Di SusunOleh :
SONYA MSIREN
NIM 202106090489
NIM : 202106090489
Mengetahui
Pembimbing Institusi
FAUZIA LAILI,SST,M.Keb
NIDN.
LANDASAN TEORI
2) Fleksi
Kepala bayi masuk ruang panggul yang ukuran paling kecil
dengan diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) dengan
menggantikan suboccipito frontalis (11 cm) sampai pada dasar
panggul kepala dalam keadaan fleksi maksimal.
3) Putaran paksi dalam
Akibat elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan
rotasi.
4) Defleksi
Setelah kepala sampai di dasar panggul, ubun-ubun kecil berada
di bawah simfisis dan occiput sebagai hipomoklion kepala
mengadakan defleksi.
5) Putaran paksi luar
Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin masuk,
perineum makin lebar dan tipis, anus membuka dengan kekuatan
his, dengan mengejan berturut-turut tampak bregmatika, dahi,
muka, dagu, setelah lahir putaran paksi luar.
6) Ekspulsi
Bahu bayi melewati PAP dalam keadaan miring dalam rongga
panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul apabila kepala telah
lahir bahu berada dalam posisi depan belakang, kemudian
dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, bahu trochanter belakang
bahu bayi seluruhnya.
2.2 Asuhan Kebidanan Persalinan
Manajemen kebidanan (Midwifery Management) adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
penatalaksanaan dan evaluasi (Mudillah dkk, 2012: 110).
2.2.1 Pengkajian
1. Data subyektif
1) Biodata
a) Umur
Tanyakan berapa usia wanita karena usia di bawah 16 tahun
dan di atas 35 tahun wanita rentan terhadap komplikasi. Usia
di bawah 16 tahun meningkatkan insiden preeklamsia, usia di
atas 35 tahun meningkatkan insiden persalinan yang lama
pada nulipara, SC, kelahiran preterm, intrauterine growth
retardation (IUGR) dan kematian janin (Varney & Jan, 2008:
691).
b) Pendidikan
Pendidikan yang kurang membuat masyarakat tetap
berorientasi pada pengobatandan pelayanan tradisional
sehingga mempengaruhi kesejahteraan ibu (Manuaba et al,
2014: 11).
c) Gravida dan para
Paritas memengaruhi durasi persalinan dan insiden
komplikasi. Semakin tinggi paritas, insiden abrubsio
plasenta, plasenta previa, perdarahan uterus, mortalitas ibu,
dan mortalitas perinatal juga meningkat (Varney & Jan,
2008: 691).
2) Keluhan utama
Menurut Manuaba et al (2014: 173) tanda-tanda persalinan
adalah:
a) Terjadinya his persalinan. Mempunyai ciri khas pinggang
terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan. Terjadi perdarahan karena
kapiler pembuluh darah pecah.
c) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban
pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
Gejala utama kala II (pengusiran) menurut Manuaba et al (2014:
173‒174) adalah:
a) His semakin kuat, interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi
50 sampai 100 detik.
b) Akhir kala I, ketuban pecah, ditandai pengeluaran cairan
secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya Pleksus
Frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadikepala membuka pintu, suboksiput
bertindak sebagai hipomoklion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan
di bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan
bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban.
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Penyakit jantung
Perubahan fisiologi terjadinya peningkatan volume darah dan
peningkatan frekuensi denyut jantung menyebabkan
peningkatan serambi kiri jantung yang mengakibatkan edema
pada paru. Penambahan volume darah kedalam sirkulasi
sistemik sewaktu his atau kontraksi uterus menyebabkan
bahaya saat melahirkan karena dapat mengganggu aliran
darah dari ibu ke janin (Saifuddin, 2014: 769). Persalinan
pervaginam diperbolehkan pada ibu dengan penyakit
jantung kelas I dan II. Hal ini jantung harus bekerja lebih
berat (Irianto, 2014: 266).
b) Diabetes Mellitus
Komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan yaitu trauma
kelahiran seperti distosia bahu, fraktur tulang dan injuri
pleksus brakialis. Kelahiran mati, lebih sering pengakhiran
partus dengan tindakan termasuk SC (Saifuddin, 2014: 855‒
856).
c) Anemia
Bahaya saat persalinan adalah gangguan kekuatan mengejan,
kala I dapat berlangsung lama dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio
plasenta dan perdarahan karena atonia uteri, kala IV terjadi
perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri (Manuaba
et al, 2014: 240).
