak ada
Hasil pemeriksaan : kehamilan normal
Terapi : tablet fe satu kali sehari, kalk satu kali sehari
Penyuluhan yg didapat : tanda – tanda persalinan,
ASI eksklusif
Gerak anak sejak 5 bulan, gerak 24 jam terakhir 14-16 kali
Mulai persalinan : perut terasa kenceng-kenceng beberapa hari terakhir,
mengeluarkan lendir bercampur darah sejak jam 09.00 wib.

5. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menjadi peserta KB atau memakai KB
apapun selama menikah.

6. Riwayat perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : 1 tahun
Usia pertama : 22 tahun
menikah

7. Riwayat Psikososial
Ibu tinggal serumah berdua dengan suami. Pengambilan keputusan dalam
keluarga adalah suami. Hamil ini adalah kehamilan yang sangat
diharapkan, dukungan dari suami dan keluarga sangat besar sekali.
8. Riwayat Budaya
Menurut ibu tidak ada budaya yg bertentangan dengan kehamilan
9. Perilaku kesehatan
Jamu : tidak pernah minum jamu-jamuan
Merokok : suami dan anggota keluarga dirumah tidak ada yang merokok
Minum minuman keras : tidak minum

10. Pola kebiasaan sehari-hari


No Pola Kebiasaan Selama Inpartu
1. Nutrisi Makan :5 x / hari dengan porsi ½ piring penuh
dengan menu, nasi, sayur dan lauk pauk
Minum :7 gelas / hari air putih dan 1 gelas susu
2. Eliminasi BAB :1 x / 2 hari, warna kecoklatan, bau
khas, tidak nyeri, tidak ada darah konsistensi
keras padat
BAK :7 - 8 x / hari, warna kuning jernih,
bau khas, tidak nyeri, tidak ada darah dan
pus
3. Istirahat Tidur siang : jarang
Tidur malam : 6 jam sering terbangun
merasakan kenceng di perut
4. Personal hygiene Mandi 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci
rambut 1 x / 2 hari, ganti baju 2 x / hari, ganti
pakaian dalam 2 x / hari
5. Aktivitas Memasak dibantu mertua,
Menyapu, membersihkan rumah dibantu suami
6. Seksual Tidak melakukan

B. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : stabil
TD : 110/80
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,7ºc

RR : 22x/menit
2. Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak bercabang, warna hitam
Wajah : Tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
Mata : pucat
Conjunctiva merah muda, tidak pucat, sclera putih, tidak
Hidung : ikterus, palpebra tidak oedem, penglihatan baik
Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan
Telinga : cuping hidung, tidak ada pengeluaran
Mulut : Bersih, tidak ada serumen, simetris, bentuk normal
Gigi bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi,
Leher : mukosa bibir lembab, gusi tidak mudah berdarah
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak ada
Dada : bendungan vena jugularis, bentuk normal
Bentuk payudara membesar simetris, hiperpigmentasi
areola mamae, puting susu menonjol, pengeluaran
Abdomen : colostrum +/+
Membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas
operasi, terdapat linea nigra terdapat striae lividae
Genitalia : Tidak oedem, tidak varises, tampak ada pengeluaran
pervaginam lendir bercampur darah, tidak ada bekas luka
perineum.
Anus : Tidak ada hemorrhoid, normal
Ekstremitas :
Atas Tidak ada oedem, bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak
ada oedem, keadaan bersih, jari-jari tangan lengkap
tidak syndaktili tidak polidaktili
Bawah : Tidak ada oedem, tidak ada varises, bentuk simetris,tidak
ada cacat, tidak ada oedem, keadaan bersih, jari-jari tangan
lengkap tidak syndaktili tidak polidaktili

b) palpasi
Perut
Leopold I : TFU 3 jari bawah px, bagian fundus teraba bulat, lunak,
tidak melenting (bokong).
Leopold II : Di sebelah kiri teraba bagian kecil janin, di sebelah kanan
teraba panjang keras seperti papan (punggung janin
Leopold III : kanan-puka).
Leopold IV : Presentasi Bagian terbawah teraba bulat, melenting
Variasi : (kepala)
Mc Donnald : Kepala sudah masuk PAP
TBJ : -
His : TFU 32 cm
Penurunan : 3255 gram
kepala 3x/10’/30’’
3/5

c) auskultasi
Punctum maximum : kanan bawah pusat
DJJ : 136 x/menit, regular,

d) perkusi
Reflek patella : + / +

e) Pemeriksaan dalam
Oleh bidan jam 17.30
v/v : Blood slym, tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak
ada condiloma, tidak ada bekas luka perineum
Ø : 8 cm
Eff : 80%
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Hodge : III
Denominator : UUK kadep
Bagian kecil : Tidak teraba
janin Lingkar : 82 cm
panggul : Lendir darah
Cairan pada sarung tangan

