Anda di halaman 1dari 22

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup,

dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Wiknjosastro, 2008).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun

ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong

keluar melalui jalan lahir. (Sarwono, 2008)

B. Etiologi Persalinan

1. Teori kerenggangan

Otot rahim mempumyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dimulai.

2. Teori penurunan progesterone

Progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitive sehingga

menimbulkan his dan kontraksi.

3. Teori oksitosin

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga dapat

mengakibatkan his.

4. Teori pengaruh prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu

yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.

3
4

5. Teori plasenta menjadi tua

Dengan bertambahnya usia kehamilan, plasenta menjadi tua dan

menyebabkan villi corialis mengalami perubahan sehingga kadar estrogen dan

progesterone turun. Hal ini menimbulkan kekejangan pembuluh darah dan

menyebabkan kontraksi rahim.

6. Teori distensi Rahim

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan

iskemia otot-otot uterus sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenter.

7. Teori berkurangnya nutrisi.

Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hipokrates. Bila nutrisi pada janin

berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

C. Tanda-tanda persalinan

1. Tanda-tanda persalinan

a. Terjadinya his persalinan

His persalinan mempunyai sifat :

1) Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan

2) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin

besar

3) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus

4) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.

5) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)

6) Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat


5

dikanalis serviks lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang menjadikan

perdarahan sedikit.

b. Pengeluaran cairan

Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian

besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang

pecah pada pembukaan kecil.

D. Klasifikasi

1. Persalinan Spontan

Persalinan dikatakan spontan jika persalinan berlangsung dengan

kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2005).

Sedangkan menurut Manuaba (2008), persalinan spontan terjadi bila seluruh

prosesnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan normal disebut

juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala

dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan

bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

2. Persalinan Buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan

bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan

operasi sectio caesarea (Prawirohardjo, 2005)

3. Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin dan

prostaglandin (Prawirohardjo, 2005).


6

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut (Asrina, 2010) dan

(Indrayani, 2016).

1. Power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar

a. His ( kontraksi uterus )

Kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik

dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus

dominan, terkoordinasi dan relaksasi.

1) Pembagian his dan sifat-sifatnya :

a) His pendahuluan

His tidak kuat, datangnya tidak teratur, menyebabkan keluarnya

lendir darah atau bloody show.

b) His pembukaan kala I

Menyebabkan pembukaan serviks, semakin kuat, teratur dan sakit.

c) His pengeluaran kala II

Untuk mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur, simetris,

terkoordinasi.

d) His pelepasan uri kala III

Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.

e) His pngiring kala IV

Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi pengecilan rahim

dalam beberapa jam atau hari.


7

2. Faktor Passager

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang

meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah, dan dari dinding rahim.

3. Faktor passage

Passage atau faktor jalan lahir di bagi menjadi :

a. Bagian keras : tulang-tulang panggul (rangka panggul).

b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan -jaringan dan ligament-ligamen.

(Asrinah, 2010).

4. Posisi

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa

letih hilang, memberi rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah. Posisi

tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok. Posisi tegak

memungkinkan gaya gravifasi untuk penurunan bagian tersendah janin.

Kontraksi uterus lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan

dilatasi serviks sehingga perslinan lebih cepat. Posisi tegak dapat mengurangi

insidensi penekanan tali pusat. (Indrayani,dkk, 2016)

5. Faktor psikologi ibu

Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin

yang didampingi suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung

mengalami proses persalinan yang lebih lancer dibandingkan dengan ibu

bersalin yang tanpa di damping suami atau orang – orang yang dicintainya. Ini

menunjukan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis


8

ibu, yang berpengaruh pada proses persalinan.

F. Tahapan dalam persalinan

1. Menurut Marmi (2011) tahapan dalam persalinan adalah :

a. Kala I

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm).

Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

1) Fase laten

Berlangsung selama 8 jam.Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran 3 cm.

2) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :

Fase Akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

Fase dilatasi maksimal, dalam waktu dua jam pembukaan berlangsung

sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm

Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali.

Dalam waktu dua jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap

Dalam fase aktif ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau lebih dalam

waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Biasanya

dari pembukaan 4 cm, hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10

cm, akan terjadi kecepatan rata-rata yaitu, 1 cm perjam untuk

primigravida dan 2 cm untuk multigravida (APN, 2008).


9

b. Persalinan kala II (kala pengeluaran janin)

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi.

Gejala dan tanda kala II persalinan :

1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

Kontraksi

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum/pada

vaginanya

3) Perineum menonjol

4) Vulva–vagina dan sfingter ani membuka

Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (APN 2008)

c. Persalinan kala III (kala uri/plasenta)

Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran

plasenta (JNPK-KR 2008).