d) Hipertiroidisme
Menurut Miller et al 1994 dalam Fraser dan Cooper (2009:
346) hipertiroidisme dapat meningkatkan insiden kelahiran
prematur, BBLR dan kematian janin.
e) Pneumonia
Saat persalinan perlu pertolongan yang tepat dengan
mempercepat persalinan kala II. Keadaan ini sering dijumpai
pada persalinan terlantar sehingga membahayakan jiwa
janin maupun ibunya (Manuaba et al, 2014: 337).
f) Hipertensi
Penundaan persalinan meningkatkan risiko kematian ibu dan
janin. Apabila kehamilan berusia 37 minggu atau lebih segera
lakukan persalinan, jika servik matang lakukan pemecahan
ketuban, lalu induksi persalinan tetapi apabila dalam 12 jam
tidak ada harapan lahir pervaginam segera lakukan SC. Jika
servik belum matang segera lakukan SC (Saifuddin, 2014:
M-41).
g) Gonorrhea
Ibu penderita gonorrhea dapat terjadi abortus spontan,
BBLR, KPD, korioamnionitis, persalinan prematur (Fraser
dan Cooper, 2009: 371). Bayi yang lahir dari ibu menderita
gonorrhea selalu diberikan salep mata untuk mencegah
infeksi yang dapat menyebabkan kebutaan (Manuaba et al,
2014: 338).
h) HIV/ AIDS
Terapi AZT secara signifikan mengurangi dan menekan
kemungkinan bahwa darah ibu atau cairan tubuh akan
menularkan virus HIV kepada bayinya. Hal ini diberikan
kepada ibu selama persalinan dan melahirkan, ini karena bayi
yang baru lahir risiko darah dan cairan adalah paparan
tertinggi penularan virus (Irianto, 2014: 237).
i) Hepatitis B
Pada penyelesaian persalinan dengan cara pervaginam harus
diawasi dengan ketat, pada kala II boleh diperpendek dengan
ekstraksi vakum atau forceps bila janin hidup atau
embriotomi bila janin mati. Bahaya yang paling mengancam
untuk ibu saat persalinan ialah terjadinya perdarahan yang
hebat dan sulit dikontrol (Mochtar, 2015: 119).
4) Riwayat kesehatan sekarang
a) Ibu hamil dengan anemia saat persalinan dapat terjadi
gangguan his (kekuatan mengejan), kala I berlangsung lama,
kala II berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan
kelelahan serta memerlukan tindakan operasi SC, retensio
plasenta dan atonia uteri(Manuaba et al, 2014: 240).
b) Kadar Hb normal 11g% (Manuaba et al, 2014: 239).
c) Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita gonorrhea dapat
menderita konjungtivitis, gonore neonatorum atau disebut
juga blenore neonatorum(Cuningham et al, 2006: 434).
d) Darah dan cairan ibu saat persalinan dapat berisiko menular
kepada bayi yang baru lahir risiko darah dan cairan (Irianto,
2014: 237).
5) Riwayatkesehatankeluarga
a) Pengaruh diabetes dalam persalinan antara lain: kelahiran
mati, distosia bahu, fraktur tulang dan injuri pleksus
brakialis(Saifuddin, 2014: 855).
b) Persalinan anak kembar dapat berlangsung lebih lama karena
kereganggan otot rahim yang berlebihan. Setelah kelahiran
anak pertama dapat terjadi solusio plasenta (Manuaba et al,
2014: 277).
6) Riwayat kebidanan
a) Haid
Tanggal pada hari pertama periode menstruasi terakhir atau
last normal menstrual periode (LNMP) digunakan sebagai
dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
taksiran partus (TP) (Varney & Jan, 2007: 524).
b) Kehamilan
Aborsi spontan berulang dapat mengindikasikan adanya
kondisi, seperti abnormalitas genetik dan ketidakseimbangan
hormon (Fraser & Cooper, 2009: 252).
c) Persalinan
d) Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik
untuk memperkirakan lama persalinan kali ini sehingga
memungkinkan untuk membedakan persalinan antara
primigravida dan gravida selanjutnya serta persalinan dengan
paritas yang lebih tinggi. Untuk mengidentifikasi pelahiran
melalui SC atau pelahiran operatif pervaginam sebelumnya
(Varney & Jan, 2008: 692).
e) Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam
memastikan keadekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi
saat ini. Juga untuk mengantisipasi kemungkinan komplikasi
jika dibanding dengan perkiraan berat janin (Varney & Jan,
2008: 692).
