Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN MATERNITAS

“Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas Nyeri pada


Persalinan Kala I Fase Aktif di PMB Y Karawang”

Dosen pembimbing : Apriyani.,S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
NURUL HIDAYAH
22221082

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI
PROFESI NERS XVI TAHUN 2021/2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konsep Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan


selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).Persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Rukiyah, dkk (2016).

Persalinan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : persalinan


spontan adalah persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui
jalan lahir. Persalinan bantuan adalah persalinan dibantu dengan tenaga dari
luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan dengan operasi
cesarean. Persalinan anjuran adalah persalinan tidak dimulai dengan
sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
phytomenadion (Rukiyah,dkk,2017).

2. Etiologi

Teori-teori Proses Terjadinya Persalinan Menurut Ujining tyas (2019), Ada


beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan sebagai
berikut:

2
a. Teori Penurunan Hormon

Beberapa hari sebelum partus terjadi penurunan kadar


hormonestrogen dan progestron. Sehingga otot rahim sensitif terhadap
oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada tingkat tertentu
menyebabkan otot rahim mulai kontraksi.
b. Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas


tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi
kontraksi, Sehingga persalinan dapat dimulai.
c. Teori Plasenta Menjadi Tua

Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia


kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progestron,
sehingga pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi
rahim.
d. Teori Iritasi Mekanik

Di belakang serviks terletak ganglion servikal/fleksus Fran


Kenhauser. Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau tertekan kepala
janin, maka akan timbul kontraksi rahim.
e. Teori Oksitosin Interna

Menurunnya konsentrasi progestron akibat tuanya kehamilan


mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat dan kontraksi Braxton
Hicks sering terjadi, sehingga persalinan dapat dimulai.
f. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dikeluarkan oleh desidua konsentrasinya


meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap
sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin saat hamil
dapat menimbulkan kontaksi otot rahim

3
3. Anatomi Fisiologi

a. Engagement

Merupakan mekanisme yang biasanya dimulai dari pintu atas panggul


dimana ubun- ubun kecil terletak di sebelah kiri depan/di sebelah kanan
depan, kiri dan kanan berdasarkan ukuran seseorang dari PAP bila
digambarkan sebagai berikut :
1) Ukuran Pintu atas panggul 10-11cm

2) Ukuran melintang pintu atas panggul 12-18 cm

3) Ukuran seorang pintu atas panggul 11-12cm

b. Descent (turunnyakepala)

Penurunan kepala ini terjadi karena 4 hal, yaitu :


1) Tekanan cairanamnion

2) Tekanan langsung fundusuteri

3) Kontraksi diafragma dan ototperut

4) Ekstensi dan pelusuran badan janin akibat kontraksiuterus

c. Fleksi

Majunya kepala, kepala mendapat tahanan dari serviks dinding


panggul atau dasar panggul

d. Putaran paksidalam

1) Bagian terendah memutar ke depan ke bawahsimpisis

2) Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir

3) Terjadinya bersamaan dengan majunyakepala

4) Rotasi muka-belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di


dasarpanggul

4
e. Ekstensi

1) Defleksi kepala  SBR mengarah kedepan danatas

2) Dua kekuatan pada kepala:

a) Mendesakkebawah

b) Tahanan dasar panggul menolak keatas

3) Setelah sub oksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis


sebagaihipomoclion lahir lewat perineum = oksiput, muka dan dagu

f. Putaran paksilahir

a) Setelah kepala lahir kepala memutar kembali kearah punggunganak

b) Ukuran bahu  muka,bahu

g. Ekspulsi

Bahu depan di bawah simpisis  sebagai hipomoclion  lahir bahu


belakang bahu depan  badan

5. Patofisiologi
a. Kala satu (kala pembukaan)

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau


dikenal dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik frekuensi maupun
kekuatannya) hingga serviks berdilatasi hingga 10 cm (pembukaan lengkap)
atau kala pembukaan berlangsung dari mulai adanya pembukaan sampai
pembukaan lengkap.Pada permulaan kala satu, his yang timbul tidak begitu
kuat sehingga ibu masih koperatif dan masih dapat berjalan-jalan. Kala satu
persalinan dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
1) Fase laten
a) Pembukaan servik 0 cm (awal) sampai 5 cm (akhir).