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa : GI P0000 usia kehamilan 40 minggu Inpartu kala I fase aktif,
Janin Tunggal Hidup
DS : Ibu mengatakan perut terasa kenceng-kenceng sejak jam 08.00 wib,
keluar lendirbercampur darah.
HPHT : 22 Maret 2021

DO :
Abdomen : DJJ : 136 x/menit, regular
Pemeriksaan Dalam : VT  8 cm eff 80 %, Let kep H III , Ketuban
utuh

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN / TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
Dx : GI P0000 usia kehamilan 40 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin
Tunggal hidup intra uterin

Tujuan :Persalinan berjalan normal dan lancar

Kriteria Hasil :
Kala I :Tidak melewati garis waspada pada partograf
Kala II : berlangsung < 2 jam, bayi lahir normal dan selamat
Kala III : berlangsung < 30 menit, plasenta lahir spontan,
lengkap Kala IV : Tidak terjadi HPP

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan secara terapeutik
R/ Terjalin rasa percaya sehingga ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
R : Pemahaman kondisi ibu, kemajuan persalinan, dan perkembangan janin
3. Lakukan asuhan sayang ibu
R :Dukungan terhadap ibu dalam persalinan dengan melibatkan ibu dan
keluarga sebagai pembuat keputusan, pengaruh emosional.
4. Anjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai yaitu posisi berbaring
miring ke kiri
R : Posisi berbaring miring kiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava
inverior, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia janin
karena suplai oksigen tidak terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu
yang mengalami kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan
lahir.
5. Berikan konseling posisi ibu dalam meneran
R : Secara anatomi, posisi tegak lurus (berdiri, jongkok, duduk) merupakan
posisi yang paling sesuai untuk melahirkan, karena sumbu panggul dan posisi
janin berada pada arah gravitasi.
6. Monitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
R : Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan, kondisi normal tidak melewati garis waspada
7. Lakukan persiapan pertolongan persalinan
R : Persiapan persalinan standar sesuai asuhan persalinan normal
8. Lakukan tindakan 60 langkah APN
R : Persalinan lancar, bersih, aman, ibu bayi sehat dan selamat

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 29 Desember 2021 Jam 17.45 WIB
Dx : GI P0000 usia kehamilan 39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal
Hidup Intra uterin

1. Melakukan pendekatan secara terapeutik kepada ibu dan keluarga


2. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu
keadaan umum ibu dan keadaan janinnya baik.
3. Melakukan asuhan sayang ibu yang meliputi :
a. Memberi dukungan fisik, psikologis dan sosial
b. Mengatur posisi yang nyaman dan aman bagi ibu
c. Kebutuhan makanan dan cairan
d. Kebutuhan eliminasi
e. Pengurangan rasa nyeri
f. Keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
g. Penerapan prinsip Pencegahan Infeksi yang sesuai
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai dengan
keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan miring ke
kiri agar tidak mengganggu pernapasan ibu. Ibu sudah dalam posisi yang
nyaman
5. Memberikan konseling posisi ibu dalam meneran yaitu posisi tegak lurus
(berdiri, jongkok, duduk). Pada saat kontraksi, dengan berdiri uterus terangkat
berdiri pada sumbu aksis pintu masuk panggul dan kepala mendorong
cerviks, sehingga intensitas kontraksi meningkat. Pada posisi tegak tidak ada
hambatan dari gerakan uterus. Sedangkan pada posisi berbaring, otot uterus
lebih banyak bekerja dan proses persalinan berlangsung lebih lama.
6. Memonitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf untuk
melaksanakan deteksi dini terhadap penyulit yang mungkin timbul meliputi :
tanda-tanda vital ibu, menghitung denyut jantung janin, menghitung kontraksi
uterus, melakukan pemeriksaan dalam, serta mencatat produksi urine, aseton,
dan protein
7. Melakukan persiapan pertolongan persalinan meliputi :
a. Ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir
b. Perlengkapan, bahan dan obat esensial
c. Rujukan (bila diperlukan)
d. Upaya pencegahan infeksi yang diperlukan
8. Melakukan tindakan 60 langkah APN

VII. EVALUASI
Tanggal 27 Desember 2021 Jam 20.00 WIB
Dx :GI P0000 usia kehamilan 40 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal
Hidup intra uterin

S : Ibu mengatakan ingin meneran dan perutnya terasa semakin sering kenceng
O :KU ibu baik, TTV : T : 110 / 80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 22 x/menit, S :
36,5 °C
Inspeksi : Genetalia :Perineum menonjol, vulva dan anus membuka, keluar lendir
darah, tekanan pada anus
Palpasi : Abdomen : His 4 x 10’/50
Vt  10 cm, Eff 100 %, Kep H III (+) Ket negatif Jernih DJJ (+) 140 x/menit