f) Wanita yang mempunyai riwayat melahirkan bayi kecil dari
ayah yang sama cenderung memiliki bayi yang kecil juga
pada kehamilan ini (Varney & Jan, 2008: 692).
g) Nifas
Keadaan umum ibu saat nifas lalu. Apakah involusi uterus
baik, pengeluaranlokheanormal, serta pengeluaran ASI
lancar. Adakah penyulit pada masa nifas seperti abses pada
payudara (Saifuddin, 2014: 125). Segera setelah persalinan
dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari
380C, bila terjadi peningkatan terus menerus selama 2 hari,
kemungkinan infeksi (Manuaba et al, 2014: 201).
7) Pola kehidupansehari-hari
a) Nutrisi
Ibu diperbolehkan mengkonsumsi makanan rendah lemak
dan rendah residu sesuai selera untuk memberinya energi.
Namun, makan dan minum selama persalinan akan
menyebabkan ibu mengalami peningkatan risiko regurgitasi
dan aspirasi isi lambung (Fraser & Cooper, 2009: 451).
Waktu terakhir kali ibu makan diperlukan oleh ahli anastesi
jika pembedahan dibutuhkan. Selain itu, juga bermanfaat
untuk mengkaji cadangan energi dan status cairan (Varney &
Jan, 2008: 692).
b) Eliminasi
Tekanan kepala bayi pada perineum merangsang reflek saraf,
menyebabkan keinginan BAB (Manuaba et al, 2014: 156).
Selama persalinan, ibu harus dianjurkan berkemih setiap 1‒2
jam. Kandung kemih yang penuh juga dapat menghambat
masuknya kepala janin ke dalam gelang panggul (Fraser &
Cooper, 2009: 452).
c) Istirahat dan tidur
Keletihan dan penurunan fisik pada wanita dipengaruhi oleh
tingkat keletihannya saat memasuki persalinan, rumatan
hidrasi selama persalinan, lama persalinan, dan kemampuan
menghadapi tuntutan kondisi dan situasi yang terjadi (Varney
& Jan, 2008: 709).
d) Personal hygiene
Pencukuran perineal rutin tidak dilakukan selama beberapa
tahun terakhir. Riset menunjukkan bahwa pencukuran
perineal tidak perlu dilakukan dan tidak meningkatkan angka
terjadinya infeksi. Bagi ibu yang sedang berada pada proses
persalinan normal, mandi air hangat dapat menjadi pereda
nyeri efektif yang dapat meningkatkan mobilitas tanpa
peningkatan efek samping bagi ibu atau bayinya (Fraser &
Cooper, 2009: 442).
e) Aktivitas
Pada kala I apabila ketuban belum pecah ibu diperbolehkan
duduk atau berjalan-jalan, jika berbaring sebaiknya ke sisi
letaknya punggung janin atau miring ke kiri, jika ketuban
sudah pecah wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus
berbaring (Mochtar, 2015: 77).
8) Riwayat ketergantungan
Kebiasaanmerokok, minumalkohol, dan
kecanduannarkotikadapatmenimbulkankelahirandengan BBLR
bahkandapatmenimbulkancacatbawaanataukelainanpertumbuhan
dan perkembanganbaikfisikmaupun mental (Manuaba et al,
2014:122).
9) Psikososial dan spiritual
Keadaan psikososial dan spiritual menurut Fraser & Cooper 2009:
429,453) adalah:
a) Mood yang berubah-ubah sering terjadi dan dorongan energi
juga dapat dialami.
b) Sebagian mungkin memandang kontraksi yang dialami
sebagai kekuatan positif yang memotivasi dan memberikan
kehidupan. Sebagian lain mungkin merasakan kontraksi ini
sebagai rasa nyeri dan melawan kontraksi tersebut).
c) Seorang ibu dapat menyambut peristiwa ini dengan perasaan
senang karena sebentar lagi ia akan melihat bayinya, ibu yang
lain mungkin merasa gembira karena pada akhirnya
kehamilannya ini akan berakhir dan ia mengalami berbagai
kesukaran.
d) Sejalan dengan kemajuan persalinan, ibu dapat merasa
kurang percaya diri terhadap kemampuan kopingnya
menghadapi sifat kontraksi yang kuat yang mengendalikan
tubuhnya.