5
b) Kontraksi tidak teratur dan kemajuan dari teratur menjadi ringan ke
sedang, durasi 5 sampai 30 menit terpisah, 30 sampai 45 detik.
c) Pembukaan dan penipisan servik sebagian.
d) Pecahnya membrane/ketuban secara spontan (SROM) atau
pecahnya aesar/ketuban buatan (AROM).
e) Ibu banyak berbicara dan bersemangat.
2) Fase aktif : Tahap 1 berakhir 8 sampai 20 jam (primigravida) atau 2
sampai 14 jam (multigravida/multipara) setelah mencapai fase ini.
a) Pembukaan servik 4 cm (awal) sampai 7 cm (akhir)
b) Kontraksi tidak teratur, sedang menjadi kuat, durasi 3 sampai 5
menit terpisah, 40 sampai 70 detik.
c) Servik membuka 7 cm dengan penipisan servik yang cepat.
d) Dimulainya penurunan janin.
e) Ibu menjadi sangat cemas dan gelisah seiring dengan kontraksi
yang intensif; perasaan ketidaberdayaan mungkin dilaporkan.
3) Fase transisi : Berakhir saat pembukaan lengkap pada 10 cm
a) Pembukaan serviks 8 sampai 10 cm.
b) Kontraksi teratur, kuat menjadi sangat kuat, durasi 2 sampai 3 menit
terpisah, 45 sampai 90 detik.
c) Ibu lelah, marah, gelisah dan merasa tidak berdaya dan tidak
mampu menangani persalinan (ini adalah fase tersulit dalam
persalinan).
d) Mual dan muntah dan sensasi kebutuhan untuk memiliki gerakan
usus mungkin terjadi.
e) Desakan untuk mengejan terjadi.
f) Blood show/pengeluaran lendir darah meningkat seiring dengan
pengeluaran air ketuban.
b. Kala dua (pengeluaran bayi)

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap


(10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi.Kala dua disebut juga dengan
6
kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua adalah:
1) Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada aesar dan/atau
vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Pada kala dua persalinan his/kontraksi yang semakin kuat dan


teratur.Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
dengan diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan untuk
meneran akan mendorong bayi keluar. Kala dua berlangsung hingga 2 jam
pada primipara dan 1 jam pada multipara.
Pada kala dua, penurunan bagian terendah janin hingga masuk ke
ruang panggul sehingga menekan otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan pada
aesar sehingga ibu merasa seperti mau buang air besar yang ditandai dengan
anus membuka. Saat adanya his bagian terendah janin akan semakin
terdorong keluar sehingga kepala mulai terlihat, vulva membuka dan
perineum menonjol.
c. Kala tiga (pelepasan uri)

Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta.Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.Setelah kala dua persalinan,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.Dengan lahirnya bayi,
sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabuch, karena sifat retraksi
otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda:
1) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.

7
a) Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di
bawah pusat.
b) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
berubah bentuk menjadi seperti buah pear/alpukat dan tinggi fundus
uteri menjadi di atas pusat.
2) Tali pusat bertambah panjang.
3) Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan
plasenta secara Duncan/dari pinggir).

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah retensio


plasenta, plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan lahir.Pada kasus
retensio plasenta, tindakan manuak plasenta hanya dapat dilakukan dengan
pertimbangan terdapat perdarahan.
d. Kala empat (pemantauan)

Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu. Pada kala paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu pada
2 jam pertama postpartum.Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala
empat adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri,
laserasi jalan lahir dan sisa plasenta.Oleh karena itu harus dilakukan
pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:
1) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.
2) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
3) Jika utrus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri yang sesuai.

Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan aesari
sekitar 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh
interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk
aesar.Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan aesar terjadi

8
penghentian pengeluaran darah postpartum.Kekuatan his dapat diperkuat
dengan aesar obat uterotonika.Kontraksi ikutan saat menyusui bayi sering
dirasakan oleh ibu postpartum, karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar
hipofisis posterior. Pengeluaran oksitosin sangat penting yang berfungsi:
a) Merangsang otot polos yang terdapat disekitar alveolus kelenjar mamae,
sehingg ASI dapat dikeluarkan.
b) Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan mempercepat involusi uteri.
c) Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosin mengurangi perdarahan
postpartum.

9
4. Pathway
KALA 1 PERSALINAN

His yang berulang Gangguan pada kala 1 persalinan

Peningkatan kontraksi Riwayat abortus Infeksi Serviks Gamelihidram


dan pembukaan serviks genetalia sinkompeten nion
uterus Mudahnya
pengeluaran air Proses biomedika Dilatasi berlebih Ketegangan
Mengiritasi nervus ketuban bakteri mengeluarkan serviks uterus berlebih
pundendalis enzim proteolitik
Selaput ketuban Serviks tidak
Stimulus nyeri Selaput ketuban menonjol dan bisa menahan
mudah pecah mudah pecah tekanan
intrauterus

Nyeri Akut

Rasa mules dan ingin KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA


mengejan

Klien melaporkan tidak


nyama
Air ketuban terlalu Klien tidak mengetahui Tidak adanya pelindung dunia
banyak keluar penyebab dan akibat KPSW luar dengan daerah lain
Gangguan
Distoksia (partus Mudahnya mikroorganisme
rasa nyaman Kering) Defisit masuk

Laserasi pada jalan lahir


pengetahuan

Terjadi persalinan Kecemasan ibu terhadap Resiko


Keselamatan janin dan dirinya Infeksi
Bayi baru lahir

Ansietas

10
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

11
6. Manifestasi Klinis

Menurut Asrinah (2010), Tanda-tanda persalinan meliputi :


a. Lightening

Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi


penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu
atas panggul yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi Braxton Hicks
2) Ketegangan otot perut
3) Ketegangan ligamentum rotundum
4) Gaya berat janin kepala kearah bawah
b. Terjadi His Permulaan

Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran


estrogen dan progesteron semakin berkurang sehingga
oksitosin dapat menimbulkan kontraksi, yang lebih sering
sebagai his palsu.Sifat His Palsu :
1) Rasa nyeri ringan di bawah kulit
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah jika beraktifitas
c. Terjadinya His Persalinan
1) Pinggang terasa sakit, yang menjalar kedepan
2) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan
kekuatannya makin besar
3) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus
4) Makin beraktifitas (jalan), kekuatan makin bertambah
d. Bloody Show (pengeluaran lendir disertai darah melalui
vagina)Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks
yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang
terdapat pada kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah
pecah, yang menjadi perdarahan sedikit.

12
e. Pengeluaran CairanKeluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini
terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.
Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan
kecil. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam 24 jam

7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan urine protein (Albumin) untuk mengetahui adanya


resiko pada keadaan preeklamasi maupun adanya gangguan pada
ginjal dilakukan pada trimester I danII
2) Pemeriksaan urine gula menggunakan reagen benedict dan
menggunakandiastic

b. Pemeriksaan darah

1) Ultrasonografi (USG) alat yang digunakan gelombang


ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari janin, plasenta
danuterus
2) Stetoskop Monokuler

Mendengra denyut jantung janin, daerah paling jelas terdengar


DJJ, daerah tersebut disebut fungtummaksimum

3) Memakai alat kardiotografi (KTG)

Kardiotografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi


frekuensi jantung janin dam tokodynomometer untuk mendeteksi
kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang
sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan
kontraksi uterus pada saat yang sama.