A : GI P0000 UK 39 minggu Inpartu kala II, Janin T/H/I


P:
1. Memastikan kelengkapan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial, memakai alat perlindungan diri, mencuci tangan, memakai sarung
tangan, menyiapkan oksitosin 10 unit yang diletakkan kembali spuit
tersebut di partus set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit.
2. MemastikanpembukaanLengkapdankeadaanjaninbaik
Jam 20.30 Pemeriksaan dalam : pembukaan 10 cm, eff 100%, ketuban
pecah spontan jernih, preskep, HIII+, UUK kadep. DJJ 136x/menit
3. Menyiapkanibudankeluargauntukmembantu proses
bimbinganmeneranyaitu : memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik, meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi
ibu untuk meneran, membantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan dia merasa nyaman, menganjurkan ibu untuk cukup minum,
melakukan pimpinan meneransaat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
Ibu bersedia melakukan
4. Persiapanpertolongankelahiranbayi, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi, meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu, membuka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan, memakai sarung tangan DTT atau steril pada
kedua tangan.
5. Menolong kelahiran bayi
a. Melahirkan kepala : melindungi perineum, menahan kepala bayi,
memeriksa lilitan tali pusat, menunggu hingga kepala bayi melakukan
putaran paksi luar secara spontan.
b. Melahirkan bahu : memegang secarabiparietal, menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraks, dengan lembut menggerakkan kepala
kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan menggerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang
c. Melahirkan badan dan tungkai : menggeser tangan yang berada di
bawah ke arahperineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah melakukan penelusuran tangan yang berada di atas ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.
Bayi lahir spontan jam 20.40 menangis kuat bergerak aktif, jenis
kelamin laki-laki
6. Menangani bayi baru lahir dengan melakukan penilaian selintas, bayi
menangis kuat dan bergerak aktif

VIII. CATATAN PERKEMBANGAN


Kala III
Tanggal 27 Desember 2021 Jam 20.45 WIB
S : Ibu merasakan lega dengan kelahiran bayinya, masih merasakan mules pada
perut bagian bawah
O : Inspeksi : Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tali pusat tampak terlihat
di vulva
Palpasi : Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, uterus globuler
A : P1000 inpartu kala III
P:
1. Melakukan manajemen aktif kala III
1. Memeriksa kembali uterus. Tidak ada lagi janin dalam uterus,
bayi tunggal.
2. Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha
dorsal lateral kanan. Pukul 20.47 WIB
3. Melakukan PTT sewaktu ada his. Tidak ada tahanan. Tali pusat
bertambah panjang, ada semburan darah tiba-tiba.
4. Melahirkan plasenta sesuai sumbu jalan lahir. Plasenta lahir
spontan pukul 20.50 WIB
5. Melakukan masase uterus selama 15 detik, dengan meletakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Hasil : uterus teraba keras
6. Melakukan penilaian perdarahan, memeriksa kedua sisi plasenta
baik yang menempel ke ibu maupun janin, hasilnya selaput
lengkap dan utuh, perdarahan ±200 cc
7. Melakukan evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif. Hasil : perineum tidak terjadi robekan

Kala IV
Tanggal 27 Desember 2021 Jam 21.10 WIB
S :Ibu merasa lega bayi dan plasenta sudah lahir
O:
Inspeksi : Genetalia : Pengeluaran darah normal
Palpasi : Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong
A : P1001 kala IV
P:
1. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi
Hasil : ibu mengerti, memahami dan bersedia
2. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT, membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di
ranjang atau disekitar ibu berbaring. Membantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
Ibu merasa bersih dan nyaman
3. Membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberi
ibu minuman dan makanan yang diinginkannya, meminta ibu untuk tidak
tarak pada makanan apapun kecuali jika alergi.
Ibu makan nasi, ayam goreng, sayur dan minum air teh hangat manis
4. Menganjurkan ibu untuk belajar miring kanan dan kiri jika ibu tidak
pusing kemudian belajar untuk duduk. Ibu bisa melakukannya
5. Membantu ibu untuk BAK apabila ada rasa ingin BAK
6. Melakukan observasi 2 jam postpartum 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua
7. Melengkapi partograf

2 Jam PP
Tanggal 27 Desember 2021 Jam 22.40 WIB

S : Pasien lega bayinya telah lahir


O : K/u : Baik
TD : 110/70 mmHG
N : 88 x/menit
S : 36,4° C
RR : 18 x/menit
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi
baik A : P 1001 2 jam post partum
P : 1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik
2. Mengajari ibu cara cebok yang benar dan jaga kebersihan
3. Memberikan KIE tentang ASI Eksklusif
4. Memberi motivasi pada ibu tentang KB

Anda mungkin juga menyukai