10) Latar belakang sosial budaya
MenurutManuaba et al (2014: 116) kebiasaan yang tidak
menguntungkan selama persalinan adalah pijat perut,
memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam
vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan
yang keluar karena persalinan, atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh.
2. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Kondisi umum selama kala II persalinan akan bergantung
pada kondisi umumnya di akhir kala I persalinan. Jika
memasuki tahap kedua persalinan sudah kehabisan tenaga, ia
akan mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang
diperlukan untuk mendorong, terutama jika ia primigravida
(Varney & Jan, 2008: 760).
b) Tanda-tanda vital
Tekanan darah diukur setiap 2‒4 jam, kecuali jika tidak
normal, pengukuran yang lebih sering diperlukan
bergantung pada situasi individu (Fraser & Cooper,
2009: 453).
Frekuensi nadi biasanya dihitung setiap 1‒2 jam selama
awal persalinan dan setiap 30 menit jika persalinan lebih
cepat (Fraser & Cooper, 2009: 453).
Pada persalinan normal, suhu tubuh maternal harus
diukur sedikitnya setiap 4 jam (Fraser & Cooper, 2009:
453).
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih
normal, selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi (Varney & Jan,
2008: 687).
c) Pemeriksaan fisik
Muka
Tampak sembab/tidak, pucat/tidak (Romauli, 2011: 174).
Saat menjelang persalinan, ibu akan nampak gelisah
ketakutan dan menahan rasa sakit akibat his (Saifuddin,
2014: N-8).
Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda,
bila pucat menandakan anemia. Sklera berwarna putih,
bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada
konjungtivitis(Romauli, 2011: 174).
Mulut dan gigi
Wanita yang bersalin yang tidak mendapat cairan oral
dan perawatan mulut biasanya mengeluarkan bau napas
yang tidak sedap, mulut kering, bibir kering atau pecah-
pecah, tenggorokan nyeri (Varney & Jan, 2008: 719).
Payudara
Menjelang persalinan, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap kondisi puting ibu misalnya rabas kolostrum
kering atau berkerak, muara duktus yang tersumbat
kemajuan dalam megeluarkan puting yang rata atau
inversi pada wanita yang merencanakan untuk menyusui
(Varney & Jan, 2008: 1051).
Abdomen
Saat kontraksi uterus dimulai nyeri akan terjadi selama
beberapa detik dan akan hilang kembali di akhir
kontraksi. Selama kala 1 persalinan penurunan hampir
selalu dapat diraba dengan palpasi abdomen. Palpasi
abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin
dapat akan dapat melewati gelang pelvis dengan bantuan
kontraksi yang baik (Fraser & Cooper, 2009: 453‒454).
Genetalia
Tanda-tanda inpartu pada vagina
terdapatpengeluaranpervaginamberupabloodyslym,
perineummenonjol, vulva membukasebagai tanda
gejalakala II (Manuaba et al, 2014: 184). Luka parut di
perineum mengindikasikan adanya riwayat luka
perineum sebelumnya (Wiknjosastro, 2014: 44).
Ekstremitas
Edema merupakan tanda klasik preeklamsi. Edema pada
kaki dan pergelangan kaki saja biasanya merupakan
edema dependen yang disebabkan oleh penurunan aliran
darah vena akibat penekanan uterus yang membesar
(Varney & Jan, 2008: 693).
d) Pemeriksaan khusus
Menentukan usia kehamilan
Manuaba et al (2014: 128) memperhitungkan masuknya
kepala ke pintu atas panggul terutama pada primigravida
masuknya kepala ke pintu atas panggul terjadi pada
minggu ke 36, mempergunakan ultrasonografi dengan
melihat jarak biparietal, tulang tibia, dan panjang
lingkaran abdomen janin. Mempergunakan hasil
pemeriksaan air ketuban, semakin tua usia kehamilan
semakin sedikit air ketuban.
Penurunan kepala janin
Penuruan kepala janin melalui sistem perlimaan dapat
dilihat pada tabel 2
Periksa Periksa Keterangan
luar dalam
Kepala diatas PAP, mudah digerakkan
5/5 -
(konvergen)
Sulit digerakkan, bagian terbesar kepala
4/5 HI – II
belum masuk panggul (konvergen)
Bagian terbesar belum masuk panggul
3/5 HII – III
(sejajar)
Bagian terbesar kepala sudah masuk
2/5 HIII +
panggul (divergen)
1/5 HIII – IV Kepala di dasar panggul (divergen)
0/5 HIV Di perineum (divergen)
Sumber: Saifuddin, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman N-10.