8. Penatalaksanaan

Ibu:
c. Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2mlU/ml)

13
d. Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa Epinefrin

e. RL

f. Metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu2-80C)

Bayi:

a. Salep mataChloramphenicol

b. Vit K 1mg

14
BAB II

PEMBAHASAN

1. KASUS

Pada tanggal 04 desember 2021 pukul 19.30 wib ny.G bersama suami dan
ibu nya datang ke RSUD palembang bari, diruang VK, ny.G berumur 21 tahun
dengan HPHT 14-03-2021, TP 21-12-2021.ny.G mengeluh nyeri dibagian perut
seperti mau melahirkan ,klien mengatakan kehamilannya cukup bulan, gerakan
janin masih dirasakan oleh ibu. Pasien mengatakan keluar air ketuban sejak 2
jam yang lalu dari pukul 18.18-20.20 WIB.

Ny.G tampak takut dan cemas menghadapi proses persalinan raut wajah
pasien tampak cemas, pasien tampak meringis dan berteriak kesakitan dengan
memegangi perut nya.pada saat pemeriksaan vital sign di dapat
TD:110/70mmHg, RR:20x/menit, N:78x/menit,T:38,2 derajat C, TFU:
30cm,DJJ:156x/menit. Pemeriksaan dalam pembukaan servik sudah 4cm,
gerakan janin (4).diagnosa dokter dengan KPSW(ketuban pecah sebelum
waktunya) pada pemeriksaan laboratorium didapat Hb 106g/dl, eritrosit
3,64juta/ul, leukosit 14,3, trombosit 278 ribu/mm3, hematokrit 33%.
1. PERTANYAAN KLINIS

Bagaimana Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas Nyeri


pada Persalinan Kala I Fase Aktif ?
2. PICO

P : nyeri pada ibu bersalin

I : Pemberian teknik relaksasi nafas dalam

C:-

O : mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri


pada persalinan kala I fase aktif.

15
3. SEARCHING LITERATURE (JOURNAL)

Setelah dilakukan Searching Literature ( Journal ) di google scholer,


Didapatkan 1211 journal yang terkait dan dipilih jurnal dengan judul
“pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada
persalinan kala I fase aktif.”

Dengan alasan :

a. Jurnal tersebut sesuai dengan intervensi di kasus

b. Jurnal tersebut up to date

4. VIA
A. Validity
1) Desain: Penelitian ini merupakan quasi eksperiment. Desain
pendekatan yang digunakan adalah pre-test dan post-test. Penelitian
ini dilakukan bulan Juli- Agustus di PMB Y Karawang tahun 2020 .
2) Sampel: Populasi penelitian ini adalah ibu bersalin di PMB Y
Karawang Sebanyak 28 ibu. Sampel dalam penelitian di ambil
menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak
28 orang ibu.
3) Kriteria inklusi dan ekslusi:

Kriteria inklusi: jurnal yang membahas tentang pengaruh


teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada
persalinan kala I fase aktif.

Kriteria eksklusi: jurnal yang tidak membahas pengaruh


teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada
persalinan kala I fase aktif dan jurnal yang publis lebih dari 5
tahun
4) Randomisasi:

-
B. Importance dalam Hasil
hasil instrument penelitian sebelum intervensi tingkat nyeri pada 28
responden ibu bersalin menggunakan skala Numeri Rating Scale (NRS)