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

1) Semburan darah. Semburan darah ini disebabkan karena

penyumbatan retroplasenter pecah saat plasenta lepas

2) Pemanjangan tali pusat. Hal ini disebabkan karena plasenta

turun ke segmen uterus yang lebih bawah atau rongga

vagina

3) Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular

(bulat). Perubahan bentuk ini disebabkan oleh kontraksi

uterus
10

4) Perubahan dalam posisi uterus yaitu uterus naik ke dalam abdomen

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sesaat setelah plasenta lepas

TFU akan naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke

segmen uterus yang lebih bawah.

4. Persalinan kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta

lahir untuk memantau kondisi ibu. Harus diperiksa setiap 15 menit selama 1

jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.


11

G. Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal (Nurjasmi, dkk 2016).

a. Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau

vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih dan

menutupi pakaian.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan

tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan


12

kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengkontaminasi tabung suntik).

c. Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan

ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam

wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi

(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam

larutan dekontaminasi.

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.

Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah

lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5% dan kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik serta

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Mencuci kedua tangan (seperti di atas).


13

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(100-180 kal /menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ

dan semua hasil hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.

d. Menyiapkan Ibu & Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan

Meneran.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman

sesuai keinginannya.

Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu

serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan.

Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu

mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk

meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman).


14

13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinganan untuk meneran

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap lima menit. Jika bayi belum lahir atau

kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu

120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau

60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

h) Menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak

kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara

kontraksi.

i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi
15

segera setalah 60 menit meneran, rujuk ibu dengan

segera.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran

dalam 60 menit.

e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.

15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk

mengeringkan bayi.

16) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah

bokong ibu.

17) Membuka partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

f. Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kelapa

19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat

kepala lahir.
16

a) Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap

lendir pada mulut dan hidung setelah kepala lahir

menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat

tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan

bersih.

b) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi

dengan kain atau kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

Lahir bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.

Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.

Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar

hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan


17

kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah

luar untuk melahirkan bahu posterior.

Lahir badan dan tungkai

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum

tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke

tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan

bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah

untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan

tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang

ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang

kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran

kaki.

g. Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas

perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di

tempat yang memungkinkan).


18

26) Segera mengeringkan bayi, dan mengganti handuk yang

basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang

bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali

pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,

mengambil tindakan yang sesuai.

Oksitosin

27) Melakukan pengecekan fundus uteri ibu dengan cara palpasi

untuk menilai apakah ada janin kedua atau tidak supaya ibu

dapat diberikan oksitosin untuk melahirkan plasenta.

28) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

29) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan

suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

30) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem

ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem

pertama (ke arah ibu).

31) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi

dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem

tersebut.

32) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.
19

h. Manajemen Aktif Kala III

Penegangan tali pusat terkendali

33) Memindahkan klem pada tali pusat.

34) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,

tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

35) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 –

40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting

susu.

Mengeluarkan plasenta.

Plasenta

36) Apabila sudah terlihat tanda-tanda perlepasan plasenta

lakukan penarikan dengan hati-hati dan sistematis dengan


20

tangan kiri dan tangan kanan di atas simpisis ibu dengan

posisi dorso cranial.

Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan

tali pusat selama 15 menit. Mengulangi pemberian

oksitosin 10 unit.

Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit sejak kelahiran bayi.

37) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati

memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan

lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.


21

a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina

dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari

tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi

atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang

tertinggal.

Mesase Uterus

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

masase uterus, meletakkantelapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

i. Menilai Perdarahan

39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

selaput ketuban lengkap dan utuh.

a) Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau

tempat khusus.

b) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase

selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

j. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan


22

41) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

42) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang

masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat

tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan

kering.

Mengevaluasi Keadaan Ibu Pasca Persalinan

43) Menilai kandung kemih Ibu apakah kosong atau tidak

44) Ajarkan ibu atau keluarga melakukan masase fundus dengan

baik dan benar untuk mencegah terjadinya pendarahan atau

Antonia uteri

45) Mengevaluasi kehilangan darah.

46) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama dua jam pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

tidak normal.

Kebersihan dan keamanan

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.


23

Bersih Aman

48) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

49) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

50) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.

51) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu

minuman dan makanan yang diinginkan.

52) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

53) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

55) Memakai sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi)

untuk melakukan perawatan Bayi Baru Lahir setelah Inisiasi

menyusui Dini.
24

56) Memberikan salap mata, injeksi Vitamin K sebelah kiri 1/3

Spina Iliaca anterior Superior bagian Lateral paha bayi dan

melakukan antropometri.

57) Memeberikan Imuninasi Dasar Hepatitis B sebelah kanan 1/3

Spina Iliaca anterior Superior bagian Lateral paha bayi.

58) Melepas sarung tangan secara terbalik dan mencelupkan

sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

Anda mungkin juga menyukai