Auskultasi
Menurut pemeriksaan auskultasi dilakukan
menggunakan stetoskop dan alat doppler. Janin yang
dalam keadaan sehat bunyi jantungnya teratur dan
frekuensinya antara 120‒140 per menit. Bila bunyi
jantung kurang dari 120 per menit atau lebih dari 160 per
menit atau tidak teratur, maka janin dalam keadaan
asfiksia (kekurangan oksigen) (Marmi, 2011: 188‒189).
His
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa
nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
semakin pendek, dan kekuatannya semakin besar,
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks,
semakin beraktivitas (jalan) kekuatan semakin bertambah
(Manuaba et al, 2014: 173).
Pemeriksaan dalam
Menurut Cunningham (2006: 338‒339) pemeriksaan
vagina secara aseptik paling sering dilakukan, kecuali
jika sudah ada ada perdarahan (bloody show) yang
berlebihan. Perhatian cermat terhadap hal-hal berikut
penting untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi
dan untuk mengurangi kontaminasi bakteri akibat
pemeriksaan berulang.
Pendataran serviks
Jika panjang serviks berkurang separuh, dikatakan 50
persen mendatar, bila serviks menjadi setipis segmen
uterus bawah di dekatnya, serviks dikatakan telah
mendatar penuh atau 100 persen.
Dilatasi serviks
Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan
diameter rata-rata bukaan serviks. Jari pemeriksa
disapukan dari tepi serviks di satu sisi ke sisi yang
berlawanan, dan diameter yang dilintasi yaitu 1‒10cm.
Serviks dikatakan membuka penuh bila diameternya
10cm, karena bagian terbawah ukuran bayi aterm
biasanya dapat melewati serviks yang membuka lebar.
Posisi serviks
Hubungan antara ostium serviks dengan kepala janin
dikategorikan sebagai posterior, posisi tengah, atau
anterior. Posisi posterior mengesankan persalinan
preterm.
Station
Ketinggian bagian terbawah janin di jalan lahir
digambarkan dalam hubungannya dengan spina
iskhiadika yang terletak di tengah-tengah antara pintu
atas panggul dan pintu bawah panggul. Jadi, saat bagian
terbawah turun dari pintu atas panggul menuju spina
iskhiadika, disebut sebagai station -5, -4, -3, -2, -1 lalu 0.
Di bawah spina iskhiadika, bagian terbawah janin
melewati station +1, +2, +3, +4 dan +5 untuk lahir.
Station +5cm setara dengan kepala janin yang terlihat di
introitus.
Deteksi pecahnya selaput ketuban
Suatu diagnosis pasti pecahnya selaput ketuban dibuat
apabila cairan amnion terlihat berada di forniks
posterioratau cairan jernih mengalir dari kanalis servisis.
Jika diagnosis tetap tidak pasti, metode lain yang dapat
digunakan adalah pengujian ph cairan vagina, ph sekret
vagina normalnya bekisar antara 4,5 dan 5,5, sementara
cairan amnion biasanya 7,0 - 7,5.
Menurut Varney & Jan (2008: 711) frekuensi
pemeriksaan dalam pada wanita intrapartum yang
normal dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam
sebanyak 5 kali, yakni:
a) Pada saat datang, untuk menetapkan informasi dasar.
b) Sebelum memutuskan jenis obat, jumlahnya, dan
rute pemberiannya.
c) Untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
sehingga dapat diputuskan apakah ibu harus
mengejan, atau sebaliknya.
d) Setelah ketuban pecah, jika dicurigai atau
kemungkinan terjadi prolaps tali pusat.
e) Untuk mengecek prolaps tali pusat ketika
perlambatan frekuensi denyut jantung janin tidak
kunjung membaik dengan prasat biasa.