16
adalah 64.3 % ibu bersalin Nyeri Sedang. 35.7 % ibu bersalin Nyeri
Berat. dan berdsarkan hasil instrument penelitian sesudah intervensi
tingkat nyeri dilakukan perlakuan pada 28 responden ibu bersalin
menggunakan skala Numeri Rating Scale (NRS) adalah 67.9 % ibu
bersalin Nyeri Ringan, 32.1 % ibu bersalin Nyeri sedang. maka dari hasil
penelitian ini terdapat pengaruh terhadap tingkat nyeri pada persalinan
menggunkan instrumen NRS.
C. Applicability
1) Dalam diskusi :
Penelitian ini merupakan quasi eksperiment. Desain pendekatan
yang digunakan adalah pre-test dan post-test. Berdasarkan Hasil
instrument penelitian sebelum intervensi tingkat nyeri pada 28
responden menggunakan skala wong baker pain rating scale (WB).
adalah 39.3 % Lebih Nyeri. 60.7 % Sangat Nyeri. Standar deviasi
0,995. Hasil penelitian tingkat nyeri sesudah dilakukan perlakuan
pada responden menggunakan skala wong baker pain rating scale
(WB). adalah 57.1 % ibu bersalin Sedikit nyeri, 42.9 % 12 ibu
bersalin sedikit lebih nyeri. maka dari hasil penelitian ini terdapat
pengaruh terhadap tingkat nyeri pada persalinan menggunkan
instrumen WB.

Dari hasil yang di dapatkan Teknik ralaksasi nafas dalam yang


di berikan kepada ibu bersalin dapat membantu menurunkan tingkat
nyeri persalinan dan menurunkan kecemasan dan ketidaknyamanan
saat menghadapi persalinan serta mengatasi gejala fiologis yang
pasien rasakan selama kala I Fase Aktif di PMB Bidan Y Karawang.
Hal ini terbukti bahwa Teknik relaksasi dapat menurunkan intensitas
skala nyeri persalinan setelah dilakukan penelitian eksperiemen oleh
peneliti.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan


menggunakan Skala Numeric Rating Scale (NRS), Terdapat nilai rata
– rata skala nyeri persalinan adalah 7,07 dengan standar deviasi
menunjukan angka 1.464. Setelah dilakukan perlakuan teknik
relaksasi nafas dalam nilai rata – rata perbedaan adalah 3,96 standar

17
deviasi 1.427. Terdapat nilai rata – rata perbedaan antara sebelum
dan setelah adalah 3,11dengan standar deviasi 0,037. Hasil uji
statistik pValue=0,000 dengan taraf signifikan nilai pValue <0,05.
Maka dapat di simpulkan berdasarkan instrument skala Nyeri
Numeric Rating Scale (NRS) terdapat pengaruh relaksasi nafas
dalam penurunan intensitas nyeri persalinan kala I Fase aktif
(Astried dan Mulyani , 2017).

Diketahui rata-rata skala nyeri persalinan berdasarkan Wong


Baker Face Pain Rating Scale (WBS) sebelum intervensi adalah
7.21 dengan standar deviasi 0,995. Setelah dilakukan intervensi
terapi teknik relaksasi nafas dalam nilai rata – rata nyeri persalinan
menjadi 2.86 dengan satandar deviasi 1,008. Terlihat perbedaan
antara sebelum dan sesudah intervensi adalah 4,35. dengan standar
deviasi 0,0013. Hasil ujia statistic didapatkan P Value = 0,000
dengan taraf signifikan nilai P Value<0,05, maka dapat disimpulkan
berdasarkan instrument skala nyeri Wong

kesimpulannya dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai


berikut pemberian teknik Relaksasi nafas dalam dapat membantu ibu
inpartu mengurangi rasa nyeri persalinan tanpa efek samping pada
ibu dan bayi. Perlu di perhatikan kenyamanan dan posisi ibu dalam
penggunaan relaksasi pernafasan, Dengan Metode pengukuran
menggunakan alat ukur Numeric Rating Scale dan Wong Baker Pain
Scale
Fasilitas :ada di rumah sakit

2) Biaya : di tanggung rumah sakit

5. DISKUSI (Membandingkan Jurnal dan Kasus)


Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil observasi sebelum dilakukan
intervensi kepada 28 responden ibu bersalin di PMB Y Karawang
pada bulan Juli - Agustus 2020. peneliti memperkenalkan diri
terlebih dahulu dan meminta izin dan menjelaskan prosedur kepada
ibu bersalin untuk kesediaannya menjadi responden. dalam