2.2.7 Evaluasi
Pada Langkah ini dilakukan evaluasi ke evektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar -benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat
dianggab efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya .Ada
kemungkinan bahwa Sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan
Sebagian belum efektif (Mufdillah, dkk 2012: 118-119)
TINJAUAN KASUS
Tanggal : 10-11-2021
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS / BIODATA
Nama Istri : Ny “S” Nama Suami : Tn”A”
Umur : 20 Tahun Umur : 23 Tahun
Suku/kebangsaan: Biak/Indonesia Suku/Kebangsaan : Biak/Indonesia
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan :SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln,Raya Korido Alamat : Jln.Raya Korido
b. Penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti,
TBC,HIV/ AIDS/ Hepatitis, menahun seperti Hipertensi, menurun
seperti DM, Ashma,
c. Penyakit keluarga
Ibu mengatakan suami dan keluarga tidak mempunyai riwayat
tidak sedang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
HIV/Aids, penyakit menurun seperti DM / Asma, Penyakit
menurun seperti Hipertensi
3. Tanda – tanda bersalin :
Kontraksi : (+) Pukul: 21.10 WIT
Frekuensi : 5 x/10 menit
Lamanya : 2’
Lokasi ketidaknyamanan : Perut bagian bawah
2. Pengeluaran pervaginam
Darah lendir : Ada
Air ketuban : Tidak ada
Darah : Ada, jumlah : ±15 cc, warna :
merah
3. Masalah – masalah khusus : Tidak ada
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. ANC TM I : 2 Kali
Keluhan mual, keputihan, pusing Hasil pemeriksaan K/u : Baik
Td : 110/70 Plano tes (+) Terapi : Asam folat, Tambah darah, kalk
b. ANC TM II : 4 Kali
Keluhan Pinggang bengkeng, kaki kemeng Hasil pemeriksaan K/u :
Baik, T : 120/70, Tfu : sesuai Uk, Djj (+) normal (120-160 x/m)
Terapi Asam Folat, Tambah Darah, Kalk
c. ANC TM III : 4 Kali
Keluhan Konstipasi, Kenceng – kencengHasil pemeriksaan K/u :
Baik, T 120/80, Tfu : sesuai Uk Djj + normal (120-160 x/m)Terapi
Asam Folat, Tambah Darah, Kalk
HAMIL SEKARANG
Variasi :-
MC Donnald : TFU 30 cm
TBJ : (30 - 11 ) x 155 - 2.945 Gr
His : 4 x 10 x 40
c. Auskultasi
Punctum maximum : Pu - Ka
DJJ : 144 x / menit, regular / irregular
d. Perkusi
Reflek patella : + / +
e. Pemeriksaan Dalam
Oleh Bidan Rezinta : Jam 14.00
v/v : tidak ada benjolan
: 10 cm
Eff : 100 %
Ketuban : negatif Jernih
Presentasi : belakang kepala
Hodge : III
Demiator : UUK
Bagian kecil Janin : Tidak teraba
Cairan pada sarung tangan : Lendir Darah dan cairan ketuban
D. UJI DIAGNOSTIK
1. Haemoglobin : 11,5 gr
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 10-11-2021 Jam 22.30 Wit
Dx : GIP0A0 uk 38 Minggu Inpartu kala II. Janin T/H/I
1. Melakukan pendekatan secara terapiutik pada ibu dan keluarga
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu akan segera
melahirkan
3. Menganjurkan ibu mengedan yang efektif yaitu mengejan saat
timbul his dan istirahat saat his terelaksasi
4. Melakukan tindakan 60 langkah APN
VII. EVALUASI
Dx :G II P1001 Uk 38 Minggu Inpartu kala II. Janin T/H/I
S :Ibu mengerti bahwa dirinya akan segera melahirkan
O : K/u : Baik, T : 110/70, S : 370C, N : 90, Rr : 24
Vt 10 cm, Eff 100 %, Kep H III (+) Ket negatif Jernih DJJ (+)
144 x/menit
A :G II P 1001 Uk 38 Minggu Inpartu kala II. Janin T/H/I
P : Melakukan pertolongan persalinan sesuai 60 langkah APN.
Bayi lahir normal spontan, segera menangis, jam 14.30 JK laki –
laki
S : ibu lega dengan kelahiran anak keduanya, ibu merasakan perut mules
KALA IV
Tanggal : 10-11-2021 jam 23.45Wit
S : ibu lega dengan kelahiran anak keduanya, ibu merasakan perut mules
2jam PP
Tanggal : 11-11-2021 jam 01.00 Wit
S : Pasien lega bayinya telah lahir
O : K/u : Baik
Td : 110/70 mmHG
N : 88 x/menit
S : 36,6 C
RR : 20 x/menit
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik
A : P1A02 jam post partum
P :1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik
2. Mengajari ibu cara cebok yang benar dan jaga kebersihan
3. Memberikan KIE tentang ASI Eksklusif
4. Memberi motivasi pada ibu tentang KB
Lampiran :
1. Lembar Penapisan
2. lembar pertograf