18
penelitian ini di berikan terapi teknik relaksasi nafas dalam selama
proses persalinan.
Saat dilakukan perlakuan peneliti menilai kondisi pisikologis ibu.
kecemasan, gelisah dan ketakutan di saat peroses menjelang
pembukaan lengkap pada ibu Primigravida dan ibu multigravida dan
tingkat nyeri ibu sebelum dilakukan intervensi banyak ibu yang
mengeluh kesakitan. bagian pinggang terasa panas, Nyeri bagian
bawah. kontraksi semakin kuat sehingga membuat abdomen ibu
terjadi tekanan yang mengakibatkan nyeri. Peneliti menilai angka
nyeri persalinan mulai dari pasien datang pembukaan 4 cm -6 cm.
meminta pasien untuk mengisi kuesionaer tingkat nyeri dari angka 0
- 10. dan selajutnya melakukan intervensi pemberian teknik relaksasi
nafas dalam terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif
PMB Y Karawang 2020.
Ketika sudah dilakukan intervensi maka peneliti melanjukan terapi
teknik relaksasi nafas dalam kepada ibu bersalin namun sebelum
dimulai peneliti meminta izin terlebih dahulu dan merileksasikan dan
membuat tubuh merasa nyaman agar dapat menerima terapi teknik
relaksasi yang akan diberikan pada ibu bersalin dimulai dari
pembukaan aktif 6-10 cm dan pastikan identitas dan privasi klien.
alat yang digunakan 1 buah bantal dan lembar observasi skala
numeric rating scale dan skala wong baker pain rating scale. atur
posisi ibu senyaman mungkin dan tempatkan ibu ditempat tidur atau
kursi. dengan satu bantal. merileksasikan otot abdomen. tepatkan
satu atau dua tangan pada abdomen tepat di bawah tulang iga ibu.
meminta ibu untuk menarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut
tetap tertutup hingga hitungan 1.2.3 selama inspirasi. konsentrasi dan
membuat ibu nyaman dan beritahu ibu setiap kontraksi rasakan
seperi ada gelombang - gelombang cinta dan kasih sayang terhadap
ibu dan calon bayi. tetap kondisi rileks pastikan posisi punggung ibu
tidak miring kiri/kanan dan bila terdapat kesulitan menaikan
abdomen, Tarik nafas dalam dengan cepat, lalu nafas kuat lewat
hidung. melakukan observasi pada responden selama 30 menit

19
pertama, responden melakukan penaarik nafas dari hidung dalam
waktu 3-5 detik, lalu menghembuskan nafas 3-5 detik pada kontraksi
uterus. kemudian pasien bernafas normal 1-2 menit, lalu menarik
nafas dalam dengan mengempiskan rongga abdomen lalu
mengeluarkan dari mulut dalam waktu 3-5 detik dengan kombinasi
berdiri 10 menit, duduk 10 menit, dan berbaring di tempat tidur 10
menit. yang dilakukan sesuai SOP yang ada.
Penelitian ini sesuai dengan pernyatan penelitian Juwita S
(2019) bahwa relaksasi pernafasan suatu metode non-farmakologi
yang dapat di gunakan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan.
Metode pengukuran penelitian Juwita S hanya menggunakan alat
ukur Numeric Rating Scale tidak menggunakan Wong Baker Pain
Scale maka dari pengkuran penelitian ini terdapat perbedaan antara
penelitian ini dan Penelitian Juwita. relaksasi pernafasan ini juga
mengurangi respon melawan atau menghindar seperti gemeteran.
pada ibu inpartu menemukan bahwa tindakan ini akan melancarkan
sirkulasi darah ibu dan dapat memberikan kenyamanan pada ibu.
Relaksasi pernafasan dapat digunakan dalam asuhan kebidanan pada
inpartu untuk membantu ibu mengurangi rasa nyeri persalinan tanpa
efek samping pada ibu dan bayi. Perlu di perhatikan kenyamanan
dan posisi ibu dalam penggunaan relaksasi pernafasan. Agar hasil
yang di harapkan terdapat pengurangan nyeri tercapai dengan baik
(Juwita S, 2019).
Sedangkan di lapangan Ketika dilakukan intervensi terapi teknik
relaksasi nafas dalam kepada ibu bersalin namun sebelum dimulai
tindakan perawat meminta izin terlebih dahulu dan merileksasikan
dan membuat tubuh pasien merasa nyaman.kemudian perawat
memastikan identitas pasien dan menjaga privasi klien. alat yang
digunakan pada saat tindakan di rumah sakit ada lembar observasi
skala numeric rating scale dan skala wong baker pain rating scale.
mengatur posisi ibu senyaman mungkin dan tempatkan ibu ditempat
tidur dengan satu bantal. meminta ibu untuk menarik nafas dalam

20
melalui hidung, tahan hingga hitungan 1.2.3 kemudian hembuskan
nafas melalui hidung 3-5 detik.

BAB III
PENUTUP

A KESIMPULAN
Berdasarkan analisis jurnal yang berjudul “Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam terhadap Intensitas Nyeri pada Persalinan Kala I Fase
Aktif.”Dapat disimpulkan pengaruh pemberian teknik Relaksasi nafas dalam
dapat membantu ibu inpartu mengurangi rasa nyeri persalinan tanpa efek
samping pada ibu dan bayi. Perlu di perhatikan kenyamanan dan posisi ibu
dalam penggunaan relaksasi pernafasan.terdapat persamaan antara hasil
penelitian di jurnal dan di lapangan tentang pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam pada ibu inpartu kala I seteleh diberikan teknik nafas dalam nyeri yang
dialami ibu sedikit berkurang dan pasien merasa lebih rileks Dengan Metode
pengukuran menggunakan alat ukur Numeric Rating Scale dan Wong Baker
Pain Scale
Berdasarkan kesimpulan di atas maka diharapkan petugas pelayanan
kesehatan terutama perawat yang bertemu secara langsung dengan pasien
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang optimal kepada pasien agar dapat meningkatkan
derajat kesehatan pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Astried,Mulyani. (2017). Pengaruh aplikasi kontraksi nyaman terhadap


perubahan intensitas nyeri pada persalinan kala 1 fase aktif di wilayah
kerja puskesmas cibeureum kota tasikmalay.
Elly S. (2017). Pengaruh metode relaksasi pernafasan terhadap intensitas nyeri
pada persalinan kala I fase aktif.
Taqwin. (2017). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas
nyeri ibu bersalin kala 1 fase laten di praktik bidan mandiri anatapura.
Kalola, Ribka, Novita. (2018) .Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
respon nyeri pada ibu inpartu kala i fase aktif di puskesmas bahu kota
manado 2. Jurnal kesehatan :
Bare B, Smeltzer S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart (Alih Bahasa Agung Waluyo). Edisi 8 vol.3. Jakarta: EGC.
Syaripudin A.Nurhaeni. (2019). Manajemen Nyeri Persalinan dengan
hipnobirting aplikasi kebidanan Komplementer. Yogyakarta: PT:Nuha
Medika.
Ayuningsi. (2018). Kebidanan Komplementer Terapi Komplementer dalam
Kebidanan. Yogyakarta: PT :Pustaka Baru Press.
Notoatmodjo S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya.
Riska R. (2019). Pengaruh aromaterapi mawar terhadap penurunan nyeri ibu
bersalin kala I fase aktif. Jakarta.
Juwita S. (2019). Pengaruh Relaksasi Pernafasan Terhadap Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif di Klini & RB Zahira. Jakarta

22
23

Anda mungkin juga menyukai